BENCANA
Dosen Pengampuh : Olvin Manengkey., S.Kep., M.Kes.
DI SUSUN OLEH
Ocvianus kevin kakalang
Rafika mega. dirangga
Fransisca ligow
Harrold s. budikase
Grace N laudin
Jesika sisilia makarau
Veren Lombogia
‘’A3/VII’’
FAKULTAS KEPERAWATAN
2021
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang rentan terjadinya bencana, hal ini dikarenakan kondisi
geologi dimana perairan Indonesia sepanjang pantai bagian barat Sumatera, pantai selatan
Jawa hingga perairan Nusa Tenggara, Papua dan Sulawesi terletak diantara lempenglempeng
tektonik aktif diantaranya lempeng Eurasia, Indo Australia dan lempeng dasar Samudera
Pasifik. Pergerakan lempenglempeng tektonik tersebut menyebabkan terbentuknya jalur
gempa bumi, rangkaian gunung api aktif serta patahan patahan geologi yang merupakan zona
rawan bencana gempa bumi dan tanah longsor (Haryadi P, 2007).
Pada saat terjadi bencana, semua alur yang terjadi akan berubah secara total, termasuk
alur kesehatan. Pada saat tidak terjadi bencana, seorang perawat akan memprioritaskan pasien
yang sedang mengalami siatuasi yang gawat darurat terlebih dahulu. Hal tersebut akan
berbeda ketika terjadi suatu bencana dimana yang menjadi pritotas adalah korban bencana
yang notabene mengalami sedikit luka dan yang mendapat luka serius cenderung ditinggal.
Peran perawat adalah melayani kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, tetapi peran ini
menjadi tidak penting ketika terjadi bencana dimana kesehatan dan keselamatan masyarakat
menjadi sangat rentan. Namun hal ini lah yang akan menjadi tantangan bagi profesi
keperawatan dalam mengembangkan profesionalisme dalam melakukan penanggulangan
bencana dengan berdasarkan pada nilai dan moral , sehingga diperlukan perawat yang
mampu bertinteraksi dengan masyarakat yang masih menjunjung tinggi nilai dan moral.
Dalam situasi tersebut, dibutuhkan aplikasi nilai dan moral dalam diri seorang perawat yang
baik sehingga tercipta peran perawat yang mampu menghargai nilai dan moral yang dimiliki
dari pasien tersebut.
Dalam pengambilan keputusan, nilai merupakan aspek penting yang harus diperhatikan
karena akan mempengaruhi persepsi dan motivasi seseorang. Perawat harus menciptakan
suasana saling menghormati akan nilai dan kebiasaan yang dijunjung oleh masyarakat.
Suasana dalam menciptakan penghargaan akan nilai dan moral dari individu pasien tersebut
meliputi penghargaan akan hidup, penghargaan akan martabat, dan penghargaan akan hak
klien.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bencana
Nilai merupakan suatu keyakinan personal mengenai harga atas suatu ide
tingkah laku, kebiasaan atau objek yang menyususn suatu dasar standar yang
mempengaruhi tingkah laku.
3
Etika merupakan ilmu tentang kesusilaan yang menetukan bagaimana
sepatutnya manusia hidup di dalam mansyarakat yang menyangkut aturan-aturan atau
prinsip yang menentukan tingkah laku yang benar, yaitu : 1. Baik dan buruk 2.
Kewajiban dan tanggung jawab (Isnaini,2001)
Etika merupakan aplikasi atau penerapan teori tentang filosofi moral ke dalam
situasi nyata dan berfokus pada prinsip-prinsip dan konsep yang membimbing
manusia berfikir dan bertindak dalam kehidupannya yang dilandasi oleh nilai-nilai
yang dianutnya.
Etika berbagai profesi digariskan dalam kode etik yang bersumber dari
martabat dan hak manusia (yang memiliki sikap menerima) dan kepercayaan dari
profesi. Profesi menyusun kode etik berdasarkan penghormatan atas nilai dan situasi
individu yang dilayani.
1. Bioetik
• lingkup sempit : bioetik merupakan evaluasi etik pada moralitas treatment atau
inovasi teknologi, dan waktu pelaksanaan pengobatan pada manusia.
• lingkup luas: evaluasi pada semua tindakan moral yang mungkin membantu atau
bahkan membahayakan kemampuan organisme terhadap perasaan takut dan nyeri,
yang meliputi semua tindakan yang berhubungan dengan pengobatan dan biologi.
Etik klinik merupakan bagian dari bioetik yang lebih memperhatikan pada
masalah etik selama pemberian pelayanan , Ex : :adanya persetujuan atau penolakan
4
Bagian dari bioetik, yang merupakan studi formal tentang isu etik dan
dikembangkan dalam tindakan keperawatan serta dianalisis untuk mendapatkan
keputusan etik.
Bencana mengharuskan perawat untuk membuat pilihan etis yang sulit dalam
menghadapi sumber daya yang langka. Keputusan sering dibuat untuk kebaikan yang
lebih baik daripada individu. Pergeseran fokus dari merawat individu untuk
menyediakan layanan kesehatan yang optimal di tingkat komunitas tidak datang
secara alami banyak perawat. Misalnya, selama bencana, seorang perawat yang
bekerja di triase mungkin perlu memilih antara dua pasien yang membutuhkan
operasi, satu luka parah dengan peluang kecil untuk bertahan hidup dan yang lain
dengan luka serius tapi bagus peluang pemulihan. Selama masa non-bencana, pasien
yang kritis akan dikirim ke operasi pertama, tetapi dalam bencana dengan sumber
daya terbatas, pasien dengan peluang terbesar untuk bertahan hidup akan menjadi
yang pertama. Di situasi lain, perawat mungkin perlu memberikan imunisasi dengan
vaksin terbatas yang tersedia. Merupakan hal yang sulit untuk menentukan prioritas.
Tenaga kerja keperawatan harus sadar akan masalah praktik etis dalam bencana di
Indonesia Agar menjadi peserta yang dihargai dan efektif dalam respons bencana.
5
Beneficence (Berbuat Baik) prinsip ini menuntut perawat untuk melakukan
hal yang baik dengan begitu dapat mencegah kesalahan atau kejahatan.
Justice (Keadilan) nilai ini direfleksikan dalam praktek professional ketika
perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktik dan
keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
Non-maleficence (tidak merugikan) prinsi ini berarti tidak menimbulkan
bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien. Contoh ketika ada klien yang
menyatakan kepada dokter secara tertulis menolak pemberian transfuse darah
dan ketika itu penyakit perdarahan (melena) membuat keadaan klien semakin
memburuk dan dokter harus mengistrusikan pemberian transfuse darah.
akhirnya transfuse darah ridak diberikan karena prinsi beneficence walaupun
pada situasi ini juga terjadi penyalahgunaan prinsi nonmaleficince.
Veracity (Kejujuran) nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat namun harus
dimiliki oleh seluruh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan
kebenaran pada setia klien untuk meyakinkan agar klien mengerti. Informasi
yang diberikan harus akurat, komprehensif, dan objektif. Kebenaran
merupakan dasar membina hubungan saling percaya. Klie memiliki otonomi
sehingga mereka berhak mendapatkan informasi yang ia ingin tahu.
Fidelity (Menepati janji) tanggung jawab besar seorang perawat adalah
meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan, dan
meminimalkan penderitaan. Untuk mencapai itu perawat harus memiliki
komitmen menepati janji dan menghargai komitmennya kepada orang lain.
Confidentiality (Kerahasiaan) kerahasiaan adalah informasi tentang klien
harus dijaga privasi klien. Dokumentasi tentang keadaan kesehatan klien
hanya bisa dibaca guna keperluan pengobatan dan peningkatan kesehatan
klien. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan harus dihindari.
Accountability (Akuntabilitasi) akuntabilitas adalah standar yang pasti bahwa
tindakan seorang professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau
tanda tekecuali. Contoh perawat bertanggung jawab pada diri sendiri, profesi,
klien, sesame teman sejawat, karyawan, dan masyarakat. Jika perawat salah
memberi dosis obat kepada klien perawat dapat digugat oleh klien yang
menerima obat, dokter yang memberi tugas delegatif, dan masyarakat yang
menuntut kemampuan professional
6
E. Aspek Legal
1. UU no 36 tahun 2009 pasal 11 tentang kesehatan
Ayat (1) “tenaga kesehatan dikelompokkan ke dalam tenaga medis, psikologi
klinik, keperawatan, kebidanan, kefarmasian, kesehatan lingkungan, gizi,
keterapian fisik, keteknisian medis, biomedika, kesehatan tradisional dan tenaga
kesehatan lain.”
2. Hak dan Kewajiban Perawat
UU no 38 tahun 2014 tentang tenaga kesehatan
Pasal 36 (Hak)
1. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang sesuai dengan kode etik, standar
pelayanan keperawatan, standar pelayanan profesi, SPO dan perundangan
2. Mendapat informasi yang benar, jelas dan jujur dari klie/ keluarganya
3. Memperoleh fasilitas kerja sesuai standar
bnbPasal 37 (Kewajiban)
1. Memberikan pelayanan keperawatan sesuai kode etik, standar pelayanan
keperawatan, standar pelayanan profesi, SPO dan perundangan
2. Merujuk klien yang tidak dapat ditangani perawat …, sesuai dengan lingkup
dan tingkat kompetensinya
3. Mendokumentasikan asuhan keperawatan sesuai standar.
7
a. melakukan pengkajian dan menetapkan permasalahan;
8
1. Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan diselenggarakan
untuk mengembalikan status kesehatan, mengembalikan fungsi tubuh
akibat penyakit dan/atau akibat cacat, atau menghilangkan cacat.
2. Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dilakukan dengan
pengendalian, pengobatan, dan/atau perawatan.
3. Pengendalian, pengobatan, dan/atau perawatan dapat dilakukan
berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan atau cara lain yang
dapat dipertanggungjawabkan kemanfaatan dan keamanannya.
4. Pelaksanaan pengobatan dan/atau perawatan berdasarkan ilmu
kedokteran atau ilmu keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.
9
BAB III
KESIMPULAN
10
Daftar Pustaka
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, PDF diakses
pada 14 September 2019
Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan, PDF
diakses pada 18 September 2019
Elon, Yunus. Aspek Etik dan Legal dalam Keperawatan Gawat Darurat, Emergency and
Critis Universitas Advent Indonesia, PDF Diakses pada 15 September 2019
Widyastuti, Merina. Aspek Legal Keperawatan Bencana, PPT diakses pada 14 September
2019
11