Mempermudahkan proliferasi
MK : Pola nafas
Konsentrasi O2 dalam Konsentrasi CO2 dalam tidak efektif
Alveolus menurun Alveolus meningkat
Gangguan difusi
MK : Gangguan
Oksigenisasi ke jaringan tidak memadai pertukaran gas
Gangguan perfusi
Dada terasa
Kelelahan
tertekan
Bagan 2.1 WOC
MK : Intoleransi Sumber : Somantri, 2010 ; Musliha,2012 ; Price, 2005
aktifitas MK : Nyeri
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis Pada Pasien Asma (Naga, 2012 ):
a. Mengi/wheezing
Mengi adalah suara berfrekuensi tinggi yang terdengar pada akhir
ekspirasi. Hal ini disebabkan oleh penyempitan saluran nafas.
b. Sesak nafas
Sesak nafas dapat dijumpai dari ringan sampai berat, sesak nafas bisa juga
bermanifestasi sebagai rasa di dada. Sesak nafas dikarenakan aktivitas
otot-otot nafas yang kuat sebagai kompensasi kadar CO2 yang bertambah
dalam darah.
c. Batuk dan pilek
Batuk pada asma bersifat persisten di sini jika batuk berlangsung lebih
dari 3 minggu (WHO), batuk pada asma bersifat kering. Baatuk pada asma
memberat saat malam/dini hari dan timbul episodic setelah ada faktor
pemicu seperti asap rokok, allergen, aktivitas fisik berlebih, ataupun udara
dingin.
d. Kelelahan, penurunan aktivitas, dan anoreksia
Semakin berat asma, semakin menurunkan aktivitas , selain itu fatig juga
bisa disebabkan gangguan tidur di malam hari akibat gejala asma asma
memberat pada malam hari.
e. Nafas memendek, sulit berbicara dan gelisah
Nafas memendek, sulit bicara dan gelisah disebebkan adanya obstruksi
saluran nafas, semakin berat asma semakin susah pasien berbicara,
bahkan pasien terputus-putus saat mengucapkan kata-kata.
f. Nyeri dada , takipnea ,retraksi otot dada, nafas cuping hidung, sianosis
total serangan dapat berlangsung selama 30 menit sampai beberapa jam
dan dapat menghilang secara spontan maupun dengan pengobatan (WHO,
2008).
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Radiologi
1) Foto thorak
Foto thorak akan tampak corakan paru yang meningkat, hiperinflasi
terdapat pada serangan akut dan pada asma kronik, atelektasis juga
ditemukan pada anak-anak 6 tahun.
2) Foto sinus paranasalis
Diperlukan jika asma sulit terkontrol untuk melihat adanya sinusit
b. Pemeriksaan darah
Hasilnya akan terdapat eosinofilia pada darah tepi dan sekret hidung, bila
tidak eosinofilia kemungkinan bukan asma .
c. Uji faal paru
Pemeriksaan ini untuk menentukan derajat obstruksi, menilai hasil provokasi
bronkus, menilai hasil pengobatan dan mengikuti perjalanan penyakit. Alat
yang digunakan untuk uji faal paru adalah peak flow meter, caranya anak
disuruh meniup flow meter beberapa kali (sebelumnya menarik nafas dalam
melalui mulut kemudian menghembuskan dengan kuat).
d. Uji kulit alergi dan imunologi
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara goresan atau tusuk. Alergen yang
digunakan adalah alergen yang banyak didapat di daerahnya.
e. Analisa Gas darah
Hanya dilakukan pada serangan asma berat, pada pemeriksaan ini dapat
ditemukan peningkatan PaCo, dan rendahnya PaO2 (Brunner & Suddarth,
2002).
f. Pemeriksaan jasmani
Gejala asma bervariasi sepanjang hari sehingga pemeriksaan jasmani sangat
normal. Kelaianan pemeriksaan jasmani yang paling sering ditemukan suara
mengi pada auskultasi. Pada sebagian penderita, auskultasi dapat terdengar
normal walaupun pada pengukuran objektif (faal paru) telah terdapat
penyempitan jalan napas.
Pada serangan ringan, mengi hanya terdengar pada waktu ekspirasi
paksa. Walaupun demikian mengi dapat tidak terdengar (silent chest) pada
serangan yang sangat berat, tetapi biasanya disertai gejala lain misalnya
sianosis, gelisah, sukar bicara, takikardi, hiperinflasi dan penggunaan otot
bantu napas.
g. Faal Paru
Umumnya penderita asma sulit menilai beratnya gejala dan persepsi
mengenai asmanya, demikian pula dokter tidak selalu akurat dalam menilai
dispnea dan mengi, pengukuran faal paru digunakan untuk menilai :
1) Obstruksi jalan napas
2) Reversibiliti kelainan faal paru
3) Variabiliti faal paru, sebagai penilaian tidak langsung hiperes-ponsif
jalan napas
h. Uji provokasi bronkus
Uji provokasi bronkus membantu menegakan diagnosa asma. Pada penderita
dengan gejala asma dan faal paru normal sebaiknya dilakukan uji bronkus.
Pemeriksaan uji provokasi brounkus mempunyai sensitiviti yang tinggi
tetapi spesifisiti rendah, artinya hasil negatif dapat menyingkirkan diagnosa
asma persisten, tetapi hasil positif tidak selalu bearti bahwa penderita
tersebut asma. Hasil positif dapat terjadi pada penyakit lain seperti rinitis
alergik, berbagai gangguan dengan penyempitan jalan napas seperti PPOK,
bronkiektasis dan fibrosis kistik.
i. Pengukuran status alergi
Komponen alergi pada asma dapat diindentifikasi melalui pemeriksaan uji
kulit atau prngukuran IgE spesifik serum. Uji tersebut mempunyai nilai kecil
untuk mendiagnosis asma, tetapi membantu mengiidentifikasi faktor
resiko/pencetus sehingga dapat dilaksanakan kontrol lingkungan dalam
penatalaksanaan.
Uji kulit adalah cara utama untuk mendiagnosa status alergi/atopi ,
umumnya dilakukan dengan prick test . walapun uji kelit merupakan cara
yang tepat untuk diagnosis atopi, tetapi juga dapt menghasilkan positif
maupun negatif palsu. Sehingga konfirmasi terhadap pajanan alergen yang
relevan dan hubungannya dengan gejala harus selalu dilakukan. Pengukuran
IgE spesifik dilakukan pada keadaan uji kulit tidak dapat dilakukan (antara
lain dermatophagoism, dermatitis/kelainan kulit pada lengan tempat uji kulit,
dan lain-lain). Pemeriksaan kadar IgE total tidak mempunyai nilai dalam
diagnosis alergi/atopi.
6. Penatalaksanaan
Pengobatan dilaksanakan pada waktu timbul serangan dengan atu tanpa
obat-obatan. Suatu serangan yang ringan menghilangkan bila ditanggulangi
dengan cepat dan baik dapat segera hilang tetapi dapat menjadi berat dan
berkepanjangan karena penanganan yang terlambat dan kurang tepat. Macam-
macam obat-obatan untuk asma (Somantri, 2012):
a. Bronkodilator
Bronkodilator merupakan obat utama untuk mengatasi saluran nafas. Ada
tiga golongan bronkodilator yaitu simpatomimetik, xanthin dan
antikolinergik.
1) Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin)
Nama obat : Orsiprenalin (Alupent), Fenoterol (berotec), Terbutalin
(bricasma). Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam MDI
(Metered dose inhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang
dihirup (Ventolin Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau cairan
broncodilator (Alupent, Berotec, brivasma serts Ventolin) yang oleh alat
khusus diubah menjadi aerosol (partikel-partikel yang sangat halus)
untuk selanjutnya dihirup (Rengganis, 2008).
2) Santin (teofilin)
Nama obat : Aminofilin (Euphilin Retard), Teofilin (Amilex). Efek dari
teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara
kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya
saling memperkuat. Cara pemakaian : Bentuk suntikan teofillin /
aminofilin dipakai pada serangan asma akut, dan disuntikan perlahan-
lahan langsung ke pembuluh darah. Karena sering merangsang lambung
bentuk tablet atau sirupnya sebaiknya diminum sesudah makan. Itulah
sebabnya penderita yang mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-
hati bila minum obat ini. Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria
yang cara pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini
digunakan jika penderita karena sesuatu hal tidak dapat minum teofilin,
saat penderita muntah (Rengganis, 2008).
3) Kortikosteroid
Obat yang langsung mempunyai efek terhadap komponen imflamasi
saluran napas hanya kortikosteroid manfaat anti asma terjadi melalui
penekanan inflamasi dan menghambat pengleoasan mediator dari sel
mast.
4) Kromalin (PDPI, 2004)
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah
serangan asma. Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi terutama
anak-anak. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma
yang lain, dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian satu bulan.
5) Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya
diberikan dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungnan obat ini adalah
dapat diberikan secara oral.
b. Obat-obat yang digunakan untuk asma pada anak
Terbutalin, Salbutanol, Efedrin, HCL , Adrenalin(Epinefrin). Aminophyl
in, Theophyline, Ketotifen, Prednisone, Hidrokortison.
c. Pemberian oksigen
Sesuai indikasi dokter yang diberikan
d. Terapi Non Farmakologis
Penatalaksanaan keperawatan yang dapat dilakukan pada penderita asma
adalah sebagai berikut, yaitu memberikan penyuluhan (pendidikan
kesehatan), pemberian cairan, fisiotheraphy, dan beri O2 bila perlu
(Brunner & Suddarth, 2002 ).
B. KONSEP DASAR PENYAKIT
a. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan data
tentang klien. Fase proses keperawatan ini mencangkup dua langka yaitu
pengumpilan data dari sumber primer ( klien) dan sumber sekunder ( keluarga,
tenaga kesehatan, dan analisis data sebagai dasar untuk melakukan diagnose
keperawatan (potter & perry, 2005)
1. Biodata
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, pekerjaan, agama,
alamat, nomor rekam medic, ruang rawat, tanggal masuk, diagnose medis,
yang mengirim atau merujuk.
2. Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Keluhan utama yang timbul pada klien dengan asma adalah dyspnea
(bisa sampai berhari-hari atau berbulan-bulan), batuk dan mengik (pada
beberapa kasus lebih banyak paroksimal.
b) Riwayat kesehatan Dahulu
Tedapat data yang menyatakan adanya faktor predisposisi timbulnya
penyakit ini,diantaranya adalah riwayat alergi dan riwayat penyakit
saluran nafas (rhinitis, urtikaria, dan eksim)
c) Riwayat kesehatan keluarga
Klien dengan penyakit asma sering kali didapatkan adanya riwayat
penyakit keturunan, tetapi pada beberapa klien lainnya tidak ditemukan
adanya penyakit yang sama pada anggota keluarga
3. Pola fungsi kesehatan
a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat : meliputi persepsi klien
terhadap kesehatan dan penyakitnya dan apa yang dilakukan klien bila
merasa sakit.
b) Pola nutrisi dan metabolisme : meliputi makanan klien dalam sehari,
adakah alergi makanan yang bisa menyebabkan sesak.
c) Pola aktivitas dan latihan : gangguan aktivitas / kebutuhan istirahat,
akibat sesak nafas dan batuk sehingga dapat menghambat aktivitas
sehari-hari termasuk pekerjaan harus dibatasi. Pengkajian menggunakan
KATZ atau Bethel indeks (Terlampir)
d) Pola eliminasi : pada pola ini klien tidak mengalami gangguan.
e) Pola tidur dan istirahat : pada pasien ini mengalami gangguan pada pola
tidur yang diakibatkan sesak nafas.
f) Pola sensori dan kognitif : bagaimana klien dalam menghadapi
penyakitnya, apakah dapat mengerti cara penanggulangan pertama jika
kambuh penyakitnya. Pengkajian setatus mental menggunakan Tabel
Short Portable Mental Status Quesionere (SPMSQ)
g) Pola persepsi dan konsep diri : persepsi klien tentang penyakitnya dan
bagaimana konsep diri dalam menghadapi penyakit yang dideritanya.
(Terlampi)
h) Pola hubungan dan peran : dalam hal ini hubungan dan peran klien
terganggu karena klien mungkin merasa bahwa dirinya orang yang
sakit-sakitan.(Terlampir)
i) Pola reproduksi dan sexual : mengalami gangguan akibat penurunan
libido yang diakibatkan sesak nafas yang ia alami.
j) Pola penanggulangan stress : bagaimana klien menghadapi masalah
yang membebaninya sekarang dan cara penanggulangannya
k) Pola tata nilai dan kepercayaan : dalam pola ini kadang ada yang
mempercayakan diri pada hal-hal yang bersifat ghoib.
l) Koping – Toleransi Stres : Penderita asma pada awalnya pasti akan
menolak keadaannya. Sehingga keluarga sangat berperan dalam
memberikan dukungan pada pasien untuk menjaga diet baik dan
seimbang, aktivitas dan teratur mengkonsumsi obatnya.
4. Pemeriksaan fisik
2) Keadaan umum
Keadaan umum klien lansia yang mengalami gangguan asma biasanya
lemah
3) Kesadaran
Kesadaran klien biasanya composmentis atau apatis
4) Dada
Inspeksi pada klien asma terlihat pergerakan otot bantu pernafasan,
pernafasan cuping hidung. Palpasi meliputi pergerakan dada kanan +
kiri simetris atau tidak, ada atau tidaknya nyeri tekan. Perkusi Terdapat
suara ketok sonor antara dada kanan dan kiri. Auskultasi Terdapat suara
tambahan, berupa wheezing ronchi.
5) Abdomen
Inspeksi Pada klien terlihat otot bantu pernafasan perut, palpasi ada
tidaknya nyeri klien pembesaran hati atau limfe, perkusi pada penyakit
ini peristaltik usus tidak ada gangguan. Auskultasi meliputi ada tidaknya
suara pekak atau redup
6) Thorak
Inspeksi postur bentuk dan kesemetrisan dada, retraksi otot-otot
nafas, sifat dan irama pernafasan serta frekuensi peranfasan. Palpasi
pada palpasi di kaji tentang kesimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus.
Perkusi pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor
sedangkan diafragma menjadi datar dan rendah. Auskultasi terdapat
suara vesikuler yang meningkat disertai dengan ekspirasi lebih dari 4
detik atau lebih dari 3x inspirasi, dengan bunyi pernafasan dan
Wheezing.
7) Sistem pernafasan
Batuk mula-mula kering tidak produktif kemudian makin keras dan
seterusnya menjadi produktif yang mula-mula encer kemudian menjadi
kental. Warna dahak jernih atau putih tetapi juga bisa kekuningan atau
kehijauan terutama kalau terjadi infeksi sekunder. Frekuensi pernapasan
meningkat. Otot-otot bantu pernapasan hipertrofi. Bunyi pernapasan
mungkin melemah dengan ekspirasi yang memanjang disertai ronchi
kering dan wheezing. Ekspirasi lebih daripada 4 detik atau 3x lebih
panjang daripada inspirasi bahkan mungkin lebih.
Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan: Hiperinflasi
paru yang terlihat dengan peningkatan diameter anteroposterior rongga
dada yang pada perkusi terdengar hipersonor. Pernapasan makin cepat
dan susah, ditandai dengan pengaktifan otot-otot bantu napas (antar iga,
sternokleidomastoideus), sehingga tampak retraksi suprasternal,
supraclavikula dan sela iga serta pernapasan cuping hidung. Pada
keadaan yang lebih berat dapat ditemukan pernapasan cepat dan dangkal
dengan bunyi pernapasan dan wheezing tidak terdengar (silent chest),
sianosis.
8) Sistem kardiovaskuler
Tekanan darah meningkat, nadi juga meningkat, pada pasien yang
sesaknya hebat mungkin ditemukan takhikardi makin hebat disertai
dehidrasi. Timbul Pulsus paradoksus dimana terjadi penurunan tekanan
darah sistolik lebih dari 10 mmHg pada waktu inspirasi. Normal tidak
lebih daripada 5 mmHg, pada asma yang berat bisa sampai 10 mmHg
atau lebih. Pada keadaan yang lebih berat tekanan darah menurun,
gangguan irama jantung.
b. Analisa data
No Data Etiologi Masalah
1 DS : Peningkatan Ketidak efektifan
- Klien mengatakan tubuhnya lemah produksi secret bersihan
dan sulit untuk bicara jalan nafas
DO :
- Pasien batuk tidak efektif dan
bayak secret
- Suara nafas Mangi, wheezing dan/
atau ronkhi kering
- Frekuensi nafas berubah
- Pasien mengalami sianosis
2 DS : Perubahan Gangguan
- Pasien mengatakan pusing dan membran kapiler- pertukaran gas
penglihatannya kabur alveolar
DO :
- Ada bunyi nafas tambahan
- Pasien Nampak sianosis dan gelisa
- Adanya nafas cuping hidung
- Pola nafas abnormal
- Warna kulit abnormal
- Kesadaran menurun
3 DS : hiperventilasi Pola nafas
- Pasien mengatakan sesak nafas tidak efiktif
DO :
- Terlihat adanya penggunaan otot
bantu pernafasan
- Fase ekspirasi memanjang
- Pola nafas abnormal
- Adanya pernafasan pursed-lip
c. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon
aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawat
mempunyai izin dan berkompeten untuk mengatasinya. Diagnosa keperawatan
yang dapat ditemukan pada klien asma bronkial, yaitu : (SDKI 2016)
1. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum/sekret.
2. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran kapiler-alveolar
3. Ketidakefektifan pola nafas b.d hiperventilasi
d. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah rencana keperawatan yang akan perawat rencanakan kepada klien sesuai
dengan diagnosa yang ditegakkan sehingga kebutuhan klien dapat terpenuhi (wilkinson, 2016). Secara teori rencana
keperawatan dituliskan sesuai dengan rencana dan kreteria hasil berdasarkan Nursing Intervention Clasification
(NIC) dan Nursing Outcome Clasification ( NOC).
Baratawidjaja, K.G. (2000). Imunologi Dasar. Edisi IV. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Hal. 3-8.
Brunner & suddarth (2002).Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2.jakarta : EGC
Cut Fiarni, 2017 Imlementasi semi-supervised learning pada personalized Asthma management system. Jurnal KLIK