Step 1
1. Proteinuria masif 4+: adanya kandungan protein dalam urin, +4
>2000ml/dl
Step 2
1. Mengapa pasien mengalami bengkak pada seluruh tubuh terutama pada
pagi hari?
2. Mengapa bengkak ditemukan pada daerah mata?
3. Mengapa ditemukan proteinuria masif +4 dan hematuria pada kasus
diskenario?
4. Mengapa pada pemeriksaan fisik terdapat konjungtiva anemis?
5. Mengapa ditemukan perkusi shifting dullness positif?
6. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik, urinalisis dan pemeriksaan
darah dari kasus diskenario?
7. Apa diagnosis dan diagnosis banding dari kasus diskenario?
8. Apa saja etiologi dari kasus diskenario?
9. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada kasus diskenario?
10.Bagaiman terapi dan edukasi dari kasus diskenario?
11. Bagaimana prognosis dari kasus diskenario?
12.Apa saja komplikasi yang dpat terjadi pada kasus diskenario?
Step 3
1. Mengapa pasien mengalami bengkak pada seluruh tubuh terutama pada
pagi hari?
- Karena adanya akumulasi cairan gangguan sistemik, berasal dari
jantung, hepar , atau karna renal(asites, edema abdominal)
Kerusakan glomerulus terdapat pada podosit-protein bisa keluar
Tekanan darah :
Tanda Vital:
- Tekanan darah 95/60 (normal) N (usia3-5 thn) : sistol 95-107,
diastol 60-71 mmHg
- Pernafasan 24 x/mnt (normal) N (usia 3-5 thn) : 20-25x/mnt
- Nadi 90-100x/mnt (normal) N (usia 3-5 thn) : 65-110x/mnt
- Suhu 37 C (normal) N : 36-37,9 C
-
Pemeriksaan fisik :
- Konjungtiva anemis : kurang eritropoietin
- abdomen tampak cembung
- perkusi shifting dullness positif
- edem : pitting edem : ditekan pada daerah kulit, menimbulkan
cekungan pada daerah tersebut,
periorbital , lower limb, efusi pleura
Pemeriksaan urinalisis
- Proteinuria masif +4 :
Dalam Darah:
Protein total : 4,9 mg/dL (N : 6,1-8,2 mg/dL)
Albumin : 1,5 mg/dL (N : 3,5-6,4 mg/dL)
Kolestrol : 450 mg/dL (N : <200 mg/dL)
Globulin : 2 g/dL (N : 2,3-3,2 g/dL)
Ureum : 35 mg/dL (N : 15-40 mg/dL)
Kreatinin : 0,4 ml/dL (N : 0,5-1,5 mg/dL)
7. Apa diagnosis dan diagnosis banding dari kasus diskenario?
Diagnos : sindroma nefrotik , proteinuria masif 4: >2000 mg/dl. , onset
bertahap
Dd:
- Sindrom nefritik : edem (hipertensi), onset tiba2, jvp meningkat,
Edem generalisata : malnutrisi (edemnya ditangan dan kaki, wajah)
ascites tidak terjadi ,
- Membranous neurophaty : idopatik ,
- Nefropati diabetik :
- igA nefropati : asites
Dicari lagiiiiiiHipoalbumin+hematuria+hiperkolesterolemia
a. Hiperkolesterol : - protein/hypoalbumin hepar mengeluarkan albumin
dan kolesterol
- Nefrotik sindrom peningkatan hepatic ac..2 menurunkan intraseluler
frre call? – uptake ldl – serum meningkat-hiperkolesterol
Step 7
Note : Podosit terdiri dari 3 segmen stuktural dan fungsional yaitu badan sel,
major processes, dan foot processes. Pada major processes terdapat
tubulusmikro yang berhubungan dengan mikrofilamen kontraktil dalam foot
processes yang memungkinkan podosit mempertahankan atau mengubah bentuk
sel serta pergerakan foot processes. Foot processes mempunyai sitoskeleton
yang dibentuk oleh tubulusmikro dan filamen intermediate. Bagian ini berfungsi
untuk mempertahankan arsitektur sel podosit dan menjaga transport molekul
antara badan sel dan foot procesess. Sitoskeleton foot processes terutama terdiri
dari filamenmikro kontraktil yang banyak mengandung aktin (actin-rich
microfilaments).
Nephrin yang memiliki fungsi untuk memastikan barrier filtrasi Glomerulus
berjalan dengan baik dan stabil.
Karena glomerulus mengalami disfungsi protein ikut terfiltrasi Urin
Urin:
- Proteinuria disfungsi dari sel Podosit menyebabkan perubahan
integritas membran basalis Glomerulus dan hal ini memicu terjadinya
peningkatan dari permeabilitas Glomerulus terhadap Protein Plasma
sehingga banyak protein yang mudah keluar melalui Urin dan hal ini
yang menjadi dasar terjadinya Protein Urin. + Salah satu teori yang dapat
menjelaskan adalah hilangnya muatan negatif yang biasanya terdapat di
sepanjang endotel kapiler glomerulus dan membran basal.Hilangnya
muatan negatif tersebut menyebabkan albumin yang bermuatan negatif
tertarik keluar menembus sawar kapiler glomerulus.
Underfilled Theory
Overfilled theory
bengkak diseluruh tubuh Terutama dipagi hari didaerah mata dan kemudian
menjadi bengkak pada kedua lengan dan tungkai pada siang harinya, edem
skrotum
termasuk edema generalisata, (edema umum)
a. Pada ekstremitas bawah, terutama setelah berdiri lama
b. Pada mata, terutama saat bangun tidurr Edema berawal dari mata
karena pada lamina propia bagian mata sangat banyak mengandung
jaringan ikat longgar sehingga memudahkan cairan masuk ke ruangan
interstitial
c. Asites, Edem pada skrotum
Pitting edem Pitting edem merupakan bentuk cekungan pada daerah yang bengkak
setelah ditekan, ini disebabkan oleh perpindahan cairan kedalam jaringan melalui titik
tekan. Dengan penekanan jari cairan didalam jaringan edema tidak digerakkan
kepermukaan lain (Hidayat dan Musrifatul (2015)).
Hal ini dikarenakan adanya kadar albumin yang menurun akan mengakibatkan penurunan
tekanan onkotik plasma sehingga terjadi perpindahan cairan dari intravaskular ke intersisial,
sehingga jika ditekan tampak lunak dan berbentuk cekungan hal ini karena yang ditekan
berisi cairan.
The chronic accumulation of more generalized edema over days, weeks, and months is usually
due to underlying systemic conditionslike congestive heart failure (CHF), liver disease, and renal
disease.
Shah MG, Cho S, Atwood JE, Heidenreich PA. Peripheral Edema due to Heart Disease:
Diagnosis And Outcome. Clin Cardiol. 2006 Jan;29(1):31-5.
Congestive heart failure can cause both peripheral edema and abdominal edema (ascites). This
is because the heart is too weak to pump blood around the body properly, so the blood gathers in
front of the heart. Because of this, and due to the increased blood pressure in the veins, fluid
seeps out into the surrounding tissue. This may cause swelling in the legs or a build-up of fluid in
the abdomen. If the person spends a lot of time lying down, the edema might show up on his or
her back (called sacral edema). Congestive heart failure can also cause edema in the lungs
(pulmonary edema).This is not common, but the condition is life-threatening. It means the lungs
are filling with fluid because the left side of the heart is not strong enough to pump the blood
returning from the lungs. The blood gathers in the blood vessels of the lung, and fluid seeps out
into the lung tissue. The signs are shortness of breath and rapid, shallow breathing or coughing.
Kidney disease could cause edema in the legs and around the eyes, because when the kidneys do
not remove enough sodium and water from the body, the pressure in the blood vessels starts
building up, which can lead to edema.
Liver diseases: Scarring of liver tissue (liver cirrhosis) due to, for instance, long-term alcohol
abuse or a liver inflammation, can cause edema in the abdomen (called ascites).This is because
cirrhosis causes a lack of proteins and congestion in the liver, which can lead to increased
pressure in the blood vessels. As a result, fluid seeps out into the abdomen.
Institute for Quality and Efficiency in Health Care. 2008. Causes And Signs Of Edema
Lombel RM, Gipson DS, Hodson EM.Treatment of steroid-sensitive nephrotic syndrome: new
guidelines from KDIGO. PediatrNephrol. 2013;28:415–426.
Pagihari
The Netter Collection of Medical Illustrations - Urinary System: Volume 5
Initially, the edema is often restricted to one or both peri-orbital areas and is seen only in the
early morning, it disappears after the patient has been ambulatory. This gravity-dependent
movement of fluid often results in misdiagnosis of an allergic disorder until the edema becomes
more generalized and persistent or a urinalysis is obtained.
Underfilled Theory
Overfilled theory
2. Mengapa bengkak ditemukan pada daerah mata?
(Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, Edisi VI, hal: 2083)
Kreatinin serum pada SN dapat menunjukkanhasil yang rendah, normal maupun
meningkat. Kreatininserum yang rendah merupakan akibat hiperfiltrasipada glomerulus.
Penurunan kadar kreatinin terjadi pada keadaan glomerulonefritis, nekrosis tubuler akut,
polycystic kidney disease akibat gangguan fungsi sekresi kreatinin. Penurunan kadar
kreatinin juga dapat terjadi pada gagal jantung kongestif, syok, dan dehidrasi, pada keadaan
tersebut terjadi penurunan perfusi darah ke ginjal sehingga makin sedikit pula kadar
kreatinin yang dapat difiltrasi ginjal.
HEMATURIA
Hematuria pada Sindrom Nefrotik diduga berawal dari lesi pada Endotel
Glomerulus dan kerusakan pada Membran Basalis Glomerulus. Akibat dari 2
hal di atas maka Sel darah merah yang seharusnya disaring di Glomerulus
akan bocor dan keluar melalui Urin. Sel darah merah juga turut berperan
dalam Hematuria dimana Sel darah merah yang bocor tadi juga akan
mengalami lisis sehingga zat Besi dalam Sel darah merah akan keluar. Zat
Besi ini akan menginduksi mekanisme sitotoksik sehingga mengakibatkan
stress oksidatif akibatnya akan terjadi cedera pada Tubulus Ginjal.
Sumber : Analisis Hubungan Angka Kejadian, Gambaran Klinik Dan Laboratorium Anak
Dengan Sindrom Nefrotik Resisten Steroid Di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado,
Jurnal KEDOKTERAN KLINIK (JKK), Volume 4 No 1, Januari - Juni 2020
Kehilangan protein yang masif melalui urin dan peningkatan katabolisme protein akan
mengakibatkan pasien SN mengalami balans nitrogen yang negatif pada saat relaps.
Keadaan kekurangan protein secara umum ini pada pasien SN berperan pada terjadinya
anemia. Di samping itu, pada SN terdapat disfungsi sel T dan hipogamaglobulinemia yang
menyebabkan pasien SN sangat rentan terhadap infeksi. Infeksi yang berulang, mempunyai
peran pula dalam terjadinya anemia pada SN. Anemia pada SN akan membaik seiring dengan
berkurangnya proteinuria seperti pada keadaan remisi.
Tekanan darah :
Tanda Vital:
- Tekanan darah 95/60 (normal) N (usia3-5 thn) : sistol 95-107, diastol 60-71 mmHg
- Pernafasan 24 x/mnt (normal) N (usia 3-5 thn) : 20-25x/mnt
- Nadi 90-100x/mnt (normal) N (usia 3-5 thn) : 65-110x/mnt
- Suhu 37 C (normal) N : 36-37,9 C
-
Pemeriksaan fisik :
- Konjungtiva anemis : kurang eritropoietin
- abdomen tampak cembung
- perkusi shifting dullness positif
- edem : pitting edem : ditekan pada daerah kulit, menimbulkan cekungan pada daerah
tersebut,
periorbital , lower limb, efusi pleura
Pemeriksaan urinalisis
- Proteinuria masif +4 :
Dalam Darah:
Protein total : 4,9 mg/dL (N : 6,1-8,2 mg/dL)
Albumin : 1,5 mg/dL (N : 3,5-6,4 mg/dL)
Kolestrol : 450 mg/dL (N : <200 mg/dL)
Globulin : 2 g/dL (N : 2,3-3,2 g/dL)
Ureum : 35 mg/dL (N : 15-40 mg/dL)
Kreatinin : 0,4 ml/dL (N : 0,5-1,5 mg/dL)
Temuan fisik lainnya, antara lain xanthelasma akibat hiperkolesterolemia
berat, ruam SLE, Muehrcke's lines pada kuku akibat hipoalbuminemia,
mudah memar dan neuropati pada amiloidosis, tes darah samar positif
pada SN akibat keganasan gastrointestinal, serta pada pemeriksaan
funduskopi dapat ditemukan retinopati diabetik
DIAGNOSIS
Sindrom nefrotik (SN) adalah keadaan klinis yang ditandai dengan
gejala:
1. Proteinuria masif (> 40 mg/m2 LPB/jam atau 50 mg/kg/hari
ataurasioprotein/kreatinin pada urin sewaktu > 2 mg/mg atau dipstik
≥ 2+)
2. Hipoalbuminemia < 2,5 g/dL
3. Edema
4. Dapat disertai hiperkolesterolemia > 200 mg/dL
Pada kelainan ginjal bengkak dimulai dari kelopak mata. Hal inidikarenakan pengaruh gaya
gravitasi. Kelopak mata merupakan jaringan yangbanyak mengandung jaringan ikat
longgar.Pada pasien ini bengkak dimulai dari kelopak mata yang berlanjut hinggaterjadi
edema pada seluruh tubuh. Hal ini menunjukan bahwa bengkak padapasien ini mengarah
pada kelainan ginjal. Untuk membantu menegakkan diagnosis maka dibutuhkan
pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaanlaboratorium darah lengkap, kimia darah dan
urin lengkap.
Sumber :KonsensusTatalaksanaSindromaNefrotikPada Anak.IDAI.Ed2.2012
DD
Pada penyakit jantung bengkak diawali dari kedua tungkai karena venous
return yang berkurang dikarenakan gangguan aliran balik ke jantung, pengaruh
gaya gravitasi dan tahanan perifer pada tungkai yang tinggi teruma fossa poplitea
dan inguinal. Selanjutnya adalah organ hepar, bengkak ini diawali dari perut
dikarenakan fibrosis pada hepar yang mengakibatkan bendungan sehingga venous
return berkurang dan terjadi hipertensi porta, penurunan sintesis protein sehingga
terjadi hipoalbuminemia yang menurunkan tekanan osmotik intravaskular yang
menyebabkan terjadinya ekstravasasi cairan. Lalu alergi juga dapat menyebabkan
bengkak tetapi hanya pada tempat tertentu yang sifatnya non pitting edema dan
tidak berlangsung lama. Selanjutnya malnutrisi, bengkak terjadi diseluruh tubuh
tanpa penyebab yang jelas biasanya pada kwashiorkor atau marasmus
kwashiorkor
Sumber :Medula, Volume 2, Nomor 4, Juni 2014, Nephrotic Syndrome In Children
a. Dx : sindroma nefrotik
b. Dd :
Ghosh. 2009. Bedside Clinics in Pediatrics. Kolkata: Academic Publishers
9. Apa saja etiologi dari kasus diskenario?
Kongenital
a. Finnish-type congenital nephrotic syndrome (NPHS1, nephrin)kondisi
genetic ginjaldimulaisaatawalperkembanganselamakehamilan/3
bulanpertamalahir. Bayidengansindrominiakanmengalamiinfeksi,
disebabkankarenamutasi gen NPHS1
b. Denys-Drash syndrome (WT1)penyakitginjal yang
dimulaidalambulanawalkehidupan,
kondisiinidisebutdengandifusglomerulosklerosis. Dimana
jaringanparutterbentukdiseluruh glomerulus,
kondisiiniseringmengakibatkangagalginjalsaat masa kanak-kanak. Anak-anak
yang mengalamisindrominibiasanyamemiliki tumor di satuataukeduaginjal,
peristiwainidisebutdengan tumor Wilms
c. Frasier syndrome (WT1)penyakit ginjal ini dimulaisaatusiadini,
kondisiinidisebutdenganglomerulosklerosisfokal segmental. Dimana
jaringanparutterbentuk pada glomerulus, kondisiinimenyebabkangagalginjal
pada masa remaja. Laki-laki dengan sindrom Frasier memiliki pola
kromosom laki-laki yang khas (46, XY), mereka memiliki disgenesis gonad,
di mana genitalia eksternal tidak terlihat jelas laki-laki atau jelas perempuan
(genital ambigu) atau alat kelamin muncul sepenuhnya perempuan. Organ
reproduksi internal (gonad) biasanya tidak berkembang dan disebut sebagai
gonad beruntun. Gonadom abnormal ini tidak berfungsi dan sering menjadi
kanker. Wanita yang terkena biasanya memiliki genitalia dan gonad normal
dan hanya memiliki fitur ginjal. Karena mereka tidak memiliki semua fitur
dari kondisi tersebut, perempuan biasanya diberikan diagnosis sindrom
nefrotik terisolasi
d. Diffuse mesangial sclerosis (WT1,
PLCE1)ditandaidengansklerosisprogresifdarimatriks mesangial
denganproliferasisel mesangial minimal/tidakada, hipertrofipodosit pada
penyakitawal, membrane basal menebal, berkurangnya lumen kapiler pada
penyakitlanjut. Pada sindrominiresistenterhadapterapiimunosupresif dan
berkembangmenjadipenyakitginjal stadium akhir
e. Autosomal recessive, familial FSGS (NPHS2, podocin)
f. Autosomal dominant, familial FSGS (ACTN4, α-actinin-4; TRPC6)
g. Nail-patella syndrome (LMX1B)ditandaidengankelainan kuku, lutut, siku
dan panggul. Pada sindromini kuku tidakadaatautidakberkembang dan
berubahwarna, terbelah dan bergerigi, biasanya yang paling berpengaruh
pada kuku tangandibandingkan kuku kaki. Pada ujung kuku
berbentuksegitigabukanbulansabit pada orang normalnya, lalu pada
sindrominimenyebabkankelainan juga pada patella
dimanabentuknyalebihkecil dan seringmengalami trauma pada patella. Pada
kondisiinimenyebabkan glaucoma pada usiadini dan
menyebabkangagalginjaldini.
h. Pierson syndrome (LAMB2)sindromlangka yang bisamempengaruhiginjal
dan mata (mikrokoria/pupil matakecil dan tidakresponsfiterhadapcahaya).
Disebabkan oleh mutasi gen LAMB2. Pada bayi yang
mengalamisindrominitidakdapatumur yang panjang dan hanyabertahan pada
beberapminggu/bulanawalkehidupan
i. Schimke immuno-osseous dysplasia
(SMARCAL1)kondisiditandaidengantubuhpendek, sindromnefrotik dan
sistemkekebalantubuh yang lemah (kekurangansel
Tlebihrentanterhadappenyakit)
j. Galloway-Mowat syndrome
k. Oculocerebrorenal (Lowe) syndrome
Primer/Idiopatik
Medikamentosa
Penatalaksanaan sindrom nefrotik (SN) pada dewasa tergantung dari etiologi yang
mendasari. Sedangkan, SN idiopatik pada anak secara umum diobati dengan kortikosteroid,
dan agen imunosupresif jika perlu. [2,6]
Kortikosteroid
Kortikosteroid yang dapat digunakan dalam penatalaksanaan sindrom nefrotik (SN) adalah
prednison. Prednison merupakan imunosupresan yang dapat mengurangi peradangan
dengan meningkatkan permeabilitas kapiler dan menekan aktivitas sel polimorfonuklear
(PMN). Prednison dapat diberikan sebagai dosis tunggal di pagi hari atau dosis terbagi. [3,8]
Terapi dikatakan remisi apabila proteinuria negatif atau trace (proteinuria < 4
mg/m2 luas permukaan badan/jam) 3 hari berturut-turut dalam 1 minggu
Dapat dikatakan relaps apabila proteinuria dipstik ≥ 2+ (proteinuria >40 mg/m2 luas
permukaan badan/jam) 3 hari berturut-turut dalam 1 minggu
Dikatakan dependen steroid bila relaps 2 kali berurutan pada saat dosis steroid
alternating, atau dalam 14 hari setelah pengobatan dihentikan [11]
Apabila terjadi remisi setelah pemberian prednison dosis penuh selama 4 minggu dapat
dikatakan sensitif steroid. Sebaliknya, apabila tidak terjadi remisi pada pengobatan
prednison dosis penuh (full dose) selama 4 minggu, maka pasien dikatakan resisten
terhadap steroid. [1,11]
Imunomodulator
Imunosupresan
Diuretik
Restriksi cairan sangat dianjurkan saat terdapat edema berat. Pasien dapat diberikan loop
diuretik berupa furosemide 1-3 mg/kg/hari. Bila perlu, dapat dikombinasikan dengan
antagonis aldosteron diuretik hemat kalium seperti spironolactone 2-4 mg/kg/hari. Sebelum
pemberian diuretik, perlu disingkirkan kemungkinan hipovolemia. Pemakaian diuretik lebih
dari 1-2 minggu memerlukan pemantauan elektrolit. [3,8,11]
Bila terjadi edema refrakter, umumnya karena hipovolemia atau hipoalbuminemia berat (≤
1 g/dL), dapat diberikan infus albumin 20-25% dengan dosis 1 g/kg selama 2-4 jam untuk
menarik cairan dari jaringan interstisial dan diakhiri dengan pemberian furosemide
intravena 1-2 mg/kg. [3,11]
Lainnya
Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACEI) dan angiotensin receptor blocker (ARB)
digunakan untuk mengurangi proteinuria. Cara kerja keduanya dalam mengurangi
proteinuria, yakni penurunan tekanan hidrostatik dan mengubah permeabilitas glomerulus.
Selain itu, ACEI mempunyai efek renoprotektor melalui penurunan sintesis transforming
growth factor (TGF)-β1 dan plasminogen activator inhibitor (PAI)-1, yang merupakan sitokin
penting dalam terjadinya glomerulosklerosis.
Golongan ACEI yang dapat digunakan adalah captopril 0,3 mg/kg diberikan 3 kali sehari,
atau enalapril 0,5 mg/kg/hari dibagi 2 dosis, atau lisinopril 0,1 mg/kg dosis tunggal.
Golongan ARB yang dapat digunakan adalah losartan 0,75 mg/kg dosis tunggal.
Edukasi
Sindrom nefrotik (SN) adalah penyakit kronis yang dapat mengalami remisi dan relaps. Pada
kondisi yang berat, ada risiko komplikasi gagal ginjal hingga membutuhkan dialisis atau
transplantasi ginjal. Manajemen diet pasien sindrom nefrotik yang tepat diperlukan untuk
menghindari perburukan gejala.
Diet sehari-hari yang direkomendasikan adalah cukup kalori dan protein (1,5-2 g/kg/hari).
Jika kelebihan protein dari diet, dapat menambah beban glomerulus dalam mengeluarkan sisa
metabolisme protein sehingga menyebabkan sklerosis glomerulus. Sebaliknya, bila diet
rendah protein, akan terjadi malnutrisi energi protein (MEP) yang dapat menghambat
pertumbuhan pada anak.
Diet rendah garam (1-2 g/ hari) juga disarankan untuk membatasi retensi cairan dan edema
yang terjadi pada SN.
Pemantauan penting dilakukan untuk penyesuaian dosis obat dan mendeteksi efek toksik
kortikosteroid. Selain itu, penting diketahui bahwa pasien SN dalam pengobatan
kortikosteroid dosis >2 mg/kg/hari selama lebih dari 14 hari merupakan pasien
imunokompromais. Dalam keadaan tersebut, 6 minggu setelah obat dihentikan pasien hanya
boleh diberikan vaksin virus mati. Setelah penghentian prednison selama 6 minggu, baru
dapat diberikan vaksin virus hidup. Semua anak dengan SN sangat dianjurkan untuk
mendapat imunisasi terhadap infeksi pneumokokus dan varicella.
12. Bagaimana prognosis dari kasus diskenario?
Angka kejadian relaps sindrom nefrotik pada anak yang responsif terhadap
steroid berkisar antara 60-80%. Namun, angka relaps tersebut semakin kecil seiring
bertambahnya usia anak. Pada penyakit yang prognosisnya buruk, walaupun anak
mempunyai kesempatan untuk tumbuh kembang, tetapi gagal mendapatkannya. Pada
sindrom nefrotik dependen steroid saat masa anak, tidak lebih dari 10% akan terjadi
relaps saat dewasa. Beberapa survei sebelumnya angka relaps setelah 18 tahun antara
27-42%. Faktor risiko terjadinya relaps saat dewasa antara lain onset terjadi saat usia
yang muda, kekerapan relaps yang tinggi saat anak serta penggunaan alkylating agent
dan siklosporin. Luaran kondisi ginjal pada sindrom nefrotik dependen steroid masih
baik sepanjang masih berespon terhadap steroid (Niaudet, 2009).
Konsensus Tatalaksana Sindrom Nefrotik Idiopatik Pada Anak, UKK Nefrologi IDAI, 200