Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILISASI

OLEH:

NAMA MAHASISWA : HANA FEBI NARANTI

NIM : 462018007

STASE : KEPERAWATAN DASAR

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

JEPARA, 2021

1
LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KASUS GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILISASI

1. PENGERTIAN
Gangguan pemenuhan kebutuhan mobilisasi adalah keadaan saat seseorang tidak
dapat bergerak secara aktif akibat gangguan pada tubuh (Rohman, Ujang, 2019).
Menurut A. Aziz, dkk (2014), gangguan pemenuhan kebutuhan mobilisasi adalah
keadaan ketika seseorang tidak dapat bergerak secara bebas karena ada gangguan
pada pergerakan (aktivitas). Gangguan pemenuhan kebutuhan mobilisasi adalah
kondisi saat seseorang mengalami penurunan aktivitas dan kemampuan gerak
(Ernawati, 2012).
Disimpulkan bahwa gangguan pemenuhan kebutuhan mobilisasi adalah
ketidakmampuan seseorang untuk bergerak secara bebas dan aktif karena ada
gangguan pada neuromuskular dan musculoskeletal.
2. KLASIFIKASI
Menurut A. Aziz, dkk (2014), gangguan pemenuhan kebutuhan mobilisasi terbagi
menjadi 4 jenis, yaitu:
1) Imobilisasi fisik
Imobilisasi fisik adalah ketidakmampuan pasien untuk bergerak dengan bebas
secara fisik, misal pada pasien dengan gangguan musculoskeletal.
2) Imobilisasi intelektual
Imobilisasi intelektual adalah keterbatasan pasien dalam proses berpikir
karena kerusakan otak, misal pada pasien stroke.
3) Imobilisasi emosional
Imobilisasi emosional adalah keterbatasan pasien dalam mengontrol emosi
akibat dari perubahan tubuh secara tiba-tiba, misal pada pada pasien amputasi.
4) Imobilisasi sosial
Imobilisasi sosial adalah keterbatasan pasien dalam menjalin
hubungan/interaksi dengan lingkungan sosial karena penyakit yang diderita, misal
pada pasien stroke yang mengalami gangguan komunikasi verbal.
3. ETIOLOGI

2
Penyebab pasien mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan mobilisasi (PPNI,
2017) adalah:
1) Kelemahan fisik
2) Gangguan neuromuscular, contoh: stroke
3) Gangguan musculoskeletal, contoh: fraktur, rheumatoid arthritis
4) Nyeri karena penyakit akut atau kronis dapat berpengaruh pada mobilisasi pasien
5) Tirah baring dapat mengurangi kekuatan otot pasien
6) Penggunaan alat bantu dapat membatasi mobilisasi pasien, contoh: kursi roda,
gips
4. MANIFESTASI KLINIK
Menurut Nurshiyam dkk (2020), manifestasi klinis yang dialami pasien dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan mobilisasi, antara lain:
1) Kelemahan anggota gerak
2) Penurunan kekuatan otot
3) Ketidakmampuan melakukan aktivitas dan perawatan diri secara mandiri
5. PATHWAY
Stroke

Gangguan pemenuhan kebutuhan mobilisasi

Penurunan kekuatan otot

Kelemahan anggota gerak

Gangguan
Mobilitas Fisik

Ketidakmampuan melakukan
perawatan diri secara mandiri

Defisit Perawatan
Diri

3
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan yang dapat menunjang pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan
mobilisasi adalah:
1) Rontgen
Rontgen adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk menentukan luas, lokasi
dan tingkat fraktur sebagai penyebab gangguan pemenuhan kebutuhan mobilisasi
(Wijaya & Putri, 2013).
2) CT-Scan
CT-scan adalah pemeriksaan yang dapat digunakan untuk menganalisis
struktur dalam bagian tubuh tertentu, misalnya tulang. Informasi yang
digambarkan pada CT-scan tentang penyakit pada bagian tubuh yang diperiksa
sangat akurat sehingga dapat menunjang penegakan diagnosa dan perencanaan
intervensi (Elim, Christian dkk, 2016).
7. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan atau pengobatan yang dapat diberikan kepada pasien dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan mobilisasi, antara lain:
1) Dukungan mobilisasi
Dukungan mobilisasi adalah tindakan yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan aktivitas pergerakan fisik pasien dengan cara membantu dan
mengajarkan pasien untuk mengubah posisi berbaring dari kiri ke kanan setiap 2
jam dan mengubah posisi dari berbaring ke posisi semi fowler atau fowler
(Indrawati, Sari & Dewi, 2016).
2) Latihan rentang gerak (ROM)
Latihan rentang gerak (ROM) adalah tindakan yang dilakukan untuk
mempertahankan atau meningkatan kekuatan dan kelenturan otot dan menjaga
fleksibilitas persendian dengan cara menggerakkan masing-masing persendian,
seperti: bahu, siku, pergelangan tangan, jari-jari tangan, pinggul dan lutut, serta
pergelangan kaki dan jari-jari kaki (Ardi, 2012).
3) Bantuan perawatan diri
Bantuan perawatan diri adalah tindakan yang dilakukan untuk membantu pasien
yang mengalami penurunan kemampuan perawatan diri secara mandiri dengan
4
mengajarkan keluarga tentang cara melakukan personal hygiene (memandikan
pasien, mencuci dan menyisir rambut pasien, menyikat gigi pasien oral hygiene,
perawatan kuku dan perawatan pada daerah genital (Ardi, 2011).
8. PROGNOSA
Gangguan pemenuhan kebutuhan mobilisasi bila tidak segera ditangani akan
memberikan dampak pada fisik dan psikologis. Dampak fisik dari gangguan
pemenuhan kebutuhan mobilisasi adalah penurunan sirkulasi perifer yang dapat
menyebabkan hipoksia jaringan dan gangguan integritas kulit. Sedangkan dampak
psikologis dari gangguan pemenuhan kebutuhan mobilisasi adalah kecemasan yang
dapat menyebabkan kualitas hidup pasien menurun (Tidore, Martini., 2019).
9. PROSES KEPERAWATAN
a. PENGKAJIAN
Menurut Wijaya & Putri (2013), pengkajian dibedakan menjadi dua bagian,
yaitu: pengkajian anamnesa dan pengkajian fisik.
1. Pengkajian anamnesa adalah pengkajian awal yang dilakukan dengan cara
mewawancai pasien, meliputi: identitas klien dan penanggungjawab, keluhan
utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, dan riwayat
penyakit keluarga.
2. Pengkajian fisik
Pengkajian fisik dilakukan untuk mendukung data-data dari pengkajian
anamnesa. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan secara head-to-toe atau secara
per-sistem.
Fokus pengkajian pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan
mobilisasi adalah pada pengkajian pola fungsional Gordon yaitu pola aktivitas dan
latihan yang mengalami penurunan dan pada pengkajian fisik muskuloskletal yang
mengalami kelemahan sehingga pergerakannya menjadi terbatas.
b. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respons pasien
secara menyeluruh (biopsikososiospiritual) terhadap masalah kesehatan yang
dialami, baik secara actual maupun potensial (SDKI, 2017). Diagnosis
keperawatan dapat ditegakkan melalui pengumpulan data fokus pasien (subyektif
dan obyektif) yang dikaitkan dengan penyebab dari penyakit/masalah kesehatan
pasien.

5
Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan mobilisasi (SDKI, 2017) adalah:
1. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuscular d.d mengeluh sulit
menggerakkan ekstremitas, penurunan kekuatan otot, penurunan ROM dan
pergerakan yang terbatas (D. 0054).
2. Defisit perawatan diri b.d gangguan neuromuscular d.d ketidakmampuan
melakukan perawatan diri (D. 0109).
c. RENCANA INTERVENSI
Intervensi keperawatan adalah rangkaian tindakan yang akan dilakukan oleh
perawat, dapat juga berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain yang didasarkan
pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai tujuan luaran dan
ekspektasinya (SIKI, 2018).
Menurut (DeLaune & Ladner, 2011; Potter & Perry, 2013), proses penentuan
intervensi keperawatan ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya: karakteristik
diagnosis keperawatan, luaran (outcome) keperawatan yang diharapkan,
kemampulaksanaan intervensi keperawatan, kemampuan perawat, penerimaan
pasien dan hasil penelitian.
Intervensi yang dapat dilakukan pada pasien dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan mobilisasi adalah dukungan mobilisasi, latihan rentang gerak (ROM)
dan bantuan perawatan diri (Nurshiyam dkk., 2020).
d. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan adalah rangkaian tindakan yang sudah dilakukan
oleh perawat, dapat juga melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain
untuk membantu mengatasi masalah kesehatan pasien sesuai dengan kriteria hasil
yang diharapkan (Potter & Perry, 2010).
Implementasi yang dilakukan perawat pada pasien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan mobilisasi adalah latihan rentang gerak (ROM).
e. EVALUASI
Evaluasi adalah tahap membandingkan tindakan yang dilakukan dengan
kriteria hasil yang diharapkan untuk menilai masalah pasien teratasi atau tidak
(Debora, 2011). Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan mobilisasi adalah peningkatan kekuatan otot sehingga
pasien mampu melakukan mobilisasi dan perawatan diri secara mandiri.

6
DAFTAR PUSTAKA

A Aziz, dkk. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Edisi ke 2. Jakarta: Salemba Medika.
2014.

Ardi, M. Analisis Hubungan Ketidakmampuan Fisik dan Kognitif dengan Keputusasaan


pada Pasien Stroke di Makassar. Depok: Universitas Indonesia. 2011.

Ardi, M. Analisis Praktik Residensi Keperawatan Medikal Bedah pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Persarafan dengan Penerapan Teori Adaptasi Roy di Rumah Sakit
Umum Pusat Fatmawati Jakarta. Depok: Universitas Indonesia. 2012.

Debora, O. Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Salemba Medika. 2011.

DeLaune & Ladner. Fundamental of Nursing, Standard and Practices (4th ed). USA: Delmar,
Cengage Learning. 2011.

Elim, Christian, Vonny Tubagus, Ramli Hadji Ali. (2016). Hasil Pemeriksaan CT Scan pada
Penderita Stroke Non Hemoragik di Bagian Radiologi FK Unsrat/SMF Radiologi
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Agustus 2015-Agustus 2016. Jurnal e-
Clinic (eCl). 2016;4 (2).

Ernawati. Konsep dan Aplikasi Keperawatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia.
(A. Rifai. Ed). Jakarta: Trans Info Media. 2012.

Indrawati, L., Sari, W., & Dewi, C. S. Stroke Cegah dan Obati Sendiri. Jakarta: Penebar Plus.
2016.

Nurshiyam, Muhammad Ardi, Muhammad Basri. Asuhan Keperawatan Pemenuhan


Kebutuhan Mobilitas Fisik pada Pasien Stroke Non Hemoragik di RSKD DADI
MAKASAR. Jurnal Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar. 2020;11 (1).

Potter & Perry. Fundamentals of Nursing. 3th Ed. Jakarta: Salemba Medika. 2010.

Potter & Perry. Fundamentals of Nursing. 8th Ed. St. Louis, Missouri: Mosby Elsevier. 2013.

7
Rohman, Ujang. Perubahan Fisiologis Tubuh Selama Imobilisasi Dalam Waktu Lama.
Journal Sport Area. 2019;4 (2).

Tidore, Martini. Asuhan Keperawatan Gangguan Mobilisasi Fisik pada Klien dengan Stroke
Non Hemorragic di Ruangan Neurologi RSUD Dr. M. HAULUSSY AMBON. Global
Health Science. 2019;4 (2).

Tim Pokja DPP PPNI. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan
Indikator Diagnostik Edisi I, Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI; 2017.

Tim Pokja DPP PPNI. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan
Tindakan Keperawatan Edisi I, Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI; 2018.

Wijaya, A. S dan Putri, Y. M. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan Dewasa Teori


dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika. 2013.

Anda mungkin juga menyukai