Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS ATERM DENGAN


ATRESIA JEJUNO - ILEAL

1. Konsep Dasar Neonatus Aterm


1.1 Definisi
Bayi baru lahir disebut juga neonatus merupakan individu yang sedang
bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat
melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstruterine
(Nanny, 2010). Bayi aterm adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42
minggu (Nanny, 2010).
Masa transisi adalah: waktu ketika bayi menjadi stabil dan menyesuaikan diri
dengan kemandirian ekstra uteri. Aktifitas periode transisi ini mencerminkan
kombinasi. Respon simpatis terhadap stress kelahiran (takipneu, takikardi) dan
respon parasimpati (yang ditandai dengan adanya mucus, muntah dan peristaltik)
keberadaan hormone stress membantu mengaktifkan aktivitas ekstrauteri
sepenuhnya (Varney, 2007).

1.2 Tahapan
Menurut Bobak (2002), masa transisi dibagi dalam 3 tahap yaitu:
1) Reaktivitas 1 (30 menit pertama setelah lahir) respon yang ditunjukan saat bayi
terjaga, mata terbuka, memberikan respon terhadap stimulus, mengisap dengan
penuh semangat dan menangis. Bising usus aktif.
Dalam periode ini terjadi fase tidur dimulai 30 menit setelah periode pertama
reaktivitas.Bayi tertidur 2-4 jam suhu turun, RR turun, HR turun bayi tidak
berespon terhadap stimulus eksternal.Disebut masa siaga.
2) Reaktivitas 2 (berlangsung 2-5 jam) bayi bangun dari tidur nyenyak denyut
jantung dan pernapasan meningkat, reflex gag aktif. Neonantus mengeluarkan
mekonium, urin dan menghisap. Periode ini berakhir ketika lendir napas
berkurang.
3) Stabilisasi (12-24 jam) bayi lebih mudah untuk tidur dan terbangun, tanda vital
stabil, kulit berwarna kemerahan
1.3 Karakteristik bayi baru lahir (Menurut Bobac,2002: 364-377)
1) Sistem kardiovaskuler
(1) Bunyi dan denyut jantung
Frekuensi denyut jantung bayi rata-rata 140 kali/menit saat lahir. Frekuensi
saat bayi tidur beda dengan saat bayi bangun. Pada usia 1 minggu
frekuensi bayi rata-rata 128 saat tidur dan 167 saat terbangun. Aritmia
sinus pada usia ini dapat dipersepsikan sebagai suatu fenomena fisiologis
dan sebagai indikasi fungsi jantung yang baik. Bunyi jantung neonatal
bernada tinggi ( hight pic)
(2) Volume dan tekanan darah
Tekanan darah sistolik bayi baru lahir 78 dan diastolic 42.Volume darah
bayi baru lahir bervariasi dari 80-110 ml/kg.Bayi baru lahir memiliki
volume darah sekitar 10% dan memiliki jumlah sel darah merah 20%
lebih banyak dari orang dewasa.
2) Sistem pernapasan
Penyesuaian paling kritis yang harus dialami bayi baru lahir adalah
penyesuaian system pernapasan.Paru-paru bayi yang cukup bulan mengandug
sekitar 20 ml/kg cairan.Selama minggu pertama kecepatan pernapasan tidak
teratur karena imaturitas pusat pernapasan dalam otak.Kecepatannya tidak
jatuh dibawah 30 atau meningkat 60.Pernapasan abdomen adalah
normal.Retraksi sternum dan sianosis adalah tidak normal dan menandakan
dispneu.
3) Sistem ginjal
Pada bayi baru lahir biasanya semua masa yang teraba di abdomen adalah
berasal dari ginjal.biasanya sejumlah kecil urine terdapat dalam kandung kemih
bayi saat lahir. Tetapi bayi baru lahir tidak mengeluarkan urin selama 12-24
jam.Umumnya bayi cukup bulan mengeluarkan urin 15-60 ml/kg per
hari.Kecepatan GFR pada bayi baru lahir sebesar 30% sehingga kemampuan
untuk mengeluarkan senyawa nitrogen dan natrium menurun, menyebabkan
tertahannya cairan dalam tubuh.
4) Sistem pencernaan
Mulut bibir bayi batu lahir harus kemerahan dan lidahnya harus rata dan
simetris.Lidah tidak boleh memanjang dan menjulur diantara bibir.Jaringan
penunjang melekatkan ke sisi bawah lidah (frenulum) harus tidak membatasi
gerakan lidah.Harus ada langit-langit keras dan uvula. Biasanya ada tonjolan
putih yang terdapat disepanjang langit-langit yaitu epsteins pearls. Lambung
pada saat lahir kapasitas lambung bayi 30-60 ml. Waktu pengosongan lambung
dipengaruhi waktu pemberian makan dan volume makanan, jenis dan suhu
makanan, serta stress psikis. Spingter kardia dan control saraf lambung masih
belum matur.
Feses pertama bayi adalah hitam kehijauan, tidak berbau, substansi yang kental
yang disebut mekonium. Feses ini mengandung sejumlah cairan amnion,
verniks, empedu, lanugo, zat sisa dari jaringan tubuh lain. Setelah bayi
mendapat susu fesesnya berubah yang disebut transisional kemudian diikuti
feses yang khas. Feses dari bayi yang menyusui hijau kekuningan, berair, dan
beraksi pada asam.Normalnya terdapat beberapa tipe defekasi selama 24 jam.
5) Sistem imun
Sel- sel yang menyuplai imunitas bayi berkembangan pada awal kehidupan
janin.Namun, sel-sel ini tidak aktif selama beberapa bulan.Selama 3 bulan
pertama kehidupan, bayi dilindungi oleh kekebalan pasif yang diterima dari
ibu. Barier alami seperti asam lambung, pepsin, tripsin belum berkembang baik
sampai usia 3-4 minggu. Bayi mulai mensintesis IgG dan mencapai 40% kadar
IgG orang dewasa pada usia 9 bulan. Bayi yang menyusui mendapat kekebalan
pasif dari kolostrum dan ASI.
6) Sistem integumen
Pada saat lahir kulit bayi yang sangat halus terlihat merah kehitaman karena
tipis dan lapisan lemak sub kutan belum melapisi kapiler. Selain itu struktur
kulit bayi belum matur dimana epidermis dan dermis belum terikat dengan baik
dan sangat tipis sehingga kulit bayi sangat sensitive dan dapat rusak dengan
mudah. Beberapa mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir adalah:
1. Konveksi: perpindahan panas dari permukaan tubuh ke udara yang lebih
dingin. Bungkus bayi untuk melindungi dari dingin
2. Radiasi: kehilangan panas tanpa kontak langsung.
3. Evaporasi: perpindahan panas ketika cairan berubah menjadi gas.
4. Koduksi: kehilangna panas akibat kontak langsung
Beberapa karakteristik khusus pada kulit bayi:
(1) Kaput suksadaneum
Adalah udem pada kulit kepala yang ditemukan dini.Tekanan vertex yang
lama pada servix menyebabkan pembuluh darah setempat mendapat
tekanan, sehingga memperlambat aliran balik vena.Sehingga cairan di kulit
kepala meningkat, terjadi pembengkakan.Karakteristiknya memanjang
sesuai garis sutura tulang tengkorak dan lenyap secara spontan dalam 3-4
hari.
(2) Sefalhematoma
Kumpulan darah diantara tulang tengkorak dengan perioteum.Tidak pernah
melewati garis sutura.biasanya terjadi akibat kelahiran spontan akibat
penekanan pada pada tulang punggung.Akan lenyap setelah 3- 4 minggu.
(3) Verniks kaseosa
Selama kehidupan intrautrin janin berenang dalam cairan amnion.Kulit
dilindungi oleh sejenis pasta seperti keju disebut verniks kaseosa.Biasanya
menghilang 2-3 hari.
(4) Milia
Adalah bintik keputihan yang khas terdapat di hidung, dahi, pipi,bayi baru
lahir. Setelah 2 minggu ketika kelenjar keringat mulai bersekresi milia
secara bertahap menghilang.
(5) Lanugo
Rambut halus yang melapisi janin.Penyebaran lanugo di bahu, bokong,
ekstremitas.Lanugo mulai menghilang selama minggu pertama.
(6) Deskuamasi
Pelepasan kulit yang secara normal terjadi selama 2-4 minggu pertama
kehidupan.
(7) Eritema toksikum
Alergi kemerahan yang terlihat sebagai bercak kemerahan pada kulit bayi
normal.Bercak kemerahan tersebut mungkin menjadi bisul sebelum
menghilang secara bertahap.Eritema ini tidak menular.
(8) Bercak Mongolian
Bercak lebar hitam berpigmen pada bokong atau bagian bawah bayi warna
kuning, coklat, atau hitam. Bukan tanda permanen tetapi akan menghilang.
(9) Ikterik
Dua tipe ikterik dikaitkan dengan menyusui ikterik akibat pemberian ASI
(breast feeding jaundice) dan ikterik akibat ASI (breast milk jaundice)
peningkatan hiperbilirubinemia inderek setelah minggu pertama kehidupan
bayi karena adanya kerja enzim yang terkandung dalam ASI yang
menghambat glukoronil transferase yang diperlukan untuk mengkonjugasi
bilirubin.
7) Sistem neuromuskuler
Aktifitas motorik spontan dapat muncul dalam bentuk tremor sementara
dimulut dan didagu, terutama saat menangis dan pada ekstremitas.Tremor
ini normal.Kontrol neuromuskuler pada bayi baru lahir sangat terbatas.
8) Sistem reproduksi
Pada laki-laki testis secara normal turun selama kehidupan intrauterine dan
telah berada pada kantung skrotum pada saat lahir.Gagalnya penurunan
testis disebuit cryptocyrdins.Pada bayi perempuan labia minora dan
klitorisnya membengkak sebagai akibat tingginya hormone wanita dalam
darah ibu. Keluarnya lendir warna putih dari vagina.

1.4 Pemeriksaan diagnostik


1. Gula darah sewaktu
Pada setiap bayi baru lahir kadar glukosa darah menurun selama periode
waktu yang singkat (1-2 jam setelah kelahiran). Penelitian pada bayi baru lahir
cukup bulan yang sehat kadar glukosa rendah fisilogis terjadi 1-1,5 jam. Gula
darah normal pada bayi 50 mg/dl. Penurunan kadar glukosa darah dapat terjadi
karena perubahan glukosa menjadi glukogen yang meningkat, gangguan
metabolisme asam lemak. Gejala hipoglikemi gelisah, sianosis, letargi, tidak aktif
dan menolak menyusu.
2. Darah lengkap
1) Hemoglobin
Bayi baru lahir memiliki hemoglobin yang tinggi.Hemoglobin janin memiliki
afinitas yang tinggi terhadap oksigen. Konsentrasi hemoglobin normal dari
13,7-20 g/dl. Nilai Hb sedikit meningkat sedangkan volume plasma
menurun.Akibat perubahan dalam volume plasma tersebut hematokrit yang
normalnya 51%-56% meningkat dari 3 menjadi 6%.
2) Sel darah merah
Rata-rata 80 hari.Pergantian sel yang tepat menghasilkan lebih banyak sampah
metabolik akibat penghancuran sel termasuk bilirubin yang harus
dimetabolisme.Muatan yang berlebihan dapat menyebabkan ikterus fisiologis
pada bayi baru lahir.
3) Leukosit
Jumlah sel darah putih rata-rata pada bayi baru lahir memiliki rentang dari
10000 hingga 30000/mm peningkatan lebih lanjut dapat terjadi pada bayi baru
lahir normal selama 24 jam pertama kehidupan.
4) Trombosit
Normalnya 150000-350000/mm3 untuk mengetahui faktor pembekuan.

1.5 Penatalaksanaan
1) Asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir selama satu jam pertama setelah
kelahiran. Dilakukan pemantauan frekuensi jantung dan pernafasan.
2) Sebagian besar BBL akan menunjukkan usaha pernafasan spontan dengan
sedikit bantuan/gangguan
1. Membersihkan jalan nafas
2. Penghisapan lendir
3. Perawatan tali pusat
4. Mempertahankan suhu tubuh
1.6 Terapi
a. Memotong tali pusat serta member antiseptik
Membersihkan dan mendisinfeksi tali pusat menggunakan isopropyl
alcohol, pewarna tiga kali lipat (triple day), salep antibiotik. Infeksi tali
pusat hanya dengan menggunakan air saja dan melaporkan setiap bau, pus
atau kemerahan yang meluas sampai abdomen (Varney, 2007: 894)
b. Menetesi obat mata bayi
Bayi baru lahir harus mendapatkan profilaksis mata terhadap infeksi yang
disebabkan oleh gonorrhea atau clamidia. Pelindung mata adalah salep
eritromicyn 0,5% atau Oxytetracyclin 1% termasuk golongan obat
antibiotik, yang diberikan menyebar dari kantus dalam ke kantus luar
mata. Perawatan mata harus ditunda setelah periode reaktivitas I, ketika
bayi baru lahir yang terjaga mencari-cari wajah orang tua (Varney,
2007:894).
c. Pemberian vitamin K
Vitamin K untuk mencegah penyakit hemoragi. Usus neonates menyintesis
vitamin K yang digunakan untuk mengaktifkan prekursor protein yang
membuat protein pembeku darah. Vitamin K diberikan secara IM
sebanyak 1 mg pada paha lateral bayi dengan berat bayi baru lahir >2,5 kg
(Varney, 2007:894)
2. Konsep Atresia Jejuno - ileal
2.1 Pengertian
Atresia jejuno-ileal merupakan kondisi dimana duodenum - ileum tidak
berkembang dengan baik. Pada kondisi ini duodenum - ileum bisa mengalami
penyempitan secara komplit sehingga menghalangi jalannya makanan dari
lambung menuju usus untuk mengalami proses absorbsi.
atresia ileum atau yeyunum, usus berakhir buntu di bagian proksimal dan
distal sehingga mengganggu kontinuitasnya bahkan mungkin terdapat suatu celah
di mesenterium. Pada obstruksi stenotik, usus dan mesenterium masih
berkesinambungan. Tampak perbedaan yang nyata antara usus bagian proksimal
obstruksi yang membesar dengan usus bagian distal yang kolaps. Bagian yang
atretik jarang multipel, biasanya suatu bentuk yang familial.

2.2 Etiologi
Penyebab yang mendasari terjadinya atresia duodenum - ileum masih belum di
ketahui,beberapa faktor resiko dan pencetus adalah:
a. Gangguan perkembangan pada awal masakehamilan.
b. Gangguan pembuluh darah masenterika.
c. Prematuritas
d. Banyak di temukan pada down syndrome
e. Suplai darah yang rendah pada masa kehamilan
f. Gangguan proses rekanalisasi

2.3 Manifestasi Klinis


- Perut menggelembung kearah epigastrium pada 24 jam pertama atau lebih
- Muntah segera setelah lahir,berwarna kehijauan mengandung cairan
empedu (biliosa)
- Muntah terus-menerus meski di puasakan
- Bayi muntah tanpa disertai distensi abdomen
- Tidak BAK setelah di susui
- Tidak ada gerakan usus setelah pengeluaran meconial
- Berat badan turun /sukar bertambah
- Ikterik
- Meconium berjumlah lebih sedikit, konsistensinya lebih kering, dan
berwarna lebih abu-abu dibanding meconium biasanya.
- Distensi abdomen tidak selalu ada tergantung level atresia
- Gejala khas perut berbentuk skafoid
- Demam
- Feces terlihat seperti mekonium normal tapi pada pemeriksaan
selepitalium berlapis sebagai penanda kenormalan pada usus

2.4 Patofisiologi
Gangguan perkembangan duodenum - ileum terjadi akibat proliferasi
endodermal yang tidak adekuat. Epitel duodenum- ileum berpoliferasi dalam
usia kehamilan 30-60 hari lalu akan terhubung ke lumen duodermal secara
sempurna
Proses selanjutnya yang dinamakan vakuolisasi terjadi saat duodenum - ileum
pada mengalami rekanalisasi. Vakuolisasi terjadi melalui proses apoptasi satu
kematian sel terprogram yang timbul selama perkembangan normal diantara
lumen duodenum - ileum. Terkadang atresia duodenum- ileum berkaitan
dengan pancreas anulanal, jaringan pancreas yang mengelilingi duodenum
hingga ileum dimana sel antara lapisan endoderm dan mesoderm memainkan
peranan penting dalam koordinasi pembentukan pola organogenesis
duodenum - ileum.
Ileus mekonium terjadi pada bayi baru lahir dengan fibrosis kistik, tetapi
kurang dari 10% pasien fibrosis kistik menderita ileus mekonium. Bagian
akhir ileum sepanjang 20-30 cm menjadi kolaps dan terisi oleh butir-butir
tinja yang berwarna pucat, sebelah proksimalnya terdapat segmen usus yang
berdilatasi tersumbat oleh mekonium dengan konsistensi seperti sirup kental
atau lem.
Peristaltik tidak berhasil mendorong bahan yang sangat pekat ini melalui
ileum. Volvulus, atresia atau perforasi usus dapat menyertai ileus mekonium.
Perforasi intrauterim akan mengakibatkan peritonitis mekonium. Mekonium
intraperitoneum dapat menyebabkan perlekatan, kemudian setelah bayi lahir
dapat mengakibatkan obstruksi usus atau menjadi kalsifikasi

2.5 Pemeriksaan Penunjang


1) Prenatal
Ultrasonografi: untuk mendeteksi adanya struktur yang terisi dua cairan
dengan gambaran double bubble.
2) Postnatal
a. Pemeriksaan laboratorium
Periksaan darah lengkap, fungsi ginjal dan elektrolit.
b. Pemeriksaan radiografi
- Kultur feses
- Foto polos abdomen: memperlihatkan ground glass atau bayangan
kabut pada kuadran kanan bawah. Daerah radiolusen dibentuk oleh
gelembung-gelembung kecil gelas yang terperangkap dalam
mekonium dan tersebar. Selain itu karena isinya yang kental, dilatasi
usus tidak mempunyai gambaran permukaan. Jika terdapat peritonitis
mekonium dapat terlihat kalsifikasi yang biasanya tersebar di samping
abdomen. Pada pneumoperitoneum, dengan foto polos abdomen tegak
tampak udara bebas antara hati dan diafragma. Jika terdapat sejumlah
besar udara bebas, seluruh abdomen terlihat seperti sebuah bola yang
menggembung terisi udara dan ligamentum teres kadang-kadang jelas
terlihat pada garis tengah. Bila foto polos abdomen tidak khas,
diperlukan pemeriksaan barium atau gastrografin kolon untuk
membedakan obstruksi usus halus dari obstruksi usus besar. Suatu
kolon yang kecil mikrokolon, menunjukkan adanya suatu obstruksi
bagian proksimal dari katup ileosekal.

2.6 Penatalaksanaan
Pada penderita atresia duodenum - ileum segera di lakukan:
1) Pemasangan orogastrik tube
2) Pemberian terapi cairan
3) Bila bayi prematur rawat di inkubator
4) Pembedahan (duodenostomi atau ileustomi)
Merupakan teknik yang dipilih mengoreksi obstruksi yang disebabkan
karena stenosis ataupun atresia
a. Perawatan Prabedah
- Perawatan rutin neonatus
- Koreksi dehidrasi
- Pasang NGT /OGT
b. Pembedahan
Dilakukan prosedur duodenostomi dan atau ileustomi untuk
mengurangi penyempitan dan pemeriksaan usus lain nya untuk
mendeteksi adanya obstruksi lanjut.
c. Perawatan pasca bedah
- Aspirasi dari tuba gastristomi
- Cairan intravena

2.7 Komplikasi
 Kelainan congenital
 Mudah dehidrasi
 Resiko tinggi infeksi
3. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas bayi ( meliputi nama lengkap, nama panggilan, jenis kelamin, anak ke
berapa)
2. Riwayat Prenatal : ditanyakan sesuai etilogi
3. Riwayat Natal : riwayat persalinan, kesulitan persalinan
a) Pemeriksaan Fisik
a. TTV
- Suhu normal : 36,5-37,40C
- Pernafasan : normal 40-60x/menit
- Nadi : normal 120-160 x/menit
b. Antropometri
- Berat badan: Dijumpai penurunan BB dari BBL akibat kurangnya asupan
nutrisi akibat mual muntah
- Panjang badan: Normal kurang lebih 50 cm
c. Pemeriksaan Head to Toe
1) Kepala
- Distribusi rambut dipuncak, tidak ada massa atau area yang lunak di
tulang tengkorak
- Fontanela anterior: terbuka sampai 12-18 bulan
- Fontanela posterior: menutup saat lahir à fontanela menonjol:
peningkatan TIK, fontanela masuk ke dalam: dehidrasi.
- Sutura belum menutup (frontalis, koronalis, sagitalis, lamboidalis).
- Apa ada kaput sucadenium ( berisi cairan, melewati garis sutura, hilang
dalam 3-4 hari) atau sepalhematoma (berisi darah, biasanya tidak
melewati sutura, hilang > 4 minggu)
- Lingkaran kecil (SOB) : normalnya 32 cm
- Lingkaran sedang (FO): normalnya 34 cm
- Lingkaran besar (MO): normalnya 35 cm
2) Mata
- Mata simetris (epikantus sejajar dengan pina)
- Sclera dapat dijumpai anemis
- Konjungtiva jernih, iris berwarna merata, pupil bilateral dan reaktif
terhadap cahaya, kornea jernih, retina transparan, reflek mengedip ada.
- Reflek berkedip positif (ketuk pada pangkal hidung)
3) Hidung
- Simetris, terkadang dijumpai pernafasan cuping hidung namun tidak
spesifik
- Abnomalitas minor: datar dan memar
- Abnormalitas mayor: tidak ada septum, tersumbat, rabas nasal kental
dan berdarah
4) Mulut
- Terletak garis tengah wajah, simetris.
- Bentuk dan warna proporsional dengan wajah.
- Membrane mukosa kering dan pucat
- Palatum menutup dan utuh, uvula berada pada garis tengah
5) Lidah
- Ukuran proporsional dengan mulut
- Tidak menjulur keluar
- Reflex menghisap lemah
- Reflex rooting + (muncul ketika pipi diusap, bayi menengok kea rah
usapan) à maturitas normal dan syaraf trigeminus utuh
6) Telinga
- Sejajar dengan mata
- Tes pendengaran dengan membunyikan bel/suara à reflex terkejut à
jika tidak ada à gangguan pendengaran
7) Leher
- Leher pendek, dapat berputar ke kiri/ kanan, bebas bergerak, ekstensi
dan fleksi.
8) Dada
- Bentuk silindris, simetris
- Lingkar dada 30-35 cm
- Jarak puting sejajar, bila tidak sejajar à kelainan congenital
- Putting normal berukuran 6mm.
- Respirasi Tachipnea (>60 x/menit)
- Retraksi dada sering ditemukan
9) Abdomen
- Dijumpai distensi abdomen, bising usus menurun,bayi sering muntah
10) Punggung
- Lurus dan mudah fleksi
- Spina utuh, tidak ada lubang, massa atau menonjol
11) Ekstremitas
- Jari kaki dan tangan lengkap, masing-masing berjumlah 10
- Rentang gerak penuh, terkadang ditemui kelemahan pada ekstremitas
- Reflex menggenggam +, bila tidak ada à cedera tangan
12) Kulit
- Milia: bintik keputihan yang khas terlihat di hidung, dahi dan pipi,
hilang setelah 2 minggu
- Terkadang dijumpai turgor kulit buruk
13) Genitalia dan anus
1. Laki-laki:
- Penis lurus, proportional dengan tubuh, panjang 2,8-4,3 cm,
pigmentasi gelap
- Lubang uretra pada puncak gland penis
- Testis sudah turun dan teraba dalam skrotum, bila belum à
cryptorchidism
2. Wanita:
- Labia mayor dan klitoris membengkak saat lahir
- Sekresi lendir berwarna putih kadang semakin kental dengan darah
karena penghentian tiba-tiba dari ibunya
- Meatus uretra dibelakang klitoris
- Aterm: labia mayor dan minor menutupi vestibulum
3. Anus dan rektum: pemeriksaan ada tidaknya lubang
d. Neurologis à dengan melakukan pemeriksaan reflex
a. Reflex pupil
b. Reflex berkedip
Menyorotkan vahaya ke mata
c. Reflex menggenggam
Bila tidak ada à cedera tangan
d. Reflex babinski
Menggoreskan telapak kaki tepi luar, mulai dari tumit
e. Reflex rooting
Sentuh bibir/pipi/ sudut pada bayi
f. Reflex menghisap: dijumpai kelemahan menghisap
g. Reflex moro
Ubah posisi bayi baru lahir dengan tiba-tiba, pukul meja tempat tidur
3.2 Diagnosa keperawatan
1. Resti hipotermi berhubungan dengan lemak subkutan tipis, belum
sempurnanya pusat pengatur panas
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan
nafas oleh refluks batuk
3. Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
sekunder (penurunan haemoglobin, leukopenia)
4. Cemas berhubungan dengan kelahiran anak dengan atresia duodenum

3.3 Intervensi
1. Resti hipotermi berhubungan dengan lemak subkutan tipis, belum
sempurnanya pusat pengatur panas
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1-3 jam hipotermi
teratasi
Kriteria hasik
a. Akral hangat, merah, kering
b. Suhu tubuh dalam batas normal 36,5- 37,5⁰C
Intervensi:
a. Observasi tanda-tanda vital tiap 1-3 jam sekali
b. Observasi bayi dalam incubator
c. Berikan suhu inkubator sesuai suhu NTE
d. Naikkan suhu ikcubator 0,5-1⁰C bila suhu bayi dibawah 36,5⁰C
e. Berikan penutup kepala
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan
nafas oleh sekret
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan ketidak efektian jalan nafas
teratasi
Kriteria hasil:
a. Tidak ada penumpukan secret di jalan nafas
b. RR dalam rentang normal
c. Tidak ada ronchi
Intervensi:
a. Observasi RR tiap 1-3 jam
b. Posisikan bayi dengan kepala dan dada lebih tinggi dan leher
ekstensi
c. Lakukan pengisapan sekresi dari jalan nafas sssuai kebutuhan
d. Pasang OGT untuk mengeluarkan cairan lambung
3. Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
sekunder (penurunan haemoglobin, leukopenia)
Tujuan:
Infeksi tidak terjadi selama perawatan
Kriteria hasil;
a. Tidak terdapat gejala infeksi
b. Nilai laborat DL dan CRP dalam batas normal
WBC : 4500-23.000
HB : 12,9-14,2
RBC : 4,06-4,69
PLT : 155-366
CRP : 0,00-0,90
c. Pemeriksaan biakan kultur darah steril/bebas kuman
d. TTV dalam batas normal
Suhu : 36,5-37,5⁰C
HR : 120-160x/menit
RR : 40-6-x/menit
Intervensi:
a. Cuci tangan sesuai 5 moment
b. Berikan penjelasan pada orang tua tentang penyakit bayinya
c. Observasi tanda-tanda vital setiap 1-3 jam dan pantau tanda
dan gejala infeksi
d. Kolaborasi dengan team medis pemberian TPN
e. Kolaborasi dengan team medis untuk pemeriksaan laborat
f. Kolaborasi dengan team media untuk pemberian antibiotik
4. Cemas berhubungan dengan kelahiran anak dengan atresia duodenum
Tujuan;
Diharapkan orang tua dapat menerima anaknya sebagai bagian dari
keluarga
Kriteria hasil
a. Orang tua tampak tenang
b. Orang mendemonstrasikan menerima anaknya dengan ada
kontak mata dengan anak
c. Orang tua membuat keputusan tentang pengobatan
d. Orang tua dapat beradaptasi dengan perawatan dan pengobatan
anaknya
Intervensi:
a. Dorong orang tua mengekspresikan persaan dan perhatiannya
terhadap bayinya, diskusikan perasaan yang berhubungan
dengan pengobatan anaknya
b. Berikan support rang tua untuk membuat keputusan tentang
pengobatan pada anaknya

Anda mungkin juga menyukai