MAKALAH
Disusun Oleh :
[Type here]
[Type here]
DAFTAR ISI
[Type here]
[Type here]
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan faktor
nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Definisi tersebut
menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan manusia. (Hiswara,
2014)
Oleh karena itu, Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Badan Nasional
Penanggulangan Bencana tersebut juga mendefinisikan mengenai bencana alam, bencana
nonalam, dan bencana sosial. Sejarah Lembaga Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB) terbentuk tidak terlepas dari perkembangan penanggulangan bencana pada masa
kemerdekaan hingga bencana alam berupa gempa bumi dahsyat di Samudera Hindia pada abad
20. Sementara itu, perkembangan tersebut sangat dipengaruhi pada konteks situasi, cakupan
dan paradigma penanggulangan bencana. (Hiswara, 2014)
Melihat kenyataan saat ini, berbagai bencana yang dilatarbelakangi kondisi geografis,
geologis, hidrologis, dan demografis mendorong Indonesia untuk membangun visi untuk
membangun ketangguhan bangsa dalam menghadapi bencana. Wilayah Indonesia merupakan
gugusan kepulauan terbesar di dunia. Wilayah yang juga terletak di antara benua Asia dan
Australia dan Lautan Hindia dan Pasifik ini memiliki 17.508 pulau. (Hiswara, 2014)
Meskipun tersimpan kekayaan alam dan keindahan pulau-pulau yang luar biasa, bangsa
Indonesia perlu menyadari bahwa wilayah nusantara ini memiliki 129 gunung api aktif, atau
dikenal dengan ring of fire, serta terletak berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik aktif
dunia Lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik. Ring of fire dan berada di pertemuan tiga
lempeng tektonik menempatkan negara kepulauan ini berpotensi terhadap ancaman bencana
alam. Di sisi lain, posisi Indonesia yang berada di wilayah tropis serta kondisi hidrologis
memicu terjadinya bencana alam lainnya, seperti angin puting beliung, hujan ekstrim, banjir,
tanah longsor, dan kekeringan. Tidak hanya bencana alam sebagai ancaman, tetapi juga
bencana non alam sering melanda tanah air seperti kebakaran hutan dan lahan, konflik sosial,
maupun kegagalan teknologi. (Muhammad Fakhruddin, 2013)
Pada saat terjadi bencana, semua alur yang terjadi akan berubah secara total, termasuk
alur kesehatan. Pada saat tidak terjadi bencana, seorang perawat akan memprioritaskan pasien
yang sedang mengalami situasi yang gawat darurat terlebih dahulu. Hal tersebut akan berbeda
ketika terjadi suatu bencana dimana yang menjadi prioritas adalah korban bencana yang
notabene mengalami sedikit luka dan yang mendapat luka serius cenderung ditinggal. Peran
perawat adalah melayani kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, tetapi peran ini menjadi
tidak penting ketika terjadi bencana dimana kesehatan dan keselamatan masyarakat menjadi
sangat rentan. Namun hal ini lah yang akan menjadi tantangan bagi profesi keperawatan dalam
mengembangkan profesionalisme dalam melakukan penanggulangan bencana dengan
[Type here]
[Type here]
berdasarkan pada nilai dan moral, sehingga diperlukan perawat yang mampu bertinteraksi
dengan masyarakat yang masih menjunjung tinggi nilai dan moral. (Haryadi, 2017)
Dalam situasi tersebut,dibutuhkan aplikasi nilai dan moral dalam diri seorang perawat
yang baik sehingga tercipta peran perawat yang mampu menghargai nilai dan moral yang
dimiliki dari pasien tersebut. Dalam pengambilan keputusan, nilai merupakan aspek penting
yang harus diperhatikankarena akan mempengaruhi persepsi dan motivasi seseorang. Perawat
harus menciptakan suasana saling menghormati akan nilai dan kebiasaan yang dijunjung oleh
masyarakat. Suasana dalam menciptakan penghargaan akan nilai dan moral dari individu
pasien tersebut meliputi penghargaan akan hidup, penghargaan akan martabat, dan
penghargaan akan hak klien.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana aspek etik dan legal dalam keperawatan bencana ?
2. Bagaimana perencanaan penanggulangan bencana ?
3. Bagaimana pengembangan dan perencanaan kebijakan bencana ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana gambaran secara umum tentang aspek etik dan legal
dalam keperawatan bencana.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan memahami tentang aspek etik dan legal dalam keperawatan
bencana
b. Mengetahui dan memahami dalam perencanaan penanggulangan bencana
c. Mengetahui dan memahami terkait pengembangan dan perencanaan kebijakan
bencana
D. Manfaat
1. Sebagai bahan pembelajaran dan sebagai bahan informasi guna menambaha wawasan
bagi pembaca
2. Sebagai bahan referensi jika ingin mengetahui bagaimana aspek etik dan legal dalam
keperawatan bencana.
[Type here]
[Type here]
BAB II
PEMBAHASAN
Berikut ini adalah dari kebijakan yang diadopsi oleh American Medical Association pada tahun
2004: Bencana nasional, regional, dan tanggapan lokal untuk epidemi, serangan teroris dan
bencana lainnya memerlukan keterlibatan yang luas dari dokter. Karena komitmen mereka
untuk merawat orang sakit dan terluka, dokter individu memiliki kewajiban untuk memberikan
perawatan medis darurat selama bencana. kewajiban etis ini berlaku bahkan dalam menghadapi
risiko lebih besar dari biasanya untuk mengutamakan keselamatan, kesehatan, atau kehidupan
mereka. Tenaga kerja dokter, bagaimanapun bukan merupakan sumber daya terbatas, karena
itu, ketika berpartisipasi dalam respon bencana, dokter harus menyeimbangkan manfaat
langsung kepada pasien individu dengan kemampuan untuk merawat pasien di masa depan.
Wynia mendaftar tantangan utama etika yang dihadapi penyedia layanan kesehatan dalam
keadaan darurat kesehatan masyarakat yaitu penjatahan, pembatasan, dan tanggung jawab.
Penjatahan merupakan penawaran khusus dengan alokasi sumber daya. Triage dapat
menimbulkan dilema etika karena mungkin ada sumber daya yang terbatas dalam kaitannya
dengan sejumlah besar orang yang membutuhkan pengobatan. Beberapa mungkin
mempertanyakan apakah triase itu etis.
Pembatasan dapat membatasi kebebasan dan kemerdekaan di kedua pasien dan pekerja
kesehatan. Tantangan ketiga adalah tanggung jawab etis. Ini mungkin merupakan tantangan
terbesar karena sulit untuk memprediksi apa yang akan dilakukan selama masa crisis. Seperti
yang dinyatakan sebelumnya, kode etik untuk sebagian besar profesi kesehatan hanya
menyarankan bahwa penyedia layanan melaksanakan kewajiban kepada pasien mereka,
sementara pada saat yang sama mereka ambigu dengan menyatakan bahwa ada juga ada
kewajiban untuk mengurus diri sendiri (Grimaldi, 2007).
[Type here]
[Type here]
Perawat, dalam semua hubungan profesional, praktek dengan kasih sayang dan rasa hormat
terhadap martabat yang melekat, nilai, dan keunikan setiap individu, dibatasi oleh pertimbangan
status sosial atau ekonomi, atribut pribadi, atau sifat masalah kesehatan
2. perawat komitmen utama adalah untuk pasien, baik individu, keluarga, kelompok , atau
masyarakat
4. perawat bertanggung jawab dan akuntabel untuk praktek keperawatan individu dan
menentukan delegasi yang sesuai tugas sesuai dengan kewajiban perawat untuk memberikan
perawatan pasien yang optimal.
5. perawat bertanggung jawab untuk dirinya dan untuk lainnya, termasuk tanggung jawab
untuk menjaga integritas dan keamanan, untuk menjaga kompetensi, dan melanjutkan
pertumbuhan pribadi dan profesional.
8. perawat bekerja sama dengan profesional kesehatan lainnya dan masyarakat dalam
mempromosikan masyarakat, nasional, dan upaya internasional hanya untuk memenuhi
kebutuhan kesehatan
9. profesi keperawatan, yang diwakili oleh asosiasi dan anggotanya, bertanggung jawab untuk
mengartikulasikan nilai keperawatan, untuk menjaga integritas profesi dan praktek, dan untuk
membentuk kebijakan social
1. Macam-Macam Bencana
A. Bencana Alam
[Type here]
[Type here]
B. Bencana Non-Alam
[Type here]
[Type here]
3. Bencana sosial
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
Manajemen Manajemen
Kedaruratan Pemulihan
Gambar 2.6.
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
a. Isu strategis
Strategi yang ditempuh untuk mewujudkan Bangsa yang Tangguh Bencana
pertamatama adalah penguatan kerangka regulasi penanggulangan bencana
melalui penyusunan peraturan, prosedur-prosedur tetap (protap) dan rencana-
rencana penanggulangan bencana dari tingkat pusat sampai daerah. Melalui
langkah-langkah ini diharapkan upaya penanggulangan bencana akan memperoleh
arah yang jelas dan dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Selain itu perlu
strategi khususnya dalam menghadapi permasalahan dan tatntangan serta
memanfaatkan peluang, dengan melakukan:
1) Optimalitas Komitmen Nasional
2) Perkuatan Kelembagaan Penanggulangan Bencana
3) Perkuatan Kesiapsiagaan Untuk Ketangguhan Operasi Tanggap Darurat
4) Perkuatan Ketangguhan Komunitas
5) Optimalitas Kemitraan Penanggulangan Bencana
6) Pengembangan Kerjasama Global
c. Sasaran Umum
Mengurangi risiko bencana dengan pengurangan korban jiwa, kerugian ekonomi
serta infrastruktur dan lingkungan yang rusak akibat bencana, melalui
pembangunan:
1) Komitmen Nasional
2) Kelembagaan Penanggulangan Bencana
3) Kesiapsiagaan Untuk Ketangguhan Operasi Tanggap Darurat
4) Ketangguhan Komunitas
5) Kemitraan Penanggulangan Bencana
6) Kerjasama Global
d. Strategi Penyelenggaraan
Untuk melaksanakan arah kebijakan penanggulangan bencana, maka strategi
yangakan ditempuh dalam RENAS PB 2015-2019 yang akan menjadi fokus
prioritas adalah sebagai berikut:
1) Penguatan kerangka hukum penanggulangan bencana.
2) Pengarusutamaan penanggulangan bencana dalam pembangunan.
3) Peningkatan kemitraan multipihak dalam penanggulangan bencana.
4) Pemenuhan tata kelola yang baik bidang penanggulangan bencana.
5) Peningkatan kapasitas dan efektivitas pencegahan dan mitigasi bencana.
6) Peningkatan kesiapsiagaan dan penanganan darurat bencana.
7) Peningkatan kapasitas dan efektivitas pemulihan bencana.
e. Penataan Kelembagaan
Strategi umum dalam mewujudkan visi dan misi ketangguhan bangsa menghadapi
bencana meliputi upaya (1) menjauhkan masyarakat dari bencana; (2) menjauhkan
bencana dari masyarakat; (3) hidup harmoni dengan risiko bencana; dan (4)
menumbuhkembangkan dan mendorong kearifan lokal masyarakat dalam
penanggulangan bencana. Strategi umum tersebut diterapkan dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana yang meliputi kegiatan tahap
prabencana, saat tanggap darurat, maupun pascabencana, yang dituangkan dalam
strategi khusus yang meliputi:
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]
kehidupan mereka harus menjadi lebih baik dan aman setelah proses
pemulihan pascabencana. Dengan demikian, masyarakat juga lebih siap
menghadapi ancaman bencana.
f. Konsep Kepemimpinan Dalam Penanggulangan Bencana
Pengalaman penanggulangan berbagai bencana di Indonesia selama enam tahun
terakhir memberikan banyak pembelajaran, tak terkecuali dalam aspek
kepemimpinan. Pengalaman tersebut kemudian menjadi kristalisasi pemikiran
yang melahirkan sejumlah konsep kepemimpinan dalam penanggulangan bencana.
Pendekatan kepemimpinan yang dikonseptualisasikan dan dijalankan oleh Kepala
BNPB dalam mengarahkan lembaga ini menuju visi dan misi ketangguhan bangsa
menghadapi bencana antara lain teori vertizontal, sapalibatisme, SPARE, dan Satu
Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa Penanggulangan Bencana.
Kunci keberhasilan dalam penanggulangan bencana adalah adanya story
leadership (kepemimpinan). Aktor penanggulangan bencana perlu berperan
sebagai pemimpin (leader) bukan manajer. Pemimpin dan manajer mengandung
dua pengertian yang berbeda. Seorang pemimpin mampu mengatasi dinamika di
lapangan yang seringkali tidak sesuai dengan aturan normatif atau produk hukum
yang dapat saja justru menghambat penanganan bencana yang dituntut agar selalu
cepat, tanggap, dan akomodatif. Seorang pemimpin bersifat dinamis. Sementara
itu, seorang manajer biasanya terpaku kepada aturan ada, terkurung dalam status
quo bersifat statis.
[Type here]
[Type here]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
[Type here]
[Type here]
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Haryadi, P., Ratag, M. A., Karnawati, D., Rizal, S., Surono, & Sutardi. (2017).
Pengenalan karakteristik bencana dan upaya mitigasinya di Indonesia. Dalam
Triutomo, S., Widjaya, W., & Amri, M. R. (Eds.).Murni, T. W. (2010). Natural
Disaster (Bencana Alam). S2 Program Studi Keperawatan Universitas
Padjadjaran
Hiswara Bundjamin, Perkembangan Hukum & Lembaga Negara,Cet ke-1,Jilid II,
(Yogyakarta: FH UII Press,2014), h.272.
Muhammad Fakhruddin, Pembangunan Kemaritiman, Cet. 1Jilid I (Pekanbaru: Bahana Press,
2013), h. 18
Marlyono, Setio Galih. "Peranan Literasi Informasi Bencana terhadap Kesiapsiagaan
Bencana Masyarakat Jawa Barat." Jurnal Geografi Gea 16.2 (2016): 116-123.
Husna, Cut. "KOGNITIF PERAWAT INSTALASI GAWAT DARURAT DENGAN INTENSIVE CARE
PADA FASE RESPON BENCANA." Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Keperawatan 3.3 (2018).
Nasrun, N., & Fathya, F. (2021). Etik Dan Profesionalisme Perawat Dan Bidan Puskesmas
Marawola Kabupaten Sigi Pada Masa Tanggap Bencana Gempa Bumi. Herb-Medicine
Journal: Terbitan Berkala Ilmiah Herbal, Kedokteran dan Kesehatan, 4(2), 29-41.
Erita, Donny Mahendra, Adventus. (2019). Buku Materi Pembelajaran Manajemen
Gawat Darurat Dan Bencana. UKI, Jakarta.
[Type here]
[Type here]
[Type here]