BAB 1
LANDASAN TEORI ASFIKSIA
1.1.2 Etiologi
1) Faktor ibu
Meliputi : Amnionitis, anemia, diabetes, hipertensi yang diintuksikan oleh kehamilan,
obat-obatan dan infeksi, gizi buruk
2) Faktor uterus
Meliputi : Persalinan lama, presentasi janin abnormal
3) Faktor Plasenta
Meliputi : Plasenta previa, solusio plasenta, insufisiensi plasenta
4) Faktor umbilical
Meliputi : Prolaps tali pusat, lilitan tali pusat
5) Faktor janin
Meliputi : Disporposi sefalopelvik, kelainan congenital, kesulitan kelahiran
1.1.3
faktoribu,faktor
bayi,faktor uterus,
faktor plasenta
Web Of Caution
Prematur dapat disebabkan karena faktor ibu, bayi,uterus dan plasenta, bayi
yang lahir prematur mengalami imaturitas pada alat-alat pernafasan, imunitas dan
alat-alat pencernaan. Pada alat pernafasan surfaktan belum terbentuk secara
sempurna, sehingga bayi tidak dapat benafas secara spontan mengalami penurunan
O2 dan peningkatan CO2 sehingga bayi mengalami asfiksia. Bayi yang mengalami
asfiksia mengalami penurunan O2 dalam jaringan sehingga menyebabkan
metabolisme anaerob,endotel kapiler dan duktus alveolus rusak mengalami
transudasi membentuk fibrin, sehingga jaringan menjadi nekrotik, melapisi alveoli
dan mengalami gangguan pertukaran gas. Penurunan O 2 dalam jaringan
menyebabkan cyanosis sehingga menyebabkan gangguan pertukaran gas.
Penurunan O2 menyebabkan O2 dalam otak berkurang sehingga menyebabkan
sesak nafas dan terjadi pola nafas tak efektif. Imaturitas imun mengakibatkan
terjadinya risti infeksi.Imaturitas alat-alat pencernaan bentuk lambung yang kecil,
enzim tidak terbentuk sempurna mengakibatkan penurunan kemampuan mencerna
protein dan absorbsi nutrisi dan juga reflek menghisap yang masih lemah
mengakibatkan nutrisi tidak adekuat dan terjadi nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh.Prematur juga terjadi imaturitas system termoregulasi yang ditandai dengan
hipotalamus belum sempurna mengalami gangguan pengaturan suhu tubuh dan
mengakibatkan ketidakefektifan termoregulasi
1.1.4 Klasifikasi
1) Asfiksia Ringan (Vigorous Baby)
Yaitu : APGAR skore 7-10 dalam hal ini bayi dianggap sehat, tidak memerlukan tindakan
istimewa
2) Asfiksia Sedang (Mibel Moderete Asfiksia)
Yaitu : APGAR skore 4-6 pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung kurang dari
100x/menit, tonus otot kurang baik, sianosis, refleks iritabilitas tidak ada
3) Asfiksia Berat
Yaitu : APGAR skore 0-3 pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung <
100x/menit,tonus otot buruk, sianosis berat dan kadang pucat, reflek iritabilitas tidak
ada
TANDA Score
0-3 4-6 7 - 10
Frekuensi Tidak ada < 100x /menit > 100x /menit
jantung Tidak ada Berobat tidak teratur Menangis kuat
Pernafasan Lumpuh Ekstermitas agak Gerakan aktif
Tonus otot Tidak ada fleksi Gerakan kuat /
Reflek Gerakan sedikit melawan
Biru / pucat Seluruh tubuh
Warna kulit Tubuh kemerahan, kemerahan
ekstermitas biru
1.1.7 Penatalaksanaan
1) Mengobservasi bayi yang telah berhasil diresustasi untuk kelompok tanda – tanda
berikut :
a. Pernafasan spontan tidak ada
b. Aktivitas kejang pada 12 jam pertama setelah lahir
c. Penurunan atau peningkatan haluaran urine
d. Perubahan metabolic
e. Peningkatan TIK
2) Mengurangi stimulus lingkungan yang merigikan
3) Memantau tingkat reaksi, aktivitas, tonus otot dan postur bayi
4) Memberi obat – obatan yang diprogramkan, misal obat anti kejang
5) Memberi dukungan pernafasan
6) Memantau komplikasi
a. Ukur dan catat asupan dan haluaran untuk mengevaluasi fungsi ginjal
b. Periksa setiap berkemih ( darah )
c. Periksa setiap feses ( darah )
d. Lakukan penentuan glukosa darah untuk mendeteksi hipoglikemia
7) Memberi dan mempertahankan cairan intra vena
8) Memberi penyuluhan dukungan emosional
1.1.8 Komplikasi
1) Perdarahan otak
2) Oliguria
3) Hiperbilirubinemia
4) Kejang sampai koma
5) Pneumothoraks
2) Inkubator Tertutup :
(1) Inkubator harus selalu tertutup dan hanya dibuka apabila dalam keadaan tertentu
seperti anpea dan apabila membuka inkubator usahakan suhu bayi tetap hangat dan
oksigen selalu tersedia.
(2) Tindakan perawatan dan pengobatan diberikan melalui hidung
(3) Bayi harus keadaan telanjang (tidak memakai pakaian) untuk memudahkan
observasi
(4) Pengaturan panas disesuaikan dengan berat badan dan kondisi tubuh
(5) Pengaturan oksigen selalu diobservasi
(6) Inkubator harus ditempatkan pada ruangan yang hangat kira-kira dengan suhu 27 o
C.
1.2.3 Pengaturan Suhu Inkubator
Berat Badan 0 – 24 jam 2 – 3 hari 4 – 7 hari 8 hari
Lahir (gram) (0C) (0C) (0C) (0C)
1500 34 – 36 33 – 35 33 – 34 32 – 33
1501 – 2000 33 – 34 33 32 – 33 32
2001 – 2500 33 32 – 33 32 32
> 2500 32 – 33 32 31 – 32 32
Keterangan :
Apabila suhu kamar 28 – 29 derajat celcius hendaknya diturunkan 1 derajat celcius
setiap minggu dan apabila berat badan bayi sudah mencapai 2000 gram bayi boleh
dirawat di luar inkubator dengan suhu 27 derajat celcius.
1.3.2.2 Risiko tinggi hipotermia dan hipertermia berhubungan dengan sistem pengaturan
suhu tubuh yang belum matang
1) Batasan karakteristik
Mayor (80% - 100%)
Hipotermia :
(1) Penurunan suhu tubuh di bawah 35.50 C (960 F) per rectal
(2) Kulit dingin
(3) Pucat (sedang)
(4) Menggigil (ringan)
Hipertermia
(1) Suhu lebih tinggi dari 37,80 C (1000 F) per oral atau 38,8 0 C (1010 F) per rektal
Minor (50% - 79%)
Hipotermia
(1) Kebingungan mental atau mengantuk atau gelisah
(2) Nadi dan pernafasan menurun
(3) Kakeksia atau malnutrisi
Hipertermia
(1) Kulit kemerahan
(2) Hangat pada sentuhan
(3) Peningkatan frekuensi pernafasan
(4) Takikardia
(5) Menggigil atau merinding
(6) Dehidrasi
2) Tujuan
Menjaga suhu tubuh dalam batas normal yaitu 36 – 37 5 o C
3) Kriteria hasil :
Bayi akan :
(1) Mempertahankan suhu tubuh normal 36 – 37 5 o C
(2) Akral hangat
(3) Tidak sianosis
(4) Badan berwarna merah
4) Implementasi dan Rasional
(1) Observasi suhu dengan sering, ulangi setiap 5 menit selama penghatan ulang
R: Hipotermia membuat bayi cenderung pada stress dingin, penggunaan simpanan
lemak coklat yang tidak dapat diperbaiki bila ada dan penurunan sensitivitas untuk
meningaktkan kadarCO2 (hiperkapnea dan penurunan kadar O2 (hipoksia)
(2) Perhatikan adanya takipnea atau apnea, cyanosis, umum, akrosianosi atau kulit
belang, bradikardia, menangis buruk, letargi, evaluasi derajat dan lokasi icterik
R: Tanda-tanda ini menandakan stress dingin yang meningkatkan O2 dan kalori serta
membuat bayi cenderung pada asidosis berkenaan dengan metabolic anaerobic
(3) Tempatkan bayi pada penghangat, isolette, incubator, tempat tidur terbuka dengan
penyebar hangat, atau tempat tidur bayi terbuka dengan pakaian tepat untuk bayi
yang lebih besar atau lebih tua
R: Mempertahankan lingkungan termometral, membantu mencegah stress dingin
(4) Gunakan lampu pemanas selama prosedur. Tutup penyebar hangat atau bayi
dengan penutup plastic atau kersta aluminum bila tepat. Objek panas berkontak
dengan tubuh bayi seperti stetoskop
R: Menjaga suhu tubuh bayi dalam batas normal
(5) Ganti pakaian atau linen tempat tidur bila basah. Pertahankan kepala bayi tetap
tertutup
R: Menurunkan kehilangan panas melalui evaporasi
2.3 Diagnosa : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan relek
menelan dan menghisap lemah
Batasan Karakteristik :
(harus terdapat)
Seseorang yang mengalami puasa dilaporkan atau mempunyai ketidakcukupan
masukan makanan, kurang dari yang dianjurkan sehari-hari (RDA) dengan atau
tanpa terjadinya penurunan berat badan dan atau kebutuhan metabolic actual atau
potensial pada kelebihan masukan terhadap penurunan berat badan
2. Minor (mungkin terdapat)
(1) Berat badan 10% - 20% di bawah normal dan tinggi serta kerangka tubuh di bawah
ideal
(2) Lipatan kulit trisep, lingkar lengan tengah dan lingkar otot
(3) Pertengahan lengan kurang 60% dan ukuran standar
(4) Kelemahan dan nyeri tekan otot
(5) Mudah tersinggung dan bingung
(6) Penurunan albumin serum
(7) Penurunan transferin atau kapasitas pengikat zat besi
Tujuan : Nutrisi terpenuhi secara adekuat
Kriteria Hasil :
(1). Minum meningkat secara bertahap
(2). BB meningkat sesuai usia
(3). Reflek menghisap dan menelan kua
(4). Tidak Muntah
Intervensi dan Rasional :
(1). Timbang BB tiap hari
R : Peningkatan dan penurunan BB merupakan indikasi masukan nutrisi
(2). Berikan susu atau ASI tiap 3 jam sekali,beri waktu istirahat
R : Meningkatkan masukan nutrisi yang adekuat
(3). Observasi intake dan output
R : Pemasukan dan pengeluaran intake output yang seimbang mengindikasikan
masukan nutrisi yang adekuat
(4). Posisikan bayi miring setelah pemberian minum
R : Posisi bayi miring mencegah terjadinya aspirasi
(5). Kolaborasi dalam pemberian vitamin
R : Vitamin dapat menambah pemasukan nutrisi
.4 Diagnosa : Pola nafas tak efektif berhubungan dengan imaturitas pada system pernafasan
1) Batasan karakteristik
Mayor (harus terdapat)
Perubahan frekuensi pernafasan atau pola pernafasan (dari biasanya), perubahan
nadi (frekuensi, irama dan kualitas)
Minor (mungkin terdapat)
(1) Ortopnea
(2) Takipnea, hiperpnea, hiperventilasi
(3) Irama pernafasan tidak teratur
(4) Pernafasan yang berat
2) Tujuan : Pola nafas menjadi efektif
3) Kriteria Hasil :
(1). Tidak terjadi sumbatan jalan nafas
(2). Nafas dalam batas normal
4) Intervensi dan Rasional :
(1). Observasi tanda – tanda vital nafas tiap 4 jam
R : Tanda vital terutama nafas sebagai indikator adanya sumbatan jalan nafas
(2). Hisap lendir jika terdapat sumbatan pada jalan nafas
R : Membebaskan jalan nafas dari sumbatan
(3). Berikan posisi semifowler
R : Memungkinkan paru – paru dapat bekerja optimal
(4). Hindari posisi kepala hiperekstensi
R : Posisi tersebut dapat menyumbat jalan nafas
(5). Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
R : Terapi dapat membantu penyembuhan pasien
DAFTAR PUSTAKA
EGC
Hidayat, Aziz Alimul. (2006). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Buku 2. Jakarta : Salemba
Medika