Sindroma Nefrotik
Primary (87%)
Idiopathic
Minimal lession
(85%)
Secondary (13%)
Non idipathic
Non minimal
lession
Relapses (60-80%)
Frequent relapses/steroid dependent
(60%)
problems
Kelinan minimal
- mikroskop biasa : glomerulus normal
- mikroskop elektron : foot processus sel epitel terpadu.
- cara imunofluoresensi : tidak terdapat Ig G / imunoglobulin
beta-1C pada dinding kapiler glomerulus.
- banyak terdapat pada anak daripada orang dewasa.
- Prognosis lebih baik dbandingkan dengan golongan lain.
Nefropati membranosa
Glomerulonefritis proliferatif
1.
Proteinuria
disebabkan:
- permeabilitas dinding kapiler glomerulus
- sebab belum jelas diketahui.
- keadaan normal membran basalis & sel epitel
bermuatan negatif dapat menghambat perjalanan
molekul bermuatan positif
- Pada sindrom nefrotik ditemukan obliteransi /fusi
foot processes (pedikel) sehingga terjadi kerusakan
polianion yang bermuatan negatif yang dalam keadaan
normal merupakan filter/barier terhadap serum albumin
yang bermuatan negatif
- perubahan ini menyebabkan peningkatan
permeabilitas dinding kapiler glumerulus terhadap
serum protein.
2. Hipoalbuminuria
Jumh lbumin ditentukan oleh masukan dari sintesis
hepar &pengeluaran akibat degradasi metabolik, eksresi
renal & gastrointestinal.
anak dengan SN terdapat hubungan terbalik antara
laju sekresi protein urin dan derajat hipoalbuminemia.
disebabkan oleh proteinuria masif akibat penurunan
tekanan onkotik plasma
untuk mempertahankan tekanan onkotik plasma maka
hati berusaha meningkatkan sintesis albumin
Meningkatnya katabolisme albumin di tubulus renal dan
menurunnya katabolisme ekstrarenal dapat
menyebabkan keadaan laju katabolisme absolut yang
normal, albumin plasma yang rendah tampaknya
disebabkan oleh meningkatnya eksresi albumin dalam
urin dan meningkatnya katabolisme fraksi pool albumin
(terutama disebabkan karena meningkatnya degradasi di
dalam tubulus renal) yang melampaui daya sintesis hati.
4. Edema
Teori klasik :
Kelaianan glomerulusa
Albuminuria
Hipoalbuminemia
Tekanan onkotik koloid plasma
Volume plasma
Retensi Na renal sekunder
Edema
Kelainan glomerulus
Retensi Na renal primer
Albuminuria
Hipoalbuminuria
Volume plasma
Edema
perjalanan penyakit SN
Diare sering dialami pada keadaan edema yang masif tidak
berkaitan dengan infeksi diduga penyebabnya : edema
submukosa di mukosa usus.
Hepatomegali dapat ditemukan pada pemeriksaan fisik
mungkin disebabkan sintesis albumin yang meningkat /
edema atau keduanya
Kemungkinan adanya abdomen akut atau peritonitis harus
disingkirkan dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksan
lainnya bila komplikasi ini tidak ada kemungkinan
penyebab nyeri tidak diketahui.
Akut abdomen / peritonitis disebabkan karena edema
dinding perut atau pembengkakan hati kadang nyeri
dirasakan terbatas pada daerah kuadran atas kanan
abdomen.
Edema
proteinuria masif
Hipoalbuminemia
Hiperkolesterolemia / hiperlipidemia
pemeriksaan penunjang:
Respon
Dosis furosemid dinaikkan 2 kali
lipat (maksimum 4-6
mg/kgbb/hari)
Respon -
KORTIKOSTEROID
o
PENGOBATAN SN RELAPS
bulan.
300 mg/kgBB.
Pemberian oral selama 3 bulan dengan dosis total 180
4. Siklosporin
SN yang tidak responsive terhadap steroid atau sitostatik
4-5 mg/kgbb/hari (100-150 mg/m2 LPB)
iv.
CPA oral diberikan selama 8 minggu.
CPA dosis 500 750 mg/m2 LPB dilarutkan dalam 250 ml
2. TROMBOSIS
Bila diagnosis trombosis telah ditegakkan dengan
dianjurkan.
3. HIPERLIPIDEMIA
Pada SN sensitif steroid, karena peningkatan zat-zat tersebut
4. HIPOKALSEMIA
Pada SN dapat terjadi hipokalsemia karena: penggunaan steroid
mL/kgbb/IV
5. HIPOVOLEMIA
Pemberian diuretik yang berlebihan atau dalam keadaan SN relaps
6. HIPERTENSI
Hipertensi dapat ditemukan pada awitan penyakit atau
16 tahun
Terdapat hematuria nyata, hematuria mikroskopik persisten
hipovolemia
Tersangka sindrom nefrotik sekunder
diuretik.
Hilangnya faktor koagulasi, antitrombin dan plasminogen
peningkatan arterosklerotik.
1. Avner ED, Harmon WE, Niaudet P. Pediatric Nephrology. Edisi 5, hal 575 - 86, 2004.
2. Marcdante KJ, Kliegman RM, Jenson HB, Behrman RE, et al. Nelson Ilmu Kesehatan
Anak Esensial, edisi 6. Singapura : Elsevier, 2011: 658-659, 660.
3. Albar H. Tata Laksana Sindrom Nefrotik Kelainan Minimal Pada Anak Dalam Sari
Pediatri, Juni, 2006; 18(1): 608.
4. Makalah Sindrom Nefrotik pada Anak [internet] . Tersedia di URL:
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-rachmiinsa-5118-2bab2.pdf .
5. Ngastiyah. Sindrom Nefrotik dalam buku Perawatan Anak Sakit. Jakarta, 1997 :
304-310.
6. Trihono PP; Alatas H; Tambunan T; Pardede OS. KONSENSUS TATA LAKSANA
SINDROM NEFROTIK IDIOPATIK PADA ANAK, Ed.2. Jakarta : Badan Penerbit Ikatan
Dokter Anak Indonesia, 2008: 1, 2-3, 3-20.
7. Wirya W.IGN: Penelitian beberapa aspek klinis dan patologi anatomis sindrom
nefrotik primer pada anak di Indonesia. Disertasi, FKUI. Jakarta 14 Oktober 1992.
8. Travis L, 2002. Nephrotic syndrome. Emed J [on line][(20) :screen] Tersedia di :
URL.http/www emedicine.com/PED/topic1564,htm.2009.
9. Husein, A, dkk. Buku Ajar Nefrologi Anak. Edisi kedua.Jakarta: Ikatan Dokter
AnakIndonesia; 2002. hal 832-834
10. Wirya IGN W, Alatas H, Tambunan T, Trihono PP, Pardede SO. Buku Ajar Nefrologi
Anak, Ed 2. Jakarta :Balai penerbit FKUI, 2010 :383-388, 389-390.
TERIMA KASIH