Dosen Pembimbing :
Disusun oleh :
Kelompok 1 (IGD)
2022
BAB I
PENDAHULUAN
Vulnus laceratum atau laserasi dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya:
1. Alat tumpul
2. Jatuh ke benda tajam dan keras
3. Kecelakaan lalu lintas dan kereta api
4. Kecelakaan akibat kuku dan gigitan
5. Zat-zat kimia
6. Radiasi
7. Sengatan listrik
(Mansjoer, 2013)
1.1.3 Patofisiologi Vulnus Laserasi
1.1.6 Pathways
Resiko syok
1.1.7 Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul pada luka robek adalah infeksi bakteri. Luka robek
dapat terinfeksi bakteri terutama bila luka diakibatkan benda yang kotor. Beberapa
gejala dan tanda apabila luka sudah terinfeksi adalah:
Luka tampak kemerahan
Nyeri dirasa meningkat atau semakin berat
Keluar nanah dari luka
Area luka tampak hangat dan bengkak
Selain itu, komplikasi lain yang dapat muncul dari luka robek yaitu:
Masukkan benda asing ke dalam area luka
Kerusakan otot tendon
Kerusakan saraf
Tidak menutupnya jaringan pada luka robek
Komplikasi bisa muncul pada luka robek jika luka yang terjadi cukup dalam dan luas.
Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan dengan hati-hati dan cermat agar
komplikasi yang bisa terjadi dapat dikenali sejak dini dan diobati dengan tepat,
sehingga kualitas hidup pasien dapat menjadi lebih baik.
1.1.9 Penatalaksanaan
1.1.9.1 Penatalaksanaan Keperawatan
Dalam manajemen perawatan luka ada beberapa tahap yang dilakukan yaitu evaluasi
luka, tindakan antiseptic, pembersihan luka, penjahitan luka, penutupan luka.
a. Evaluasi luka meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik (lokasi dan
eksplorasi).
b. Tindakan antiseptic, prinsipnya untuk mensucikan akan kulit. Untuk
melakukan pencucian/pembersihan luka biasanya digunakan cairan atau
larutan antispetik seperti :
1) Alcohol, sifatnya bakterisida kuat dan cepat (efektif).
2) Halogen dan senyawanya
3) Yodium merupakan antiseptic yang sangat kuat, berspektrum luas dan
dalam konsentrasi 2% membunuh spora dalam 2-3 jam.
4) Povidin Yodium (betadine, septadine dan isodine) merupakan
kompleks yodium dengan polyvinylpirrolidone yang tidak
merangsang, mudah dicuci karena larut dalam air dan stabil karena
tidak menguap.
5) Yodofom, sudah jarang digunakan. Penggunaan biasanya untuk
antiseptic borok.
6) Klorhesidin (Hibiscrub, savlon, hibitine) merupakan senyawa
biguanid dengan sifat bakterisid dang fungisid, tidak berwarna, mudah
larut dalam air, tidak merangsang kulit dan mukosa, dan baunya tidak
menusuk hidung.
Dalam proses pencucian/pembersihan luka yang perlu diperhatikan
adalah pemilihan cairan pencuci dan teknik pencucian luka. Pengunaan
cairan pencuci yang tidak tepat akan menghambat pertumbuhan
jaringan sehingga memperlama waktu rawat dan biaya perawatan.
(Firdayanti, 2016).
c. Penjahitan Luka
Luka bersih diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur kurang dari 8
jam boleh dijahit primer, sedangakn luka yang terkontaminasi berat dana
tau tidak berbatas tegas sebaiknya dibiarkan sembuh persekundam atau
pertertiam.
d. Penutupan Luka
Adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang baik pad luka sehingga
proses oenyembuhan berlangsung optimal.
BAB III
TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
Dalam memberikan layanan kesehatan, perawat harus berpedoman pada tahapan yang
terdapat pada proses asuhan keperawatan sehingga layanan yang diberikan dapat
meningkatkan derajat kesehatan pasien. Salah satu tahap yang ada pada proses asuhan
keperawatan adalah pengkajian keperawatan yang merupakan tahap awal untuk pengumpulan
data mengenai status / kondisi kesehatan pasien yang akan ditangani. Pengkajian keperawatan
merupakan tahap awal atau dasar dari proses keperawatan dan merupakan proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan pasien (Marpaung, 2019).
a. Pengertian Primer (Primery Survay :ABCDE)
1) Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat
kelemahan reflek batuk, jika ada obstruksi maka lakukan:
a) Chin lift/jaw trust.
b) Suction/hisap.
c) Guedel airway.
d) Intubasi trakhea dengan leher ditahan (imobilisasi) pada posisi netral.
2) Breathing
Kelemahan menelan/batuk/melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan
yang sulit dan/ atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi/aspirasi,
whezing, sonor,stridor/ngorok,ekspansi dinding dada.
3) Circulation
TD dapat normal atau meningkat,hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi,
bunyi jantung normal pada tahap dini, distrimia, kulit dn membran mukosa
pucat, dingin,sianosis pada tahap lanjut.
4) Disability
Menilai kesadaran dengan cepat, apakah sadar, hanya respon terhadap nyeri
atau sama sekali tidak sadar, tidak menganjurkan mengukur GCS. Adapun cara
yang cukup jelas dan cepat adalah:
A : awake
V: respon bicara
P : respon nyeri
U : tidak ada respon
b. Pengkajian Sekunder (Pemeriksaan fisik,Pemeriksaan Diagnostik)
1) Identitas
Nama, umur, suku/bangsa, agama, alamat, pendidikan, pekerjaan.
2) Riwayat kesehatan sekarang
a. Sumber kecelakaan.
b. Sumber panas atau penyebab yang berbahaya
c. Faktor yang mungkin berpengaruh seperti alkohol, obat-obatan.
d. Keadaan fisik sekitar luka.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Pasien memiliki penyakit keturunan atau tidak seperti (DM, gagal jantung,
sirosishepatis, gangguan pernafasan).
4) Pemeriksaan fisik
a. Aktifitas atau istirahat
Gejala : merasa lemah.
Tanda : perubahan kesadaran, penurnan kekuatan tahanan keterebatasan
rentang gerak, perubahan aktifitas.
b. Sirkulasi
Gejala : perubahan tekanan darah/normal.
Tanda : perubahan frekuensi jantung takikardi atau bradikardi.
c. Integritas ego
Gejala : perubahan tingkah laku dan kepribadian.
Tanda : ketakutan, cemas, gelisah
d. Eliminasi
Gejala : Konstipasi, retensi urin.
e. Nerosensori
Gejala : vertigo, tiitus, baal pada ekstremitas, kesemutan nyeri.
Tanda : sangat sensitif terhadap sentuhan dan gerakan, pusing, nyeri pada
daerah cidera, kemerahan.
f. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri pada daerah luka bila disentuh atau ditekan.
Tanda : wajah meringis, respon menarik pada rangsangan nyeri yang hebat,
gelisah, tidak bisa tidur, kulit nyeri panas, luka warna kemerahan, bau, dan
edema.
BAB IV
STUDI KASUS
mengalami lecet dan luka terbuka pada tangan dan kaki nya
2. Riwayat Kesehatan sekarang : Pasien datang ke IGD RSUD pada 12 november 2022
pukul 09.30 WIB dengan rekan pasien .pasien mengatakan
mengalami kecelakaan saat hendak menyebrang karena
tidak melihat ada pengendara lain yang sudah memasang
lampu sen untuk belok. Pasien mengalami luka lecet pada
pada tangan dan kakinya, serta mengalami luka terbuka
pada jari kelingking tangan kiri pasien .
3. Riwayat Kesehatan masalalu : Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat masalalu
4. Riwayat Kesehatan keluarga : Pasien mengatakan tidak ada Riwayat Keluarga
1.4 TRIAGE :
P1 P2 P3
P3 P4
Airway
Breathing
Disability
Penilaian PQRST :
- P (Provokatif ) : post KLL
- Q (qualiti ) : Nyeri terasa panas dan perih
- R (radiation ) : Nyeri pada jari kelingking tangan kiri
- S (severity) : Skala nyeri yang dirasakan klien yaitu 8
- T (Time ) : Nyeri terus menerus
DS :
Pengkajian Nyeri :
P = post KLL
Q = terasa panas
R = jari kelingking tangan kir
Sabtu , 12 No Agen penced
1. i Nyeri akut
vember 2022 era fisik
S = skala 8
T = terus – menerus
DO :
DO :
TTV :
- TD 140/96 mmhg
- N 109 x/menit
- RR 22 x/mnt
- S 36.8°C
- SpO2 99%
Tingkat kesadaran :
Composmentis (E4 M6 V5)
Luas luka : VL = 5 x 4 x 0,2 c
m dan VE = 4 x 6 x 0,1 cm
1) Nyeri Akut berhubungan dengan Agen pencedera fisik (Luka Post KLL) (D.0077)
2) Gangguan Integritas Kulit/ Jaringan berhubungan dengan Kecelakaan (D.0129)
1.10Intervensi keperawatan
Diagnosa Keperawat
Tujuan Intervensi
an
Manajemen Nyeri :
Perawatan Luka :
Gangguan Integritas K Setelah dilakukan tindakan kep
ulit/ Jaringan berhubu erawatan selama 1x3 jam dihar 1. Bersihkan dengan mengg
ngan dengan Kecelaka apkan penyembuhan luka dapat unakan kassa steril dan c
an membaik dengan 3 Indikator y airan NaCl
ang diambil yaitu : 2. Lakukan hecting
3. Pasang balutan kembali
1. Luka tampak bersih
2. Tampak tidak ada rembesan pada luka
pada balutan luka 4. Ajarkan cara perawatan l
3. Tidak ada terjadinya infeksi uka secara mandiri pada
pada luka klien
5. Kolaborasi pemberian an
tibiotic sesuai advise dok
ter
1.11 Implementasi
Tanggal / Masalah Kepe
Implementasi Keperawatan Respon TTD
jam rawatan
12-11-22 Nyeri Akut Memberikan asam nefenamat DS : klien mengatakan Kel.1
09.40 berhubungan 1 tab sesuai advise dokter bersedia dilakukan
WIB dengan agen Tindakan
pencedera fisik DO : klien kooperatif
12-11-22 Memonitor efek samping DS : klien mengatakan Kel.1
10.00 pemberian analgetik nyerinya sudah
WIB berkurang, namun
masih terasa panas
DO : klien tampak
lebih rileks
12-11-22 Mengukur TTV Pasien DS : klien mengatakan Kel.1
10.05 bersedia dilakukan
WIB Tindakan
DO :
TD = 129/90 mmHg
N = 100x/ menit
RR = 20x/ menit
S = 36,5 °C
SpO2 = 98%
12-11-22 Mengidentifikasi lokasi, DS : Pengkajian Nyeri Kel.1
10.15 karakteristik, durasi, P = post KLL
WIB frekuensi, kualitas, intensitas Q = terasa panas
nyeri dan skala nyeri R = jari kelingking
tangan kiri
S = skala 3
T = terus – menerus
DO : klien tampak
lebih rileks
12-11-22 Menganjurkan teknik DS : klien mengatakan Kel.1
10.20 nonfarmakologis Teknik sudah paham cara
WIB relaksasi nafas dalam untuk melakukan Teknik
mengurangi rasa nyeri relaksasi nafas dalam
DO :klien tampak bisa
mempraktekan kembali
Teknik relaksasi nafas
dalam
12-11-22 Gangguan Bersihkan dengan DS : klien mengatakan Kel.1
10.30 Integritas menggunakan kassa steril dan bersedia dilakukan
WIB Kulit/ Jaringan cairan NaCl tindakan
berhubungan DO : klien tampak
dengan lebih gelisah
Kecelakaan
12-11-22 Melakukan hecting dan DS : klien mengatakan Kel.1
10.35 perawatan luka bersedia dilakukan
WIB Tindakan dan berharap
mendapatkan tindakan
medis yang terbaik.
DO : klien tampak
gelisah
12-11-22 Pasang balutan kembali pada DS : klien mengatakan Kel.1
10.40 luka bersedia dilakukan
WIB tindakan
DO : klien kooperatif
12-11-22 Ajarkan cara perawatan luka DS : klien mengatakan Kel.1
10.50 secara mandiri pada klien paham apa yang
WIB diajarkan
DO : klien dapat
menjelaskan kembali
12-11-22 Kolaborasi pemberian DS : klien mengatakan Kel.1
10.55 antibiotic clindamycin 1 tab bersedia dilakukan
WIB sesuai advise dokter tindakan
DO : klien kooperatif
1.12 Evaluasi
Hari/tanggal Dx Evaluasi
12-11-22 Nyeri Akut S =
11.50 WIB berhubunga - klien mengatakan nyerinya sudah berkurang, namun
n dengan masih terasa panas
agen - Pengkajian Nyeri
pencedera P = post KLL
fisik Q = terasa panas
R = jari kelingking tangan kiri
S = skala 3
T = terus – menerus
- klien mengatakan sudah paham cara melakukan
Teknik relaksasi nafas dalam
O=
- klien tampak lebih rileks
- Hasil pemeriksaan TTV
TD = 129/90 mmHg
N = 100x/ menit
RR = 20x/ menit
S = 36,5 °C
SpO2 = 98%
- klien tampak bisa mempraktekan kembali Teknik
relaksasi nafas dalam
A = masalah keperawatan teratasi
P = intervensi dihentikan
12-11-22 Gangguan S=
11.30 WIB Integritas - klien mengatakan bersedia dilakukan Tindakan dan
Kulit/ berharap mendapatkan tindakan medis yang terbaik
Jaringan - klien mengatakan paham cara perawatan luka yang
berhubunga telah diajarkan
n dengan O = luka sudah dilakukan hetting dan sudah dibalut
Kecelakaan - Klien kooperatif
- Klien tampak lebih rileks
A = masalah keperawatan teratasi
P = intervensi dihentikan
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini, kelompok akan menguraikan perbandingan antara teori dan praktek serta
analisa faktor-faktor penghambat atau mendukung yang disertai dengan alternative pemecahan
masalah pada pasien asuhan keperawatan Tn.J dengan diagnose VULNUS LASERASI. Berikut
adalah pembahasannya :
5.1 pengkajian keperawatan
Pengkajian keperawatan yang dilakukan pada kasus vulnus laserasi mengacu pada
format yang ada pada asuhan keperawatan secara teori. Pada pengkajian ini dijelaskan
semua data yang didapatkan pada klien yang mengalami. Beriku ini merupakan
pembahasan secara singkat mengenai pengkajian keperawatan yang dilakukan
perawat pada Tn.J dengan kasus vulnus laserasi :
1. dentitas pasien (nama, tempat / tanggal lahir, umur, jenis kelamin, agama, suku /
bangsa, alamat, tanggal masuk RS, nomor rekam medis, dan diagnosa medis).
2. Identitas penanggungjawab (nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, dan
hubungan dengan pasien).
3. Riwayat kesehatan (keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit
keluarga, riwayat alergi, riwayat antenatal, natal, dan postnatal, riwayat
pertumbuhan dan perkembangan, riwayat kesehatan keluarga, riwayat imunisasi,
genogram, pengkajian kebutuhan dasar berdasarkan pola handerson, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Secara umum, data focus yang ditemukan pada kasus asuhan keperawatan yang diangkat
tidak jauh berbeda dengan data focus pada asuhan keperawatan secara teori yang ada.
5.2 Diagnosa Keperawatan
Hasil analisa dari data kasus Tn.J yang terdiagnosa Vulnus Laserasi dalam
penegakkan diagnosa keperawatan menggunakan (SDKI, 2017) yang digunakan
sebagai literatur dalam menegakkan diagnosa keperawatan. Terdapat 2 diagnosa
prioritas yang ditegakkan pada kasus tersebut, yakni :
a. Nyeri Akut (D.0077) berhubungan dengan Agen pencedera fisik (Post KKL).
b. Gangguan Integritas Kulit/ Jaringan berhubungan dengan Kecelakaan (D.0129)
1.1 Kesimpulan
Berdasarkan tinjauan teori, tinjauan kasus, dan pembahasan dapata diambil kesimpulan
sebagai berikut:
Setelah melakukan asuhan keperawatan Tn.J selama satu hari dan melakukan pengkajian
kembali baik secara teoritis maupun secara tinjauan kasus didapatkan kesimpulan sebagai
berikut:
1. Pada pengkajian umum ditemukan beberapa tanda dan gejala . Keluhan yang dirasakan
Tn.J yaitu mengalami luka lecet pada kaki dan jari kelingkingnya tangan kiri terasa panas
seperti terbakar sehingga Tn.J kesulitan saat beraktivitas .
2. Setelah dilakukan pengkajian dan ditemukan diagnose yang muncul yaitu :
a. Nyeri Akut (D.0077) berhubungan dengan Agen pencedera fisik (Post KKL).
b. Gangguan Integritas Kulit/ Jaringan berhubungan dengan Kecelakaan (D.0129)
3. Intervensi yang didapatkan :
a. Manajemen Nyeri (I.08238)
b. Perawatan Luka (I.14565)
4. Setelah melakukan rencana keperawatan berdasarkan hasil landasan teori. Kelompok
melakukan implementasi. Semua dilaksanakan sesuai dengan intervensi dan prosedur
yang sudah dibuat. Keluarga pasien dan pasien yang kooperatif, serta adanya kerjasama
dengan perawat ruangan dan tim dalam memberikan asuhan keperawatan, sehingga tidak
ditemukan hambatan dalam melakukan implementasi.
5. Tahap akhir dari pemenuhan kebutuhan dasar, yaitu evaluasi keperawatan. Diagnose
yang kelompok temukan pada pasien, semua diagnose tersebut sudah teratasi. Setelah itu
rencana yang kelompok susun selanjutnya adalah mempertahankan intervensi
keperawatan yang telah ada.
1.2 Saran
Setelah kami melakukan studi kasus, kami mengalami beberapa hambatan dalam
penulisan ini. Namun, dengan bantuan dari berbagai pihak kelompok mampu
menyelesaikan makalah asuhan keperawatan dengan kasus KKL ini dengan tepat waktu.
Dalam memberikan asuhan keperawatan sebaiknya perawat perlu menguasai tehnik
komunikasi, sehingga dapat diperoleh data yang akurat dari pasien maupun anggota
keluarga dan semua implementasi dari rencana keperawatan yang ada dapat berjalan
dengan baik dan lancer sesuai dengan masalah.
Asuhan keperawatan yang telah dilakukan serta kerjasama antara tim kesehatan
yang terjalin dengan baik hendaknya dipertahankan dan lebih ditingkatkan untuk
mendapatkan hasil yang optimal. Perawat perlu meningkatkan kualitas dan kuantitas
dalam pemberian asuhan keperawatan. Diharapakan perawat dapat terus menggali ilmu
pengetahuan untuk menambah wawasan dan keterampilan sebagai perawat professional.
DAFTAR PUSTAKA