Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hemodialisis merupakan suatu proses terapi pengganti ginjal dengan menggunakan
selaput membran semi permeabel (dialiser).  Hemodialisis adalah proses pembersihan
darah dari zat-zat racun, melalui proses penyaringan diluar tubuh karena ginjal tidak
mampu lagi membuang sisa-sisa metabolisme dalam tubuh. Hemodialisis merupakan salah
satu cara untuk mengganti fungsi ginjal yang rusak selain teknik peritoneal dialysis dan
transplantasi ginjal.
Hemodialisis juga merupakan suatu usaha untuk memperbaiki kelainan biokimia
darah yang terjadi akibat terganggunya fungsi ginjal , dilakukan dengan menggunakan
mesin Hemodialisis . Hemodialisis merupakan salah satu bentuk terapi pengganti ginjal dan
hanya mengganti sebagian dari fungsi ekskresi ginjal.

Nyeri pinggang, dikenal dengan nyeri kolik tidak harus terjadi pada penyakit gagal
ginjal kronis. Gejala, keluhan, atau tanda pada penyakit ginjal kronis biasanya baru muncul
bila Laju Filtrasi Ginjal kurang dari 30 persen. Gejala dikenal dengan tanda uremia seperti
anemia, hipertensi, mual, muntah, gatal-gatal pada kulit, letih, lemah, tidak ada nafsu
makan, penurunan berat badan dll. Sebelum tanda uremia ini muncul bisa juga muncul
keluhan seperti sering buang air kecil malam hari (nokturia), mual, muntah, mudah lelah,
tidak ada nafsu makan, dan penurunan berat badan. Mengenai urin, pada penyakit gagal
ginjal kronis, jumlah urin total selama 24 jam, biasanya menurun, bahkan ada yang sampai
tidak ada produksi urin sama sekali. Dan, pada tahap awal urin biasanya berbusa karena
banyak mengandung protein. Penyakit ginjal kronis bersifat irreversible, tidak bisa menjadi
normal kembali, yang bisa dilakukan adalah mempertahankan fungsi ginjal sisa yang
masih ada. Untuk itu saya sarankan bapak berkonsultasi kembali dengan dokter penyakit
dalam konsultan ginjal-hipertensi, mengikuti saran-saran yang beliau berikan.
B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Sebagai pedoman untuk mempertahankan kehidupan dan kesejahteraan pasien


sampai fungsi ginjal pulih kembali.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui bagaimana membuang produk metabolisme protein seperti


urea, kreatinin dan asam urat
b. Untuk mengetahui bagaimana membuang kelebihan air.
c. Untuk mengetahui bagaimana mempertahankan atau mengembalikan kadar
elektrolit tubuh.
d. Untuk mengetahui bagaimana memperbaiki status kesehatan penderita.
e. Mengatasi keluhan terkait dengan gangguan rasa nyaman (nyeri)
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Anatomi dan Fisiologi Ginjal

Ginjal adalah organ yang mempunyai pembuluh darah yang sangat banyak
(sangat vaskuler) tugasnya memang pada dasarnya adalah
“menyaring/membersihkan” darah. Aliran darah ke ginjal adalah 1,2 liter/menit
atau 1.700 liter/hari, darah tersebut disaring menjadi cairan filtrat sebanyak 120
ml/menit (170 liter/hari) ke Tubulus. Cairan filtrat ini diproses dalam Tubulus
sehingga akhirnya keluar dari ke-2 ginjal menjadi urin sebanyak 1-2 liter/hari.

Ginjal terletak dibagian belakang abdomen atas, dibelakang peritonium


(retroperitoneal), didepan dua kosta terakhir dan tiga otot-otot besar
(transversus abdominis, kuadratus lumborum dan psoas mayor) di bawah hati
dan limpa. Di bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjaradrenal (juga
disebut kelenjar suprarenal). Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12
hingga L3. Ginjal pada orang dewasa berukuran panjang 11-12 cm, lebar 5-7
cm, tebal 2,3-3 cm, kira-kira sebesar kepalan tangan manusia dewasa. Berat
kedua ginjal kurang dari 1% berat seluruh tubuh atau kurang lebih beratnya
antara 120-150 gram.

Ginjal Bentuknya seperti biji kacang, dengan lekukan yang menghadap ke


dalam. Jumlahnya ada 2 buah yaitu kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari
ginjal kanan dan pada umumnya ginjal laki-laki lebih panjang dari pada ginjal
wanita. Ginjal kanan biasanya terletak sedikit ke bawah dibandingkan ginjal
kiri untuk memberi tempat lobus hepatis dexter yang besar. Ginjal
dipertahankan dalam posisi tersebut oleh bantalan lemak yang tebal. Kedua
ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal)
yang membantu meredam guncangan. Setiap ginjal terbungkus oleh selaput
tipis yang disebut kapsula fibrosa, terdapat cortex renalis di bagian luar, yang
berwarna coklat gelap, dan medulla renalis di bagian dalam yang berwarna
coklat lebih terang dibandingkan cortex. Bagian medulla berbentuk kerucut
yang disebut pyramides renalis, puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang
terdiri dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis. Hilum adalah pinggir
medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya pembuluh darah,
pembuluh limfe, ureter dan nervus. Pelvis renalis berbentuk corong yang
menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga kaliks
renalis majores yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga
kaliks renalis minores. Medulla terbagi menjadi bagian segitiga yang disebut
piramid. Piramid-piramid tersebut dikelilingi oleh bagian korteks dan tersusun
dari segmen-segmen tubulus dan duktus pengumpul nefron. Papila atau apeks
dari tiap piramid membentuk duktus papilaris bellini yang terbentuk dari
kesatuan bagian terminal dari banyak duktus pengumpul (Price,1995 : 773).

Ginjal terbentuk oleh unit yang disebut nephron yang berjumlah 1-1,2 juta
buah pada tiap ginjal. Nefron adalah unit fungsional ginjal. Setiap nefron terdiri
dari kapsula bowman, tumbai kapiler glomerulus, tubulus kontortus proksimal,
lengkung henle dan tubulus kontortus distal, yang mengosongkan diri keduktus
pengumpul. (Price, 1995) Unit nephron dimulai dari pembuluh darah halus /
kapiler, bersifat sebagai saringan disebut Glomerulus, darah melewati
glomerulus/ kapiler tersebut dan disaring sehingga terbentuk filtrat (urin yang
masih encer) yang berjumlah kira-kira 170 liter per hari, kemudian dialirkan
melalui pipa/saluran yang disebut Tubulus. Urin ini dialirkan keluar ke saluran
Ureter, kandung kencing, kemudian ke luar melalui Uretra. Nefron berfungsi
sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit) dalam tubuh dengan
cara menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan molekul yang masih
diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya akan dibuang. Reabsorpsi
dan pembuangan dilakukan menggunakan mekanisme pertukaran lawan arus
dan kotranspor. Hasil akhir yang kemudian diekskresikan disebut urin. Fungsi
ginjal dalam tubuh amat vital. Ginjal setiap harinya menyaring sekitar 200 liter
darah. Selain menyaring darah, konverter vitamin D dalam tubuh, dan
mengatur keseimbangan asam-basa tubuh, ginjal memiliki fungsi lainnya,
yaitu:

1. Menyaring dan Membuang Limbah

Fungsi ginjal salah satunya adalah membuang racun, kadar garam yang
berlebihan, dan urea (limbah mengandung nitrogen hasil dari metabolisme
protein).

Dengan terbentuknya urea tersebut, maka darah akan mengalirkan urea tersebut
menuju ginjal untuk dibuang. Tanpa organ ini, limbah dan racun akan
menumpuk dalam darah.

2. Mengendalikan Keseimbangan Air

Salah satu fungsi ginjal lainnya adalah mengendalikan dan memantau


keseimbangan air dalam tubuh. Melalui organ ini, seluruh jaringan tubuh
dipastikan menerima air agar dapat bekerja dengan baik. Ginjal akan bereaksi
terhadap perubahan kadar air dalam tubuh. Ginjal akan menahan air, bukan
membuangnya ketika tubuh sedang mengalami dehidrasi.

3. Mengatur Sel Darah Merah


Selain dua hal di atas, fungsi ginjal lainnya, yaitu mampu mengatur sel darah
merah dalam tubuh. Oksigen adalah unsur penting dalam peredaran darah.
Ketika tubuh tidak mendapatkan cukup oksigen, maka ginjal akan mengeluarkan
hormon eritropoietin.

Hormon eritropoietin berfungsi untuk merangsang produksi sel darah merah


lebih banyak yang berguna untuk membawa oksigen. Jika sel darah merah atau
kadar oksigen sudah normal, hormon tersebut akan berhenti diproduksi oleh
ginjal.

4. Mengatur Tekanan Darah dan Kadar Garam

Mengatur tekanan darah dan kadar garam dalam darah juga merupakan fungsi
ginjal yang tak kalah penting. Ginjal akan memproduksi enzim renin sebagai
prosesnya. Ketika menyaring darah, aliran dan tekanan darah yang stabil
dibutuhkan oleh ginjal.
B. KONSEP DASAR GAGAL GINJAL

1. Pengertian

Penyakit gagal ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal
mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali
dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh ,menjaga keseimbangan
cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium didalam darah atau
produksi urine. Penyakit gagal ginjal ini dapat menyerang siapa sajah yang
menderita penyakit serius atau terluka dimana hal itu berdampak langsung pada
ginjal itu sendiri. Penyakit gagal ginjal lebih sering dialami mereka yang berusia
dewasa,terlebih pada kaum lanjut usia.

Gagal Ginjal terjadi bila fungsi ginjal sudah sangat buruk , dan penderita
mengalami gangguan metabolisme protein ,lemak dan kharbohidrat. Ginjal yang
sakit tidak bias menahan protein darah ( albumin ) yang seharusnya tidak
dilepaskan ke urine. Pada kondisi normal pertama- tama darah akan masuk ke
glomerulus dan mengalami penyaringan melalui pembuluh darah halus yang
disebut kapiler. Di glomerulus , zat-zat sisa metabolisme yang sudah tidak
terpakai dan beberapa yang masih terpakai serta cairan akan melewati membrane
kapiler sedangkan sel darah merah ,protein dan zat-zat yang berukuran besar
akan tetap tertahan di dalam darah. Filtrat (hasil penyaringan) akan terkumpul
dibagian ginjal yang disebut kapsula bowman .Selanjutnya filtrate akan diproses
di dalam tubulus ginjal .Disini air dan zat-zat sampah metabolisme lain kedalam
filtrat. Hasil akhir dari proses ini adalah urine ( air seni ).
Kerusakan ginjal mengakibatkan masalah pada kemampuan dan kekuatan
tubuh yang menyebabkan aktivitas kerja terganggu, tubuh jadi mudah lelah dan
lemas sehingga kualitas hidup pasien menurun. Gagal ginjal kronik juga disebut
sebagai kerusakan ginjal dapat berupa kelainan jaringan , komposisi darah dan
urine. Terapi pengganti yang paling banyak dilakukan di Indonesia adalah
Hemodialisasi. Penderita yang menjalani hemodialisasi juga dapat mengalami
anemia.

2. Etiologi

Etiologi penyakit ginjal kronis dapat dibedakan menjadi penyebab sistemik,


vaskular, gangguan glomerulus, gangguan tubulointerstisial, dan penyebab
lainnya.

a. Penyebab Sistemik

Diabetes dan hipertensi dapat menyebabkan komplikasi berupa nefropati yang


bias menjadi etiologi penyakit ginjal kronis.

b. Penyakit Vaskular

Penyakit vaskular yang dapat menyebabkan penyakit ginjal kronis, di antaranya:

 Stenosis arteri renalis


 Vaskulitis
 Ateroemboli
 Nefrosklerosis akibat hipertensi
 Trombosis vena renal
c. Penyakit Glomerulus

Penyakit glomerulus yang menyebabkan penyakit ginjal kronis dapat bersifat


primer maupun sekunder. Penyebab primer misalnya nefropati membranosa,
sindrom Alport, dan nefropati IgA. Penyebab sekunder dapat diakibatkan oleh
rheumatoid arthritis, lupus, endokarditis, skleroderma, hepatitis B dan hepatitis
C.

d. Penyakit Tubulointerstisial

Penyebab penyakit tubulointerstisial adalah obat yang bersifat nefrotoksik seperti


allopurinol dan sulfonamida. Penyakit tubulointerstisial juga dapat disebabkan
oleh penyakit, di antaranya adalah infeksi, sindrom Sjögren, hipokalemia atau
hiperkalsemia kronis, dan sarkoidosis.

e. Penyebab Lain

Penyakit ginjal kronis juga dapat disebabkan oleh obstruksi saluran kemih atau
komplikasi dari gagal ginjal akut. Obstruksi saluran kemih dapat diakibatkan
oleh pembesaran prostat jinak, batu ginjal, striktur uretra, tumor, defek
kongenital ginjal, neurogenic bladder, atau fibrosis retroperitoneal.

Faktor Risiko

Faktor risiko penyakit ginjal kronis :

Genetik: terdapat gen-gen yang ditemukan berhubungan dengan penyakit ginjal


kronis, di antaranya gen uromodulin, APOL1, dan gen-gen yang mengatur sistem
renin-angiotensin

1. Jenis kelamin: pria memiliki risiko lebih tinggi

2. Usia: semakin tua, risiko semakin tinggi

3. Obesitas

4. Merokok, Alkohol dan obat yang bersifat nefrotoksik seperti allopurinol


dan sulfonamida

5. Riwayat keluarga dengan penyakit ginjal kronis

6. Hipertensi: 27% pasien dengan penyakit ginjal kronis stadium akhir


memiliki hipertensi
3. Patofisiologi

Patofisiologi penyakit ginjal kronis berupa kerusakan ginjal yang


direpresentasikan oleh penurunan laju filtrasi glomerulus yang berujung pada
berbagai komplikasi.

Ginjal normal memiliki 1 juta nefron (unit satuan ginjal) yang berpengaruh
terhadap laju filtrasi glomerulus. Ginjal memiliki kemampuan untuk menjaga laju
filtrasi glomerulus dengan meningkatkan kerja nefron yang masih sehat ketika ada
nefron yang rusak. Adaptasi ini menyebabkan hiperfiltrasi dan kompensasi hipertrofi
pada nefron yang sehat. Hipertensi dan hiperfiltrasi pada glomerulus merupakan
faktor yang berpengaruh besar dalam progresivitas penyakit ginjal kronis.

Laju aliran darah ke ginjal berkisar 400 mg / 100 gram jaringan per menit. Laju
ini lebih banyak dibandingkan dengan aliran ke jaringan lain seperti jantung, hati dan
otak. Selain itu, filtrasi glomerulus bergantung pada tekanan intra dan
transglomerulus sehingga membuat kapiler glomerulus sensitif terhadap gangguan
hemodinamik.

Peningkatan dasar plasma kreatinin dua kali lipat kurang lebih


merepresentasikan penurunan laju filtrasi glomerulus sebanyak 50%. Contoh: plasma
kreatinin dasar senilai 0.6 mg/dL yang meningkat menjadi 1.2 mg/dL, (masih dalam
batas normal), menggambarkan terdapat 50% kerusakan massa nefron.

Peningkatan tekanan kapiler glomerulus dapat menjadi cikal bakal


glomerulosklerosis fokal dan/atau segmental yang kemudian dapat berakhir menjadi
glomerulosklerosis global. Membran filtrasi glomerulus memiliki muatan yang
negatif, sehingga membuat hal tersebut menjadi penghalang dari makromolekul
anionik. Dengan penghalang elektrostatik ini, protein pada plasma dapat menembus
filtrasi glomerulus.

Faktor yang mempengaruhi terjadinya proses kerusakan ginjal antara lain :

a. Hipertensi sistemik
Obat-obatan nefrotoksik seperti obat anti inflamasi non-steroid (OAINS) dan media
kontras untuk pencitraan Penurunan perfusi seperti akibat dari syok hipovolemik

b. Proteinuria
c. Hiperlipidemia

Hiperfosfatemia dengan deposisi kalsium fosfat

d. Kebiasaan merokok
e. Diabetes tidak terkontrol

Perjalanan penyakit ginjal kronis akan berujung menjadi beberapa komplikasi, di


antaranya adalah Anemia, akibat penurunan eritropoietin yang diproduksi oleh ginjal.
Penurunan eritropoietin ini seiring dengan penurunan laju filtrasi glomerulus
Osteodistrofi ginjal, akibat peningkatan hormon paratiroid akibat retensi fosfat dan
hipokalsemia akibat dari defisiensi vitamin D

f. Hiperkalemia

Disebabkan karena ketidakmampuan ginjal untuk mengekskresikan kalium dari


makanan yang masuk. Dapat mempengaruhi kerja jantung dan pada EKG tampak
gelombang T tinggi, pemanjangan sistem konduksi, sine wave (pelebaran gelombang
QRS, tidak tampak gelombang P dan gelombang T bersatu dengan gelombang QRS)
ataupun asistol

g. Edema paru

Kelebihan cairan terjadi karena terganggunya regulasi cairan di ginjal pada pasien
PGK terutama bila memiliki gagal jantung kongestif Risiko perdarahan: peningkatan
risiko perdarahan akibat gangguan hematologi seperti gangguan fungsi platelet

4. Tanda dan Gejala

Gejala GGK biasanya akan lebih jelas jika penurunan fungsi ginjal sudah
memasuki tahap lanjut. Berikut ini adalah gejala yang bisa muncul ketika fungsi
ginjal sudah turun cukup signifikan:
 Tekanan darah tinggi yang sulit dikendalikan
 Hilang nafsu makan
 Berat badan menurun
 Gangguan tidur atau insomnia
 Sering merasa lelah
 Buang air kecil lebih sering, terutama di malam hari
 Terdapat darah atau busa dalam urine
 Kulit kering dan gatal (pruritus) yang berkepanjangan
 Sering mengalami kram otot
 Mual dan muntah
 Buang air kecil semakin sedikit (tanda sudah memasuki gagal ginjal tahap akhir)
 Pembengkakan pada kaki atau pergelangan kaki yang dapat memburuk, bahkan
hingga tangan, wajah, atau seluruh tubuh (edema anasarka)
 Berat badan meningkat akibat penumpukan cairan
 Nyeri dada, terutama jika ada penumpukan cairan di jaringan jantung
 Sesak napas, jika ada penumpukan cairan di paru-paru

5. Indikasi

a. Hiperkalemia ( K > 6 mEq/I)


Hyperkalemia (kadar kalium darah yang tinggi) adalah suatu keadaan dimana
konsentrasi kalium darah lebih dari 6 mEq/L. Selain itu, Hyperkalemia adalah
suatu kondisi di mana terlalu banyak kalium dalam darah.
b. Asidosis
Dalam keadaan normal, ginjal menyerap asam sisa metabolisme dari darah dan
membuangnya ke dalam urine
c. Kegagalan terapi konservatif
d. Kadar ureum/kreatinin tinggi dalam darah

6. Kontraindikasi
a. Adanya kesulitan akses vaskular
b. Fobia terhadap jarum
c. Gagal jantung
d. Koagulopati
e. Hemodinamik tidak stabil

C. KONSEP DASAR HEMODIALISIS

1. Pengertian

Hemodialisis adalah suatu usaha untuk memperbaiki kelainan biokimiawi darah


yang terjadi akibat terganggunya fungsi ginjal, dilakukan dengan menggunakan mesin
hemodialisis. Hemodialisis merupakan salah satu bentuk terapi pengganti ginjal (renal
replacement therapy/RRT) dan hanya menggantikan sebagian dari fungsi ekskresi ginjal.
Hemodialisis dilakukan pada penderita PGK stadium V dan pada pasien dengan AKI
(Acute Kidney Injury) yang memerlukan terapi pengganti ginjal. Menurut prosedur yang
dilakukan HD dapat dibedakan menjadi 3 yaitu: HD darurat/emergency, HD
persiapan/preparative, dan HD kronik/reguler (Daurgirdas et al., 2007).

Tujuan dari hemodilisis adalah untuk memindahkan produk-produk limbah


terakumulasi dalam sirkulasi klien dan dikeluarkan ke dalam mesin dialisis. Pada klien
gagal ginjal kronik, tindakan hemodialisis dapat menurunkan risiko kerusakan organ-
organ vital lainnya akibat akumulasi zat toksik dalam sirkulasi, tetapi tindakan
hemodialisis tidak menyembuhkan atau mengembalikan fungsi ginjal secara permanen.
Klien GGK biasanya harus menjalani terapi dialiss sepanjang hidupnya (biasanya tiga
kali seminggu selama paling sedikit 3 atau 4 jam perkali terapi) atau sampai mendapat
ginjal baru melalui transplantasi ginjal (Mutaqin & Sari, 201

2.Tujuan
Tujuan dari Hemodialisis adalah untuk memindahkan produk-produk limbah
terakumulasi dalam sirkulasi klien dan dikeluarkan ke dalam mesin dialis. Dialisis
membantu menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi yaitu membuang sisa
metabolisme dalam tubuh seperti ureum, dan creatinine. Menggantikan fungsi ginjal
dalam mengeluarkan cairan tubuh yang seharusnya dikeluarkan sebagai urin saat ginjal
sehat. Meningkatkan kelangsungan hidup pasien yang menderita penurunan fungsi
ginjal .Memulihkan kondisi ginjal ,memungkinkan pasien dapat hidup normal, dan
meminimalisir kerusakan orang lain.

3.Indikasi

a. Hiperkalemia ( K > 6 mEq/I)


Hyperkalemia (kadar kalium darah yang tinggi) adalah suatu keadaan dimana
konsentrasi kalium darah lebih dari 6 mEq/L. Selain itu, Hyperkalemia adalah
suatu kondisi di mana terlalu banyak kalium dalam darah.
b. Asidosis
Dalam keadaan normal, ginjal menyerap asam sisa metabolisme dari darah dan
membuangnya ke dalam urine
c. Kegagalan terapi konservatif
d. Kadar ureum/kreatinin tinggi dalam darah

4. Kontraindikasi

a. Adanya kesulitan akses vascular


b. Fobia terhadap jarum
c. Gagal jantung
d. Koagulopati
e. Hemodinamik tidak stabil
D. KONSEP DASAR NYERI

1. Pengertian
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat
subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal sekala atau
tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau
mengevaluasi rasa nyeri yang di alaminya. Nyeri didefinisikan sebagai suatu
keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya di ketahui bila seseorang
mengalaminya.
2. Etiologi
a. Faktor resiko
1. Nyeri akut
 Melaporkan nyeri secara verbal daa non verbal
 Menunjukan kerusakan
 Posisi untuk mengurangi nyeri
 Muka dengan eskpresi nyeri
 Respon otonom( penurunan tekanan darah , suhu, nadi)
 Tingka laku ekspresi (gelisa, merintih, nafas panjang, mengeluh)
2. Nyeri kronis
 Perubhan berat badan
 Melaporkan secara verbal dan non verbal
 Menunjukan gerakan melindungi, gelisah, depresi, focus pada diri sendiri
 Kelelahan
 Perubahan pola tidur
 Takut cederah
 Interaksi dengan orang lain menurun.
b. Faktor predisposisi
 Trauma
 Peradangan
 Trauma psikologis

c. Faktor presipitasi
 Lingkungan
 Suhu ekstrium
 Kegiatan
 Emosi
3. Batas karakteristik nyeri
 Anoreksia
 Ekspersi wajah
 Keluhan tentang karakteristik nyeri dengan menggunakan standar instrument
nyeri
 Laporan tentang perilaku nyeri/ perubhan aktivitas
 Perubahan pola tidur
4. Manefestasi klinis
a. Tanda dan gejalah nyeri
 Gangguan tidur
 Posisi menghindari nyeri
 Gerakan menghindari nyeri
 Raut wajah kesakitan( menangis, merintih)
 Perubahan nafsu makan
 Tekanan darah meningkat
 Pernapasan meningkat
 Depresi

b. Faktor yang mempengaruhi nyeri

1. Usia
anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji
respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika
sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung
memendam nyeri yang dialami, karena mereka mengangnggap nyeri adalah hal
alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat
atau meninggal jika nyeri diperiksakan.
2. jenis kelamin
mengungkapkan laki-laki dan wanita tidak berbeda secara signifikan dalam
merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya (ex: tidak pantas kalo
laki-laki mengeluh nyeri,Wanita boleh mengeluh nyeri).
3. kultur 
orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap
nyeri misalnyaseperti suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah
akibat yang harus diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka
tidak mengeluh jika ada nyeri.
4. Makna nyeri
berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan
bagaimana mengatasinya.
5. Perhatian
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat
mempengaruhi persepsi nyeri. perhatian yang meningkat dihubungkan dengan
nyeri yang meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan respon
nyeri yang menurun. Tehnik relaksasi, guided imagery merupakan tehnik untuk
mengatasi nyeri.
6. ansietas
Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan
seseorang cemas.
7. pengalaman masa lalu
Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini
nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah
tidaknya seseorang mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masa lalu dalam
mengatasi nyeri.

5. Patofisiologi
Pada saat sel saraf rusak akibat trauma jaringan, maka terbentuklah zt-zat kimia seperti
bradikinin, serotonin dan enzim proteotik. Kemudian zat-zat tersebut merangsang dan
merusak ujing saraf reseptor nyeri dan rangsangan tersebut akan di hantarkan ke
hipotalamusmelalui salaf asenden. Sedangkan di korteks nyeri akan dipersiapkan
sehingga individu mengalami nyeri. Selaian di hantarkan he hipotalamus nyeri dapayt
menurunkan stimulasi terhadap reseptor mekanin sensitive pada termosensitif sehingga
juga dapat menyebabkan atau mengalami nyeri.

6. Penatalaksanaan nyeri
a. Penatalaksanaan keperawatan
 Meonitor tanda-tanda vital
 Kaji adanya infeksi atau peradangan nyeri
 Distrasi( mengalihan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri ringan
sampai sedang)
 Kompres hangat
 Mengajarkan teknik relaksasi
b. Penatalaksanaan medis
 Pemberian analgestic
Analgestik akan lebih efektif diberikan sebelum pasien merasakan nyeri yang
berat di bandingkan setelah mengeluh nyeri.
 Plasebo
Plasebo merupakan obat yang tidak mengandung komponen obat analgetik
seperti gula, larutan garam atau normalsaline, atau iir. Tetapi ini dapat
menurunkan rasa nyeri, hal ini karena faktor presepsi kepercayaan pasien.

E. KONSEP DASAR ASKEP NYERI

1. Pengkajian
a. Biodata
Identitas pasien berisikan nama pasien, tempat tanggal lahir, jenis kelamin,
tanggal masuk rumah sakit, rekam medis.
b. Keluhan utama
Keluhan utama yang di timbul pada klien dengan nyeri pinggang kurang lebih 3
hari
c. Riwayat kesehatn dahulu
Tidak terdapat data yang ditemukan adanya penyakit yang sama dengan anggota
keluaraganya
d. Pemeriksaan fisik
1) Inspeski
 Pemeriksaan dari toraks posterior, klien pada posisi tidur
 Dada diobservasi
 Tindakan dilakukan dari atas (apeks)samapi kebawah)
 Inspeksi tiraks posterior, meliputi warna kulit dan kondisinya, skar, lesi, massa
dan gangguan tulang belakang.
 Catat jumlah irama kedalaman pernafasan dan kesimetrisan pergerakan dada.
 Obsevasi tipe pernafasan hidung, pernafasan diagfragma dan penggunaan otot
bantu pernafasan
 Ssat mengobservasi respirasi, catat durasi, dari fase inspirasi(I) dan fase
eksfirasi (E)
 Kelainan bentuk dada
2) Palpasi
 Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan mengetahui dan
mengobservasi abnormalitas, mengidentifikasi keadaan kulit, dan mengetahui
vocal.
 Palpasi toraks untuk mengetahui abnormalitas yabng terkajisaan inspeksi
seperti; masa, lesi, bengkak.

3) Perkusi
 Resonan(sonor): bergaung, nada rendah, dihasilkan pada aringan paru normal.
 Dullness: bunyi nyang pendek serta lemah, ditemukan diatas bagian mamae,
hati
 Timpani : musical , bernada tinggi dihasilakan atas perut yang berisi udarah
 Hipersonan(hipersonor): bergaung lebih rendah, dibandingkan dengan resonan
dan timbul pada bagian perut yang berisih darah.
 Flatness: sangat dullness, oleh karena itu nada lebih tinggi, dapat terdebgar
paada perkusi daerah dimana areanya seluruhnya berisi jaringan.
4) Auskultasi
 Merupakan pengkajian yang sanat bermakna, mencangkup mendengar bunyi
nafas normal, bunyi nafas tambahan (abnormal)
 Suara nafas abnormal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui jalan nafas
dari laring ke alveoli, dengan sifat bersih.
 Suara nafas normal meliputi bronkial, vesikuler
 Suara nafas tambahan meliputi whezzing

2. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang terkadang diperlukan pada pasien dengan nyeri punggung
bawah kronis yang memiliki indikasi tertentu.
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pasien yang dicurigai infeksi, keganasan, atau ankylosing spondylitis dapat
dilakukan pemeriksaan erythrocyte sedimentation rate (ESR) atau C-Reactive
Protein (CRP) bersamaan dengan pemeriksaan radiologis.

2. Pemeriksaan Radiologis
Evaluasi awal nyeri punggung bagian bawah sebaiknya membagi pasien ke
empat kelompok :

a. Nyeri nonspesifik
Nyeri dengan radikulopati atau stenosis spinalis
b. Nyeri alih dari sumber nonspinalis
Nyeri yang berasal dari kelainan di tulang belakang
Pasien dengan gejala radikulopati, stenosis spinalis, atau kelainan di tulang
belakang sebaiknya diperiksa magnetic resonance imaging (MRI) atau
computed tomography (CT). Pasien dengan tanda bahaya (red flags) juga
sebaiknya dilakukan pemeriksaan penunjang lebih awal.[1,3-5]

3. X-Ray:
Pemeriksaan rontgen tidak bermanfaat untuk diagnosis nyeri punggung bawah.
Walau demikian, pemeriksaan ini dapat disarankan pada pasien yang dicurigai
infeksi, kanker, atau fraktur kompresi vertebra.

4. CT Scan dan MRI:


CT Scan dan MRI diperlukan untuk diagnosis herniasi diskus atau stenosis
spinal. Salah satu pemeriksaan ini juga disarankan bila pasien ada faktor risiko
kanker, jika ada rencana operasi, atau bila pemeriksaan X-Ray kurang jelas.
Penampakan herniasi diskus belum tentu menjadi penyebab nyeri. Herniasi
diskus dapat ditemukan di 25% pasien tanpa nyeri punggung bawah.
Pemeriksaan MRI adalah yang terbaik untuk nyeri radikuler, nyeri sendi
sakroiliak, dan stenosis spina lumbalis . Sindroma sendi Facet dan nyeri
diskogenik lebih tampak di CT Scan. MRI juga bermanfaat untuk diagnosis
kondisi berat seperti abses epidural, osteomielitis, dan sindrom kauda equina.

3. Diagnosa keperawatan nyeri


Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis

4. Intervensi keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Evaluasi


Keperawatan Hasil
1 Nyeri akut NOC : 1. Bina hubungan saling
berhubungan dengan 1. Mampu mengontrol percaya antara perawat
agen cedera biologis nyeri (tahu dan pasien
penyebab nyeri, 2. Observasi tanda - tanda
mampu vital
menggunakan 3. Kaji skala nyeri
teknik 4. Ajarkan posisiyang
nonfarmokologi meringankan nyeri
untuk mengurangi 5. Ajar dan anjurkan teknik
nyeri, mencari relaksasi napas dalam
bantuan) saat nyeri timbul
2. Menyatakan rasa 6. Ajar dan anjurkan teknik
nyaman setelah massase
nyeri berkurang 7. Kolaborasi pemberian
3. RR dalam batas terapi anti nyeri
normal (16-20 x /
menit)

5. Implementasi keperawatan
Implementasi keprawatan dilaksanakan berdasarkan intervensi yang sudah dibuta
dengan melihat respon klien. Apabilah diperluhakan makan intervensi dapat
dimodifikasi sesuai kebutuhan.

6. Evaluasi keperawatan
1. Mengkaji dan catat lokasi, serta lamanya intensitas nyeri
2. Mengetahui tempat nyeri dan lama nyeri berkurang
3. Memperhatikan adanya keluhan peningkatan atau menetapnya nyeri
4. Mengajarkan teknik distraksi dan rileksasi

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hemodialisis adalah peroses pembersihan darah dari zat-zat racun, melalui
proses penyaringan diluar tubuh karena ginjal tidak mampu lagi membuang sisa-
sisa metabolisme. Dalam tubuh.
Gagal ginjal adalah kasus penurunan fungsi ginjakl yang terjadi secara akut
atau kambuhan maupun kronis atau menahun. Dikatakan gagal ginjal akut bilah
penurunan fungsi ginjal berlangung secarah tiba-tiba, tetapi kemudian dapat
kembali normal setelah penyebabnya segerah dapat di atasi. Sedangakn gagal
ginjal kronis gejalanya muncul secara bertahap,biasanya tidak menimbulkan
gejal awal yang jelas, sehingga penurunan fungsi ginjal tersebut sering tidak
dirasakan, tahu-tahu sudah pada tahap parah yang sulit di obat.
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan berifat sangat
subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau
tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau
mengevaluasi rasa nyeri yang di alaminya.
B. SARAN
Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada TN. M.M
diruangan hemodialisa maumere maka mahasiswa memberikan beberapa saran
sbb:
1. Dalam pemberihan asuhan keperawatan dapat di gunakan pendekatan
proses keperawatan serta perlu adanya partisipasi keluarga karena
keluarga merupakan orang terdekat pasien yang tahu perkembangan dan
kesehatan pasien.
2. Dalam meberikan asuhan keperawatan setiap pengkajian, diagnosa,
perencanaan, tindakan, dan evaluasi perlu di dokumentasikan dengan
baik
3. Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang nyeri

DAFTAR PUSTAKA

PPNI (2016) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Defenisi dan Indikator


Diagnosis, Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI.

PPNI (2016) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Defenisi dan Tindakan


Diagnosis, Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI.

KEMENKES (2018). Cegah dan Kendalikan Penyakit Ginjal Dengan CERDIK dan
PATUH. Diakses pada tanggal 07 Desember 2018 dari www.depkes.go.id

Anda mungkin juga menyukai