Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An“I” DENGAN GANGGUAN

SISTEM PERKEMIHAN “SINDROM NEFROTIK” DIRUANG


PERAWATAN LONTARA IV ANAK ATAS LANTAI II
RS. DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO
MAKASSAR

OLEH :
NURHIDAYAH
Nim : 05.146

BAB I
PENDAHULUAN

Untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal maka keperawatan adalah

salah satu komponen pembangunan di bidang kesehatan yang perlu dilaksanakan,

Karena pelayanan keperawatan yang diberikan kepada manusia secara utuh

meliputi: bio, psiko, sosial dan spiritual.

Penyakit ginjal pada anak saat ini merupakan salah satu penyakit yang

harus diperhatikan. Deteksi dini penyakit ginjal pada anak menjadi begitu penting

karena akan meningkatkan kualitas hidup. Selain itu, dalam Undang-Undang No

23/2002 tentang perlindungan anak juga disebutkan, setiap anak berhak untuk

mendapatkan standar kesehatan yang paling tinggi.


Umur Jumlah %

1 – 4 tahun 4 11,8

5 – 14 tahun 16 47,06

15 – 24 tahun 8 23,6

25 – 44 tahun 5 14,7

45 – 64 tahun 1 2,9

Jumlah 34 100

Atas dasar inilah fokus penyakit ginjal anak adalah sindrom nefrotik.

selain penyakit ini merupakan penyakit ginjal terbanyak, juga merupakan

penyakit ginjal yang tersulit untuk diatasi dan memerlukan peranan orang tua

cukup besar.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Medis

1. Sindrom Nefrotik adalah merupakan kumpulan gejala yang disebabkan


oleh adanya injuri glomerular yang terjadi pada anak dengan karakteristik;
proteinuria, hipoproteinuria, hipoalbuminemia, hyperlipidemia dan edema
(Suryadi S.kp dkk;217).
2. Sindrom Nefrotik merupakan gangguan klinis yang ditandai oleh:
a. Peningkatan protein dalam urin secara bermakna (proteinuria).
b. Penurunan albumin dalam darah (hypoalbunemia).
c. Edema dan;
d. Serum kolestrol yang tinggi dan lipoprotein densitas rendah
(hyperlipidemia) (Brunner dan Suddarth;1441
Anatomi Dan Fisiologi
a. Anatomi
Ginjal merupakan organ yang berpasangan dan setiap ginjal memiliki
berat kurang lebih 125 gram, terletak pada posisi disebelah lateral vertebra
torakalis bawah beberapa centimeter disebelah kanan dan kiri garis tengah. Organ
ini terbungkus oleh jaringan ikat tipis yang dikenal sebagai kapsula renis.
Disebelah anterior ginjal dipisahkan dari kavum abdomen dan isinya peritoneum.
Disebelah posterior, organ tersebut dilindungi oleh dinding toraks bawah. Darah
dialirkan ke dalam setiap ginjal melalui arteri renalis dan keluar dari dalam ginjal
melalui venarenalis membawa darah kembali ke dalam vena kava inferior. Ginjal
dengan efesien dapat membersihkan bahan limbah dari dalam darah, dan fungsi
ini biasa dilaksanakannya karena aliran darah yang melalui ginjal jumlahnya
sangat besar, 25 % dari curah jantung.

b. Proses Berkemih
Berkemih (mictio, mycurition, voiding, atau urination) adalah
pengosongan vesika urinaria (kandung kemih). Mekanisme berkemih terjadi
vesika urinaria berisi urin kemudian saraf-saraf akhir (reseptor) di dinding vesika
urinaria mendapat rangsangan, dan rangsangan diteruskan melalui medulla
spinalis ke pusat pengontrol berkemih yang terdapat di korteks serebra. Vesika
urinaria menimbulkan rangsangan saraf akhir pada keadaan vesika urinaria
berisi kurang lebih 250–450 cc (pada orang dewasa) dan 200-250 cc (pada anak-
anak). Apabila waktu berkemih sudah tepat, otak mengenai implus/rangsangan
melalui medula spinalis ken neuromotorik di daerah sakral, kemudian terjadi
koneksasi otot detrusor dari relaksasi otot sfingter internal. Urine dilepaskan dari
vesika urinaria, tetapi masih tertahan sfingter eksternal. Jika waktu dan tempat
memungkinkan akan menyebabkan relaksasi sfingter eksternal dan urin
dikeluarkan (berkemih).
• Komposisi urin:
– Air (96 %)
– Larutan (4%)
• Larutan organik.
Urea, ammonia, kreatinin, asam urat. Urea merupakan larutan organik
yang terbesar.
• Larutan non-organik
Natrium (sodium), khlorida, kalium, sulfat, magnesium, fosfor.

3. Etiologi
a. Sindrom nefrotik bawaan
Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi
maternofetal, resisten terhadap semua pengobatan. Gejala edema pada masa
neonatus. Pernah dicoba pencangkokan ginjal pada neonatus tetapi tidak
berhasil. Prognosis buruk dan biasanya pasien dalam bulan-bulan pertama
kehidupanya.
b. Sindrom nefrotik sekunder
Disebabkan oleh:
1. Malaria atau parasit lainnya
2. Penyakit kolagen seperti lupus eritematosis diseminata, purpura
anafilaktoid
3. Glomerulonefritis akut atau glomerulonefritis kronik, trombosis vena
renalis
4. Bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin garam emas,
sengatan lebah, air raksa.
5. Amiloidosis, penyakit sel sabit, hiperprolinemia, nefritis
membranoproliferatif.
c. Sindrom nefrotik idiopatik
(tidak diketahui penyebabnya/ juga disebut sindrom nefrotik sekunder)
4. Insidens
• Insiden lebih tinggi pada laki-laki dari pada perempuan.
• Mortalitas dan prognosis anak dengan sindrom nefrotik bervariasi
berdasarkan etiologi, berat, luas kerusakan ginjal, usia anak, kondisi yang
mendasari, dan responnya terhadap pengobatan.
• Sindrom nefrotik jarang menyerang anak dibawah usia 1 tahun
• Sindrom nefrotik perubahan minimal (SNPM) mencakup 60-90 % dari
semua kasus sindrom nefrotik pada anak
• Angka mortalitas dari SNPM telah menurun dari 50% menjadi 5% dengan
majunya terapi dan pemberian steroid

Permeabilitas glomerular meningkat

Proteinuria

Hypoalbuminemia

Stimulasi sintesis Tekanan onkotik plasma menurun edema


dalam hati: protein dan lemak

hyperlipidemia factor pembekuan hypovolemi retensi air dan natrium


berlebihan

aktif renin angiotensin sekresi ADH dan


aldosteron
vasokontriksi

Gambar : Suriadi S. kp dan Rita Yuliana S.Kp


Pemeriksaan diagnostik
• Pemeriksaan laboratorium
• Urin
a. Albumin
Protein utama dalam urin yaitu albumin (40%). Albumin diperiksa pada waktu
masuk rumah sakit dan diulang setiap hari. Hasil pemeriksaan dinyatakan:
( - ) : tak da kekeruhan sama sekali
( + ) : kekeruhan ringan tanpa butir-butir dan garing-garis hitam dapat
dibaca melalui tabung kadar protein 10-50 mg.

(+ +) : kekeruhan lebih jelas, tampak butir-butir dan garis-garis hitam


masih tampak jelas, kadar protein 30-200 mg.
(+ + +) : urine keruh berawan dengan butir berkeping dan garis hitam tidak
terlihat kadar protein 200-500 mg.
(+ + + +) : urine keruh mengumpul seperti putih telur, kadar protein > 500 mg.
b. Sedimen: leukosit dan, eritrosit
Darah
Diperiksa pada waktu masuk rumah sakit dan diulang bila perlu.
Pemeriksaan meliputi:
Darah rutin lengkap
Hemoglobin Eritrosit
Leukosit Hematokrit
Dikatakan hypoalbuminemia, bila kadar albumin serum 9 < 2,5 g/dl
Dikatakan hyperkolesterolemia, bila kadar kolestrol darah > 250 mg/dl.
Penatalaksanaan
Penanganan umum meliputi diuretik, batasi aktifitas dan terapi simtomatik,
berat badan koreksi dipakai untuk pengaturan diet dan perhitungan dosis obat.
Untuk edema palpebra, pretibia, asites 20% anasarka 30% atau dihitung
berdasarkan BB/TB artinya BB koreksi disesuaikan dengan BB yang sesuai
dengan TB.
Komplikasi
Penurunan volume intravaskuler (syok hipovolemik)
Kemampuam koagulasi yang berlebihan (trombosis vena)
Perburukan pernafasan (berhubungan dengan retensi cairan)
Kerusakan kulit
Infeksi
Peritonitis
Efek samping steroid yang tidak diinginkan

Pengkajian
Biodata
Biodata terdiri dari identitas klien, identitas orang tua dan saudara
kandung.
Identitas meliputi: nama klien, jenis kelamin, pendidikan, agama, alamat,
tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, nomor register dan diagnosa
medik.
Identitas orang tua meliputi: nama, usia, pendidikan,
pekerjaan/penghasilan, agama dan alamat.Saudara kandung meliputi: nama dan
usia.

Keluhan utama
Keluhan utama meliputi alasan klien dibawa ke rumah sakit: bengkak
pada seluruh tubuh, kurang nafsu makan dan panas.
Diagnosa keperawatan yang lazim dijumpai pada pasien dengan Sindrom Nefrotik.
Kelebihan volume cairan (tubuh total) berhubungan dengan akumulasi
cairan dalam jaringan dan ruang ketiga.
Rencana tindakan dan Rasional
Diagnosa 1: kelebihan volume cairan (tubuh total) berhubungan dengan
akumulasi cairan dalamjaingan dan ruang ketiga.
Tujuan : pasien tidak menunjukkan bukti akumulasi cairan atau bukti akumulasi
cairan yang ditunjukkan pasiem minimum.

Intervensi
1. Kaji masukan yang relatif terhadap keluaran seperti ukur dan catat dan
keluaran dengan akurat dan timbang berat badan tiap hari.
R/ menetapkan data dasar pasien untuk mengetahui dengan cepat
penyimpangan dari keadaan nomalnya dan mengkaji adanya retensi cairan.
2. Kaji perubahan edema, ukur lingkar abdomen pada umbilicus dan pantau
edema disekitar mata.
R/ mengkaji adanya asites dan merupakan sisi umum edema
3. Uji urin untuk berat jenis, albumin.
R/ karena hyperalbuminemia adalah manifestasi dari sindrom nefrotik.
4. Berikan kortikosteroid sesuai ketentuan
R/ berikan kortikosteroid sesaui ketentuan
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan data dari hasil study kasus Asuhan Keperawatan pada


klien An”I” dengan gangguan sistem perkemihan “ Sindrom Nefrotik” diruang
perawatan lontara IV anak atas RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar. Selama
1 minggu perawatan, mulai pada tanggal 14 juli 2008 sampai 20 juli 2008, maka
pada BAB ini penulis akan membahas tentang kesenjangan antara teori yang ada
dengan kenyataan yang diperoleh sebagai hasil pelaksanaan studi kasus pada klien
An”I” yang berumur 4,5 tahun dengan No. RM 35.24.59 dan An”E” yang
berumur 10 tahun dengan No.RM 35.40.26. juga menganalisa faktor pendukung
dan faktor penghambat dalam pemberian Asuhan Keperawatan.
Dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan tehadap An”I” penulis
merencanakan pelayanan Asuhan Keperawatan yang mempunyai 5 tahap yaitu :
pengkajian, menetapkan diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan
evalusi dengan uraian sebagai berikut :

PENGKAJIAN
1. Teori
Berdasarkan teori, pengkajian merupakan langkah awal dari proses
keperawatan adapun pengkajian yang terdapat dalam teori yaitu :
a. Keluhan utama yaitu : Edema
b. Data fokus yaitu : adanya edema, berat badan meningkat, edema palpebra,
edema pada ekstremitas, pembengkakan abdomen (asites), pembengkakan
labial atau skrotal, anoreksia, pucat, mudah lelah, perubahan urin,
penurunan volume ginjal, urine tampak berbusa dan gelap, hematuria.
Pada pemeriksaan laboratorium dapat ditemukan jumlah protein urine
meningkat, berat jenis urin albumin serum menurun, kolesterol serum
meningkat, hemoglobin dan hematokrit terjadi peningkatan dan laju endap
darah meningkat.
2. Kasus
Pada kenyataan yang diperoleh pada An”I” didapatkan keluhan utama
yakni panas sedangkan pada An” E” didapatkan keluhan utama yaitu edema.
Adapun keluhan yang menyertai pada klien An”I” yaitu peningkatan suhu
tubuh (37,8ºC) dan klien mengalami edema palpebra, edema pada kaki dan
tangan, urine yang berwarna merah kehitaman. Sedangakan keluhan utama
pada An”E” adalah edema pada kaki dan tangan serta edema pada palpebra.
3. Kesenjangan
Berdasarkan teori didapatkan keluhan utama yaitu edema namun pada
klien An”I” ditemukan peningkatan suhu tubuh dan edema sedangkan pada
An” E” suhu tubuh sudah teratasi sebelumnya dengan pemberian kompres
dan antipiretik.
Panas yang terjadi pada pasien sindron nefrotik ini disebabkan karena
adanya kerusakan pada glomerulus yang merangsang pengeluaran zat pirogen
pada jaringan yang meradang sehingga merangsang sel point, sedangkan
edema disebabkan karena adanya akumulasi (penumpukan) cairan dalam
tubuh.

PERENCANAAN
Teori
Diagnosa I : kelebihan volume cairan (tubuh total) berhubungan dengan
akumulasi cairan dalam jaringan.
a. Kaji masukan yang relative terhadap keluaran seperti ukur dan catat dengan
akurat dan timbang berat badan
b. R/ : menetapkan data dasar pasien untuk mengetahui dengan cepat
penyimpangan dari keadaan normalnya mengkaji adanya retensi cairan
c. Kaji perubahan edema, ukur lintar abdomen pada umbulikus dan pantau
edema sekitar mata
R/ : mengkaji adanya asites dan merupakan sisi umum edema
d. Uji urin untuk berat jenis, albumin.
R/ : karena hyperalbuminemia adalah manifestasi dari sindrom nefrotik
e. Berikan kortikosteroid sesuai ketentuan.
R/ : menurunkan eskresi protein urin
BAB V
PENUTUP
Pada BAB ini penulis akan menuliskan beberapa kesimpulan dan saran-saran
berdasarkan uraian terdahulu sebagai berikut :
A. Kesimpulan
Setelah penulis menguraikan tentang proses keperawatan klien An”I”
dengan diagnosa medik Sindrom Nefrotik mulai dari landasan teori,
pelaksanaan asuhan keperawatan, maka penulis dapat mengambil suatu
kesimpulan sebagai berikut :
1. Dalam melaksanakan pengkajian, analisai data, dan merumuskan diagnosa
keperawatan yang terjadi pada klien An”I” dengan gangguan sistem
perkemiahan Sindrom Nerfotik harus dilakukan secara sistematis yang
berhubungan dengan klien dan masalahnya

2. Dalam menetapkan rencana asuhan keperawata pada klien An”I” dengan


angguan sistem perkemihan Sindrom Nefrotik harus didasarkan pada teori
yang ada dan melihat keadaan klien dan keluarga
3. Dalam melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana
tindakan keperawatan pada klien An”I” dengan gangguan system
perkemihan “Sindrom Nefrotik”. Namun tidak semua rencana
keperawatan dapat dilaksanakan Karena melihat dari kondisi klien dan
keluarga yang masih percaya dengan mitos.
4. Dalam melasanakan evaluasi pada klien An”I” dengan gangguan sistem
perkemihan Sindrom Nefrotik. Tidak semua masalah teratasi karena
adanya hambatan yang dihadapi oleh penulis yaitu anak yang tidak
kooperatif dan waktu yang tidak cukup.
5. Dapat menganalisa perbedaan yang terjadi antara teori dengan kasus
dilapangan pada klien An”I” dan An”E” dengan gangguan sistem
perkemihan Sindrom Nefrotik. dimana penulis tidak terlalu banyak
menemukan kesenjangan antara teori dan perbandingan kasus.
B. Saran
1. Institusi
Dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi institusi dalam
meningkatkan mutu pendidikan pada masa yang akan datang dan
diharapka kepada institusi untuk lebih banyak melakukan praktek dari
pada teori karena apa yang didapatkan diteori berbeda dengan kenyataan
yang ada dirumah sakit walaupun tidak terlalu jauh.
2. Rumah sakit
Dapat memberikan masukan bagi perawat pelaksana di rumah sakit dalam
rangka mengambil kebijakan untuk peningkatan mutu pelayanan
kesehatan khususnya Sindrom Nefrotik. dan diharapan kepada petugas
kesehatan dirumah sakit agar banyak melakukan pendekatan kepada
pasien serta keluarga, baik itu dalam memberikan informed cosent untuk
melakukan suatu tindakan maupun memberikan HE.

3. Klien/keluarga
Dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman (menolong diri sendiri)
tentang penyakitnya. Serta diharapkan kepada keluarga agar tidak terlalu
percaya dengan mitos yang ada karena akan menghambat dalam
pemberian tindakan.
4. Penulis
Dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam memberikan
asuhan keperawatan serta mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh
selama kuliah. Dan diharapkan kepada teman sejawat agar pada saat
melakukan praktek betul-betul melaksanakan dengan baik karena seperti
kita ketahui bahwa manusia itu unik oleh karena itu respon setiap individu
berbeda-beda terhadap suatu penyakit

Anda mungkin juga menyukai