Anda di halaman 1dari 19

TUGAS KEPERAWATAN BENCANA

ASPEK ETIK DAN LEGAL DALAM ASUHAN


KEPERAWATAN BENCANA

Disusun oleh:

NUR ASIAH
NIM. 210101078

Dosen Pengampu:
Armaita, SKM, M.Si

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES PIALA SAKTI PARIAMAN
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Bismillah walhamdulillah dengan nama Allah dan puji syukur kami


panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wata ‘ala atas semua rahmat,
nikmat dan hidayahnya yang begitu banyak berupa kesehatan dan
kesempatan serta nikmat lainnya yang tak terhingga, sehingga makalah
tentang “Aspek Etik Dan Legal Dalam Asuhan Keperawatan
Bencana” ini dapat terselesaikan sesuai waktu yang telah ditentukan.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam, keluarga dan para
sahabatnya, serta yang mengikuti beliau sampai hari kiamat, sebab
melalui beliaulah kita dari kesesatan lalu beralih kepada petunjuk jalan
yang lurus yang diridhai oleh Allah Subhanahu wata‘ala.

Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari banyak terdapat


kekurangan dan kelemahan atau dengan kata lain masih jauh dari
kesempurnaan, namun penulis menyadari bahwa kesempurnaan cuma
milik Allah semata, untuk itu penulis dengan tangan terbuka menerima
saran dan kritikan untuk lebih baiknya makalah ini.

Akhirnya semoga makalah ini bisa membawa manfaat dan berguna


bagi penulis khususnya dan semua pembaca umumnya amin ya Rabbal
alamin.

September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.........................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang ...............................................................1


2. Tujuan .............................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORITIS

1. Pengertian bencana.......................................................3
2. Pengertian Etika Keperawatan.......................................3
3. Etika Berdasarkan Norma Profesi..................................5
4. Tipe-tipe Etik...................................................................5
5. Aspek Legal Keperawatan.............................................6
6. Peran Perawat dalam menghadapi Bencana.................8
7. Peraturan Perundang-undangan Tentang
Kebencanaan.................................................................9

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Indonesia adalah negara yang rentan terjadinya bencana, hal
ini dikarenakan kondisi geologi dimana perairan Indonesia sepanjang
pantai bagian barat Sumatera, pantai selatan Jawa hingga perairan
Nusa Tenggara, Papua dan Sulawesi terletak diantara
lempenglempeng tektonik aktif diantaranya lempeng Eurasia, Indo
Australia dan lempeng dasar Samudera Pasifik. Pergerakan
lempenglempeng tektonik tersebut menyebabkan terbentuknya jalur
gempa bumi, rangkaian gunung api aktif serta patahan patahan
geologi yang merupakan zona rawan bencana gempa bumi dan tanah
longsor (Haryadi P, 2007).
Pada saat terjadi bencana, semua alur yang terjadi akan
berubah secara total, termasuk alur kesehatan. Pada saat tidak terjadi
bencana, seorang perawat akan memprioritaskan pasien yang sedang
mengalami siatuasi yang gawat darurat terlebih dahulu. Hal tersebut
akan berbeda ketika terjadi suatu bencana dimana yang menjadi
pritotas adalah korban bencana yang notabene mengalami sedikit
luka dan yang mendapat luka serius cenderung ditinggal. Peran
perawat adalah melayani kesehatan dan kesejahteraan masyarakat,
tetapi peran ini menjadi tidak penting ketika terjadi bencana dimana
kesehatan dan keselamatan masyarakat menjadi sangat rentan.
Namun hal ini lah yang akan menjadi tantangan bagi profesi
keperawatan dalam mengembangkan profesionalisme dalam
melakukan penanggulangan bencana dengan berdasarkan pada nilai
dan moral , sehingga diperlukan perawat yang mampu bertinteraksi
dengan masyarakat yang masih menjunjung tinggi nilai dan moral.
Dalam situasi tersebut, dibutuhkan aplikasi nilai dan moral dalam diri
seorang perawat yang baik sehingga tercipta peran perawat yang
mampu menghargai nilai dan moral yang dimiliki dari pasien tersebut.
Dalam pengambilan keputusan, nilai merupakan aspek penting
yang harus diperhatikan karena akan mempengaruhi persepsi dan
motivasi seseorang. Perawat harus menciptakan suasana saling
menghormati akan nilai dan kebiasaan yang dijunjung oleh
masyarakat. Suasana dalam menciptakan penghargaan akan nilai dan
moral dari individu pasien tersebut meliputi penghargaan akan hidup,
penghargaan akan martabat, dan penghargaan akan hak klien

B. TUJUAN
1. Untuk memberikan pemahaman mengenai isu terkait etik perawat
ketika terjadi bencana.
2. Untuk memberikan pemahaman mengenai isu terkait Legal
perawat ketika terjadi bencana.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian bencana
Suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu
masyarakat, sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada
kehidupan manusia dari segi materi, ekonomi atau lingkungan dan
yang melampaui kemampuan masyarakat yang bersangkutan untuk
mengatasi dengan menggunakan sumberdaya mereka sendiri. (ISDR,
2004)
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau nonalam
maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban
jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis (UU 24/2007)
Menurut Purnomo (2009:9), Bencana adalah situasi yang
kedatangannya tidak terduga oleh kita sebelumnya, dimana dalam
kondisi itu bisa terjadi kerusakan, kematian bagi manusia atau benda-
benda maupun rumah serta segala perabot 10 yang kita miliki dan
tidak menutup kemungkinan juga hewan dan tumbuhtumbuhan untuk
mati.

B. Pengertian Etika Keperawatan


Etika merupakan ilmu tentang kesusilaan yang menetukan
bagaimana sepatutnya manusia hidup di dalam mansyarakat yang
menyangkut aturan-aturan atau prinsip yang menentukan tingkah laku
yang benar, yaitu : 1. Baik dan buruk 2. Kewajiban dan tanggung
jawab (Isnaini,2001)
Etika merupakan aplikasi atau penerapan teori tentang filosofi
moral ke dalam situasi nyata dan berfokus pada prinsip-prinsip dan
konsep yang membimbing manusia berfikir dan bertindak dalam
kehidupannya yang dilandasi oleh nilai-nilai yang dianutnya.
Etika Keperawatan digariskan dalam kode etik yang bersumber
dari martabat dan hak manusia (yang memiliki sikap menerima) dan
kepercayaan dari profesi Keperawatan. Profesi menyusun kode etik
berdasarkan penghormatan atas nilai dan situasi individu yang
dilayani.
Kode Etik ICN (International Council of Nurses 2006)
menekankan penghormatan terhadap hak asasi manusia, kepekaan
terhadap nilai-nilai dan kebiasaan, martabat, keadilan dan keadilan.
Perawat diharapkan untuk berlatih sesuai dengan ajaran-ajaran ini
dalam bencana dan memodifikasi praktik mereka sebagaimana
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan lingkungan bencana (Deeny,
Davies, Gillespie dan Spencer 2007). Pemberian bantuan
membutuhkan perhatian terhadap adat istiadat dan budaya dan
jaminan martabat dan kerahasiaan individu. Ada potensi nilai-nilai ini
akan berkurang dalam menghadapi kebutuhan besar untuk bantuan.
Bencana mengharuskan perawat untuk membuat pilihan etis
yang sulit dalam menghadapi sumber daya yang langka. Keputusan
sering dibuat untuk kebaikan yang lebih baik daripada individu.
Pergeseran fokus dari merawat individu untuk menyediakan layanan
kesehatan yang optimal di tingkat komunitas tidak datang secara
alami banyak perawat. Misalnya, selama bencana, seorang perawat
yang bekerja di triase mungkin perlu memilih antara dua pasien yang
membutuhkan operasi, satu luka parah dengan peluang kecil untuk
bertahan hidup dan yang lain dengan luka serius tapi bagus peluang
pemulihan. Selama masa non-bencana, pasien yang kritis akan
dikirim ke operasi pertama, tetapi dalam bencana dengan sumber
daya terbatas, pasien dengan peluang terbesar untuk bertahan hidup
akan menjadi yang pertama. Di situasi lain, perawat mungkin perlu
memberikan imunisasi dengan vaksin terbatas yang tersedia. Siapa
yang mengambil prioritas? Keputusan semacam ini bisa menyiksa
bagi perawat. Tenaga kerja keperawatan harus sadar akan masalah
praktik etis dalam bencana di Indonesia Agar menjadi peserta yang
dihargai dan efektif dalam respons bencana.
Keterampilan budaya melibatkan kemampuan perawat untuk
mengumpulkan data budaya yang relevan mengenai masalah yang
dihadapi pasien dan secara akurat melakukan pengkajian budaya
tertentu. Model Giger dan Davidhizar menawarkan kerangka kerja
untuk menilai perbedaan budaya, ras dan etnis pada pasien.
Perjumpaan budaya didefinisikan sebagai proses yang
mendorong perawat untuk secara langsung terlibat dalam interaksi
lintas budaya dengan pasien dari latar belakang budaya yang
beragam. Perawat harus meningkatkan kompetensi budaya dengan
berinteraksi langsung dengan pasien dari latar belakang budaya yang
berbeda.
C. Etika Berdasarkan Norma Profesi
Profesi adalah segala sesuatu hal yang berkaitan dengan
bidang yang sangat dipengaruhi pendidikan dan keahlian. Jadi Etika
Profesi (professional ethics) adalah sikap hidup berupa keadilan untuk
dapat/bisa memberikan suatu pelayanan professional terhadap
masyarakat itu dengan penuh ketertiban sesuai rambu-rambu serta
juga keahlian yakni sebagai pelayanan dalam rangka melakukan tugas
yang merupakan kewajiban terhadap masyarakat (Purba, et al, 2020).
Berikut berdasarkan norma profesi keperawatan :
1. Menghargai klien
2. Memberikan yang terbaik
3. Mempertanggungjawabkan pelayan keparawatan
4. Tidak memanbah ermasalahan bekerja sama dnegan teman
sejawat ataupun tim kesehatan lainnya.

D. Tipe-tipe Etik
1. Bioetik
Filosofi yang mempelajari tentang kontroversi dalam etik,
menyangkut masalah biologi dan pengobatan. • lingkup sempit :
bioetik merupakan evaluasi etik pada moralitas treatment atau
inovasi teknologi, dan waktu pelaksanaan pengobatan pada
manusia. • lingkup luas: evaluasi pada semua tindakan moral yang
mungkin membantu atau bahkan membahayakan kemampuan
organisme terhadap perasaan takut dan nyeri, yang meliputi semua
tindakan yang berhubungan dengan pengobatan dan biologi. •
Dapat disimpulkan bahwa bioetik lebih berfokus pada dilema yang
menyangkut perawatan kesehatan modern, aplikasi teori etik dan
prinsip etik terhadap masalahmasalah pelayanan kesehatan
2. Clinical Ethics/Etik Klinik
Etik klinik merupakan bagian dari bioetik yang lebih memperhatikan
pada masalah etik selama pemberian pelayanan • Ex : :adanya
persetujuan atau penolakan
3. Nursing Ethics/Etik Perawatan
Bagian dari bioetik, yang merupakan studi formal tentang isu etik
dan dikembangkan dalam tindakan keperawatan serta dianalisis
untuk mendapatkan keputusan etik.

E. Aspek Legal Keperawatan


Aspek Legal Keperawatan adalah aspek aturan Keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang
dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk
hak dan kewajibannya.
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan
pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup
seluruh proses kehidupan manusia.
Perawat sebagai profesi dan bagian integral dari pelayanan
kesehatan tidak saja membutuhkan kesabaran. Kemampuannya untuk
ikut mengatasi masalah-masalah kesehatan tentu harus juga bisa
diandalkan. Untuk mewujudkan keperawatan sebagai profesi yang
utuh, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Setiap perawat harus
mempunyai ”body of knowledge” yang spesifik, memberikan pelayanan
kepada masyarakat melalui praktik keprofesian yang didasari motivasi
altruistik, mempunyai standar kompetensi dan kode etik profesi. Para
praktisi dipersiapkan melalui pendidikan khusus pada jenjang
pendidikan tinggi.
International Council of Nurses (ICN) mengeluarkan kerangka
kerja kompetensi bagi perawat yang mencakup tiga bidang, yaitu :
1. Bidang Professional, Ethical and Legal Practice.
2. Bidang Care Provision and Management
3. Bidang Professional Development.
Profesi pada dasarnya memiliki tiga syarat utama, yaitu
kompetensi yang diperoleh melalui pelatihan yang ekstensif,
komponen intelektual yang bermakna dalam melakukan tugasnya, dan
memberikan pelayanan yang penting kepada masyarakat.
Sikap yang terlihat pada profesionalisme adalah profesional
yang bertanggung jawab dalam arti sikap dan pelaku yang akuntabel
kepada masyarakat, baik masyarakat profesi maupun masyarakat
luas. Beberapa ciri profesionalisme tersebut merupakan ciri profesi itu
sendiri, seperti kompetensi dan kewenangan yang selalu sesuai
dengan tempat dan waktu, sikap yang etis sesuai dengan standar yang
ditetapkan oleh profesinya dan khusus untuk profesi kesehatan
ditambah dengan sikap altruis (rela berkorban). Kemampuan atau
kompetensi, diperoleh seorang profesional dari pendidikan atau
pelatihannya, sedangkan kewenangan diperoleh dari penguasa atau
pemegang otoritas di bidang tersebut melalui pemberian izin.
Aspek legal keperawatan meliputi kewenangan berkaitan
dengan izin melaksanakan praktik profesi. Kewenangan memiliki dua
aspek, yakni kewenangan material dan kewenangan formal.
Kewenangan material diperoleh sejak seseorang memiliki kompetensi
dan kemudian teregistrasi (registered nurse) yang disebut Surat Ijin
Perawat atau SIP. Aspek legal Keperawatan pada kewenangan
formalnya adalah izin yang memberikan kewenangan kepada
penerimanya untuk melakukan praktik profesi perawat yaitu Surat Ijin
Kerja (SIK).

F. Peran Perawat dalam menghadapi Bencana


1. Sebelum Bencana
a. Memberikan beberapa alamat dan nomor telepon darurat
seperti dinas kebakaran, rumah sakit, dan ambulans.
b. Memberikan informasi tempat-tempat alternatif penampungan
dan posko- posko bencana.
c. Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa
seperti pakaian seperlunya, radio portable, senter beserta
baterainya, dan lainnya (Efendi, 2009).
2. Saat Bencana
Siklus penanganan bencana pada pase intra/saat bencana
yaitu tanggap darurat dengan peran perawat pada pase intra/saat
bencana :
a. Bertindak cepat
b. Do not promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun
dengan pasti, dengan maksud memberikan harapan yang besar
pada para korban selamat.
c. Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan
d. Koordinasi dan menciptakan kepemimpinan.
e. Untuk jangka panjang, bersama-sama pihak yang terkait dapat
mendiskusikan dan merancang master plan of revitalizing,
biasanya untuk jangka waktu 3 bulan pertama (Efendi, 2009).
3. Pasca Bencana
Siklus penanganan bencana pada pase post/pasca bencana
yaitu Rekontruksi dan rehabilitasi dengan peran perawat pada fase
post/pasca bencana :
a. Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaaan fisik,
sosial, dan psikologis korban.
b. Stres psikologis yang terjadi dapat terus berkembang hingga
terjadi post-traumatic stress disorder (PTSD) yang merupakan
sindrom dengan tiga kriteria utama. Pertama, gejala trauma
pasti dapat dikenali. Kedua, individu tersebut mengalami gejala
ulang traumanya melalui flashback, mimpi, ataupun peristiwa-
peristiwa yang memacunya. Ketiga, individu akan menunjukkan
gangguan fisik. Selain itu, individu dengan PTSD dapat
mengalami penurunan konsentrasi, perasaan bersalah, dan
gangguan memori.
c. Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang
terkait bekerja sama dengan unsur lintas sektor menangani
masalah kesehatan masyarakat pasca-gawat darurat serta
mempercepat fase pemulihan menuju keadaan sehat dan aman
(Efendi, 2009).

D. Peraturan Perundang-undangan Tentang Kebencanaan


1. UU no 36 tahun 2009
a. Pasal 32
1) Ayat 1
Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik
pemerintah maupun swasta, wajib memberikan pelayanan
kesehatan bagi penyelamatan nyawa pasien dan
pencegahan kecacatan terlebih dahulu.
2) Ayat 2
Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik
pemerintah maupun swasta dilarang menolak pasien
dan/atau meminta uang muka.
b. Pasal 53 Ayat 3
Pelaksanaan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus mendahulukan pertolongan keselamatan
nyawa pasien dibanding kepentingan lainnya.
c. Pasal 63
1) Ayat 3
Pengendalian, pengobatan, dan/atau perawatan dapat
dilakukan berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu
keperawatan atau cara lain yang dapat
dipertanggungjawabkan kemanfaatan dan keamanannya.
2) Ayat 4
Pelaksanaan pengobatan dan/atau perawatan berdasarkan
ilmu kedokteran atau ilmu keperawatan hanya dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian
dan kewenangan untuk itu.
2. UU No 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan
a. Pasal 1 Ayat 1
Keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan kepada
individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik dalam
keadaan sakit maupun sehat.
b. Pasal 1 Ayat 3
Pelayanan Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan
profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat Keperawatan
ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, atau
masyarakat, baik sehat maupun sakit.
3. Undang-undang Pra Bencana.
Pada UU No 38 Tahun 2014 Pasal 31 ayat 1, dalam menjalankan
tugas sebagai penyuluh dan konselor bagi Klien, Perawat
berwenang:
a. Melakukan pengkajian Keperawatan secara holistik di tingkat
individu dan keluarga serta di tingkat kelompok masyarakat.
b. Melakukan pemberdayaan masyarakat.
c. Melaksanakan advokasi dalam perawatan kesehatan
masyarakat.
d. Menjalin kemitraan dalam perawatan kesehatan masyarakat.
e. Melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling.
4. Undang-undang Saat Bencana.
a. UU No 38 Tahun 2014 Pasal 33 ayat 4
Dalam melaksanakan tugas pada keadaan keterbatasan
tertentu, Perawat berwenang :
1) Melakukan pengobatan
2) Merujuk pasien sesuai sistem rujukan; dan untuk penyakit
umum tenaga medis.
3) Melakukan pelayanan kefarmasian secara terbatas dalam
ha1 tidak terdapat tenaga kefarmasian.
b. UU No 38 Tahun 2014 Pasal 35.
1) Ayat 1.
Dalam keadaan darurat untuk memberikan pertolongan
pertama, Perawat dapat melakukan tindakan medis dan
pemberian obat sesuai dengan kompetensinya.
2) Pertolongan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat ( I )
bertujuan untuk menyelamatkan nyawa Klien dan mencegah
kecacatan lebih lanjut.
3) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan keadaan yang mengancam nyawa atau
kecacatan Klien.
4) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh perawat sesuai dengan hasil evaluasi
berdasarkan keilmuannya.
5) Ketentuan lebih lanjut mengenai keadaan darurat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Menteri.
c. UU No 36 Tahun 2009
1) Pasal 59 ayat 1.
Berdasarkan cara pengobatannya, pelayanan kesehatan
tradisional terbagi menjadi pelayanan kesehatan tradisional
yang menggunakan keterampilan; dan pelayanan kesehatan
tradisional yang menggunakan ramuan.
2) Pasal 59 Ayat 2
Pelayanan kesehatan tradisional sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dibina dan diawasi oleh Pemerintah agar dapat
dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya serta
tidak bertentangan dengan norma agama.
3) Pasal 59 Ayat 3
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan jenis
pelayanan kesehatan tradisional sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
4) Pasal 59 Ayat 4
Untuk mempercepat pemulihan kehidupan masyarakat pada
wilayah pasca bencana, pemerintah daerah menetapkan
prioritas dari kegiatan rehabilitasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1). Penetapan prioritas sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) didasarkan pada analisis kerusakan dan
kerugian akibat bencana.
5) Pasal 64 ayat 1
Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dapat
dilakukan melalui transplantasi organ dan/atau jaringan
tubuh, implan obat dan/atau alat kesehatan, bedah plastik
dan rekonstruksi, serta penggunaan sel puncak.
6) Pasal 65 ayat 1
Transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh hanya dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian
dan kewenangan untuk itu dan dilakukan di fasilitas
pelayanan kesehatan tertentu.
7) Pasal 67 ayat 1
Pengambilan dan pengiriman spesimen atau bagian organ
tubuh hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan serta dilakukan di
fasilitas pelayanan kesehatan tertentu.
8) Pasal 68 ayat 1
Pemasangan implan obat dan/atau alat kesehatan ke dalam
tubuh manusia hanya dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan serta
dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan tertentu.
9) Pasal 69 Ayat 1
Bedah plastik dan rekonstruksi hanya dapat dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu.
10)Pasal 69 Ayat 2
Bedah plastik dan rekonstruksi tidak boleh bertentangan
dengan norma yang berlaku dalam masyarakat dan tidak
ditujukan untuk mengubah identitas.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Selain rentan terhadap penyakit menular, perawat juga sangat


rentan pada suatu konflik nilai dan moral hal ini disebabkan karena
perawat lebih banyak berinteraksi langsung dengan pasien, keluarga
pasien dan tenaga medis lainnya. Untuk dapat membuat suatu
keputusan yang tidak melawan nilai yang ada, ketika sedang bekerja
di ruangan ataupun ketika bencana yang mengharuskan perawat
bekerja lebih cepat dan tepat, baik dalam diri perawat maupun
masyarakat. Perawat harus bekerja profesional dengan disertai moral
kompeten.
Bencana mengharuskan perawat untuk membuat pilihan etis
yang sulit dalam menghadapi sumber daya yang langka. Keputusan
sering dibuat untuk kebaikan yang lebih baik daripada individu.
Keterampilan budaya melibatkan kemampuan perawat untuk
mengumpulkan data budaya yang relevan mengenai masalah yang
dihadapi pasien dan secara akurat melakukan pengkajian budaya
tertentu. Selain dengan keterampilah budaya, perawat juga harus
meningkatkan kompetensi budaya dengan cara berinteraksi langsung
dengan pasien dari latar belakang budaya yang berbeda sehingga
konflik-konflik terkait etik dan budaya tidak terjadi.
Aspek legal yang diatur dalam perundang-undangan dalam
kebencanaan sangat membantu dan mengarahkan perawat dalam
melaksanakan tugas serta melindungi secara hukum dalam
mengambil keputusan yang cepat dan tepat.

B. SARAN
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kesimpulan maka penulis
memaparkan saran dalam aspek etik dan legal dalam asuhan
keperawatan bencana, antara lain :
1. Agar Perawat lebih mengutamakan tindakan preventif/pencegahan
dalam etik dan legal keperawatan bencana.
2. Hendaknya Perawat dalam mengambil keputusan dalam
keperawatan bencana memperhatikan dan memahami peraturan
etika profesi dan peraturan perundang-undangan yang berlaku
untuk melindungi dirinya dari jeratan hukum.
DAFTAR PUSTAKA

Efendi, Ferry Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori


dan Praktik Dalam Keperawatan . Slemba Medika : Jakarta

International Strategy for Disaster Reduction (ISDR), 2004, Living with


Risk - A Global Review of Disaster Reduction Initiatives, New
York and Geneva: United Nations Publication.

Josepha Campinha & Cora Muno. (2001). A Guiding Framework for


Delivering Culturally Competent Services in Case Management.
Vol 12(2); 48 – 52. Ohio: Elsevier

Providing Culturally Competent Care During Disasters: Strategies for


Nurses Denise Danna, RN, DNS, NEA, BC, FACHE; Marsha J.
Bennett, DNS, APRN, ACRN The Journal of Continuing
Education in Nursing. 2013;44(4):151-152

Peraturan Pemerintah No 21 tahun 2008 tentang penyelengaraan


penanggulangan bencana diakses : https://r.search.yahoo.com.

Purba, Sukarman dkk. 2020. Etika Profesi Membangun Prefesionalitas Diri


Yayasan Kita Menulis : Medan.

Undang-undang RI. No.24 tahun 2007. Penanggulangan Bencana.


Jakarta

Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan diakses :


https://r.search.yahoo.com

Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah sakit diakses :


https://peraturan.bpk.go.id

Undang-undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang keperawatan


diakses : https://r.search.yahoo.com

Anda mungkin juga menyukai