OLEH :
NURHIDAYAH
Nim : 05.146
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit ginjal pada anak saat ini merupakan salah satu penyakit yang
harus diperhatikan. Deteksi dini penyakit ginjal pada anak menjadi begitu penting
23/2002 tentang perlindungan anak juga disebutkan, setiap anak berhak untuk
1 – 4 tahun 4 11,8
5 – 14 tahun 16 47,06
15 – 24 tahun 8 23,6
25 – 44 tahun 5 14,7
45 – 64 tahun 1 2,9
Jumlah 34 100
Atas dasar inilah fokus penyakit ginjal anak adalah sindrom nefrotik.
penyakit ginjal yang tersulit untuk diatasi dan memerlukan peranan orang tua
cukup besar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b. Proses Berkemih
Berkemih (mictio, mycurition, voiding, atau urination) adalah
pengosongan vesika urinaria (kandung kemih). Mekanisme berkemih terjadi
vesika urinaria berisi urin kemudian saraf-saraf akhir (reseptor) di dinding vesika
urinaria mendapat rangsangan, dan rangsangan diteruskan melalui medulla
spinalis ke pusat pengontrol berkemih yang terdapat di korteks serebra. Vesika
urinaria menimbulkan rangsangan saraf akhir pada keadaan vesika urinaria
berisi kurang lebih 250–450 cc (pada orang dewasa) dan 200-250 cc (pada anak-
anak). Apabila waktu berkemih sudah tepat, otak mengenai implus/rangsangan
melalui medula spinalis ken neuromotorik di daerah sakral, kemudian terjadi
koneksasi otot detrusor dari relaksasi otot sfingter internal. Urine dilepaskan dari
vesika urinaria, tetapi masih tertahan sfingter eksternal. Jika waktu dan tempat
memungkinkan akan menyebabkan relaksasi sfingter eksternal dan urin
dikeluarkan (berkemih).
• Komposisi urin:
– Air (96 %)
– Larutan (4%)
• Larutan organik.
Urea, ammonia, kreatinin, asam urat. Urea merupakan larutan organik
yang terbesar.
• Larutan non-organik
Natrium (sodium), khlorida, kalium, sulfat, magnesium, fosfor.
3. Etiologi
a. Sindrom nefrotik bawaan
Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi
maternofetal, resisten terhadap semua pengobatan. Gejala edema pada masa
neonatus. Pernah dicoba pencangkokan ginjal pada neonatus tetapi tidak
berhasil. Prognosis buruk dan biasanya pasien dalam bulan-bulan pertama
kehidupanya.
b. Sindrom nefrotik sekunder
Disebabkan oleh:
1. Malaria atau parasit lainnya
2. Penyakit kolagen seperti lupus eritematosis diseminata, purpura
anafilaktoid
3. Glomerulonefritis akut atau glomerulonefritis kronik, trombosis vena
renalis
4. Bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin garam emas,
sengatan lebah, air raksa.
5. Amiloidosis, penyakit sel sabit, hiperprolinemia, nefritis
membranoproliferatif.
c. Sindrom nefrotik idiopatik
(tidak diketahui penyebabnya/ juga disebut sindrom nefrotik sekunder)
4. Insidens
• Insiden lebih tinggi pada laki-laki dari pada perempuan.
• Mortalitas dan prognosis anak dengan sindrom nefrotik bervariasi
berdasarkan etiologi, berat, luas kerusakan ginjal, usia anak, kondisi yang
mendasari, dan responnya terhadap pengobatan.
• Sindrom nefrotik jarang menyerang anak dibawah usia 1 tahun
• Sindrom nefrotik perubahan minimal (SNPM) mencakup 60-90 % dari
semua kasus sindrom nefrotik pada anak
• Angka mortalitas dari SNPM telah menurun dari 50% menjadi 5% dengan
majunya terapi dan pemberian steroid
Proteinuria
Hypoalbuminemia
Pengkajian
Biodata
Biodata terdiri dari identitas klien, identitas orang tua dan saudara
kandung.
Identitas meliputi: nama klien, jenis kelamin, pendidikan, agama, alamat,
tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, nomor register dan diagnosa
medik.
Identitas orang tua meliputi: nama, usia, pendidikan,
pekerjaan/penghasilan, agama dan alamat.Saudara kandung meliputi: nama dan
usia.
Keluhan utama
Keluhan utama meliputi alasan klien dibawa ke rumah sakit: bengkak
pada seluruh tubuh, kurang nafsu makan dan panas.
Diagnosa keperawatan yang lazim dijumpai pada pasien dengan Sindrom Nefrotik.
Kelebihan volume cairan (tubuh total) berhubungan dengan akumulasi
cairan dalam jaringan dan ruang ketiga.
Rencana tindakan dan Rasional
Diagnosa 1: kelebihan volume cairan (tubuh total) berhubungan dengan
akumulasi cairan dalamjaingan dan ruang ketiga.
Tujuan : pasien tidak menunjukkan bukti akumulasi cairan atau bukti akumulasi
cairan yang ditunjukkan pasiem minimum.
Intervensi
1. Kaji masukan yang relatif terhadap keluaran seperti ukur dan catat dan
keluaran dengan akurat dan timbang berat badan tiap hari.
R/ menetapkan data dasar pasien untuk mengetahui dengan cepat
penyimpangan dari keadaan nomalnya dan mengkaji adanya retensi cairan.
2. Kaji perubahan edema, ukur lingkar abdomen pada umbilicus dan pantau
edema disekitar mata.
R/ mengkaji adanya asites dan merupakan sisi umum edema
3. Uji urin untuk berat jenis, albumin.
R/ karena hyperalbuminemia adalah manifestasi dari sindrom nefrotik.
4. Berikan kortikosteroid sesuai ketentuan
R/ berikan kortikosteroid sesaui ketentuan
BAB IV
PEMBAHASAN
PENGKAJIAN
1. Teori
Berdasarkan teori, pengkajian merupakan langkah awal dari proses
keperawatan adapun pengkajian yang terdapat dalam teori yaitu :
a. Keluhan utama yaitu : Edema
b. Data fokus yaitu : adanya edema, berat badan meningkat, edema palpebra,
edema pada ekstremitas, pembengkakan abdomen (asites), pembengkakan
labial atau skrotal, anoreksia, pucat, mudah lelah, perubahan urin,
penurunan volume ginjal, urine tampak berbusa dan gelap, hematuria.
Pada pemeriksaan laboratorium dapat ditemukan jumlah protein urine
meningkat, berat jenis urin albumin serum menurun, kolesterol serum
meningkat, hemoglobin dan hematokrit terjadi peningkatan dan laju endap
darah meningkat.
2. Kasus
Pada kenyataan yang diperoleh pada An”I” didapatkan keluhan utama
yakni panas sedangkan pada An” E” didapatkan keluhan utama yaitu edema.
Adapun keluhan yang menyertai pada klien An”I” yaitu peningkatan suhu
tubuh (37,8ºC) dan klien mengalami edema palpebra, edema pada kaki dan
tangan, urine yang berwarna merah kehitaman. Sedangakan keluhan utama
pada An”E” adalah edema pada kaki dan tangan serta edema pada palpebra.
3. Kesenjangan
Berdasarkan teori didapatkan keluhan utama yaitu edema namun pada
klien An”I” ditemukan peningkatan suhu tubuh dan edema sedangkan pada
An” E” suhu tubuh sudah teratasi sebelumnya dengan pemberian kompres
dan antipiretik.
Panas yang terjadi pada pasien sindron nefrotik ini disebabkan karena
adanya kerusakan pada glomerulus yang merangsang pengeluaran zat pirogen
pada jaringan yang meradang sehingga merangsang sel point, sedangkan
edema disebabkan karena adanya akumulasi (penumpukan) cairan dalam
tubuh.
PERENCANAAN
Teori
Diagnosa I : kelebihan volume cairan (tubuh total) berhubungan dengan
akumulasi cairan dalam jaringan.
a. Kaji masukan yang relative terhadap keluaran seperti ukur dan catat dengan
akurat dan timbang berat badan
b. R/ : menetapkan data dasar pasien untuk mengetahui dengan cepat
penyimpangan dari keadaan normalnya mengkaji adanya retensi cairan
c. Kaji perubahan edema, ukur lintar abdomen pada umbulikus dan pantau
edema sekitar mata
R/ : mengkaji adanya asites dan merupakan sisi umum edema
d. Uji urin untuk berat jenis, albumin.
R/ : karena hyperalbuminemia adalah manifestasi dari sindrom nefrotik
e. Berikan kortikosteroid sesuai ketentuan.
R/ : menurunkan eskresi protein urin
BAB V
PENUTUP
Pada BAB ini penulis akan menuliskan beberapa kesimpulan dan saran-saran
berdasarkan uraian terdahulu sebagai berikut :
A. Kesimpulan
Setelah penulis menguraikan tentang proses keperawatan klien An”I”
dengan diagnosa medik Sindrom Nefrotik mulai dari landasan teori,
pelaksanaan asuhan keperawatan, maka penulis dapat mengambil suatu
kesimpulan sebagai berikut :
1. Dalam melaksanakan pengkajian, analisai data, dan merumuskan diagnosa
keperawatan yang terjadi pada klien An”I” dengan gangguan sistem
perkemiahan Sindrom Nerfotik harus dilakukan secara sistematis yang
berhubungan dengan klien dan masalahnya
3. Klien/keluarga
Dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman (menolong diri sendiri)
tentang penyakitnya. Serta diharapkan kepada keluarga agar tidak terlalu
percaya dengan mitos yang ada karena akan menghambat dalam
pemberian tindakan.
4. Penulis
Dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam memberikan
asuhan keperawatan serta mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh
selama kuliah. Dan diharapkan kepada teman sejawat agar pada saat
melakukan praktek betul-betul melaksanakan dengan baik karena seperti
kita ketahui bahwa manusia itu unik oleh karena itu respon setiap individu
berbeda-beda terhadap suatu penyakit