Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

SISTEM PELAYANAN KESEHATAN ASPEK ETIK DAN LEGAL


DALAM KEPERAWATAN BENCANA

Disusun oleh : Klmpk 2

Ocvianus Kevin Kakalang (1714201001)


Harrold Steward Budikase (1714201153)
Reive Roring (1614201227)
Fransisca Ligow (1714201002)
Debora P A Mataliwutu (1614201247)
Christi Pangkarego (1714201553)

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA


MANADO 2020

1
BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang rentan terjadinya bencana, hal ini dikarenakan kondisi geologi dimana perairan
Indonesia sepanjang pantai bagian barat Sumatera, pantai selatan Jawa hingga perairan Nusa Tenggara, Papua dan
Sulawesi terletak diantara lempenglempeng tektonik aktif diantaranya lempeng Eurasia, Indo Australia dan lempeng
dasar Samudera Pasifik. Pergerakan lempenglempeng tektonik tersebut menyebabkan terbentuknya jalur gempa
bumi, rangkaian gunung api aktif serta patahan patahan geologi yang merupakan zona rawan bencana gempa bumi
dan tanah longsor (Haryadi P, 2007).

Pada saat terjadi bencana, semua alur yang terjadi akan berubah secara total, termasuk alur kesehatan. Pada saat
tidak terjadi bencana, seorang perawat akan memprioritaskan pasien yang

sedang mengalami siatuasi yang gawat darurat terlebih dahulu. Hal tersebut akan berbeda ketika terjadi suatu
bencana dimana yang menjadi pritotas adalah korban bencana yang notabene mengalami sedikit luka dan yang
mendapat luka serius cenderung ditinggal. Peran
 perawat adalah melayani kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, tetapi peran ini menjadi tidak penting ketika
terjadi bencana dimana kesehatan dan keselamatan masyarakat menjadi sangat rentan. Namun hal ini lah yang akan
menjadi tantangan bagi profesi keperawatan dalam mengembangkan profesionalisme dalam melakukan
penanggulangan bencana dengan
 berdasarkan pada nilai dan moral , sehingga diperlukan perawat yang mampu bertinteraksi dengan masyarakat yang

masih menjunjung tinggi nilai dan moral. Dalam situasi tersebut, dibutuhkan aplikasi nilai dan moral dalam diri

seorang perawat yang baik sehingga tercipta


 peran perawat yang mampu menghargai nilai dan moral yang dimiliki dari pasien tersebut.

Dalam pengambilan keputusan, nilai merupakan aspek penting yang harus diperhatikan karena akan
mempengaruhi persepsi dan motivasi seseorang. Perawat harus menciptakan suasana saling menghormati akan nilai
dan kebiasaan yang dijunjung oleh masyarakat. Suasana dalam menciptakan penghargaan akan nilai dan moral dari
individu pasien tersebut meliputi

 penghargaan akan hidup, penghargaan akan martabat, dan penghargaan akan hak klien.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pengertian Bencana

Suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat, sehingga menyebabkan kerugian
yang meluas pada kehidupan manusia dari segi materi, ekonomi atau lingkungan dan yang melampaui
kemampuan masyarakat yang bersangkutan untuk mengatasi dengan menggunakan sumberdaya mereka
sendiri. (ISDR, 2004)

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan
dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau nonalam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta
benda, dan dampak psikologis (UU 24/2007)

Menurut Purnomo (2009:9), Bencana adalah situasi yang kedatangannya tidak terduga oleh kita
sebelumnya, dimana dalam kondisi itu bisa terjadi kerusakan, kematian bagi manusia atau benda-benda
maupun rumah serta segala perabot 10 yang kita miliki dan tidak menutup kemungkinan juga hewan dan
tumbuhtumbuhan untuk mati.

B.   Pengertian Etika Keperawatan

 Nilai merupakan suatu keyakinan personal mengenai harga atas suatu ide tingkah laku, kebiasaan
atau objek yang menyususn suatu dasar standar yang mempengaruhi tingkah laku.

 Norma merupakan aturan-aturan atau Norma yaitu aturan-aturan atau pedoman

khusus mengenai tingkah laku, sikap, dan perbuatan yang boleh dilakukan dan tidak
 boleh dilakukan. Jika kita berbicara norma, norma di bagi menjadi dua yaitu : norma

yang datang dari Tuhan dan norma yang dibuat oleh manusia. Norma Agama dan

 Norma Sosial, yg berorientasi untuk mengatur kehidupan manusia agar menjadi manusia yang berbudaya
dan beradab.

Etika merupakan ilmu tentang kesusilaan yang menetukan bagaimana sepatutnya manusia hidup
di dalam mansyarakat yang menyangkut aturan-aturan atau
 prinsip yang menentukan tingkah laku yang benar, yaitu : 1. Baik dan buruk 2. Kewajiban dan tanggung
jawab (Isnaini,2001)

3
Etika merupakan aplikasi atau penerapan teori tentang filosofi moral ke dalam situasi nyata dan
berfokus pada prinsip-prinsip dan konsep yang membimbing manusia
 berfikir dan bertindak dalam kehidupannya yang dilandasi oleh nilai-nilai yang dianutnya.

Etika berbagai profesi digariskan dalam kode etik yang bersumber dari martabat dan hak manusia
(yang memiliki sikap menerima) dan kepercayaan dari profesi. Profesi menyusun kode etik berdasarkan
penghormatan atas nilai dan situasi individu yang dilayani.

C.   Tipe-Tipe Kode Etik 1.

Bioetik

Bioetik merupakan studi filosofi yang mempelajari tentang kontroversi dalam etik, menyangkut
masalah biologi dan pengobatan.

• lingkup sempit : bioetik merupakan evaluasi etik pada moralitas treatment atau inovasi
teknologi, dan waktu pelaksanaan pengobatan pada manusia.

• lingkup luas: evaluasi pada semua tindakan moral yang mungkin membantu atau
 bahkan membahayakan kemampuan organisme terhadap perasaan takut dan nyeri, yang meliputi semua
tindakan yang berhubungan dengan pengobatan dan biologi.

Dapat disimpulkan bahwa bioetik lebih berfokus pada dilema yang menyangkut

 perawatan kesehatan modern, aplikasi teori etik dan prinsip etik terhadap masalahmasalah pelayanan
kesehatan

2. Clinical Ethics/Etik Klinik

Etik klinik merupakan bagian dari bioetik yang lebih memperhatikan pada masalah etik selama
pemberian pelayanan , Ex : :adanya persetujuan atau penolakan

3. Nursing Ethics/Etik Perawatan

Bagian dari bioetik, yang merupakan studi formal tentang isu etik dan dikembangkan dalam
tindakan keperawatan serta dianalisis untuk mendapatkan keputusan etik.

4
Kode Etik ICN (International Council of Nurses 2006) menekankan

 penghormatan terhadap hak asasi manusia, kepekaan terhadap nilai-nilai dan kebiasaan, martabat, keadilan
dan keadilan. Perawat diharapkan untuk berlatih sesuai dengan ajaran-ajaran ini dalam bencana dan
memodifikasi praktik mereka sebagaimana diperlukan untuk memenuhi kebutuhan lingkungan bencana
(Deeny, Davies, Gillespie dan Spencer 2007). Pemberian bantuan membutuhkan perhatian terhadap adat
istiadat dan budaya dan jaminan martabat dan kerahasiaan individu. Ada potensi nilai-nilai ini akan
berkurang dalam menghadapi kebutuhan besar untuk bantuan.

Bencana mengharuskan perawat untuk membuat pilihan etis yang sulit dalam menghadapi
sumber daya yang langka. Keputusan sering dibuat untuk kebaikan yang lebih baik daripada individu.
Pergeseran fokus dari merawat individu untuk menyediakan layanan kesehatan yang optimal di tingkat
komunitas tidak datang secara alami banyak perawat. Misalnya, selama bencana, seorang perawat yang
bekerja di triase mungkin perlu memilih antara dua pasien yang membutuhkan operasi, satu luka
 parah dengan peluang kecil untuk bertahan hidup dan yang lain dengan luka serius tapi

 bagus peluang pemulihan. Selama masa non-bencana, pasien yang kritis akan dikirim ke operasi pertama,
tetapi dalam bencana dengan sumber daya terbatas, pasien dengan
 peluang terbesar untuk bertahan hidup akan menjadi yang pertama. Di situasi lain,

 perawat mungkin perlu memberikan imunisasi dengan vaksin terbatas yang tersedia. Merupakan hal yang
sulit untuk menentukan prioritas. Tenaga kerja keperawatan harus sadar akan masalah praktik etis dalam
bencana di Indonesia Agar menjadi peserta yang dihargai dan efektif dalam respons bencana.

 
D. Prinsip Etika Keperawatan
>  Otonomi (Autonomi) prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu
mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa mampu
memutuskan sesuatu dan orang lain harus menghargainya. Otonomi merupakan hak kemandirian
dan kebebasan individu yang menuntut
 pembedaan diri.

>  Beneficence (Berbuat Baik) prinsip ini menuntut perawat untuk melakukan hal yang baik
dengan begitu dapat mencegah kesalahan atau kejahatan.

5
> Justice (Keadilan) nilai ini direfleksikan dalam praktek professional ketika

 perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktik dan keyakinan yang benar
untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.

>   Non-maleficence (tidak merugikan) prinsi ini berarti tidak menimbulkan

 bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien. Contoh ketika ada klien yang

menyatakan kepada dokter secara tertulis menolak pemberian transfuse darah dan ketika itu
penyakit perdarahan (melena) membuat keadaan klien semakin

memburuk dan dokter harus mengistrusikan pemberian transfuse darah. akhirnya transfuse darah
ridak diberikan karena prinsi beneficence walaupun
 pada situasi ini juga terjadi penyalahgunaan prinsi nonmaleficince.

>  Veracity (Kejujuran) nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat namun harus dimiliki oleh
seluruh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setia klien untuk
meyakinkan agar klien mengerti. Informasi yang diberikan harus akurat, komprehensif, dan
objektif. Kebenaran merupakan

dasar membina hubungan saling percaya. Klie memiliki otonomi sehingga mereka berhak
mendapatkan informasi yang ia ingin tahu.

>  Fidelity (Menepati janji) tanggung jawab besar seorang perawat adalah meningkatkan
kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan, dan meminimalkan penderitaan. Untuk
mencapai itu perawat harus memiliki komitmen menepati janji dan menghargai komitmennya
kepada orang lain.

>  Confidentiality (Kerahasiaan) kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus

dijaga privasi klien. Dokumentasi tentang keadaan kesehatan klien hanya bisa dibaca guna
keperluan pengobatan dan peningkatan kesehatan klien. Diskusi

tentang klien diluar area pelayanan harus dihindari.


>  Accountability (Akuntabilitasi) akuntabilitas adalah standar yang pasti bahwa tindakan seorang
professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanda tekecuali. Contoh perawat
bertanggung jawab pada diri sendiri, profesi, klien, sesame teman sejawat, karyawan, dan
masyarakat. Jika perawat salah memberi dosis obat kepada klien perawat dapat digugat oleh klien
yang menerima obat, dokter yang memberi tugas delegatif, dan masyarakat yang menuntut
kemampuan professional

E.   Aspek Legal

1.   UU no 36 tahun 2009 pasal 11 tentang kesehatan

6
Ayat (1) “tenaga kesehatan dikelompokkan ke dalam tenaga medis, psikologi klinik, keperawatan,
kebidanan, kefarmasian, kesehatan lingkungan, gizi, keterapian fisik, keteknisian medis, biomedika,
kesehatan tradisional dan tenaga kesehatan lain.” 

2.   Hak dan Kewajiban Perawat

UU no 38 tahun 2014 tentang tenaga kesehatan


>  Pasal 36 (Hak)

1.   Memperoleh perlindungan hukum sepanjang sesuai dengan kode etik, standar


 pelayanan keperawatan, standar pelayanan profesi, SPO dan perundangan 2.  Mendapat
informasi yang benar, jelas dan jujur dari klie/ keluarganya

3.  Memperoleh fasilitas kerja sesuai standar

>  bnbPasal 37 (Kewajiban)

1.   Memberikan pelayanan keperawatan sesuai kode etik, standar pelayanan keperawatan, standar
pelayanan profesi, SPO dan perundangan

2.   Merujuk klien yang tidak dapat ditangani perawat …, sesuai dengan lingkup dan tingkat
kompetensinya

3.   Mendokumentasikan asuhan keperawatan sesuai standar.

3. Peran Perawat Pra Bencana

UU no 38 tahun 2014 pasal 31 tentang tenaga kesehatan

1.   Dalam menjalankan tugas sebagai penyuluh dan konselor bagi Klien, Perawat berwenang:
a. melakukan pengkajian Keperawatan secara holistik di tingkat individu dan keluarga serta
di tingkat kelompok masyarakat;
 b. melakukan pemberdayaan masyarakat;

c. melaksanakan advokasi dalam perawatan kesehatan masyarakat; d. menjalin


kemitraan dalam perawatan kesehatan masyarakat; dan e. melakukan penyuluhan
kesehatan dan konseling.

2. Dalam menjalankan tugasnya sebagai pengelola Pelayanan Keperawatan, Perawat berwenang:

a. melakukan pengkajian dan menetapkan permasalahan;

7
 b. merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi Pelayanan Keperawatan; dan c. mengelola
kasus.

3 Dalam menjalankan tugasnya sebagai peneliti Keperawatan, Perawat

 berwenang:

a. melakukan penelitian sesuai dengan standar dan etika;

 b. menggunakan sumber daya pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan atas izin

 pimpinan; dan

c. menggunakan pasien sebagai subjek penelitian sesuai dengan etika profesi dan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

4. Peran Perawat Saat Bencana

>  UU No 38 Tahun 2014 Pasal 35 tentang tenaga kesehatan

 
1. Dalam keadaan darurat untuk memberikan pertolongan pertama, Perawat
dapat melakukan tindakan medis dan pemberian obat sesuai dengan kompetensinya.

2.   Pertolongan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk


menyelamatkan nyawa Klien dan mencegah kecacatan lebih lanjut.

3.   Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan keadaan yang mengancam
nyawa atau kecacatan Klien.
4.   Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Perawat sesuai dengan
hasil evaluasi berdasarkan keilmuannya.

>
  UU No 38 Tahun 2014 pasal 33 ayat (4)
Dalam melaksanakan tugas pada keadaan keterbatasan tertentu

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Perawat berwenang:

a. melakukan pengobatan untuk penyakit umum dalam hal tidak terdapat tenaga medis;
 b. merujuk pasien sesuai dengan ketentuan pada sistem rujukan; dan

c. melakukan pelayanan kefarmasian secara terbatas dalam hal tidak terdapat tenaga
kefarmasian.
>  UU No 36 Tahun 2009 Pasal 63

8
1. Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan diselenggarakan untuk mengembalikan
status kesehatan, mengembalikan fungsi tubuh akibat
 penyakit dan/atau akibat cacat, atau menghilangkan cacat.

2. Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dilakukan dengan


 pengendalian, pengobatan, dan/atau perawatan.

3. Pengendalian, pengobatan, dan/atau perawatan dapat dilakukan


 berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan atau cara lain yang dapat
dipertanggungjawabkan kemanfaatan dan keamanannya.

4. Pelaksanaan pengobatan dan/atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu


keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu.

5. Peran Perawat Pasca Bencana

PP No. 21 Pasal 56 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana


Peran perawat adalah menyediakan pelayanan keperawatan kepada korban

 bencana dan ikut melakukan rehabilitasi pasca bencana seperti melakukan rehabilitasi mental
kepada korban bencana.

Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, Menjelaskan bahwa: – Pasal 82 tentang


pelayanan kesehatan bencana: pelayanan kesehatan dimaksud
 pada ayat (2): tanggap darurat dan paska bencana; mencakup pelayanan kegawat daruratan yang
bertujuan untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah kecacatan lebih lanjut.  –  Pasal 83 ayat
(1) setiap orang yang memberikan
 pelayanan kesehatan pada bencana harus ditujukan untuk penyelamatan nyawa dan mencegah
kecacatan lebih lanjut, dan kepentingan terbaik bagi pasien.  –  (2) Pemerintah menjamin
perlindungan hukum bagi setiap orang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki.

9
BAB III
KESIMPULAN

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau nonalam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia.

mengharuskan perawat untuk membuat pilihan etis yang sulit dalam menghadapi sumber daya yang langka. Keputusan

sering dibuat untuk kebaikan yang lebih baik daripada individu. Secara legal perawat memiliki hak dan kewajibannya

dalam melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Perawat harus memiliki
kemampuan untuk menilai keadaan dengan cepat dan sesuai dengan keilmuan atau kompetensi yang ia miliki untuk
mengambil keputusan secara professional. Peran perawat sebelum bencana terjadi adalah memberikan konseling dan
penyuluhan, melakukan pemberdayaan masyarakat, menjalin kemitraan dalam perawatan kesehatan dan meningkatkan
pengetahuan terhadap bencana. Perawat juga memiliki peran saat terjadi bencana atau dalam keadaan darurat yaitu
perawat dapat melakukan tindakan medis dan pemberian pengobatan sesuai dengan kompetensinya yang bertujuan
untuk menyelamatkan nyawa klien dan mencegah kecacatan. Saat pasca
 bencana perawat berperan untuk melakukan pelayanan kesehatan dan melakukan perawatan kepada klien yang
terkena bencana dan melakukan rehabilitasi mental terhadap klien yang trauma karena terkena dampak dari bencana.

10
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, PDF diakses
 pada 14 September 2019

Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan, PDF
diakses pada 18 September 2019

Peraturan Pemerintan Republik Indonesia Nomor 21 Tahu 2008 Tentang Penyelenggaraan


Penanggulangan Bencana, PDF diakses pada 18 September 2019

Elon, Yunus. Aspek Etik dan Legal dalam Keperawatan Gawat Darurat, Emergency and
Critis Universitas Advent Indonesia, PDF Diakses pada 15 September 2019

Widyastuti, Merina. Aspek Legal Keperawatan Bencana, PPT diakses pada 14 September
2019

11

Anda mungkin juga menyukai