Anda di halaman 1dari 20

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Umum Literature

Tabel 4.1 Karakterustik umum Literature (n=10)

No Kategori f %
1 Tahun Publikasi
a. 2016 3 30
b. 2017 1 10
c. 2018 5 50
d. 2020 1 10
2 Desain Penelitian
a. Quasy Eksperimen 3 30
b. Pra-Eksperimental 5 50
c. Deskriptif Analitik 2 20
3 Sampiling
a. Total sampling 5 50
b. Purposive sampling 4 40
c. Non-Prohability sampling 1 10
4 Instrumen
a. Koesioner/ lembar observasi 5 50
b. Glukometer 2 20
c. SPSS 3 30
5 Analisa data
a. Uji Chi-Squaere 5 50
b. Uji Paired t test 4 40
c. Wilcoxon test 1 10
Jumlah 10 100%

20
21

4.2 Hasil Pencaharian

No Author Tahun Vol. Judul Metode ( Desain, Hasil Penelitian Database


angka Sampel, Variabel,
Instrumen, analisis)
1. R.A. Fadilah, 2016 Vol 1 Pengalaman Metode : Pre- Hasil yang diperoleh pengalaman 2 Google
Ervi Suci Penderita DM Dalam eksperimental orang informan yang sudah Scholar
Melakukan Senam Desain : Kualitatif mengikuti senam DM sudah
DM Untuk Sampel : 30 Peserta merasakan kadar gula darahnya
Membantu Variabel : Senam DM turun dan terkontrol. Sementara
Menurunkan Kadar Instrumen : Koesioner menurut informan kunci hasil
Gula Darah Pada Analisis : Wiloxom pengukuran kadar glukosa atau
Kelompok Senam gula darah partisipan setelah
Diabetik Di mengikuti senam diabetes, ada
Kelompok Senam yang turun. Namun ada yang
Diabetes Melitus belum, tergantung frekuensi senam
Rumah Sakit Umum yang sudah diikuti.
Dr. Mohammad
Hoesin Palembang
2. Bela 2018 Vol 9 Pengaruh Edukasi Metode : Quasy – Hasil penelitian menjelaskan Google
Febriana Pola Makan dan Eksperiment bahwa karakteristik sebagian besar Scholar
Selfi, Demsa Senam terhadap Desain : One Group Pre – perempuan, rentang umur
Simbolon, Kadar Gula Darah Post Test Design kelompok intervensi 40-70 tahun
Kusdalinah Pada Penderita DM Sampel : 60 dan kelompok kontrol 32-79 tahun,
Variabel : Edukasi Pola rata-rata IMT pada kelompok
makan dan senam intervensi yaitu 24,21 m2 dan
Instrumen : Glukometer kelompok kontrol yaitu 24,33 m2 ,
Analisis : Uji Paired Test pada kelompok intervensi
menunjukan bahwa kadar gula
darah sebelum rata-rata 271,90
22

mg/dl, sedangkan pada hasil kadar


gula darah sesudah rata-rata
225,93 mg/dl pada kelompok
kontrol kadar gula darah sebelum
rata-rata 278,27 mg/dl sedangkan
pada hasil kadar gula darah
sesudah rata-rata 285,67 mg/dl.
Hasil analisis lanjutan menunjukan
ada pengaruh edukasi pola makan
dan senam terhadap kadar gula
darah pada penderita DM tipe 2
dengan nilai p-value 0.002.
3. Aida 2018 Vol 1 Relaksasi Benson Metode :Deskriptif Hasil evaluasi peserta mampu Google
Kusnaningsi Untuk Mengontrol Analitk menyebutkan kembali tentang DM Scholar
h Kadar Gula Darah Desain : Analitic Design dan penatalaksanaannya serta
Penderita DM Di Sampel : 32 peserta mampu mempraktikkan Relaksasi
Wilayah Kerja Variabel :Relaksasi Benson dengan baik. Kegiatan
Puskesmas Pahandut Benson memberikan manfaat dalam berupa
Palangka Raya Instrumen : SPSS peningkatan pengetahuan tentang
Analisis : Uji Paired Test Diabetes Melitus dan
penatalaksanaannya serta
kemampuan melaksanakan
Relaksasi Benson untuk
mengontrol kadar gula darah pada
penderita DM di wilayah kerja
Puskesmas Pahandut Palangka
Raya.
4. Graceistin, 2016 Vol 1 Pengaruh Senam Metode : Pre – Hasil penilitian menggunakan uji t- Google
Ruben Julia Kaki Diabetes Eksperiment test paired samples test didapatkan Scholar
villy, Rottie Terhadap Perubahan Desain : One Group Pre – nilai p = 0,000 < α = 0,05.
Michael Y. Kadar Gula Darah Post Tes Design
23

Karundeng Pada Pasien Diabetes Sampel : 56 orang


Melitus Di Wilayah Variabel : Senam Kaki
Kerja Puskesmas Diabetes
Enemawira Instrumen : lembar
koesioner
Analisis : Uji Paired Test

5. Dian 2016 - Upaya Penurunan Metode : Pre – Hasilnya menunjukan perbedaan Google
Riskinah, Kadar Gula Darah Eksperiment Kadar Gula Darah kelompok Scholar
Maulidta Dengan Penerapan Desain : One Group Pre – intervensi dan kelompok kontrol,
Karunianingt Relaksasi Otot Post Tes Design menunjukkan adanya perbedaan
yas Wirawati Progresif Pada Sampel : 65 Responden sebelum dan sesudah dilakukan
Penderita Diabetes Variabel : Relaksasi otot intervensi.
Mellitus Tipe Ii Di Progresif
Rsud Dr. H Instrumen : lembar
Soewondo Kendal koesioner
Analisis : Uji Paired Test

6. Nurlailah 2016 Vol 1 Pengaruh Prolanis Metode : Quasy – Terdapat korelasi kuat sebesar Google
Dahlan, Terhadap Eksperiment 0,913 atau 91,3% pengaruh Scholar
Muhammad Pengendalian Gula Desain : One Group Pre – Prolanis dalam pengendalian gula
Nadjib Darah Terkontrol Post Tes Design darah terkontrol di Puskesmas
Bustan, Een Pada Penderita Dm Sampel : 96 responden Sudiang. Hasil penelitian terdapat
Kurnaesih Di Puskesmas Variabel : Prolanis pengaruh pengetahuan dengan
Sudiang Kota Instrumen : Lembar nilai β=0,013 merupakan model
Makassar Koesioner pada PROLANIS, sedang
Analisis : UjiChi-Square kepatuhan aktifitas fisik dengan
nilai β=0,753 dan mengecek gula
darah sebesar β =0,371 signifikan
mendukung Prolanis terhadap
pengendalian Gula Darah
24

terkontrol di Puskesmas Sudiang.


7. Eka Yudha 2020 Vol 1 Penyuluhan manfaat Metode : Deskriptif Terdapat penurunan kadar glukosa Google
Chrisanto, buah naga merah Analitik pada klien diabetes melitus setelah Scholar
Megah dalam menurunkan Desain : Analitik Desain pemberian buah naga merah
Rachmawati, kadar gula darah Sampel : 55 Peserta selama 10 hari di Bandar
Rika pada penderita Variabel : Manfaat buah Lampung. Dengan demikian,
Yulendasari diabetes mellitus naga pemberian buah naga merah pada
Instrumen : Lembar klien diabetes melitus sangat
koesioner efektif dalam menurunkan glukosa.
Analisis : Uji Chi-Square
8. Dyana 2017 Vol 14 Upaya Meningkatkan Metode : Quasy Setelah diberikan informasi kulit Google
yuliawati Kesehatan Keluarga Eksperimen manggis dan pemberian air Scholar
Dengan Kulit Desain : pre-test dan rebusan kulit manggis selama 6
Manggis Untuk post-test hari kepada dua pasien dengan
Menurunkan Kadar Sampel : 24 metode wawancara, ceramah, dan
Gula Darah DM Variabel : Kulit manggis pengukuran, dengan hasil pasien
untuk menurunkan kadar mampu menambah pengetahuan
gula darah DM tentang penatalaksanaan DM dan
Instrumen : lembar kadar gula darah pasien menurun.
koesioner
Analisis : Uji Chi-Square
9. Bangun Dwi 2018 Vol 5 Penurunan Gula Metode : Pre – Hasil penelitian ini sebelum Google
Hardika Darah Pada Pasien Eksperiment melakukan jogging kadar gula Scholar
Diabetes Melitus Desain : One Group Pre – darah paling rendah 186 mg/dl,
Dengan Jogging Post Tes Design paling tinggi 344 mg/dl, dengan
Sampel : 30 Responden gula darah rerata 251,9 mg/dl.
Variabel : Jogging untuk Sesudah melakukan jogging paling
menurunkn Kadar gula rendah 89 mg/dl, paling tinggi 138
darah DM mg/dl, dengan gula darah rerata
Instrumen : Glukometer 106,55 mg/dl. Nilai signifikansi
Analisis : Uji Chi- 0,000 (p t tab)
25

Squaere
10. Laura 2018 Vol 1 Latihan Fisik Senam Metode : Pre – Hasil penelitian menggunakan uji Google
Mariati Aerobik Terhadap Eksperiment statistik Paired sample t-Test Scholar
Siregar Perubahan Kadar Desain : One Group Pre – diperoleh hasil kadar gula darah
Glukosa Darah Pada Post Tes Design sebelum dan sesudah pemberian
DM Sampel : 20 Orang terapi senam aerobik berbeda
Variabel : Latihan Fisik secara signifikan dengan nilai
Senam Aerobik Terhadap (p=0,001; value < 0,05). Sehingga
Perubahan Kadar Glukosa dapat disimpulkan ada Pengaruh
Darah Latihan Fisik Senam Aerobik
Instrumen : Lembar Terhadap Perubahan Kadar
Koesioner Glukosa Darah Pada Diabetisi Tipe
Analisis : Uji Chi-Square II di Klub Senam Diabetes Melitus
di Wilayah Kerja Puskesmas
Helvetia Medan.
26
27

4.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian didapatkn bahwa upaya untuk menurunkan

kadar gula darah bisa dilakukan dengan 8 cara yaitu :

1. Senam Diabetes Mellitus

Hasil yang diperoleh dari jurnal pertama pengalaman 2 orang

informan yang sudah mengikuti senam DM sudah merasakan kadar gula

darahnya turun dan terkontrol. Sementara menurut informan kunci hasil

pengukuran kadar glukosa atau gula darah partisipan setelah mengikuti

senam diabetes, ada yang turun. Namun ada yang belum, tergantung

frekuensi senam yang sudah diikuti (Fadillah& suci, 2016).

Pada Jurnal kedua diperoleh hasil bahwa karakteristik sebagian

besar perempuan, rentang umur kelompok intervensi 40-70 tahun dan

kelompok kontrol 32-79 tahun, rata-rata IMT pada kelompok intervensi

yaitu 24,21 m2 dan kelompok kontrol yaitu 24,33 m2 (Bella, et.al, 2018).

Pada jurnal keempat diperoleh fakta dari hasil penelitian

menggunakan uji t-test paired samples test didapatkan nilai p = 0,000 < α

= 0,05. Hasil penilitian menunjukan adanya pengaruh senam kaki

diabetes terhadap perubahan kadar gula pasien diabetes mellitus tipe 2

diwilayah kerja puskesmas Enemawira (Graceistin, et. al, 2016).

Pada jurnal kesepuluh penelitian menggunakan uji statistik Paired

sample t-Test diperoleh hasil kadar gula darah sebelum dan sesudah

pemberian terapi senam aerobik berbeda secara signifikan dengan nilai

(p=0,001; value < 0,05), ada Pengaruh Latihan Fisik Senam Aerobik
28

Terhadap Perubahan Kadar Glukosa Darah Pada Diabetisidi Klub Senam

Diabetes Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan (Laura,

2019).

Hasil penelitian ini juga didukung oleh Afriza (2015), di

Puskesmas Lapai Kecamatan Nanggalo Kota Padang tahun.

Menyimpulkan senam Diabetes Mellitus dapat menurunkan kadar

glukosa darah secara signifikan pada penderita diabetes mellitus

(Fadillah & Suci, 2016).

Senam diabetes adalah senam aerobic low impact dan ritmis

dengan gerakan yang menyenangkan, tidak membosankan dan dapat

diikuti semua kelompok umur sehingga menarik antusiasme kelompok

dalam klub-klub diabetes.Senam diabetes dapat meningkatkan kesegaran

jasmani dan nilai aerobik yang optimal (Damayanti, 2015).

Analisa peneliti dari hasil penelitian tersebut bahwa pada

kelompok intervensi menunjukkan bahwa rata-ratakadar gula darah

sebelum dan setelah dilakukan senam diabetes mellitus terjadi penurunan

kadar gula darah.

Dari hasil penelitian peneliti menyimpulkan senam diabetes

mellitus efektif dalam menurunkan kadar gula darah pada penderita

diabetes mellitus.
29

2. Edukasi Pola Makan

Hasil penelitian ditemukan pada saat ssebelum dan sesudah

edukasi pola akan pada kelompok intervensi menunjukan bahwa kadar

gula darah sebelum rata-rata 271,90 mg/dl, sedangkan pada hasil kadar

gula darah sesudah rata-rata 225,93 mg/dl pada kelompok kontrol kadar

gula darah sebelum rata-rata 278,27 mg/dl sedangkan pada hasil kadar

gula darah sesudah rata-rata 285,67 mg/dl (Bella, et. al, 2018).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Jasmani, dkk (2016) bahwa ada hubungan anatara pelaksanaan edukasi

oleh perawat dengan kadar gula darah pada pasien DM diwilayah

Puskesmas Jati Datar Kabupaten Lampung Tengah dengan p value: 0,044

(Bella, et. al, 2018).

Makanan akan menaikkan gula darah, satu sampai dua jam setelah

makan, gula darah mencapai paling tinggi. Dengan mengatur

perencanaan makan yang meliputi jumlah, jenis dan jadwal diharapkan

dapat mempertahankan atau menurunkan kadar gula darah. Sehingga

diperlukan pemberian edukasi pola makan dengan lebih memperhatikan

aspek-aspek penting seperti berapa kali memberikan edukasi pola makan

sehingga apa yang diinformasikan dapat diterima dengan baik (Bella, et.

al, 2018).

Analisa peneliti dari hasil penelitian tersebut bahwa dengan

mengatur perencanaan makan yang meliputi jumlah, jenis dan jadwal

diharapkan dapat mempertahankan atau menurunkan kadar gula darah.


30

Sehingga diperlukan pemberian edukasi pola makan dengan lebih

memperhatikan aspek-aspek penting seperti berapa kali memberikan

edukasipola makan sehingga apa yang diinformasikan dapat diterima

dengan baik.

Dapat disimpulkan Penderita diabetes mellitus perlu untuk

meningkatkan mengatur pola makan 3J (Jenis, Jumlah, dan Jadwal).

Serta perlunya meningkatkan olahraga secara rutin 3 kali seminggu dan

memperbanyak aktivitas dirumah, serta menggali pengetahuan tentang

penyakit diabetes mellitus untuk mengendalikan kadar gula darah.

3.Relaksasi Benson

Hasil evaluasi peserta mampu menyebutkan kembali tentang DM

dan penatalaksanaannya serta mampu mempraktikkan Relaksasi Benson

dengan baik. Kegiatan memberikan manfaat dalam berupa peningkatan

pengetahuan tentang Diabetes Melitus dan penatalaksanaannya serta

kemampuan melaksanakan Relaksasi Benson untuk mengontrol kadar

gula darah pada penderita DM di wilayah kerja Puskesmas Pahandut

Palangka Raya (Aida, 2018).

Penelitian ini didukung oleh Datak (2015) mengenai Efektifitas

Relaksasi Benson terhadap nyeri pascabedah pasien TUR prostat juga

membuktikan bahwa relaksasi Benson efektif mengatasi nyeri

dibandingkan hanya menggunakan terapi analgetik saja dengan p value

0,019 < α (0,05) (Aida, 2018).


31

Relaksasi Benson merupakan suatu teknik relaksasi yang

merupakan penggabungan antara teknik respon relaksasi dengan sistem

keyakinan individu/faith factor (difokuskan pada ungkapan tertentu

berupa nama-nama tuhan atau kata-kata yang memiliki makna

menenangkan bagi pasien itu sendiri) diucapkan berulang-ulang dengan

ritme yang teratur disertai sikap pasrah. Relaksasi Benson dapat

menurunkan kadar gula darah pasien diabetes dengan menekan

pengeluaran hormon-hormon yang dapat meningkatkan kadar gula darah,

yaitu epinefrin, kortisol, glucagon, adrenocorticotropic hormone

(ACTH), kortikosteroid, dan tiroid (Bazer, 2016).

Analisa peneliti dari hasil penelitian tersebut bahwa relaksasi

Benson sangat bermanfaat untuk meningkatkan kualitas hidup penderita

diabetes melitus. Kegiatan ini memberikan peningkatan pengetahuan dan

keterampilan tentang diabetes melitus dan cara menurunkan kadar gula

darah melalui Relaksasi Benson.

Kegiatan ini dapat dilakukan secara berkesinambungan sebagai

upaya pencegahan sekunder untuk mencegah komplikasi penderita

diabetes mellitus.
32

4. Relaksasi Otot Progresif

Hasilnya menunjukan perbedaan kadar gula darah kelompok

intervensi dan kelompok kontrol, menunjukkan adanya perbedaan

sebelum dan sesudah dilakukan intervensi (Dian & Maulidta, 2016).

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan

oleh Nursiswati (2015) tentang perbedaan kadar gula darah sebelum dan

setelah terapi relaksasi pada pasien DM Tipe 2. Jumlah sempel sebanyak

34 orang, kelompok intervensi dan kelompok kotrol menunjukan

perbaikan kadar gula darah, tetapi tidak ada perbedaan rata-rata kadar

gula darah hasil pengukuran sebelum dan setelah terapi PMR (Aida,

2016).

Relaksasi otot progresif secara sistematis dapat mengencangkan

dan melemahkan otot-otot yang berlainan.PMR merupakan suatu

prosedur untuk mendapatkan relaksasi pada otot melalui dua langkah,

yaitu dengan memberikan tegangan pada suatu kelompok otot, dan

menghentikan tegangan tersebut kemudian memusatkan perhatian

terhadap otot yang menjadi rileks.Tujuan melakukan relaksasi otot

progresif yaitu untuk mengetahui perbedaan rasa saat otot-otot

ditegangkan dan saat dilemaskan. Cara melakukannya yaitu dengan

menegangkan setiap kelompok otot ± 10-15 detik hingga merasakan otot-

otot bergetar, kemudian tarik napas pendek menjelang akhir waktu

penegangan, kemudian lemaskan tegangan tadi dengan menghembus


33

napas.Rasakan bagaimana perubahan sensasi otot-otot anda ketika

ketegangan itu dilepaskan(Tanda, 2015).

Analisa peneliti dari penelitian ini bahwa penggunaan terapi obat

pada penderita DM dapat mempengaruhi kenaikan dan penurunan

KGD.Penurunan KGD juga dapat dipastikan karena pengaruh relaksasi

otot progresif kemungkinan juga disebabkan karena terapi insulin.

Dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini telah menunjukkan,

bahwa PMR bagi pasien DM ada perbedaan kadar gula darah hasil

pengukuran sebelum dan setelah terapi relaksasi. Jika dianalisis satu

persatu responden baik kelompok intervensi maupun kelompok kontrol,

beberapa responden mengalami penurunan kadar glukosa darah setelah

dilakukan observasi selama 3 hari, bahkan ada yang kadar glukosanya

meningkat.

5. Prolanis

Terdapat korelasi kuat sebesar 0,913 atau 91,3% pengaruh Prolanis

dalam pengendalian gula darah terkontrol di Puskesmas Sudiang. Hasil

penelitian terdapat pengaruh pengetahuan dengan nilai β=0,013

merupakan model pada PROLANIS, sedang kepatuhan aktifitas fisik

dengan nilai β=0,753 dan mengecek gula darah sebesar β =0,371

signifikan mendukung Prolanis terhadap pengendalian Gula Darah

terkontrol di Puskesmas Sudiang (Nurlailah, et. al 2018).


34

Penelitian yang sama oleh Arifin, tentang Pengobatan pada

program PROLANIS bertujuan mengendalikan glukosa darah, pada

pasien DM perlu juga diperhatikan koreksi berbagai faktor risiko

penyakit pembuluh darah yang sering terjadi pada resistensi insulin,

hiperinsulinemia dan diabetes mellitus tipe 2 misalnya pengobatan

hipertensi, koreksi dislipidemia (Arifin, 2016).

Pengobatan pada program PROLANIS bertujuan mengendalikan

glukosa darah, pada pasien DM perlu juga diperhatikan koreksi berbagai

faktor risiko penyakit pembuluh darah yang sering terjadi pada resistensi

insulin, hiperinsulinemia dan diabetes mellitus misalnya pengobatan

hipertensi, koreksi dislipidemia(Perkeni, 2016).

Analisa peneliti dari penelitian tersebut bahwa pengetahuan akan

selalu mendukung kondisi kesehatan dan hal ini merupakan momok dan

senjata bagi masyarakat untuk dapat hidup terbebas dari penyakit yang

bersifat kronik, sebagai contoh bahwa penderita DM semakin sering

diberikan penyuluhan semakin acuh dengan kondisi kesehatan yang

mereka alami.

Dapat disimpukan pencegahan sekunder sebenarnya dapat

dilakukan, tergantung dari pemahaman individu penderita tentang

pengobatan Diabetes Melitus yang dilakukan terhadap penderita tersebut.

Pengobatan penyakit ini bergantung kepada cara diet dan pengobatan bila

diperlukan. Apabila penderita dapat disembuhkan tanpa obat, maka


35

cukup dengan menurunkan berat badan hingga mencapai berat badan

ideal.

6.Buah Naga Merah

Terdapat penurunan kadar glukosa pada klien diabetes melitus

setelah pemberian buah naga merah selama 10 hari di Bandar Lampung.

Dengan demikian, pemberian buah naga merah pada klien diabetes

melitus sangat efektif dalam menurunkan glukosa (Eka, et. al, 2020).

Hasil penelitian ini juga didukung oleh Wiardani (2016) terhadap

diabetes melitus ada perbedaan kadar glukosa darah sebelum dan sesudah

pemberian terapi jus buah naga merah, pemberian terapi jus buah naga

mampu menurunkan kadar glukosa dan kolesterol darah secara

signifikan. Serat mempunyai kemampuan untuk memperlambat

penyerapan glukosa dan lemak dengan cara meningkatkan kekentalan

feses yang secara tidak langsung menurunkan kecepatan difusi sehingga

kadar glukosa darah, profil lipid dan kolesterol menurun (Eka, et. al,

2020)

Antioksidan bermanfaat dalam menjaga elastisitas pembuluh

darah, mampu memperbaiki sistem peredaran darah, menurunkan kadar

glukosa darah dan kolesterol. Asupan serat dan antioksidan pada

penderita diabetes melitus perlu ditingkatkan sehingga diperlukan

perbaikan diet dengan menambah sumber buah-buahan seperti buah naga

merah sebagai sumber makanan kaya antioksidan, serat, vitamin, dan

karbohidrat dengan indeks glikemik rendah. Salah satu buah yang dapat
36

dimanfaatkan untuk perbaikan diet penderita diabetes melitus adalah

buah naga yang memiliki keunggulan yaitu kaya serat dan antioksidan.

Buah naga dapat menjadi penyeimbang kadar gula darah karena buah ini

mengandung berbagai macam antioksidan yaitu flavonoid, vitamin E,

vitamin C, dan betakaroten yang memiliki kemampuan untuk

menurunkan stress oksidatif dan mengurangi ROS(Reaktive Oxygen

Species) sehingga dapat menimbulkan efek protektif terhadap sel

βpankreas dan meningkatkan sensitivitas insulin (Semiardji, 2016).

Peneliti berasumsi bahwa terapi non farmakologi pemberian bah

naga merah terbukti dapat menurunkan gula darah pada penderita

diabetes mellitus.

Dapat disimpulkan bahwa pemberian buah naga merah dapat

dijadikan alternatif perawatan diabetes melitus yang murah, mudah, dan

aman.

7. Kulit Manggis

Hasil penelitian setelah diberikan informasi kulit manggis dan

pemberian air rebusan kulit manggis selama 6 hari kepada dua pasien

dengan metode wawancara, ceramah, dan pengukuran, dengan hasil

pasien mampu menambah pengetahuan tentang penatalaksanaan DM dan

kadar gula darah pasien menurun (Dyana, 2017).

Dari penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian terdahulu yang

dilakukan oleh Herminto, dkk (2015), pada penelitian tersebut diteliti


37

tentang pengaruh konsumsi kulit manggis terhadap penurunan kadar gula

darah pada penderita diabetes melitus dengan hasil dari penelitian

tersebut sebelum mengkonsumsi kulit manggis kadar gula darah 300 –

400 mg/dL sebanyak 7 orang setelah mengkonsumsi kulit manggis

jumlahnya turun menjadi 5 orang (Dyana, 2017).

Salah satu obat herbal yang dikembangkan adalah menggunakan

kulit manggis untuk membantu proses penyembuhan diabetes karena

mengandung senyawa xanthone yang dapat mengendalikan diabetes

dengan 2 jalan yaitu menurunkan kadar gula darah secara langsung dan

menghambat pembentukan low density lipoprotein(Warisno,dkk, 2016).

Peneliti berasumsi adanyapengaruh konsumsi kulit manggis

terhadap penurunan kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus

sebelum dan sesudah diberikan kulit manggis.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kulit manggis

mampu menurunkan kadar gula darah penderita diabetes melitus.

Namun, harus sesuai dengan aturan pakai. Apabila kadar gula darah

sudah dalam batas normal , berhenti mengkonsumsi kulit manggis dan

tetap menjaga diit makan agar gula darah tetap terjaga dalam batas

normal.
38

8. Jogging

Hasil penelitian ini sebelum melakukan jogging kadar gula darah

paling rendah 186 mg/dl, paling tinggi 344 mg/dl, dengan gula darah

rerata 251,9 mg/dl. Sesudah melakukan jogging paling rendah 89 mg/dl,

paling tinggi 138 mg/dl, dengan gula darah rerata 106,55 mg/dl. Nilai

signifikansi 0,000 (p t tab) (Bangun, 2018).

Hasil penelitian Ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Ruben, Rottie, Karundeng, (2016), menunjukan bahwa adanya

pengaruh bermakna antara sebelum dan sesudah dilakukan Jogging untuk

penderita diabetes (Bangun, 2018).

Latihan jogging berperan utama dalam pengaturan kadar gula

darah, produksi insulin umumnya tidak terganggu, masalah utama adalah

kurangnya respon reseptor insulin terhadap insulin sehingga insulin tidak

dapat masuk ke dalam sel-sel tubuh kecuali otak. Otot yang berkontraksi

atau aktif tidak memerlukan insulin untuk memasukkan glukosa ke dalam

sel karena pada otot yang aktif sensitifitas reseptor insulin meningkat

(Agustianingsih, 2016).

Peneliti berasumsi penderita diabetes mellitus yang melakukan

jogging yang terarah dan teratur akan lebih cepat mengalami penurunan

kadar gula darah. Pada dasarnya jogging dapat memberikan bimbingan

pada penderita diabetes untuk melakukan secara rutin, sehingga setiap

harinya penderita diabetes mellitus akan secara tidak langsung dapat


39

mengurangi kadar gula darah atau dapat mencegah komplikasi yang dapat

terjadi pada penderita diabetes mellitus selanjutnya.

Dapat disimpulkan bahwa jogging dapat mempengaruhi penurunan

kadar gula yakni terjadi akibat darah pada otot-otot yang bergerak aktif

dapat meningkatkan kontraksi sehingga permeabilitas membran sel

terhadap peningkatan glukosa, resistensi insulin berkurang dan sensitivitas

insulin meningkat. Sehingga sirkulasi dalam darah meningkat dan terjadi

penurunan kadar gula darah pada pasien dengan diabetes mellitus.

Anda mungkin juga menyukai