Anda di halaman 1dari 17

Terapi pasien berdasarkan bukti riset terkini!

Ketika menjalani kegiatan kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Penyakit Saraf, Annisa dan
kelompoknya menemukan masalah pasien dengan kasus nyeri boyok. Sekalipun kasus
tersebut adalah penyakit umum, namun dosen pembimbing meminta agar kelompok Annisa
dapat menentukan terapi mutakhir untuk masalah pasien nyeri boyok tersebut.
Untuk menyelesaikan tugasnya, dosen pembimbing menyarankan agar tidak salah dalam
memberikan terapi pada pasien, kelompok Annisa sebaiknya melalukan kegiatan EBM,
dengan cara mencari sebanyak mungkin artikel penelitian terkini mengenai penatalaksanaan
kasus nyeri boyok, kemudian artikel-artikel yang tersebut dianalisis melalui kegiatan critical
appraisal, dan seterusnya sesuai dengan langkah-langkah EBM. “Ingat, kalian memiliki
berbagai jenis artikel publikasi yang membutuhkan langkah critical appraisal yang berbeda-
beda. Jadi semua harus kalian pelajari.” Kata dr. Ika mengingatkan mahasiswa co-as.
Menurut beliau, EBM penting dilakukan oleh dokter dalam menjalankan prakteknya, antara
lain karena penelitian kedokteran berkembang sangat pesat, sehingga penelitian yang layak
rujuk harus dimanfaatkan dalam menangani kasus pasien.

Step 1

1. Critical appraisal: Kajian kritis terhadap makalah atau artikel ilmiah.


Kegiatan unutk mengkaji atau mengevaluasi jurnal, menerapkan apakah
artikel ini layak diterapkan atau tidak.
2. EBM (Evidence Based Medicine): Suatu system atau cara untuk
menyaring data dalam bidang kesehatan. Cara pendekatan untuk
mengambil keputusan dalam tatalaksana pasien atau penyelenggaraan
untukmengambil keputusan secara eksplisit (secaraluar) dan sistematis
berdasarkan penelitian yang sahih atau yang ter-review.
3. Ebm : evidence based medicine  sistem atau cara untuk menyaring data
utk mengambil keputusan dibidang kesehatan berdasarkan penelitian
yang sahih atau tereview
4. Suatu pendekatan medik yang didasarkan pada bukti2 ilmiah terkini
untuk pelayanan kesehatan penderita, ada 3 : hasil meta analisis, riview
sistematik, rct (randomized control trial)
5. Critical appraisal : kajian kritis makalah atau artikel ilmiah
6. Ca merupakan bagian dari ebm yang merupakan suau proses utk evaluasi
dan mencermati scr sistematis artikel penelitian lalu bisa menentukan
validitas, reabilitas, dan kegunaan dalam pratek klinis, yang dinilai 3
validiti, importensi, dan aplicable

Step 3

1 Apakah tujuan dilakukannya EBM ?


2. Apakah manfaat dilakukannya EBM ?
3. Apakah kendala dari EBM ?
4. Mengapa perlu dilakukan EBM ?
5. Langkah-langkah EBM ?
6. Apa saja sumber yang dapat digunakan untuk EBM?
7. Mengapa kita memerlukan ebm dalam praktek klinis ?

CRITICAL APPRAISAL

7. Apakah manfaat dari Critical Appraisal ?


8. Apakah kendala dari Critical Appraisal?
9. Apakah kelebihan dan kekurangan dari Critical Appraisal ?
10.Apa saja langkah-langkah critical Appraisal ?
11. Apakah hubungan antara EBM dan Critical Appraisal?
12.Aplikasi dari artikel yang telah dilakukan EBM ?

Step 7

1. Apakah tujuan dilakukannya EBM ?

Tujuan

a. Mensurvei suatu cakupan yang luas tentang jurnal medis internasional yang
menerapkan ukuran-ukuran tegas untuk mutu dan kebenaran riset Untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kritis.
b. Menghasilkan pemikiran yang akurat.
c. Memanfaatkan informasi untuk menyelesaikan masalah.
d. Untuk menilai obat baru agar diketahui kelebihan/kekurangan suatu obat.
e. Menentukan pengobatan pada penderita yang sedang kita hadapi.
f. Menilai suatu obat baru yang akan dipasarkan
(www.cochrane.org)

 untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis


 menghasilkan pemikiran yang akurat
 pemeriksaannya secara teliti agar diagnosisnya tepat untuk memperoleh
penyembuhan penyakit
Sumber :liliana sugiharto, bagian anatomi FK unika atma jaya

 Memperoleh study penelitiankritis


 Memudahkanaksesdalammenemukandanmenilaibukti
 Untukmemperbaikitatalaksanapasien
 Untukmemperolehinformasi yang
mutakhirdansahtentangkemajuanilmupengetahua
 Untukmemecahkanmasalahdalampenangananpasien
 Meningkatkankualitaspelayanandan outcome klinis
www.ugm.com

2. Apakah manfaat dilakukannya EBM ?

Manfaat
a. agar dokter tidak salah mendiagnosis
b. agar dokter tidak kesalahan memberikan terapi pada pasien
c. agar dapat menigkatkan kualitas hidup pasien
(Sumber : Wiryo, H., 2002, kajian kritis makalah ilmiah kedokteran klinik
menurut kedokteran berbasisi bukti, sagung seto, jakart)

 Untuk memperbaiki tata laksana pasien.


 Untuk memperoleh informasi mutakhir dan sah tentang kemajuan ilmu pengetahuan.
 Memecahkan masalah dalam penanganan pasien.
 Meningkatkan kualitas pelayanan efisiensi dan outcome klinis.
(www.criticalappraisal.com/gostudy/deepinformation.htm)

MANFAAT

1. Membantu menurunkan mortalitas atau kematian pasien.


2. Memperbaiki derajat kesehatan dan perawatan.
3. Mengevaluasi dan merencanakan terapi.
4. Memilih pola hidup dan perawatan kesehatan terbaik.
Sugiarto , Bagian Ilmu Penyakit Dalam RS Dr Moewardi / Fakultas kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta, Materi Kuliah Budaya Ilmiah 29 September
2009

a. Memperoleh study penelitian kritis


b. Memudahkan akses dalam menemukan dan menilai bukti
c. Untuk memperbaiki tata laksana pasien
d. Untuk memperoleh informasi yang mutakhir dan sah tentang kemajuan ilmu
pengetahua
e. Untuk memecahkan masalah dalam penanganan pasien
f. Meningkatkan kualitas pelayanan dan outcome klinis
www.ugm.com
 Agar seorang dokter selain hanyaterampil dalam keahlian klinis dan
pengetahuan mengenai penyakit, namun dia juga terampil dalam
mengevaluasi tindakan klinis yang akan diambil.
Sumber : liliana sugiharto, bagian anatomi FK unika atma jaya

KEUNTUNGAN

a. agar dokter tidak salah mendiagnosis


b. agar dokter tidak kesalahan memberikan terapi pada pasien
c. agar dapat menigkatkan kualitas hidup pasien
Wiryo, H., 2002, Kajian Kritis Makalah Ilmiah Kedokteran Klinik Menurut
Kedokteran Berbasis Bukti, Sagung Seto, Jakarta

 Untuk memperbaiki tata laksana pasien.


 Untuk memperoleh informasi mutakhir dan sah tentang kemajuan ilmu
pengetahuan.
 Memecahkan masalah dalam penanganan pasien.
 Meningkatkan kualitas pelayanan efisiensi dan outcome klinis.
www.criticalappraisal.com/gostudy/deepinformation.htm

3. Apakah kendala dari EBM ?

Kendala
 Kurangnya informasi, fasilitas dan teknologi
 Kurangnya rasa ingin tahu
 Kurangnya pengalaman dan prior knowledge
 Menyembunyikan kegagalan suatu karya ilmiah
 Kurangnya kemampuan untuk melakukan kajian secara kritis terhadap suatu masalah
liliana sugiharto, bagian anatomi FK unika atma jaya
KEUNTUNGAN
a. agar dokter tidak salah mendiagnosis
b. agar dokter tidak kesalahan memberikan terapi pada pasien
c. agar dapat menigkatkan kualitas hidup pasien
Wiryo, H., 2002, Kajian Kritis Makalah Ilmiah Kedokteran Klinik Menurut Kedokteran Berbasis
Bukti, Sagung Seto, Jakarta
KEKURANGAN
• Kurangnya informasi, fasilitas dan teknologi
• Kurangnya rasa ingin tahu
• Kurangnya pengalaman dan prior knowledge
• Menyembunyikan kegagalan suatu karya ilmiah
• Kurangnya kemampuan untuk melakukan kajian secara kritis terhadap suatu masalah
liliana sugiharto, bagian anatomi FK unika atma jaya

4. Mengapa perlu dilakukan EBM ?

Alasan menggunakan EBM


 Karena seorang dokter dituntut untuk dapat melakukan praktek dengan baik, tepat,
dapat dipertanggung jawabkan dan sesuai dengan tuntutan pasien
 Kemajuan teknolgi dan media komunikasi mempengaruhi perkembangan disegala
bidang.
 Pengetahuan bisa berubah dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Majalah kedokteran Atma Jaya.Vol.4 No1.Januari 2005

 Karena seorang dokter dituntut untuk dapat melakukan praktek dengan baik,
tepat, dapat dipertanggung jawabkan dan sesuai dengan tuntutan pasien
(Majalah kedokteran Atma Jaya.Vol.4 No1.Januari 2005)
 Kemajuan teknolgi dan media komunikasi mempengaruhi perkembangan disegala
bidang. (Majalah kedokteran Atma Jaya.Vol.4 No1.Januari 2005)
 Pengetahuan bisa berubah dalam waktu yang tidak terlalu lama. (Majalah
kedokteran Atma Jaya.Vol.4 No1.Januari 2005)
 Karena tenaga ahli/medis pada aplikasi klinisnya membutuhkan sesuatu abstrak
yang informatif, singkat, tapi jelas.(www.ahrq.gov)

 Diperoleh pengobatan,diagnosis dan prognosis yang efektif,tepat dan efisien


 Memudahkan untuk mengambil keputusan berdasar masalah
 Mengembangkan kemampuan dalam menemukan,menilai dan menerapkan bukti-
bukti yang ada
a. Karena tidak semua penelitian berdasarkan pada bukti-bukti sebenarnya
b. Supaya memiliki kemampuan berpikir kritis
c. Karena sering terjadi ketidaktepatan dalam hasil penelitian

Karena dalam menangani pasien seorag dokter harus menggunakan langkah2 yang
sudah terbukti dan teruji.

Karena seorang dokter dituntut untuk dapat melakukan praktek dengan baik, tepat,
dapat dipertanggung jawabkan dan sesuai dengan tuntutan pasien.

Liliana Sugiharto Majalah kedokteran Atma Jaya.Vol.4 No1.Januari 2005

a) makin berkembangnya penelitian dibidang kedokteran yang berlangsung terus-


menerus dan memerlukan dana sangat besar ,dan kadang-kadang kurang
dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk memperbaiki tatalaksana pasien.
b) pada umumnya para dokter yang bekerja di RS daerah, tidak memiliki akses yang
cukup untuk memperolah informasi mutakhir dan sahih tentang kemajuan ilmu
pengetahuan.
c) para dokter sibuk dengan berbagai macam kegiatan diluar bidang medis ,mereka
merasa memiliki kemampuan klinik yang cukup untuk menangani pasien
d) merupakan proses pendekatan terhadap pembelajaran klinik yang akan
menjadikan dokter tersebut memiliki informasi yang mutakhir dan sahih didalam
penatalaksanaan pasien.
e) diketahui bahwa medicine is a live-long study yaitu suatu pembelajaran seumur
hidup yang berorientasi memecahkan masalah dalam penanganan pasien.
Wiryo, Hananto. Kajian Kritis Makalah Ilmiah Kedokteran Klinik Menurut
Kedokteran Berbasis Bukti (KBB). Sagung Seto; Jakarta

Berawal dari perkembangan bidang teknologi & informasi (IT) yang berkembang
begitu cepat termasuk informasi bidang kesehatan  keseluruhan informasi tidak
semuanya valid utk diterima sbg tambahan IP  kebutuhan utk mengendalikan
data2 yg terpaparkan baik dari kepustakaan, makalah ataupun website 
dikembangkan suatu ilmu yang dinamakan EBM (Evidence Based Medicine)

Buku Petunjuk Praktikum LBM 5 Modul Metodologi Penelitian, 2011

5. Langkah-langkah EBM ?

Langkah-langkah
g. Mengajukan pertanyaan klinik yang dapat dijawab(asking answerable question).
h. Melakukan pelacakan pustaka untuk menjawab pertanyaan klinik.
i. Melakukan telaah kritis terhadap bukti ilmiah.
j. Melakukan integrasi antara bukti ilmiah yang valid, keahlian klinik, dan nilai serta
harapan yang ada pada pasien.
k. Melakukan evaluasi hasil guna penerapan bukti ilmiah di dalam praktek.
(Guyatt, 2004)

 Identifikasi dan formulasi masalah


 Masalah harus disusun dalam bentuk pertanyaan. Hal ini memudahkan untuk mencari
bukti yang baik, caranya :
 focus question : pertanyaan terarah. Secara tegas pertanyaan diarahkan pada
masalah tertentu.
 relevance question : pertanyaan yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi
pasien baik dalam aspek etiologi, diagnosis, terapi, dan prognosis.
 searchable question : pertanyaan yang dapat ditelusuri
 Mencari dan menelusuri bukti  medline, Embase
 Kajian kritis bukti dari makalah ilmiah
 Sangat penting dilakukan untuk mengetahui isi dari setiap makalah
 Menerapkan hasil kajian kritis kepada pasien kita
 Evaluasi
Kajian Kritis Makalah Ilmiah Kedokteran Klinik menurut Kedokteran Berbasis
Bukti (KBB); DR.Dr. Hananto Wiryo, Sp.A

a. Identifikasi dan formulasi masalah (PICO)


Memformulasikan pertanyaan dengan tepat, pertanyaan dapat disusun
dengan menggunakan PICO, yaitu :
i. P : Patient / problem / population
Pertanyaan klinik harus mengidentifikasikan mengenai pasien atau
kelompok pasien dan berbagai informasi yang relevan dengan
treatment atau diagnosis penyakit pasien.
ii. I : Intervention
Intervensi atau pengobatan yang akan dilakukan terhadap pasien.
iii. C : Comparrison
Intervensi alternative yang akan dibandingkan dengan intervensi
yang akan anda lakukan.
iv. O : Outcome
Hasil yang diharapkan dari penerapan intervensi tersebut.
Selanjutnya susunlah PICO tersebut menjadi sebuah pertanyaan klinik yang
jelas.
b. Mencari atau menelusuri bukti dengan kajian kritis terhadap bukti
i. Menggunakan berbagai fasilitas search engine untuk mencari pustaka.
ii. Ketika mencari pustaka, keyword tidak perlu sama persis dengan yang
ada di PICO, cukup tulis kata / frase terkait dengan P atau I nya saja.
iii. Agar dapat menemukan literature sebanyak-banyaknya maka cukup
dengan memperluas keywords dengan membuat sinonim terhadap
keywords yang telah ditetapkan.
c. Penerapan pada pasien
i. Apakah pada pasien kita terdapat perbedaan bila dibanding dengan
yang terdapat pada penelitian sehingga hasil penelitian tersebut tidak
dapat diterapkan pada pasien kita?
ii. Apakah terapi tersebut mungkin dapat diterapkan pada pasien kita
(our setting)?
iii. Apakah pasien kita mempunyai potensi yang menguntungkan atau
merugikan bila terapi tersebut ditetapkan?
iv. Apakah nilai dan pengharapan pasien kita, bila hasil akhir kita coba
untuk mengobati, kita tawarkan?
d. Evaluasi
Dilakukan evaluasi keberhasilan terapi yang digunakan

Sumber:Dasar-dasar metodologi Penelitian Klinis,Dr.Sudigdo Sostroasmoro &


Dr.Sofyan Ismael.Hal 426
Asking  bertanya dengan unsur pico patient  penyakit boyok, intervention,
comparison  ekg , outcome  menurunnya penyakit boyok)
Acquring  menemukan bukti2 dri 1
Apprasing  lakukan telaah kritis thd penelitian yg telah dibaca, uji2, via
Applying  menerapkan kepada pasien brdsr dari kondisi pasien
Assesing  lakukan evaluasi dan perbaikan efektivitas dlm menerapkan ebm thd pasien
. Identifikasi dan formulasi masalah (PICO)
Memformulasikan pertanyaan dengan tepat, pertanyaan dapat disusun dengan
menggunakan PICO, yaitu :
a.i. P : Patient / problem / population
Pertanyaan klinik harus mengidentifikasikan mengenai pasien atau kelompok
pasien dan berbagai informasi yang relevan dengan treatment atau diagnosis
penyakit pasien.
a.ii. I : Intervention
Intervensi atau pengobatan yang akan dilakukan terhadap pasien.
a.iii. C : Comparrison
Intervensi alternative yang akan dibandingkan dengan intervensi yang akan
anda lakukan.
a.iv. O : Outcome
Hasil yang diharapkan dari penerapan intervensi tersebut.
Selanjutnya susunlah PICO tersebut menjadi sebuah pertanyaan klinik yang
jelas.

SKENARIO
Populasi/people  misal pasien datang (nyeri boyok)
Intervensi obat yang sudah ada (sudah biasa)
Comparison (pembanding)  terapi lain untuk membandingkan
Outcome  hasil yang diharapkan baik dari intervensi atau comparisonnya

b. Mencari atau menelusuri bukti dengan kajian kritis terhadap bukti


b.i. Menggunakan berbagai fasilitas search engine untuk mencari pustaka.
b.ii. Ketika mencari pustaka, keyword tidak perlu sama persis dengan yang ada di
PICO,
cukup tulis kata / frase terkait dengan P atau I nya saja.
b.iii. Agar dapat menemukan literature sebanyak-banyaknya maka cukup dengan
memperluas keywords dengan membuat sinonim terhadap keywords yang
telah
ditetapkan.
c. Penerapan pada pasien
c.i. Apakah pada pasien kita terdapat perbedaan bila dibanding dengan yang terdapat
pada penelitian sehingga hasil penelitian tersebut tidak dapat diterapkan pada
pasien kita?
c.ii. Apakah terapi tersebut mungkin dapat diterapkan pada pasien kita (our setting)?
c.iii. Apakah pasien kita mempunyai potensi yang menguntungkan atau merugikan
bila
terapi tersebut ditetapkan?
c.iv. Apakah nilai dan pengharapan pasien kita, bila hasil akhir kita coba untuk
mengobati, kita tawarkan?
d. Evaluasi
Dilakukan evaluasi keberhasilan terapi yang digunakan
Sumber:Dasar-dasar metodologi Penelitian Klinis,Dr.SudigdoSostroasmoro &
Dr.Sofyan Ismael.Hal 426

6. Apa saja sumber yang dapat digunakan untuk EBM?


Sumber Bukti (“4S”)

1. “Sistem” - sumber rujukan online yang memberikan hasil-hasil kajian dan


materi pendukung EBM lainnya, tentang informasi terkait dengan pertanyaan
klinis.
Sumber:
BMJ Clinical Evidence (http://www.clinicalevidence.com), UpToDate
(http://www.uptodate.com),
PIER: The Physician’s Information and Education Resource
(http://pier.acponline.org/index.html).

2. “Sinopsis” - ringkasan riset asli yang berbasis bukti.


Sumber:
ACP [American College of Physicians] Journal Club(http://www.acpjc.org
EBM (http://ebm.bmj.com).

3. “Sintesis” (systematic review) – rangkuman beberapa artikel asli.

Sumber:

The Cochrane Library Web site (http://www3.interscience.wiley.com/


cgibin/mrwhome/106568753/HOME)
DARE (www.york.ac.uk/inst/crd/welcome.htm)
4. “Studi” – artikel riset asli.
Sumber:
Medline/ PubMed Clinical Queries (www.pubmed.com)
EMBASE (OVID) (www.ovid.com)

7. Mengapa kita memerlukan ebm dalam praktek klinis ?


• Karena seorang dokter dituntut untuk dapat melakukan praktek dengan baik, tepat, dapat
dipertanggung jawabkan dan sesuai dengan tuntutan pasien (Majalah kedokteran Atma
Jaya.Vol.4 No1.Januari 2005)
• Kemajuan teknolgi dan media komunikasi mempengaruhi perkembangan disegala bidang.
(Majalah kedokteran Atma Jaya.Vol.4 No1.Januari 2005)
• Pengetahuan bisa berubah dalam waktu yang tidak terlalu lama. (Majalah kedokteran
Atma Jaya.Vol.4 No1.Januari 2005)
• Karena tenaga ahli/medis pada aplikasi klinisnya membutuhkan sesuatu abstrak yang
informatif, singkat, tapi jelas.(www.ahrq.gov)

 Diperoleh pengobatan,diagnosis dan prognosis yang efektif,tepat dan efisien


 Memudahkan untuk mengambil keputusan berdasar masalah
 Mengembangkan kemampuan dalam menemukan,menilai dan menerapkan bukti-
bukti yang ada
d. Karena tidak semua penelitian berdasarkan pada bukti-bukti sebenarnya
e. Supaya memiliki kemampuan berpikir kritis
f. Karena sering terjadi ketidaktepatan dalam hasil penelitian

Karena dalam menangani pasien seorag dokter harus menggunakan langkah2 yang
sudah terbukti dan teruji.
Karena seorang dokter dituntut untuk dapat melakukan praktek dengan baik, tepat,
dapat dipertanggung jawabkan dan sesuai dengan tuntutan pasien.

Liliana Sugiharto Majalah kedokteran Atma Jaya.Vol.4 No1.Januari 2005

f) makin berkembangnya penelitian dibidang kedokteran yang berlangsung terus-


menerus dan memerlukan dana sangat besar ,dan kadang-kadang kurang
dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk memperbaiki tatalaksana pasien.
g) pada umumnya para dokter yang bekerja di RS daerah, tidak memiliki akses yang
cukup untuk memperolah informasi mutakhir dan sahih tentang kemajuan ilmu
pengetahuan.
h) para dokter sibuk dengan berbagai macam kegiatan diluar bidang medis ,mereka
merasa memiliki kemampuan klinik yang cukup untuk menangani pasien
i) merupakan proses pendekatan terhadap pembelajaran klinik yang akan
menjadikan dokter tersebut memiliki informasi yang mutakhir dan sahih didalam
penatalaksanaan pasien.
j) diketahui bahwa medicine is a live-long study yaitu suatu pembelajaran seumur
hidup yang berorientasi memecahkan masalah dalam penanganan pasien.
Wiryo, Hananto. Kajian Kritis Makalah Ilmiah Kedokteran Klinik Menurut
Kedokteran Berbasis Bukti (KBB). Sagung Seto; Jakarta

Berawal dari perkembangan bidang teknologi & informasi (IT) yang berkembang
begitu cepat termasuk informasi bidang kesehatan  keseluruhan informasi tidak
semuanya valid utk diterima sbg tambahan IP  kebutuhan utk mengendalikan
data2 yg terpaparkan baik dari kepustakaan, makalah ataupun website 
dikembangkan suatu ilmu yang dinamakan EBM (Evidence Based Medicine)

Buku Petunjuk Praktikum LBM 5 Modul Metodologi Penelitian, 2011

CRITICAL APPRAISAL

8. Apakah manfaat dari Critical Appraisal ?

Manfaat
 - Meningkatkan daya analisis kritis
 Menentukan alternatif yang lebih baik
 Memunculkan banyak pertanyaan yang baru
 Informasi yang diproleh lebih detail dan lebih paham
 Memperoleh kebenaran darisuatu informasi
liliana sugiharto, bagian anatomi FK unika atma jaya

Tujuan
 Memperoleh sumbar yg valid
 Mampu memahami informasi yg diperoleh
 Mengikuti informasi yg data
 Mampu menganalisi sumber yg diperoleh
 Mampu memilih kriteria yg akan di analisa
 Memberi komentar masalah yg ada

MANFAAT
e. Meningkatkan daya analisis kritis
f. Menentukan alternatif yang lebih baik
g. Memunculkan banyak pertanyaan yang baru
h. Informasi yang diproleh lebih detail dan lebih paham
i. Memperoleh kebenaran dari suatu informasi
liliana sugiharto, bagian anatomi FK unika atma jaya

TUJUAN
a. Agar mampu mengevaluasi dan menganalisis sumber informasi yang
diperoleh.
b. Agar mampu memahami informasi yang diperoleh.
c. Agar mampu mengikuti perubahan informasi yang ada.
d. Agar mampu memberi komentar dan mengevaluasi baik terhadap
permasalahan yang dihadapi maupun pemecahan masalah tersebut.
e. Agar mampu memilih kriteria informasi yang tepat untuk dianalisa
(www.criticalappraisal.com/gostudy/deepinformation.htm)
o   Memahami bahasan utama dari artikel yang dibaca.
o   Menganalisa temuan-temuan, hasil penelitian, atau argumentasi yang
disampaikan penulis dalam artikel yang dibaca.
o   Memilih kriteria evaluasi /analisa yang sesuai untuk
mengevaluasi/menganalisa artikel yang dibaca.
o   Memberikan critical evaluation terhadap artikel yang dibaca berdasarkan
kriteria yang telah dipilih.
( Sumber : Petunjuk Penulisan Kedokteran dan Kesehatan, Soenarto
Sastrowijoto)

9. Apakah kendala dari Critical Appraisal?

Kendala
 memakan banyak waktu
 Critikal Apprasial tidak selalu memberikan jawaban yang mudah
 Critical apprasial dapat membuat keputusasaan jika CA menonjolkan kekurangan dari
bukti2 yang baik
(Sumber : Alison Hill, Claire Spitlehouse, Institute Of Heal Sciences Oxford)
 Kurangnya pengetahuan tentang program penelitian
 Terkadang membosankan bagi yang melakukan
 Perlu biaya yang tidk sedikit
(Sumber : www.FKUNAIR.ac.id)

10. Apa kekurangan dan kelebihan dari critical appraisal?

KELEBIHAN
 Dapat mengembangkan pemikiran menurut akses informasi yang
valid,relevan dan berguna sesuai dengan hasil publikasi riset
pengetahuan
 Keterampilan CA tidak sulit untuk dikembangkan
 CA melakukan pendekatan dengan peralatan yang nyaman dan
memadai
 Bersama dengan kemampuan menunjukkan dalam menemukan bukti
penelitin dan perubahan pelatihan sebagai hasil penelitian,CA adalah
jalan penutup dari gabungan antara peneliti dan pelatihan sebagai
kontribusi yang penting untuk meningkatkan kualitas kesehatan
Sumber: liliana sugiharto, FK unika atma jaya

KERUGIAN

 CA tidak dapat berkembang bila pertanyaan hasil analisis yang dihasilkan terlalu
mudah dengan fakta intervensi tidak efektif sesuai dengan bukti
 CA ditekankan jika kekurangan bukti informasi yang baik,yang dapat membuat
hasil riset terbatas pada infornasi yang tidak jelas
 CA tidak selalu memberikan pembaca dengan kemudahan menjawab atau
menjawab suatu kemungkinan yang diharapkan itu mungkin ditekankan bahwa
intervensi penulis tidak efektif
Sumber: liliana sugiharto, FK unika atma jaya

11. Apa saja langkah-langkah critical Appraisal ?

Langkah
 menyiapkan sesi analisi kritis
 baca keseluruhan artikel tanpa mencatat untuk memahami gagasan dan tujuan
penulisan serta topic utama dari artikel tersebut
 menggarisbawahi gagasan-gagasan utama dan membuat catatan lengkapnya
 mengoreksi tujuan utama, metode yang digunakan, hasil penelitian dan kesimpulan
dari hasil analisis
 menyusun CA sesuai dengan kaidah penulisan ilmiah yaitu introduction, body dan
conclusion
 mengidentifikasi proses yang perlu diperbaiki
 www.deliveri.org and praktikum 4

12. Apakah hubungan antara EBM dan Critical Appraisal?

CA merupakan dasar dari EBM, yg didasarkan dari CT (critical thinking)


dan bersumberdari IT. Jika IT nyabagusmakainformasi yang didapat juga
akan bagus sehingga seseorang dapat melakukan CA

CA merupakan dasar dari EBM yang didasarkan dari CT dan bersumber dari IT jika IT-
nyabagus maka informasi yang didpat juga akan bagus sehingga seseorang dapat
melakukan CABermula dari permasalahan kemudian mencari sumber (IT) lalu kita
melakukan CT yangmerupakan suatu awal dari suatu CA lalu dihasilkan EBM atau
padoman yang digunakan doktersebagai tatalaksana pasien
(Sumber:www.criticalappraisal.com/gostudy/deepinformation.htm)

13. Aplikasi dari artikel yang telah dilakukan EBM ?

Untuk menilai makalah agar dapat diterapkan pada pasien kita tergantung dari tingkat
penguasaan substansi makalah tersebut. Menilai apakah makalah dapat diterapkan pada
pasien, tidak sesederhana dengan hanya memakai kriteria inklusi dan eksklusi, tetapi juga
perbedaan secara kuantitatif dan kualitatif termasuk juga adanya biologic sense. Seseorang
yang sudah mendalami substansi, akan dengan segera mengetahui bahwa kondisi yang tertulis
di dalam makalah tersebut sama atau berbeda dan kita dapat memprediksikan besaran
perbedaan tersebut. Sehingga apabila kita mengandaikan suatu besaran dengan nilai f, dimana
nilai f (dalam prosentase) menunjukkan perbedaan kondisi pasien kita dengan pasien yang
tertulis di dalam makalah. Jadi besarnya nilai JDD pasien kita ( untuk makalah aspek terapi)
adalah : JDD (makalah)/nilai f, sehingga kita melihat bahwa selain diperlukan pengetahuan
tentang ketentuan-ketentuan EBM, juga sangat diperlukan penguasaan substansi dalam
mengkaji setiap makalah ilmiah.

Kajian Kritis Makalah Ilmiah Kedokteran Klinik menurut Kedokteran Berbasis Bukti
(KBB); DR.Dr. Hananto Wiryo, Sp.A

14.

Anda mungkin juga menyukai