Anda di halaman 1dari 25

A.

KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi
Asma adalah penyakit yang terjadi akibat adanya penyempitan saluran
pernafasan sementara waktu sehingga sulit bernafas (Hasdianah, 2014). Asma
adalah suatu kondisi di mana jalan udara dalam paru-paru meradang hingga
lebih sensitif terhadap faktor khusus (pemicu) yang menyebabkan jalan udara
menyempit hingga aliran udara berkurang dan mengakibatkan sesak napas dan
bunyi napas mengikik. Kecenderungen untuk mewarisi asma tidaklah mutlak.
Berbeda dengan warna bola mata dan golongan darah yang diturunkan,
sesorang penderita asma berat bisa mempunyai anak yang tidak terkena asma
berat bisa mempunyai anak tidak terkena asma. (Wahid & Suprapto, 2013)
Penyakit asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik
saluran nafas yang menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai
rangsangan yang ditandai dengan gejala episodik berulang berupa mengi, batuk,
sesak nafas dan rasa berat di dada terutama pada malam atau dini hari yang
umumnya bersifat reversible baik dengan atau tanpa pengobatan. Penyakit asma
bersifat fluktuatif (hilang timbul) artinya dapat tenang tanpa gejala tidak
mengganggu aktifitas tetapi dapat eksaserbasi dengan gejala ringan sampai
berat bahkan dapat menimbulkan kematian (Rachmawati, 2012).
2. Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi
timbulnya serangan asma menurut Baratawidjaja(2000) yaitu:
a. Faktor presdiposisi
Berupa genitik dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun
belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan
penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga yang menderita
penyakit alergi. Karna adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah
terkenah penyakit asma jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu
hipersinsitifitas saluran pernafasan juga bisa ditularkan
b. Faktor presifitasi
1. Alergeen
Dimana allergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
a) Inhalan yaitu yang masuk melalui saluran pernafasan misalnya debu,
bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
b) Inhalan yaitu yang masuk melalui mulut misanya makanan dan obat-
obatan.
c) Kontaktan yaitu yang masuk melalui kontak dengan kulit misalnya
perhiasan, logam dan jam tanggan.
2. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan cuaca penggunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma. Atsmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor
pemicu terjadinya serangan asma. Kadang – kadang serangan
berhubungan dengan musim, seperti musim hujan, musim kemarau,
musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angina serbuk bunga dan
debu.
3. Stress
Stress atau gangguan emosi menjadi pencetus serangan asma, selain itu
juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala
asam yang timbul harus segera diobati penderita asma yang alami stress
perlu diberi nasehat untuk menyelsaikan masalah pribadi. Karena jika
stresnya belum diatasi maka gejalah asma belum bisa diobati.
4. Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan
asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang
bekerja di laboratorium hewan, industry, tekstil, pabrik asbes atau polisi
lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
5. Olahraga atau aktivitas yang berat.
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan asma jika
melakukan aktifitas jasmani atau olahraga yang berat. Lari cepat paling
mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karna aktifitas
biasanya terjadi setelah selesai aktifitas tersebut.
Menurut NANDA(2013) Penyebab asma dapat timbul akibat :
a. Lingkungan yang berupa aspa dan rokok
b. Jalan nafas, yaitu berupa spasme inhalasi asap, perokok pasif, sekfresi
yang tertahan, dan sekresi di bronkus.
c. Fisiologi, yaitu berupa inhalasi dan penyakit paru obstruksi kronis
3. Klasifikasi
a. Berdasarkan penyebabnya, asma dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe
menurut Somantri, 2012, yaitu :
1) Asma Alergik (Ekstrinsik)
Merupakan suatu bentuk asma dengan allergen-alergen yang dikenal
misalanya,serbuk sari,binatang,amarah,makan,dan jamur. Kebanyakan
allergen terdapat di udara dan musiman. Pasien dengan asma alergik
biasanya mempunyai riwayat keluarga yang alaegik dan riwat medis masa
lalu ekzema atau rhinitis alergik. Pemajanan terhadap allergen
mencetuskan serangan asma. Anak-anak dengan asma alergik sering
dapat mengatasi kondisi sampai masa remaja.
Asma alergik memiliki penyebab eksternal pasti :
a) Didapatkan pada sebagian kecil pasien
b) Penyebab allergen / pencetus :
b. Asap
c. Bulu binatang
d. serbuk sari
e. Penicilin
1) Asma Intrinsik (Idiopatik) atau nonalergi
Tidak berhubungan dengan allergen spesifik. Factor-faktor ,seperti
common cold, infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi dan polutan
lingkungan dapat mencetuskan serangan. Beberapa agens farmakologi,
seperti aspirin dan agen antinflamasi nonsteroid lain, pewarna rambut,
antagonis beta-adrenergik, dan agens sulfit( pengawet makanan ), juga
mungkin menjadi faktor. Serangan asma idopatik atau nonalergik menjadi
lebih berat dan sering berjalan dengan berlalunya waktu dan dapat
berkembang menjadi brokitis kronis dan emfisema.
Penyebab kekambuhan asma :
a. Tidak memiliki penyebab eksternal yang dapat diidentifikasi
b. Sering timbul pada usia 40 tahun.
c. Faktor penyebab tidak jelas, seperti :
1. Latihan fisik
2. Emosi
3. Infeksi sinus / cabang bronchial
4. Perubahan suhu
5. Bau yang menusuk
2) Asma Campuran
Merupakan bentuk asma yang paling sering. Di karakteristik dengan
bentuk ke dua jenis asma alergik dan ideopatik atau nonalergik
(Soemantri, 2009)
a. Bentuk asma yang menyerang kebanyakan pasien
b. Terdiri dari komponen asma ekstrinsik dan instrinsik
c. Pada anak-anak asma ekstrinsik dapat sembuh sempurna
d. Pasien penderita asma instrinsik dapat menjadi asma campuran
4 Patofisiologi
Corwin (2000) berpendapat bahwa pada penderita asma, terjadi
bronkokonsetriksi. Proses bronkokonsetriksi ini diawali dengan proses
hypersensitivitaas yang distimulasi agen fisik seperti suhu dingin, debu serbuk
tanaman dan lainnya Hal ini memperkecil diameter dari saluran udara (disebut
bronkokonstriksi). Asama juga dapat terjadi karena adanya stimulasi agent
psikis seperti kecemasan dan rasa takut. Pada suatu serangan asma otot-otot
polos dari bronki mengalami kejang dan jaringan yang melapisi saluran udara
mengalami pembengkakan karena adanya peradangan dan pelepasan lender ke
dalam saluran udara.
penyempitan ini menyebebkan penderita harus berusaha sekuat tenaga
supaya dapat bernafas. Sel-sel tertentu di dalam saluran udara (terutama sel
mast) di duga bertanggung jawab terhadap awal terjadinya penyempitan ini. Sel
mast di sepanjang bronki melepaskan bahan seperti histamine dan leukotriene
yang menyebabkan terjadinya konstraksi otot polos, peningkatan pembentukan
lendir dan perpindahan sel darah putih tertentu ke bronki.
Sel mast mengeluarkan bahan tersebut sebagai respon terhadap seuatu yang
merka kenal sebagai benda asing (alergen) ,seperti serbuk sari, debu halus yang
terdapat di dalam rambut atau bulu binatang. Tetapi asma juga bisa terjadi pada
beberapa orang tanpa alergi tertentu. Reaksi yang sama terjadi jika orang
tersebut melalukan olah raga atau berada dalam cuaca dingin. Stress dan
kecemasan juga bisa memicu dilepaskan histamine dan leukotrien
Web Of Caution Asma

Faktor infeksi Faktor non infeksi

 Virus (respiratory syntitial virus - Alergi


dan virus parainfluenza - Iritan
 Bakteri (pertusis dan streptoccus) - Cuaca
 Jamur (aspergillus) - Kegiatan jasmani
 Parasit (ascaris) - Psikis

Reaksi hiperaktivitas bronkus

Antibody muncul (IgE)

Sel mast mengalami degranulasi

Mengeluarkan mediator (histamin dan bradikinin)

Peningkatan Edema Kontriksi otot


Produksi mucus mukosa polos bronkus

Mempermudahkan proliferasi

Terjadi sumbatan dan daya konsolidasi


MK : Bersihan
Gangguan ventilasi jalan nafas tidak
efektif
Hipoventilasi Hiperventilasi

MK : Pola nafas
Konsentrasi O2 dalam Konsentrasi CO2 dalam tidak efektif
Alveolus menurun Alveolus meningkat

Gangguan difusi
MK : Gangguan
Oksigenisasi ke jaringan tidak memadai pertukaran gas

Gangguan perfusi

Dada   terasa
Kelelahan  
tertekan
Bagan 2.1 WOC
MK : Intoleransi Sumber : Somantri, 2010 ; Musliha,2012 ; Price, 2005
aktifitas MK : Nyeri
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis Pada Pasien Asma (Naga, 2012 ):
a. Mengi/wheezing
Mengi adalah suara berfrekuensi tinggi yang terdengar pada akhir
ekspirasi. Hal ini disebabkan oleh penyempitan saluran nafas.
b. Sesak nafas
Sesak nafas dapat dijumpai dari ringan sampai berat, sesak nafas bisa juga
bermanifestasi sebagai rasa di dada. Sesak nafas dikarenakan aktivitas
otot-otot nafas yang kuat sebagai kompensasi kadar CO2 yang bertambah
dalam darah.
c. Batuk dan pilek
Batuk pada asma bersifat persisten di sini jika batuk berlangsung lebih
dari 3 minggu (WHO), batuk pada asma bersifat kering. Baatuk pada asma
memberat saat malam/dini hari dan timbul episodic setelah ada faktor
pemicu seperti asap rokok, allergen, aktivitas fisik berlebih, ataupun udara
dingin.
d. Kelelahan, penurunan aktivitas, dan anoreksia
Semakin berat asma, semakin menurunkan aktivitas , selain itu fatig juga
bisa disebabkan gangguan tidur di malam hari akibat gejala asma asma
memberat pada malam hari.
e. Nafas memendek, sulit berbicara dan gelisah
Nafas memendek, sulit bicara dan gelisah disebebkan adanya obstruksi
saluran nafas, semakin berat asma semakin susah pasien berbicara,
bahkan pasien terputus-putus saat mengucapkan kata-kata.
f. Nyeri dada , takipnea ,retraksi otot dada, nafas cuping hidung, sianosis
total serangan dapat berlangsung selama 30 menit sampai beberapa jam
dan dapat menghilang secara spontan maupun dengan pengobatan (WHO,
2008).
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Radiologi
1) Foto thorak
Foto thorak akan tampak corakan paru yang meningkat, hiperinflasi
terdapat pada serangan akut dan pada asma kronik, atelektasis juga
ditemukan pada anak-anak  6 tahun.
2) Foto sinus paranasalis
Diperlukan jika asma sulit terkontrol untuk melihat adanya sinusit
b. Pemeriksaan darah
Hasilnya akan terdapat eosinofilia pada darah tepi dan sekret hidung, bila
tidak eosinofilia kemungkinan bukan asma .
c. Uji faal paru
Pemeriksaan ini untuk menentukan derajat obstruksi, menilai hasil provokasi
bronkus, menilai hasil pengobatan dan mengikuti perjalanan penyakit. Alat
yang digunakan untuk uji faal paru adalah peak flow meter, caranya anak
disuruh meniup flow meter beberapa kali (sebelumnya menarik nafas dalam
melalui mulut kemudian menghembuskan dengan kuat).
d. Uji kulit alergi dan imunologi
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara goresan atau tusuk. Alergen yang
digunakan adalah alergen yang banyak didapat di daerahnya.
e. Analisa Gas darah
Hanya dilakukan pada serangan asma berat, pada pemeriksaan ini dapat
ditemukan peningkatan PaCo, dan rendahnya PaO2 (Brunner & Suddarth,
2002).
f. Pemeriksaan jasmani
Gejala asma bervariasi sepanjang hari sehingga pemeriksaan jasmani sangat
normal. Kelaianan pemeriksaan jasmani yang paling sering ditemukan suara
mengi pada auskultasi. Pada sebagian penderita, auskultasi dapat terdengar
normal walaupun pada pengukuran objektif (faal paru) telah terdapat
penyempitan jalan napas.
Pada serangan ringan, mengi hanya terdengar pada waktu ekspirasi
paksa. Walaupun demikian mengi dapat tidak terdengar (silent chest) pada
serangan yang sangat berat, tetapi biasanya disertai gejala lain misalnya
sianosis, gelisah, sukar bicara, takikardi, hiperinflasi dan penggunaan otot
bantu napas.
g. Faal Paru
Umumnya penderita asma sulit menilai beratnya gejala dan persepsi
mengenai asmanya, demikian pula dokter tidak selalu akurat dalam menilai
dispnea dan mengi, pengukuran faal paru digunakan untuk menilai :
1) Obstruksi jalan napas
2) Reversibiliti kelainan faal paru
3) Variabiliti faal paru, sebagai penilaian tidak langsung hiperes-ponsif
jalan napas
h. Uji provokasi bronkus
Uji provokasi bronkus membantu menegakan diagnosa asma. Pada penderita
dengan gejala asma dan faal paru normal sebaiknya dilakukan uji bronkus.
Pemeriksaan uji provokasi brounkus mempunyai sensitiviti yang tinggi
tetapi spesifisiti rendah, artinya hasil negatif dapat menyingkirkan diagnosa
asma persisten, tetapi hasil positif tidak selalu bearti bahwa penderita
tersebut asma. Hasil positif dapat terjadi pada penyakit lain seperti rinitis
alergik, berbagai gangguan dengan penyempitan jalan napas seperti PPOK,
bronkiektasis dan fibrosis kistik.
i. Pengukuran status alergi
Komponen alergi pada asma dapat diindentifikasi melalui pemeriksaan uji
kulit atau prngukuran IgE spesifik serum. Uji tersebut mempunyai nilai kecil
untuk mendiagnosis asma, tetapi membantu mengiidentifikasi faktor
resiko/pencetus sehingga dapat dilaksanakan kontrol lingkungan dalam
penatalaksanaan.
Uji kulit adalah cara utama untuk mendiagnosa status alergi/atopi ,
umumnya dilakukan dengan prick test . walapun uji kelit merupakan cara
yang tepat untuk diagnosis atopi, tetapi juga dapt menghasilkan positif
maupun negatif palsu. Sehingga konfirmasi terhadap pajanan alergen yang
relevan dan hubungannya dengan gejala harus selalu dilakukan. Pengukuran
IgE spesifik dilakukan pada keadaan uji kulit tidak dapat dilakukan (antara
lain dermatophagoism, dermatitis/kelainan kulit pada lengan tempat uji kulit,
dan lain-lain). Pemeriksaan kadar IgE total tidak mempunyai nilai dalam
diagnosis alergi/atopi.
6. Penatalaksanaan
Pengobatan dilaksanakan pada waktu timbul serangan dengan atu tanpa
obat-obatan. Suatu serangan yang ringan menghilangkan bila ditanggulangi
dengan cepat dan baik dapat segera hilang tetapi dapat menjadi berat dan
berkepanjangan karena penanganan yang terlambat dan kurang tepat. Macam-
macam obat-obatan untuk asma (Somantri, 2012):
a. Bronkodilator
Bronkodilator merupakan obat utama untuk mengatasi saluran nafas. Ada
tiga golongan bronkodilator yaitu simpatomimetik, xanthin dan
antikolinergik.
1) Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin)
Nama obat : Orsiprenalin (Alupent), Fenoterol (berotec), Terbutalin
(bricasma). Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam MDI
(Metered dose inhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang
dihirup (Ventolin Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau cairan
broncodilator (Alupent, Berotec, brivasma serts Ventolin) yang oleh alat
khusus diubah menjadi aerosol (partikel-partikel yang sangat halus)
untuk selanjutnya dihirup (Rengganis, 2008).
2) Santin (teofilin)
Nama obat : Aminofilin (Euphilin Retard), Teofilin (Amilex). Efek dari
teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara
kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya
saling memperkuat. Cara pemakaian : Bentuk suntikan teofillin /
aminofilin dipakai pada serangan asma akut, dan disuntikan perlahan-
lahan langsung ke pembuluh darah. Karena sering merangsang lambung
bentuk tablet atau sirupnya sebaiknya diminum sesudah makan. Itulah
sebabnya penderita yang mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-
hati bila minum obat ini. Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria
yang cara pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini
digunakan jika penderita karena sesuatu hal tidak dapat minum teofilin,
saat penderita muntah (Rengganis, 2008).
3) Kortikosteroid
Obat yang langsung mempunyai efek terhadap komponen imflamasi
saluran napas hanya kortikosteroid manfaat anti asma terjadi melalui
penekanan inflamasi dan menghambat pengleoasan mediator dari sel
mast.
4) Kromalin (PDPI, 2004)
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah
serangan asma. Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi terutama
anak-anak. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma
yang lain, dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian satu bulan.
5) Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya
diberikan dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungnan obat ini adalah
dapat diberikan secara oral.
b. Obat-obat yang digunakan untuk asma pada anak
Terbutalin, Salbutanol, Efedrin,  HCL , Adrenalin(Epinefrin).  Aminophyl
in, Theophyline, Ketotifen, Prednisone, Hidrokortison.
c. Pemberian oksigen
Sesuai indikasi dokter yang diberikan
d. Terapi Non Farmakologis
Penatalaksanaan keperawatan yang dapat dilakukan pada penderita asma
adalah sebagai berikut, yaitu memberikan penyuluhan (pendidikan
kesehatan), pemberian cairan, fisiotheraphy, dan beri O2 bila perlu
(Brunner & Suddarth, 2002 ).
B. KONSEP DASAR PENYAKIT
a. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan data
tentang klien. Fase proses keperawatan ini mencangkup dua langka yaitu
pengumpilan data dari sumber primer ( klien) dan sumber sekunder ( keluarga,
tenaga kesehatan, dan analisis data sebagai dasar untuk melakukan diagnose
keperawatan (potter & perry, 2005)
1. Biodata
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, pekerjaan, agama,
alamat, nomor rekam medic, ruang rawat, tanggal masuk, diagnose medis,
yang mengirim atau merujuk.
2. Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Keluhan utama yang timbul pada klien dengan asma adalah dyspnea
(bisa sampai berhari-hari atau berbulan-bulan), batuk dan mengik (pada
beberapa kasus lebih banyak paroksimal.
b) Riwayat kesehatan Dahulu
Tedapat data yang menyatakan adanya faktor predisposisi timbulnya
penyakit ini,diantaranya adalah riwayat alergi dan riwayat penyakit
saluran nafas (rhinitis, urtikaria, dan eksim)
c) Riwayat kesehatan keluarga
Klien dengan penyakit asma sering kali didapatkan adanya riwayat
penyakit keturunan, tetapi pada beberapa klien lainnya tidak ditemukan
adanya penyakit yang sama pada anggota keluarga
3. Pola fungsi kesehatan
a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat : meliputi persepsi klien
terhadap kesehatan dan penyakitnya dan apa yang dilakukan klien bila
merasa sakit.
b) Pola nutrisi dan metabolisme : meliputi makanan klien dalam sehari,
adakah alergi makanan yang bisa menyebabkan sesak.
c) Pola aktivitas dan latihan : gangguan aktivitas / kebutuhan istirahat,
akibat sesak nafas dan batuk sehingga dapat menghambat aktivitas
sehari-hari termasuk pekerjaan harus dibatasi. Pengkajian menggunakan
KATZ atau Bethel indeks (Terlampir)
d) Pola eliminasi : pada pola ini klien tidak mengalami gangguan.
e) Pola tidur dan istirahat : pada pasien ini mengalami gangguan pada pola
tidur yang diakibatkan sesak nafas.
f) Pola sensori dan kognitif : bagaimana klien dalam menghadapi
penyakitnya, apakah dapat mengerti cara penanggulangan pertama jika
kambuh penyakitnya. Pengkajian setatus mental menggunakan Tabel
Short Portable Mental Status Quesionere (SPMSQ)
g) Pola persepsi dan konsep diri : persepsi klien tentang penyakitnya dan
bagaimana konsep diri dalam menghadapi penyakit yang dideritanya.
(Terlampi)
h) Pola hubungan dan peran : dalam hal ini hubungan dan peran klien
terganggu karena klien mungkin merasa bahwa dirinya orang yang
sakit-sakitan.(Terlampir)
i) Pola reproduksi dan sexual : mengalami gangguan akibat penurunan
libido yang diakibatkan sesak nafas yang ia alami.
j) Pola penanggulangan stress : bagaimana klien menghadapi masalah
yang membebaninya sekarang dan cara penanggulangannya
k) Pola tata nilai dan kepercayaan : dalam pola ini kadang ada yang
mempercayakan diri pada hal-hal yang bersifat ghoib.
l) Koping – Toleransi Stres : Penderita asma pada awalnya pasti akan
menolak keadaannya. Sehingga keluarga sangat berperan dalam
memberikan dukungan pada pasien untuk menjaga diet baik dan
seimbang, aktivitas dan teratur mengkonsumsi obatnya.
4. Pemeriksaan fisik
2) Keadaan umum
Keadaan umum klien lansia yang mengalami gangguan asma biasanya
lemah
3) Kesadaran
Kesadaran klien biasanya composmentis atau apatis
4) Dada
Inspeksi pada klien asma terlihat pergerakan otot bantu pernafasan,
pernafasan cuping hidung. Palpasi meliputi pergerakan dada kanan +
kiri simetris atau tidak, ada atau tidaknya nyeri tekan. Perkusi Terdapat
suara ketok sonor antara dada kanan dan kiri. Auskultasi Terdapat suara
tambahan, berupa wheezing ronchi.
5) Abdomen
Inspeksi Pada klien terlihat otot bantu pernafasan perut, palpasi ada
tidaknya nyeri klien pembesaran hati atau limfe, perkusi pada penyakit
ini peristaltik usus tidak ada gangguan. Auskultasi meliputi ada tidaknya
suara pekak atau redup
6) Thorak
Inspeksi postur bentuk dan kesemetrisan dada, retraksi otot-otot
nafas, sifat dan irama pernafasan serta frekuensi peranfasan. Palpasi
pada palpasi di kaji tentang kesimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus.
Perkusi pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor
sedangkan diafragma menjadi datar dan rendah. Auskultasi terdapat
suara vesikuler yang meningkat disertai dengan ekspirasi lebih dari 4
detik atau lebih dari 3x inspirasi, dengan bunyi pernafasan dan
Wheezing.
7) Sistem pernafasan
Batuk mula-mula kering tidak produktif kemudian makin keras dan
seterusnya menjadi produktif yang mula-mula encer kemudian menjadi
kental. Warna dahak jernih atau putih tetapi juga bisa kekuningan atau
kehijauan terutama kalau terjadi infeksi sekunder. Frekuensi pernapasan
meningkat. Otot-otot bantu pernapasan hipertrofi. Bunyi pernapasan
mungkin melemah dengan ekspirasi yang memanjang disertai ronchi
kering dan wheezing. Ekspirasi lebih daripada 4 detik atau 3x lebih
panjang daripada inspirasi bahkan mungkin lebih.
Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan: Hiperinflasi
paru yang terlihat dengan peningkatan diameter anteroposterior rongga
dada yang pada perkusi terdengar hipersonor. Pernapasan makin cepat
dan susah, ditandai dengan pengaktifan otot-otot bantu napas (antar iga,
sternokleidomastoideus), sehingga tampak retraksi suprasternal,
supraclavikula dan sela iga serta pernapasan cuping hidung. Pada
keadaan yang lebih berat dapat ditemukan pernapasan cepat dan dangkal
dengan bunyi pernapasan dan wheezing tidak terdengar (silent chest),
sianosis.
8) Sistem kardiovaskuler
Tekanan darah meningkat, nadi juga meningkat, pada pasien yang
sesaknya hebat mungkin ditemukan takhikardi makin hebat disertai
dehidrasi. Timbul Pulsus paradoksus dimana terjadi penurunan tekanan
darah sistolik lebih dari 10 mmHg pada waktu inspirasi. Normal tidak
lebih daripada 5 mmHg, pada asma yang berat bisa sampai 10 mmHg
atau lebih. Pada keadaan yang lebih berat tekanan darah menurun,
gangguan irama jantung.
b. Analisa data
No Data Etiologi Masalah
1 DS : Peningkatan Ketidak efektifan
- Klien mengatakan tubuhnya lemah produksi secret bersihan
dan sulit untuk bicara jalan nafas
DO :
- Pasien batuk tidak efektif dan
bayak secret
- Suara nafas Mangi, wheezing dan/
atau ronkhi kering
- Frekuensi nafas berubah
- Pasien mengalami sianosis
2 DS : Perubahan Gangguan
- Pasien mengatakan pusing dan membran kapiler- pertukaran gas
penglihatannya kabur alveolar
DO :
- Ada bunyi nafas tambahan
- Pasien Nampak sianosis dan gelisa
- Adanya nafas cuping hidung
- Pola nafas abnormal
- Warna kulit abnormal
- Kesadaran menurun
3 DS : hiperventilasi Pola nafas
- Pasien mengatakan sesak nafas tidak efiktif
DO :
- Terlihat adanya penggunaan otot
bantu pernafasan
- Fase ekspirasi memanjang
- Pola nafas abnormal
- Adanya pernafasan pursed-lip

c. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon
aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawat
mempunyai izin dan berkompeten untuk mengatasinya. Diagnosa keperawatan
yang dapat ditemukan pada klien asma bronkial, yaitu : (SDKI 2016)
1. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum/sekret.
2. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran kapiler-alveolar
3. Ketidakefektifan pola nafas b.d hiperventilasi
d. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah rencana keperawatan yang akan perawat rencanakan kepada klien sesuai
dengan diagnosa yang ditegakkan sehingga kebutuhan klien dapat terpenuhi (wilkinson, 2016). Secara teori rencana
keperawatan dituliskan sesuai dengan rencana dan kreteria hasil berdasarkan Nursing Intervention Clasification
(NIC) dan Nursing Outcome Clasification ( NOC).

NO Diagnosa Tujuan dan kreteria hasil Intervensi Rasional


1 Bersih jalan napas NOC: Respiratory ventilasi NIC: Manajemen jalan napas
tidak  efektif  1. Sangat terganggu 1. Auskultasi bunyi napas .catat 1. Beberapa  derajat  spasme 
berhubungan denga 2. Terganggu berat adanya bunyi napas, missal, bronkus terjadi dengan
n peningkatan prod 3. Cukup terganggu mengi, ronkhi, dan krekels obstruksi jalan napas dan 
uksi sputum/sekre 4. Sedikit terganggu dapat/tidak   dimanifestasikan
5. Tidak terganggu adanya bunyi napas 
Respiratorry Status : Airway adventisius, missal 
DS : Pateney penyebaran  krekes  basah 
- Klien meng 1. Sangat terganggu (bronchitis),bunyi napas red
atakan tubu 2. Terganggu berat dengan  ekspirasi
hnya lemah 3. Cukup terganggu mengi (ma berat),atau tidak ada
dan sulit un 4. Sedikit terganggu bunyi napas (empisema)
5. Tidak terganggu 2. Kaji frekuensi pernapasan catat 2. Takipnea  bisa  dtemukan 
tuk bicara
Kreteria hasil rasio enspirasi/ekspirasi
DO : selama stress/proses    infeksi
- Pasien 1. Mendemonstrasikan batuk melambat dan frekuensi
batuk tidak efektif dan suara napas yang ekspirasi memajang dibanding
efektif dan bersih, tidak ada sianosis 3. Catat derajat dyspnea, missal,kel Inspirasi
bayak dan uhan sesak, gelisa, ansieatas 3. Disfungsi  pernapasan  selain 
secret dypsneu (mampu mengeluar distress pernapasan, dan peroses akut yang
- Suara nafas kan sputum, bernapas penggunaan otot bantu napas menimbulka kan perawatan
Mangi, whe dengan mudah , tidak ada 4. Beri posisi yang nyaman, missal dirumah sakit, missal infeksi,
ezing pursedlip) peninggian kepala tempat tidur, reaksi alergi
dan/ atau 2. Menunjukan jalan napas duduk pada sandaran 4. Peninggian  kepala  tempat
ronkhi yang paten (klien tidak tidur mempermudah   fungsi 
kering merasa tercekik , irama dan 5. Bantu untuk mengambil posisi ba pernapasan dengan 
- Frekuensi  frekuensi napas dalam tuk yang nyamandan ajarkan menggunakan  gravitasi.
nafas rentang normal, tidak ada tekhnik batuk efektif 5. Batuk efektif membutuhkan
berubahPas suara napas abnormal) napas dalam dan kontraksi otot
ien mengala 3. Mampu pernapasan, khususnya 
mi sianosis mengidentifikasikan dan 6. Lakukan vebrasi pada daerah otot abdomen, untik meningkat
mencegah faktor penyebeb yang sesuai selama ekshalasi kan tekanan intratorak
4. Saturasi O2 dalam batas 6. Terapi  fisik  dada  meliputi 
normal vibrilasi, perkusi, dan 
drainase   postural bagian paru
tertentu (segmen). Vebrilasi
dilakukan
pada dinding dada, bersama
dengan 
gaya gravitasi dan ekshalasi 
perlahan  setelah napas 
7. Minimalkan  polusi  lingkungan dalam,  mengeluarkan 
misalnya debu,  asap, dan  lender yang tersembunyi 
bulu bantal yang   berhubungan  pada jalan napas dan membersi
dengaan kondisi individu. hkannya.
8. Bantu  latihan  napas  abdomen 7. Pencetus  tipe
atau bibir riaksi alergi pernapasan yang 
dapat  menjadi  episode akut.
9. Buka jala napas teknik chin lift
atau jaw thrust, sebagaimana 8. Memberikan  beberapa cara 
mestinya mengatasi dan mengontrol
dyspnea.
9. Membebaskan  jalan napas 
10. Motivasi pasien untuk bernapas untuk menjamin jalan  masukny
pelan, dalam, berputar dan batuk a udara ke paru secara normal
sehingga menjamin kecukupan
oksigenase tubuh
11. Ajarakan pasien bagaimana 10. Memberikan pasien beberapa
menggunakan inhaler sesuai cara untuk mengatasi dan
resep sebagai mana mestinya mengontrol dyspnea dan
menurunkan jebekan udara.
11. Untuk meringankan gejalah
12. Observasi karakteristik batuk, asama dengan cepat saat
misalnya, menetap, batuk pendek, serangan sedang berlangsung
dan bantu tindakan memperbaiki dan bisa untuk menggunakan
ke efektifan batuk inhaler.
12. Batuk dapat menetap, tetapi
tidak efektif, khususnya klien
13. Tingkatkan masukan cairan lansia, sakit akut/kelemahan.
sampai 300 ml/hari sesuai Batuk paling efektif pada posisi
toleransi jantung,  memberikan duduk tinggi/kepala di bawah
air hangat. Anjurkan masukan setelah perkusi dada.
cairan sebagai penganti makanan 13. Hidrasi  menurunkan
kekentalan secret  sehingga 
mempermudah  pengeluaran. 
Penggunaan cairan hanggat

2 Gangguan  NOC : Rispiratory Satus : Airway Mangement


pertukaran  gas  Airway Patency 1. Kaji frekuensi, kedalaman pernafa 1. berguna dalam evaluasi
berhubungandengan  1. Sanggat terganggu san . catat penggunaan otot bantu derajat distress pernapasan dan
Perubahan membra 2. Terganggu berat napas, pernapasan bibir, ketidak kronis nya proses penyakit
ne  kapiler-alveolar 3. Cukup terganggu mampuan bicarara.
4. Sedikit terganggu 2. Tinggikan kepala tempat tidurr, 2. pengiriman oksigen  dapat 
5. Tidak terganggu bantu memilih posisi yang mudah diperbaiki dengan posisi duduk
Rispiratory Status : Ventilasi untuk bernapas. Dorong napas tinggi dan latihan napas  untuk 
1. Sangat terganggu dalam perlahan/napas bibir sesuai menurunkan kolaps jalan
DS : 2. Terganggu berat kebutuhan atau toleransi klien. napas,dyspnea, dan kerja napas
- Pasien 3. Cukup terganggu 3. sianosis  perifer
mengatakan 4. Sedikit terganggu 3. Kaji secara rutin kulit dan warna (pada kuku)/sentra(pada 
pusing dan 5. Tidak terganggu membrane mukosa bibir/daun  telingga) 
penglihatan Vital sign status berwarna keabu-abuan   
nya kabur 1. Sangat menyimpang dari Sianosis  sentral
DO : keadaan normal  mengindikasikan 
- Ada bunyi menyimpang dari keadaan 4. Dorong mengeluarkan sputum, beratnyahipoksimea
nafas normal bera lakukan penghisapan bila di 4. kental, tebal, dan banyaknya
tambahan 2. Menyimpang dari keadaan indikasikan sekresi adalah sumber utama
- Pasien normal sedang gangguan pertukaran gas pada
Nampak 3. Menyimpang dari keadaan jalan napas kecil. Penghisapan
sianosis dan normal ringan dibutuhkan bila batuk tidak
gelisa 4. Tidak ada penyimpangan 5. Auskultasi bunyi naps, catat area efektif
- Adanya dari keadaan normal penurunan aliran udara dan bunyi 5. bunyi napas  redup  karena 
nafas Kreteria hasil tambahan penurunan  aliran udara/area 
cuping 1. Mendemonstrasikan konsolidasi. Mengindikasikan 
hidung peningkatan ventilsi dan  spasma bronkus/tertahannya sec
- Pola nafas oksigenasi yang adekuat ret.  Krekeis basah   menyebar
abnormal 2. Memelihara kebersihan paru menunjukan cairan pada intersti
- Warna kulit -paru dan bebas daritanda- sial/dekompensasi jantung
abnormal tanda distress pernafasan 6. Palpasi fremitus 6. penurunan getaran vebrasi
- Kesadaran 3. Mendemonstrasikan batuk diduga ada pengumpulan cairan
menurun efektif dan suara nafas yang atau udara
bersih , tidak ada sianosis 7. Awasi  tingkat  kesadaran/status 7. gelisa dan anseatas  adalah 
dan dypneu (mampu  mental. Selidiki adanya perubahan manifistasi umum
mengeluarkan sputum, hipoksia. GDA memburuk
bernapas dengan mudah , disertai  binggung/samnolen
tidak ada pursed lip) tanda menunjukan
vital dalam rentang normal disfungsi serebral  
8. Awasi tanda-tanda vital dan irama berhubungan  hipoksia.
jantung 8. Takikardia,  disritmia,  dan 
perubahan tekanan
darah menunjukanefek
9. Kelola nebulizer ultrasonic, hipoksimea sistemik pada
sebagai mana mestinya. fungsi jantung
9. Pngunaan  nebulizer  sangat 
efektif  dikarnakan  
memberikan obat
dalam bentuk uap dan
10. Berikan oksigen tambahan yang mampu untuk  mengeluarkan
sesuai dengan indikasi hasil GDA lender.
dan toleransi klien. 10. Mencegah  memburuknya 
hipoksia
3 Ketidak efektifan p NOC : Status pernapasan : NIC : Pemantauan pernafasan
ola napas pola napas yang dibuktikan oleh 1. Monitor kecepatan irama, kedala 1. Evaluasi derajat distress per
berhubungan denga indicator berikut : man dan upaya pernafasan nafasan dan kronisnya
n hiperventilasi 1. Kecemasan saat tidak proses penyakit
istirahat
2. Tersedak saat tidak istirahat 2. Catat  gerakan   2. Manifestasi distress
DS : 3. Irama pernapasan dada,mengamati simetris, penggu pernafasan
- Pasien me 4. Dahak keluar dari saluran naan otot aksesoris dan supraklav
ngatakan pernapasan ikula dan  retraksi otot 
sesak nafas Dengan level intercostal 3. Untuk mengetahui
DO : 1. Gangguan ekstram 3. Monitor pernapasan melalui perubahan pada pernafasan
- Terlihat 2. Gangguan berat hidung seperti mendengkur 4. Distress pernafasan dapat
adanya 3. Gangguan sedang 4. Monitor terjadi sebagai stress
pengguna 4. Gangguan ringan kepatenan  pernapasan,bradipnea, fisiologi atau menunjukan
an otot ban 5. Tidak ada gangguan tachypnea, terjadinya syok yang
tu pernafas Status pdernapasan : Ventilasi apnea hiperventilasi, pernapasan  berhubungan dgn hipoksia
an Yang dibuktikan oleh indicator kusmaul 5. Untuk mengetahui kelainan/
- Fase ekspir berikut : bunyi tambahan pada thorak
asi meman 1. Tingkat pernapasan
jang 2. Irama pernapasan 5. Perkusi thorak anterior dan 6. Bunyi nafas mungkin redup
- Pola nafas 3. Ekspansi dada simetris posterior dari apeks untuk bases karena penurunan aliran
abnormal 4. Kemudahan bernapas bilateral udara di paru
- Adanya 5. Dahak keluar dari saluran 6. Auskultasi suatara napas, perhatik 7. Penurunan getaran vibrasi
pernafasan napas an area penurunan/ventilasi tidak diduga adanya pengumpula
pursed-lip 6. ekxulsion udara ada dan kehadiran suara advent cairan atau udara terjebak
7. tidak ada penggunaan otot 7. Palpasi premitus 8. Gelisa dan cemas adalah
aksesori manifestasi umum pada
8. adventif suara napas saat hipoksia
tidak istirahat 9. Manifestasi  hipoksemia 
8. Pantau peningkatan kegelisahan,
9. retraksi dada saat tidak sistemik
kecemasan
istirahat
10. Dyspnea saat istirahat saat
9. Monitor untuk dyspnea dan 10. Untuk mengetahui
tidak istirahat
peristiwa meningkatkan dan perkembangan status
11. Dyspnea dengan tenaga
memperburuk pernapasan kesehatan pasien dan
saat tidak istirahat
10. Catat penggunaan otot bantu mencegah komlikasi lanjut
12. Fremitus taktil saat tidak
pernapasan Bantu ventilasi
istirahat
11. Meningkatkan  inspirasi 
13. Auskultasi suara napas maksimal,meningkatkan  
Bantuan ventilasi pengeluaran secret untuk me
Dengan level 11. Atur posisi untuk  memudahkan mperbaiki ventilasi
1. Gangguan ekstrem ventilasi 12. Posisi yang berbeda 
2. Gangguan berat menurunkan resiko
3. Gangguan sedang pertukaran akibat imobilisasi
4. Gangguan ringan 12. Membantu dengan sering mengub 13. Pengiriman oksigen dapat
5. Tidak ada gangguan ah posisi diperbaiki  dengan 
meninggikan kepala
Tanda-tanda vital 13. Posisikan untuk  ditempat tidur dan latih
yang dibuktikan dengan meminimalkan upaya pernapasan nafas untuk menurunkan
indikator berikut : (menganggkat kepala tempat kolaps jalan nafas
1. Suhu tidur) 14. Mengakibatkan 
2. Denyut nadi apical penurunan oksigenisasi  dan
3. Denyut nadi radial distress  pernafasan
4. Laju rispirasi 15. Bunyi nafas mungkin redup
5. Tekanan darah sistolik dan karena penurunan aliran
14. Monitor dampak perubahan posisi udara di paru
diastolic dalam batas
pada oksigenisasi 16. Kelemahan   otot
normal
Dengan level : pernafasan  adalah 
1. Gangguan ekstream 15. Auskultasi suara napas, perhatika manifestasi  distress 
n area penurunan/ventilasi tidak pernafasan
2. Gangguan berat
3. Gangguan sedang ada dan kehadiran suara adventif 17. Mempertahankan  kepatenan
16. Monitor kelemahan otot pernafas pernafasan
4. Gangguan ringan
5. Tidak ada gangguan an
Pemantauan tanda vital
17. Monitor status oksigenisasi dan 18. Untuk mengetahui keadaan
pernafasan umum pasien
19. Aktivitas
Pemantauan tanda vital sehari hari yang diselingi isti
18. Monitor status tekanan darah, rahat dapat  meningkatkan
nadi, suhu, dan respirasi ketahanan dan kekuatan
19. Monitor tekanan darah , nadi dan tanpa menyebabkan dyspnea
pernafasan setelah aktivitas berat
20. Pada tanda vital dapat terjadi
sebagai stress fisiologi atau
menunjukan terjadinya syok
20. Monitor dan melaporkan hasil yang berhubungan dengan 
tekanan darah dan tanda dari hiposia. Hipertermi dapat
hipotermia dan hipertermia meningkatkan  kebutuhan
metabolic dan kebutuhan
oksigen
21. Penurunan  dan 
peningkatannadi adalah man
ifestasi menunjukan kondisi 
21. Monitor kekuatan dan kualitas pasien  memburuk
22. Untuk menentukan ada/
tidaknya kelainan pada
22. Monitor kekuatan dan irama jantung
jantung 23. Perubahan suara paru adalah
23. Monitor perubahan suara napas manifestasi distress
paru pernafasan
24. Monitor sianosis sentral dan 24. Sianosis perifer dan sentral
perifer adalah manifestasi
hipoksimia sistemik
DAFTAR PUSTAKA

Baratawidjaja, K.G. (2000). Imunologi Dasar. Edisi IV. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Hal. 3-8.

Brunner & suddarth (2002).Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2.jakarta : EGC
Cut Fiarni, 2017 Imlementasi semi-supervised learning pada personalized Asthma management system. Jurnal KLIK

Anda mungkin juga menyukai