PENDAHULUAN
ditandai oleh proteinuria masif (lebih dari 3,5 g/1,73 m2 luas permukaan tubuh per
tidak diketahui dan SN sekunder yang disebabkan oleh penyakit tertentu. Saat ini
gangguan imunitas yang diperantarai oleh sel T diduga menjadi penyebab SN.
Hal ini didukung oleh bukti adanya peningkatan konsentrasi neopterin serum dan
rasio neopterin/kreatinin urin serta peningkatan aktivasi sel T dalam darah perifer
kasus per tahun pada setiap 1.000.000 anak. Sindroma nefrotik tanpa disertai
anak yang paling banyak ditemukan adalah jenis kelainan minimal. International
adalah kelainan minimal. Apabila penyakit SN ini timbul sebagai bagian dari
penyakit sistemik dan berhubungan dengan obat atau toksin maka disebut
sindroma nefrotik sekunder. Insiden sindroma nefrotik primer ini 2 kasus per
tahun tiap 100.000 anak berumur kurang dari 16 tahun, dengan angka prevalensi
kumulatif 16 tiap 100.000 anak kurang dari 14 tahun. Rasio antara laki-laki dan
perempuan pada anak sekitar 2:1. Laporan dari luar negeri menunjukkan dua
pertiga kasus anak dengan SN dijumpai pada umur kurang dari lima tahun.
toksin, transplantasi ginjal, trombosis vena renalis, stenosis arteri renalis, obesitas
massif.
anak-anak (< 16 tahun) paling sering ditemukan nefropati lesi minimal (75%-
85%) dengan umur rata-rata 2,5 tahun, 80% < 6 tahun saat diagnosis dibuat dan
laki-laki dua kali lebih banyak daripada wanita. Pada orang dewasa paling
respon terapi yang bervariasi dan sering terjadi kekambuhan setelah terapi
SN
Pasien SN primer secara klinis dapat dibagi dalam tiga kelompok, yaitu:
1. Kongenital
2. Responsif steroid
3. Resisten steroid
Bentuk kongenital ditemukan sejak lahir atau segera sesudahnya.
minimal. Kelompok tidak responsif steroid atau resisten steroid terdiri atas anak-
anak dengan kelainan glomerulus lain. Sindroma nefrotik dapat timbul dan
bersifat sementara pada tiap penyakit glomerulus dengan keluarnya protein dalam
Selain itu juga Sindrom nefrotik terdiri dari proteinuria masif, hipo-
(SNI) didefinisikan sebagai sindrom nefrotik yang terjadi setelah umur 3 bulan
sampai 12 bulan sedangkan sindrom nefrotik yang terjadi dalam 3 bulan pertama
kepentingan statistik. Kejadian SNI tidak diketahui dengan pasti tetapi diperkira-
kan lebih rendah daripada kejadian sindrom nefrotik pada kejadian sindrom
nefrotik pada sekitar 1-2 per 100.000 anak. Umumnya pada SNI tidak terdapat
riwayat keluarga, namun dalam satu keluarga dapat ditemukan sindrom nefrotik
terhadap steroid atau imunosupresan dan dapat terjadi remisi spontan, sedangkan
SNK biasanya tidak responsif terhadap steroid dan imunosupresan dan remisi
spontan sangat jarang atau bahkan hampir tidak pernah terjadi. SNI ini akan
tromboemboli. Umumnya prognosis SNI buruk, namun dengan terapi medis dan
Umum:
Sindrom Nefrotik
Khusus:
a. Definisi
b. Etiologi
c. Patofosiologi
d. Pathways
e. Manifestasi Klinis
f. Pemeriksaan Penunjang
g. Penatalaksaan Medis
h. Komplikasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
dari 2,5 gram/100 ml) yang disertai atau tidak disertai dengan edema dan
(ginjal terdiri dari tubulus, glomerulus dll.) dan ditandai proteinuria (keluarnya
dalam darah turun), edema (bengkak) disertai hiperlipid emia (kadar lipid atau
nefrotik biasanya menyerang anak laki-laki lebih sering dari pada anak
bahwa Sindrom Nefrotik pada anak merupakan kumpulan gejala yang terjadi
Sindrom nefrotik adalah keadaan klinis yang ditandai dengan proteinuria masif,
2.2 Etiologi
Sebab yang pasti belum diketahui. Akhir-akhir ini dianggap sebagai suatu
1. Sindrom nefrotik bawaan atau sindroma nefrotik primer yang 90% disebut
(diluar ginjal). Sindrom jenis ini timbul sebagai akibat penyakit sistemik:
a. Penyakit keturunan/metabolik
Diabetes
Amiloidosis, penyakit sel sabit, nefritis membranoproliferatif
hipokomplementemik.
Miksedemia
b. Infeksi
Virus hepatitis B
Skistosoma
Lepra
Sifilis
Pasca streptococcus
c. Toksin/Alergi
Serangga
Bisa ular
Purpura Henoch-Schonlein
Sarkoidosis
e. Keganasan
Tumor paru
Penyakit Hodgkin
mikroskop electron tampak foot processus sel epitel berpadu. Dengan cara
b. Nefropati membranosa
tanpa proliferasi sel. Tidak sering ditemukan pada anak. Prognosis kurang
baik.
c. Glomerulonefritis proliferatif
Kelainan ini sering ditemukan pada nefritis yang timbul setelah infeksi
bagi ginjal juga bisa menyebabkan sindroma nefrotik, demikian juga halnya
penyebab AIDS) paling banyak terjadi pada orang kulit hitam yang menderita
infeksi ini. Sindroma nefrotik berkembang menjadi gagal ginjal total dalam
2.3 Patofisiologi
1. Proteinuria
yang lebih besar seperti lipoprotein. Clearance relative plasma protein yang
berbanding terbalik dengan ukuran atau berat molekulnya mencerminkan
2. Hipoalbuminemi
3. Hiperlipidemi
4. Lipiduri
Lemak bebas (oval fat bodies) sering ditemukan pada sedimen urin. Sumber
lemak ini berasal dari filtrat lipoprotein melalui membrana basalis glomerulus
yang permeabel.
5. Edema
sindrom nefrotik.
sindrom nefotik, agar timbul edema harus ada retensi air. Tonisitas normal
reabsorbsi air dalam tubuli distal dan duktus koligens serta pembentukan
mendasar retensi air pada sebagian besar nefrotik anak, seperti yang
garam dan air pada pasien nefrotik dapat dianggap sebagai suatu respons
6. Hiperkoagulabilitas
Keadaan ini disebabkan oleh hilangnya antitrombin (AT) III, protein S, C dan
fungsi sel endotel serta menurunnya faktor zimogen (faktor IX, XI).
dan peritonitis.
Pathways
Sindrom Nefrotik Bawaan,
Sindrom Nefrotik Sekunder,
Sindrom Nefrotik Idiopatik
Permeabilitas glomerolus ↑
Reabsorbsi dalam
ductus kolektivus
Reabsorbsi natrium
ditubulus ginjal
Edema
Edema
Peritonitis
Suplai O2 ↓
Nyeri akut
- nyeri perut
- pengkisutan otot
Perut bisa membengkak karena terjadi penimbunan cairan dan sesak nafas
bisa timbul akibat adanya cairan di rongga sekitar paru-paru (efusi pleura).
Gejala lainnya adalah pembengkakan lutut dan kantung zakar (pada pria).
Pada anak-anak bisa terjadi penurunan tekanan darah pada saat penderita
berdiri dan tekanan darah yang rendah (yang bisa menyebabkan syok). Tekanan
Produksi air kemih bisa berkurang dan bisa terjadi gagal ginjal karena
rendahnya volume darah dan berkurangnya aliran darah ke ginjal. Kadang gagal
akan diserap dari tulang. Rambut dan kuku menjadi rapuh dan bisa terjadi
kerontokan rambut. Pada kuku jari tangan akan terbentuk garis horisontal putih
infeksi oportunistik (infeksi akibat bakteri yang dalam keadaan normal tidak
vena ginjal yang utama. Di lain fihak, darah bisa tidak membeku dan
jantung dan otak paling mungkin terjadi pada penderita yang memiliki diabetes
a. penyakit jantung
b. penyakit liver
c. penyakit ginjal
d. alergi
e. busung lapar
2. Pemeriksaan darah:
Darah lengkap:
12-18 Tahun; Pria (> 13-16 g/dl), Wanita (> 12-16 g/dl)
Hematokrit:
Kreatinin serum:
Kliren kreatinin:
antibody).
3. Uji diagnostic
Biopsi ginjal merupakan uji diagnostik yang tidak dilakukan secara rutin
2. Dietetik
protein (MEP) dan hambatan pertumbuhan anak. Diit rendah garam (1-2
3. Diuretikum
Restriksi cairan diperlukan selama ada edema berat. Biasanya diberikan loop
gram/kgBB selama 4 jam untuk menarik cairan dari jaringan interstisial, dan
4. Antibiotika profilaksis
profilaksis dengan penicilin oral 125-250 mg, 2 kali sehari, sampai edema
tetapi perlu dipantau secara berkala, dan bila ditemukan tanda-tanda infeksi
a. Pengobatan inisial
dihitung sesuai dengan berat badan ideal (berat badan terhadap tinggi
pemberian steroid 2 minggu pertama, remisi telah terjadi pada 80% kasus,
dan remisi mencapai 94% setelah pengobatan steroid 4 minggu. Bila
dosis awal) secara alternating (selang sehari), 1 kali sehari setelah makan
pagi. Bila setelah 4 minggu pengobatan steroid dosis penuh, tidak terjadi
b. Pengobatan relaps
infeksi saluran nafas atas. Bila ada infeksi diberikan antibiotik 5-7 hari,
Dependen steroid.
disebut dosis threshold dan dapat diterukan selama 6-12 bulan, kemudian
dicoba dihentikan. Bila terjadi relaps pada dosis prednison rumat >0,5
Terjadi relaps pada dosis rumat > 1 mg/kgBB dosis alternating atau
sepsis.
8-12 minggu.
Pengobatan dengan CPA memberikan hasil yang lebih baik bila hasil
6. Lain-lain
fungsi asites, funsi hidrotoraks dilakukan bila ada indikasi vital. Bila ada
tidak diketahui namun lebih jarang daripada orang dewasa. Diduga angka
kejadian komplikasi ini sebesar 1,8 % pada anak. Pada orang dewasa umunya
plasmin.
tertekannya fibrinolisis.
trombosit.
ekskresi kalsium dalam feses yang sama atau lebih besar dari intake. Adanya
akibat sembab mukosa saluran cerna serta terutama akibat terapi steroid.
Terapi steroid dosis tinggi dalam waktu lama menghambat maturasi tulang,
endogen dan eksogen dalam jaringan perifer melalui efek somatomedin. Cara
tinggi dalam waktu lama serta mencukupi intake kalori dan protein serta tidak
4. Infeksi
5. Anemia
Hiponatremia terutama disebabkan oleh retensi air dan bukan karena defisit
berkurangnya hantaran Na dan H2O ke pars asenden Ansa Henle. Pada anak
anak akan banyak minum meskipun dalam keadaan hipoosmolar dan adanya
jarang ditemukan.
gagal ginjal akut pada sindrom nefrotik harus dicari penyebabnya. Apakah
2.9 Prognosis
jenis kerusakan ginjal yang bisa diketahui dari pemeriksaan mikroskopik pada
biopsi. Gejalanya akan hilang seluruhnya jika penyebabnya adalah penyakit yang
dapat diobati (misalnya infeksi atau kanker) atau obat-obatan. Prognosis biasanya
Anak-anak yang lahir dengan sindroma ini jarang yang bertahan hidup
sampai usia 1 tahun, beberapa diantaranya bisa bertahan setelah menjalani dialisa
respon yang baik terhadap pengobatan. Jarang yang berkembang menjadi gagal
ginjal, meskipun cenderung bersifat kambuhan. Tetapi setelah 1 tahun bebas
terlalu baik. Lebih dari separuh penderita sindroma nefrotik familial meninggal
dalam waktu 10 tahun. Pada 20% pendeita prognosisnya lebih buruk, yaitu terjadi
gagal ginjal yang berat dalam waktu 2 tahun. Pada 50% penderita,
perbaikan.
untuk lupus bisa mengurangi gejala dan memperbaiki hasil pemeriksaan yang
abnormal, tetapi pada sebagian besar penderita terjadi gagal ginjal yang progresif.
Pada penderita kencing manis, penyakit ginjal yang berat biasanya akan timbul
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Secara umum pengkajian yang perlu dilakukan pada klien anak dengan
2) Edema
3) Wajah sembab :
a) Diare
b) Anoreksia
9) Peka rangsang
11) Letargi
a) Penurunan volume
b) Gelap
c) Berbau buah
d. Bantu dengan prosedur diagnostik dan pengujian, misalnya analisa urine akan
adanya protein, silinder dan sel darah merah; analisa darah untuk protein serum
serum.
a. Keluhan Utama
Berupa hal- hal yang dirasakan oleh klien dan menjadi penyebab utama klien
Pada neonates antara lain pemberian makan yang buruk, gagal tumbuh
kembang, menangis saat berkemih, dehidrasi, kejang, dan demam. Pada bayi
antara lain semua yang terlihat pada neonates, ditambah dengan ruam popok
yang menetap, urin berbau busuk, dan mengejan saat berkemih. Pada anak-
anak yang lebih besar antara lain nafsu makan yang buruk, muntah rasa haus
panggul.
Riwayat prenatal antara lain usia ibu yang masih muda, usia ibu yang terlalu
tua, dan multiparitas. Riwayat pascanatal antara lain infeksi saluran urine
Faktor resiko keluarga antara lain penyakit ginjal congenital atau didapat,
a. Tanda-tanda vital
b. Inspeksi
vena menonjol
c. Palpasi
Urinalisis menunjukkan proteinuria yang khas, kast hialin, sedikit sel darah
Tujuan volume cairan tubuh akan seimbang dengan kriteria hasil penurunan
edema, ascites, kadar protein darah meningkat, output urine adekuat 600
Intervensi Rasional
1. Catat intake dan output secara akurat
Evaluasi harian keberhasilan terapi
dan dasar penentuan tindakan
Tekanan darah dan BJ urine dapat
2. Kaji dan catat tekanan darah,
menjadi indikator regimen terapi
pembesaran abdomen, BJ urine Estimasi penurunan edema tubuh
3. Timbang berat badan tiap hari dalam
Mencegah edema bertambah berat
skala yang sama
Pembatasan protein bertujuan untuk
4. Berikan cairan secara hati-hati dan
meringankan beban kerja hepar dan
diet rendah garam. mencegah bertamabah rusaknya
hemdinamik ginjal.
5. Diet protein 1-2 gr/kg BB/hari.
b) Perubahan nutrisi ruang dari kebutuhan berhubungan dengan malnutrisi
Tujuan kebutuhan nutrisi akan terpenuhi dengan kriteria hasil napsu makan
Intervensi Rasional
1. Catat intake dan output makanan secara Monitoring asupan nutrisi bagi tubuh
akurat
Gangguan nuirisi dapat terjadi secara
2. Kaji adanya anoreksia, perlahan. Diare sebagai reaksi edema
intestinal
hipoproteinemia, diare.
Mencegah status nutrisi menjadi
lebih buruk
3. Pastikan anak mendapat makanan
dengan diet yang cukup
Tujuan tidak terjadi infeksi dengan kriteria hasil tanda-tanda infeksi tidak ada,
tanda vital dalam batas normal, ada perubahan perilaku keluarga dalam
melakukan perawatan.
Intervensi Rasional
1. Lindungi anak dari orang-orang yang Meminimalkan masuknya organisme
terkena infeksi melalui pembatasan
pengunjung. Mencegah terjadinya infeksi
nosokomial
2. Tempatkan anak di ruangan non infeksi
Mencegah terjadinya infeksi
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah nosokomial
Membatasi masuknya bakteri ke
tindakan.
dalam tubuh. Deteksi dini adanya
4. Lakukan tindakan invasif secara infeksi dapat mencegah sepsis.
aseptik
d) Kecemasan anak berhubungan dengan lingkungan perawatan yang asing
(dampak hospitalisasi).
Tujuan kecemasan anak menurun atau hilang dengan kriteria hasil kooperatif
Intervensi Rasional
1. Validasi perasaan takut atau cemas Perasaan adalah nyata dan membantu
pasien untuk tebuka sehingga dapat
menghadapinya.
Memantapkan hubungan,
2. Pertahankan kontak dengan klien
meningkatan ekspresi perasaan
Dukungan yang terus menerus
3. Upayakan ada keluarga yang mengurangi ketakutan atau
kecemasan yang dihadapi.
menunggu
Meminimalkan dampak hospitalisasi
terpisah dari anggota keluarga.
4.1 Pengkajian
Pengkajian diambil pada tanggal 16 April 2012 di Ruangan Anak RSUD Dr.
Soetomo Surabaya dengan diagnosa medik Nefrotic Syndrome. Anak masuk rumah
1. Identitas.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama.
Mengeluh muka dan badan bengkak, perut tambah besar, kencing jarang dan
sedikit.
Agustus 2001, klien mengalami bengkak pada muka, kaki dan perut tambah
besar. Oleh keluarga diperiksakan ke dokter di Lamongan dan dapat pil hijau
3 X ½ selama satu minggu. Setelah bengkak turun, pasien tidak kontrol lagi.
Tanggal 16 April 2002 pagi, pasien tidak mau makan karena sakit perut,
tegang, muka tangan dan kaki mulai bengkak. Sesak, klien dibawa ke dokter
Antenatal : saat hamil ibu pernah sakit jantung/paru-paru. Dan minum obat
dari dokter di rumah sakit, Kontrol kehamilan di bidan satu bulan sekali
secara teratur.
Natal : klien lahir dibantu dukun (bidan tidak ada). Berat 3 kg, usia kehamilan
Neonatal : warna kulit merah, pucat, kejang dan lumpuh tidak ada, menangis
kuat.
e. Imunisasi
BCG 1 kali, DPT 3 kali, polio 3 kali, campak 1 kali dan TT satu kali.
Berat badan 16 kg, panjang badan 102 cm, perkembangan fisik dan mental
meliputi dapat menghitung jari 1 10, menyebut warna merah, hijau, kuning
dan biru, menurut ibu klien kalau sehat anak bermain dengan teman
seusianya.
g. Status nutrisi
Sejak sakit tahun 2001, klien tidak makan ikan laut dan telur. Dari dokter
dianjurkan juga tidak makan asinan dan makanan snack yang mengandung
banyak penyedap rasa. Tetapi anak tidak mau karena kesukaan seperti mie
remes, chiki dan snack lainnya. Klien akan mengamuk jika tidak diberikan.
Dua hari sebelum MRS minum air putih bisa sampai 1 liter/hari, tidak mau
a. Sistem pernapasan.
b. Sistem kardiovaskuler.
Nadi 148 x/menit, reguler, Tekanan darah 90/60 mmHg, berbaring, tangan
c. Sistem persarafan
d. Sistem Perkemihan
Menurut ibunya sejak pagi klien jarang kencing walaupun minumnya tetap,
e. Sistem pencernaan.
Abdomen tegang, kembung, bising usus normal suara lemah. Klien tidak mau
makan karena sakit, nyeri abdomen, saat diraba dan diperkusi klien menangis
dan menjerit. Vena abdomen menonjol, ascites, BAB positif, mencret sedikit-
f. Sistem muskuloskeletal.
g. Sistem integumen.
Edem ekstremitas atas dan bawah, akral hangat, suhu/aksila 392 0C, muka
h. Sistem reproduksi
i. Sistem endokrin
Kelaurga atau ibu cemas akan keadaan anaknya karena biaya sudah banyak yang
dikeluarkan tetapi klien tidak sembuh. Terlebih saat ini biaya menipis dan
keluarga sudah mengurus JPS. Keluarga berharap klien cepat sembuh agar cepat
pulang.
5. Pemeriksaan penunjang.
Tanggal 16-4-2002
Radiologi : foto thoraks : cor besar dan bentuk normal, pulmo tidak
6. Pengobatan/therapi.
Lasiks 3 X 18 mg
Diit TKTPRL
Analisa data
Data Etiologi Masalah
Subyektif : Kelainan-kelainan glomerulus Kelebihan
- menurut ibu klien ;pernah volume cairan
tubuh
mengalami sakit yang
Albuminuria
sama bulan Agustus 2001
- sejak 16 April 2002 pagi
Hipoalbuminemia
muka, tangan dan kaki
mulai bengkak. Tekanan onkotik koloid plasma
menurun
Obyekif :
- edema ekstremitas atas
dan bawah, muka Volume plasma meningkat
sembab,
Retensi natrium renal meningkat
ascites,venaabdomen
menonjol, albumin 0,87
Edema
g/dl, protein urine 75
Kelebihan volume cairan
mg/dl (positif) dan roncii
pada paru kiri dan kanan.
Subyektif : Hipoalbuminemia Perubahan nutrisi
- menurut ibu 2 haris kurang dari
kebutuhan tubuh
SMRS klien tidak mau
Sisntesa pritein hepar meningkat
makan, mual dan
mengeluh perut sakit
Hiperlipidemia
Obyektif :
- status gizi 88,9% (gizi
Malnutrisi
kurang), edema, ascites,
albumin 0,87 g/dl, klien
hanya mau makan
satusendok makan.
4.2 Diagnosa
Tujuan kelebihan volume cairan dapat teratsi setelah 3 hari perawatan dengan
kriteria edema, ascites, ronki tidak ada, sembab hilang, peningkatan albumin dan
Intervensi Rasional
1. Timbang berat badan setiap Mengawasi status cairan yang baik.
Peningkatan berat badan lebih dari 0,5
haridengan alat yang sama
kg/hari diduga ada retensi cairan
Perlu waktu menentukan fungsi ginjal.
2. Catat pemasukan dan Kebutuhan penggantian cairan dan
penurunan resiko kelebihan cairan.
pengeluaran carian
Takikardi dan hipertermi dapat terjadi
karena kegagalan ginjal untuk
3. Monitor nadi dan tekanan darah mengeluarkana urine.
Edem dapat bertambah terutama pada
jaringan yang tergantung. Edema periorbita
4. Observasi adanya perubahan
menunjukkan adanya perpindahan cairan.
edema Dapat menunjukkan adanya perpindahan
cairan, akumulasi toksin, ketidak
seimbangan elektrolit.
Melebarkan lumen tubular, mengurangi
5. Observasi tingkat kesadaran,
hiperkalemia dan meningkatkan volume
bunyi paru dan jantung urine adekuat.
6. Kolaboratif : diuretik
Tujuan nyeri (akut) teratasi setelah 3 hari perawatan dengan kriteria secara verbal
dan non verbal nyeri berkurang atau hilang, skala 0 3, nadi dan tekanana darah
Intervensi Rasional
1. Observasi lingkar abdomen setiap Penambahan lingkar abdomen dapaat
memberikan gambaran penambahan
hari
akumulasi cairan.
Perubahan dalam intensitas tidak umum
2. Observasi nyeri (perubahan/ tetapi dapat menunjukkan adanya
komplikasi
penambahan), kualitas, lama
Penurunan bising usus dapat memperberat
3. Kaji bising usus keluhan nyeri dan indikasi adanya ileus
Nyeri yang hebat dapat meningkatkan nadi
dan tensi
4. Observasi nadi dan tensi
Meningkatkan pengeluaran urine yang
adekuat.
5. Kolaboratif : diuretik
dengan kriteria edema berkurang atau hilang, albumin dalam batass normal,
status gizi baik dna mual tidak ada, porsi makan dihabiskan.
Intervensi Rasional
1. Berikan diet rendah garam dan Mencegah retensi natrium berlebihan dan
rusaknya hepar dan hemodinamik ginjal
batasi pemberiana protein 1-2
Sebagai reaksi adanya edema intstinal.
gr/kg BB/hari Monitoring asupan nutrisi bagi tubuh
2. Kaji adanya anoreksia, muntah,
Memantau fungi peristaltik usus.
diare
3. Catat intake dan output makanan
secara adekuat.
4. Observasi lingkar perut, bising
usus
Tujuan setelah mendapat perawatan selama 1 minggu tidak terjadi infeksi dengan
kriteria tidak ada tanda-tanda infeksi, tanda vital dalam batas normal, tidak terjadi
phlebitis.
Intervensi Rasional
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah Mengurangi resiko terjadi infeksi
nosokomial
perawatan
2. Lakukan tindakan invasif dengan Mengurangi resiko terjadi infeksi
nosokomial
teknik aseptik
3. Batasi pengunjung dan tempatkan Meminimalkan kemungkinan terjadi
infeksi antar pasien dan dari luar
klien pada ruang non infeksi
Nadi dan suhu yang meningkat indikator
4. Observasi tanda vital : nadi dan adanya infeksi
Venflon merupaka port de entri kuman
suhu tidap 3 jam
pathogen
5. Observasi tempat pemasangan
venflon.
5. Kecemasan anak berhubungan dengan dampak hospitalisasi
Tujuan setelah mendapat perawatan 3 hari kecemasan anak berkurang atau hilang
dengan kriteria secara verbal mengatakana tidak takur, tidak menangis saat
Intervensi Rasional
1. Perkenalkan diri kepada klen dan Membina hubungan saling percaya dengan
klien dan keluarga.
keluarga
Menciptakan hubungan kerjasama
2. Libatkan keluarga dalam Memberikan rasa nyaman kepada klien
perawatan klien
Agar anak kooperatif pada setiap tindakan
3. Anjurkan agar orang terdekat keperawatan
Merupakan pedoman dalam menentukan
klien menjaganya.
perlu tidaknya perbaikan intervensi.
4. Jelaskan kepada anak setiap
tindakan yang akan dilakukan
5. Observasi adanya perubahan
perilaku pada respon hospitalisasi
tidak terjadi dengan kriteria edema berkurang atau hilang, kulit merah, tidak
Intervensi Rasional
1. Pertahankan sprei dalam keadaan Kelembaban yang berlebihan
menimbulkan rusaknya integritas kulit
kering, bersih dan rapih.
Deteksi dini adanya kerusakan integritas
2. Observasi lokasi yang mengalami kulit
penekanan dalam jangka waktu
yang lama Urine bersifat asama dapat mengiritasi
kulit jika kontak dalam jangka waktu yang
3. anjurkan kepada ibu untuk setiap
lama
kali ngompol kain pengalas Deteksi kemungkinan bertambah
paarahnya integritas kulit.
diganti
4. Observasi edema
2. Diagnosa keperawatan 2.
Jam Implementasi Evaluasi
11.50 Mengobservasi bising usus : meningkat, Pukuil 14.00
asvites, linkgarp erut 57 cm S : ibu menanyakan mengapa
Klien menangis terus kesakitan pada perut bertambah sakit
perut, P : saatmakan, dipegang, Q : nyeri O : bising usus 40 x/mnt,
sekali saat dipegang, R : seluruh daerah distensi, meteorismus, vena
pereut, S : skala 8-9, T : terus menerus abdomen menonjol, tanda
Tanda vital : N 100X/mnt, T 100/60 vital N 120 X/mnt, T 110/70
13.10 mmHg, RR 36 X/mnt mmHg, RR 40 X/mnt, klien
Kolaboratif : sementara puasa, pasang masih menangis terus
13.30 NGT untuk dekompresi, pasang lingkar A : masalah belum teratasi
abdomen P : intervensi no 1 4 masih
Foto thoraks : kesimpulan ileus paralitik diteruskan, mrmasang NGT,
Hasil lab : kalium 3,7 (3,8 5,5). lingkar perut dan pasien
dipuasakan.
3. Diagnosa keperawatan 3.
Jam Implementasi Evaluasi
08.30 Klien muntah, mengatakan tidak mau Pukuil 14.00
makan, perut terasa sakit, ascites dan S : ibu mengatakan sakit perut
11.00 meteorismus. dan tidak mau makan
Hasil lab : kalium 3,7 (3,8-5,5) ; natirum O : bising usus meningkat,
128 (136-144), kalsium 6,66 (8,1-10,4) puasa, infus D5 ½ S 1150
12.10 Memasang infus D5 ½ saline 1150 cc/24 cc/24 jam, NGT ada keluar
13.10 jam cairan hijau kecoklatan 25 cc.
BAB mencret 3 kali, sedikit-sedikit arnaa A : masalah belum teratasi
kehijauan P : intervensi no 2 4 masih
Klien dipuasakan, pasang NGT : keluar diteruskan.
cairan warna hijau kecoklatan 25 cc,
bising usus meningkat, lingkar perut 57
cm.
4. Diagnosa keperawatan 4.
Jam Implementasi Evaluasi
08.00 Memperkenalkan diri kepada pasien Pukuil 14.00
,emnanyakan kondisinya hari ini, klien S : pasein mengatakan tidak mau
masih menangis, ibu mengatakan pada saat akandisuntik
semalam menangis terus, rewel dan tidak O : sering menangis, rewel dan
08.30 mau tidur. berontak
Saat disuntik klien berontak, mengatakan A : masalah kecemasan anank
tidak mau, menanyakan kepada ibu siapa belum teratasi
12.00 lagi yang terdekat dengan klien (menurut P : intervensi no 2, 4 dan 5
ibu bude-nya). diteruskan.
Melibatkan ibu untuk memasang
termometer : pasien tenang
Menjelaskan kepada ibu agar selalu ada
yang menunggu klien agar ia tidak
bertambah takut
2. Diagnosa keperawatan 2.
Jam Implementasi Evaluasi
08.00 Ibu mengatakan anak sudah tidak terlalu Pukuil 14.00
sakit pada pe perutnya, saat dipegang S : anak kadang masih mengeluh
perutnya anak lebih tenang dari hari sakit jika perut agak ditekan
kemarin, skala 7-8 O : skala 7 8, bising usus 37
Lingkar perut 55 cm, masih ascites, x/mnt, meteorismus, tanda
meteorismus, bising usus 37 x/menit, vital N 110 X/mnt, T 115/75
cairan keluar dari NGT warna kehijauan mmHg
(25 cc/24 jam), flastus ada. A : masalah belum teratasi
P : intervensi diteruskan,
3. Diagnosa keperawatan 3.
Jam Implementasi Evaluasi
10.15 Infus D5 ½ saline 1500 cc/24 jam, Pukuil 14.00
dicoba minum sedikit-sedikit, NGT S : ibu mengatakan sudah
ditutup, tidak mual. memberi minum 5 sendok
Menjelaskan kepada ibu bahwa anak O : bising usus dan flastus ada,
boleh dicoba minum sedikit-sedikit, bila mencret dua kali, masih
muntah dihentikan minum sedikit sedikit, infus
12.30 Ibu mengatakan tadi pagi klienmencret D5 ½ S 1500 cc/24 jam,.
dua kali warna hijau kecoklatan, ada A : masalah nutrisi kurang belum
flastus. teratasi
Mengobservasi bising usus 37 x/menit, P : intervensi diteruskan.
lingkar perut 55 cm.
4. Diagnosa keperawatan 4.
Jam Implementasi Evaluasi
09.45 Anak rewel, minta jalan-jalan, Pukuil 14.00
menjelaskan kepada ibu agar anak S : ibu mengatakan anak minta jalan-
digendong sebentar, mungkin anak jalan dan kalau tidak dituruti akan
rewel karena bosan harus berbaring mengamuk
terus O : saat akan diperiksa anak
11.00 Saat didekati perawaat anak tidak menangis dan tidak mau, mulai
lagi berontak. bermain dengan bonekanya, saat
11.30 Keluarga berkunjung, ada yang didekati perawat anak tidak
membawakan boneka : anak mulai berontak
bermaian dengan bonekanya. A : masalah kecemasan anak mulai
Saat akan dilakukan pengukuran teratasi sebagian
suhu dan tekanan darah klien P : intervensi no 2, 4 dan 5
mengatakan tidak mau dan menangis diteruskan. Tingkatkan kunjungan
dan komunikasi pada klien
Tanggal 19 April 2002
1. Diagnosa keperawatan 1.
Jam Implementasi Evaluasi
08.30 BAK 24 jam 500 cc Pukuil 14.00
Tanda vital : N 110X/mnt, T 100/60 S : ibu mengatakan anak mulai
mmHg, RR 24 X/mnt. tampak membaik
Mengobservasi : ronki tidak ada, edema O : edema palpebra, lengan dan
pada palpebra, kedua tungkai, kedua ascites, lingkar perut 53 cm,
lengan dan ada ascitees, lingkar perut 53 BB 15,5 kg, tidak ada ronki,
09.00 cm dan BB 15,5 kg. tanda vital N 105 x/mnt, T
10.15 Memberikan injeksi lasix 18 mg/iv 100/70 mmHG, RR 25
Melaksanakan advis dokter infus X/menit
12.15 aminofusin 200 cc/hari, D5 ½ saline A : masalah kelebihan volume
1200 cc/24jam. cairan teratasi sebagian
Mengukur tanda vital : N 105 X/mnt, T P : intervensi diteruskan.
110/70 mmHg, RR 25 X/mnt, ibu
mengatakan anak mulai membaik dan
ingn cepat pulang, menjelaskan kepada
13.30 ibu bahwa perawatan klien dengan kasus
seperti ini memerlukan kesabaran,
sehingga perawatan dapat diberikan
secara tuntas.
Balans cairan kelebihan 75 cc
2. Diagnosa keperawatan 2.
Jam Implementasi Evaluasi
09.00 Ibu mengungkapkan keluhan sakit perut Pukuil 14.00
anaknya sudah berkurang S : ibu mengungkapkan keluhan
Mengobservasi : Lingkar perut 53 cm, sakit perut pada anaknya
masih ascites, bising usus 35 x/menit, sudah berkurang
meteorismus, saat dipalpasi anak tidak O : bising usus 35 x/mnt,
menunjukan wajah kesakitan, skala 1 meteorismus, dan masih
3. ascites
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan,
3. Diagnosa keperawatan 3.
Jam Implementasi Evaluasi
08.45 Iibu mengatakan pagi ini anak BAB Pukuil 14.00
mencret 1 kali dan tidak muntah, tidak S : ibu mengatakan pagi ini BAB
09.10 mual. 1 x mencret, itdak muntah
Mengobservasi bising usus 35 x/menit, O : bising usus dan flastus ada,
lingkar perut 53 cm, masih ascites, infus BB 15,5 kg, lingkar perut 53
12.30 aminofusin 200 cc/hari dan D5 ½ saline cm, infus jalan lancar.
1200 cc/hari A : masalah nutrisi kurang belum
Tidak ada muntah teratasi
P : intervensi diteruskan.
4. Diagnosa keperawatan 4.
Jam Implementasi Evaluasi
09.00 Anak tampak tenang, jiak ditanaya Pukuil 14.00
dapat mengatakan yan dan tidak, saat S : ---
akan diberikan injeksi dan dikatakan O : anak menjawab saat ditanaya,
kalau suntikan lewat slang, klien mulai kooperatif dengan tindakan
tidak mengatakan takut dan tidak keperawatan, tampak bermain
berontak. Klien bermain dengan dengan bonekanya
boneka. A : masalah kecemasan anak teratasi
P : intervensi dihentikan
2. Diagnosa keperawatan 3.
Jam Implementasi Evaluasi
08.40 Perut supel, flastus positif, bising usus 27 Pukuil 14.00
x/menit, BAB 1 kali agak lembek, S : ibu mengatakan kien tidak
Klien makan bubur kasar/nasi lunak muntah, mencret dan setiap
habis 1 porsi kali makan selalu habis
Terapi : diet nasi lunak 1300 kkal, 32 O : bising usus 20 x/mnt, flastus
12.30 gram protein, bubur kasar 3 x/hari, susu positif, ascites menurun, perut
3 X 200 cc supel, hasil lab. Total protein
Klien makan nasi, lauk dan sayur habis 1 5,4 g% (6,20-8) ; albumin 3,2
porsi, ibu mengatakan sejak kecil tidak gr% (3,6-5) dan globulin 2,2
begitu suka dengan susu sehingga saat gr% (2,6-3)
ini sulit minum susu. Ibu juga A : masalah nutrisi teratasi
mengatakan klien makan sudah habis 1 sebagian
porsi, tidak ada muntah dan menceret. P : intervensi 1 4 diteruskan
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes et. al, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan, alih bahasa Made Kariasa, EGC,
Jakarta
Matondang, dkk. (2000), Diagnosis Fisis Pada Anak, Sagung Seto, Jakarta
Tjokronegoro & Hendra Utama, (1993), Buku Ajar Nefrologi, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
-------, (1994), Pedoman Diagnosis dan Terapi, RSUD Dr. Soetomo-Lab/UPF IKA, Surabaya.