Anda di halaman 1dari 22

TUGAS KELOMPOK

“Makalah Pasien Dengan Diagnosa VULNUS LASERASI

Di Ruang IGD RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Semarang”

(Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Keperawatan Gawat Darurat)

Dosen Pembimbing :

Disusun oleh :

Kelompok 1 (IGD)

1. Dini Listianingsih (1907015)

2. Feby Indhika Putri (1907024)

3. Jessika Aizya Rachim (1907033)

4. Risma Budi Rahayu (1907049)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN BISNIS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG

2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kulit merupakan organ terbesar penyusun tubuh manusia yang memiliki berbagai
fungsi penting, antara lain sebagai pengatur keluar masuknya air, pengatur suhu,
pelindung terhadap radiasi ultraviolet, mikroorganisme, bahan beracun, dan benturan
fisik, serta sebagai indra peraba. Ketika kulit mengalami luka, yaitu kerusakan atau
gangguan pada struktur anatomi kulit, maka kulit tidak dapat berfungsi dengan baik
sehingga sangat penting untuk mengembalikan integritasnya sesegera mungkin (Febriani,
2015)
Angka tingkat kejadian cedera benda tumbul maupun tajam seperti lecet, memar,
luka terbuka atau vulnus laceratum yaitu terbukanya atau terputusnya anggota tubuh bisa
dialami oleh setiap usia. Bahkan, angka kecenderungan cedera akan meningkat pada ada
usia muda, berkurang seiring bertambahnya usia. Berikut adalah kelompok jenis umur
yang dicurigai kejadian paling banyak memiliki proporsi tertinggi untuk luka pada
anggota tubuh, jenis luka lepuh atau memar terkait usia 0-13 tahun,. luka terbuka atau
robekan usia 14-30 tahun, patah tulang di atas 75 tahun, patah tulang 65-74 tahun, yaitu
keseleo, usia kerja 25-54 tahun yaitu anggota tubuh terputus, cedera mata usia 35-64,
gegar otak usia 65-74, dan jenis cedera lain usia 75 tahun ((Suwahyu, 2021).
Vulnus atau luka adalah terputusnya kontinuitas jaringan yang mengganggu proses
normalnya jaringan disertai dengan kehilangan substansi jaringan. Berdasarkan penyebab
vulnus, pravelensi data terbanyak pada jenis luka vulnus yaitu ekskoriasi atau luka lecet
(24%), vulnus scissum atau luka sayat (15%), vulnus laceratum atau luka robek (18%),
vulnus punctum atau luka tusuk (12%), vulnus morsum atau luka karena gigitan binatang
(16%), vulnus combustion atau luka bakar (15%) (Budi, 2017).
1.2 BATASAN MASALAH
Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada Asuhan Keperawatan Pada Pasien Vulnus
laceratum DI RSUD WONGSONEGORO
1.3 RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian dari Vulnus Laserasi?


2. Bagaimana penyebab Vulnus Laserasi?
3. Bagaimana cara penanganan Vulnus Laserasi?
4. Apa tanda dan gejala Vulnus Laserasi?
1.4 TUJUAN
Adapun tujuan penulisannya adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian Vulnus Laserasi?
2. Untuk mengethui tanda dan gejala Vulnus Laserasi?
3. Untuk mengetahui cara penanganan Vulnus Laserasi?
BAB II
TINJAUAN TEORI

1.1 VULNUS LASERASI

1.1.1 Pengertian Vulnus Laserasi


Luka merupakan keadaan struktur anatomi jaringan tubuh yang terputus.
Bentuk luka bermacam-macam, terdapat bentuk sederhana seperti kerusakan pada
epitel kulit dan bentuk kerusakan yang dalam seperti jaringan subkutis, lemak, dan
otot bahkan tulang beserta strukturnya yaitu tendon, syaraf, dan pembuluh darah
sebagai dari bentuk akibat trauma dan ruda paksa (Velna, 2014).
Vulnus laceratum atau laserasi adalah luka terbuka yang terdiri dari akibat
kekerasan tumpul yang kuat sehingga melampaui elastisitas kulit atau otot (Mansjoer,
2013).
Luka robek atau vulnus laceratum merupakan luka dengan tepi yang
bergerigi, tidak teratur, seperti luka yang disebabkan oleh kaca atau goresan kawat.
Biasanya perdarahan lebih sedikit karena mudah terbentuk cincin trombosis akibat
pembuluh darah yang hancur (Suriadi, 2016).
1.1.2 Etiologi Vulnus Laserasi

Vulnus laceratum atau laserasi dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya:
1. Alat tumpul
2. Jatuh ke benda tajam dan keras
3. Kecelakaan lalu lintas dan kereta api
4. Kecelakaan akibat kuku dan gigitan
5. Zat-zat kimia
6. Radiasi
7. Sengatan listrik
(Mansjoer, 2013)
1.1.3 Patofisiologi Vulnus Laserasi

Vulnus laceratum atau laserasi terjadi akibat kekerasan benda tumpul,


goresan, jatuh, kecelakaan sehingga kontinuinitas jaringan terputus. Pada umumnya
respon tubuh terhadap trauma akan terjadi proses peradangan atau inflamasi. Reaksi
peradangan akan terjadi apabila jaringan terputus. Dalam keadaan ini ada
peluang besar timbulnya infeksi yang sangat hebat. Penyebabnya cepat yang
disebabkan oleh mikroorganisme yang biasanya tidak berbahaya. Reaksi
peradangan itu sebenarnya adalah peristiwa yang dikoordinasikan dengan baik yang
dinamis dan kontiyu untuk menimbulkan reaksi peradangan maka jaringan harus
hidup dan harus di mikrosekulasi fungsional. Jika jaringan yang nekrosis luas maka
reaksi peradangan tak di temukan di tengah jaringan yang hidup dengan sirkulasi yang
utuh terjadi pada tepinya antara jaringan mati dan hidup.
Nyeri timbul karena kulit mengalami luka infeksi sehingga terjadi kerusakan
jaringan sel-sel yang rusak akan membentuk zat kimia sehingga akan menurunkan
ambang stimulus terhadap reseptormekano sensitive dan hemosensitif. Apabila nyeri
diatas hal ini dapat mengakibatkan gangguan rasa nyaman nyeri yang berlanjut
istirahat atau tidur terganggu dan terjadi ketertiban gerak.
1.1.4 Klasifikasi
1.1.5 Manifestasi Klinis
Menurut (Mansjoer, 2013) manifestasi klinis vulnus laseratum atau adalah:
1. Luka tidak teratur
2. Jaringan rusak
3. Bengkak
4. Perdarahan.
5. Akar rambut tampak hancur atau tercabut bila kekerasannya didaerah rambut
6. Tampak lecet atau memar disetiap luka.

1.1.6 Pathways

Resiko syok
1.1.7 Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul pada luka robek adalah infeksi bakteri. Luka robek
dapat terinfeksi bakteri terutama bila luka diakibatkan benda yang kotor. Beberapa
gejala dan tanda apabila luka sudah terinfeksi adalah:
 Luka tampak kemerahan
 Nyeri dirasa meningkat atau semakin berat
 Keluar nanah dari luka
 Area luka tampak hangat dan bengkak
Selain itu, komplikasi lain yang dapat muncul dari luka robek yaitu:
 Masukkan benda asing ke dalam area luka
 Kerusakan otot tendon
 Kerusakan saraf
 Tidak menutupnya jaringan pada luka robek
Komplikasi bisa muncul pada luka robek jika luka yang terjadi cukup dalam dan luas.
Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan dengan hati-hati dan cermat agar
komplikasi yang bisa terjadi dapat dikenali sejak dini dan diobati dengan tepat,
sehingga kualitas hidup pasien dapat menjadi lebih baik.

1.1.8 Pemeriksaan Penunjang


 Pemeriksaan diagnostik yang perlu di lakukan terutama jenis darah
lengkap.tujuanya untuk mengetahui tentang in-eksi yang terjadi.pemeriksaannya
melalui laboratorium.
 Sel-sel
darah putih.leukosit dapat terjadi kecenderungan dengan kehilangan sel padalesi
luka dan respon terhadap proses infeksi
 Hitung darah lengkap.hematokrit mungkin tinggi atau lengkap.
 Laju endap darah (LED) menunjukkan karakteristik infeksi
 Gula darah random memberikan petunjuk terhadap penyakit deabetus mellitus

1.1.9 Penatalaksanaan
1.1.9.1 Penatalaksanaan Keperawatan
Dalam manajemen perawatan luka ada beberapa tahap yang dilakukan yaitu evaluasi
luka, tindakan antiseptic, pembersihan luka, penjahitan luka, penutupan luka.
a. Evaluasi luka meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik (lokasi dan
eksplorasi).
b. Tindakan antiseptic, prinsipnya untuk mensucikan akan kulit. Untuk
melakukan pencucian/pembersihan luka biasanya digunakan cairan atau
larutan antispetik seperti :
1) Alcohol, sifatnya bakterisida kuat dan cepat (efektif).
2) Halogen dan senyawanya
3) Yodium merupakan antiseptic yang sangat kuat, berspektrum luas dan
dalam konsentrasi 2% membunuh spora dalam 2-3 jam.
4) Povidin Yodium (betadine, septadine dan isodine) merupakan
kompleks yodium dengan polyvinylpirrolidone yang tidak
merangsang, mudah dicuci karena larut dalam air dan stabil karena
tidak menguap.
5) Yodofom, sudah jarang digunakan. Penggunaan biasanya untuk
antiseptic borok.
6) Klorhesidin (Hibiscrub, savlon, hibitine) merupakan senyawa
biguanid dengan sifat bakterisid dang fungisid, tidak berwarna, mudah
larut dalam air, tidak merangsang kulit dan mukosa, dan baunya tidak
menusuk hidung.
Dalam proses pencucian/pembersihan luka yang perlu diperhatikan
adalah pemilihan cairan pencuci dan teknik pencucian luka. Pengunaan
cairan pencuci yang tidak tepat akan menghambat pertumbuhan
jaringan sehingga memperlama waktu rawat dan biaya perawatan.
(Firdayanti, 2016).
c. Penjahitan Luka
Luka bersih diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur kurang dari 8
jam boleh dijahit primer, sedangakn luka yang terkontaminasi berat dana
tau tidak berbatas tegas sebaiknya dibiarkan sembuh persekundam atau
pertertiam.
d. Penutupan Luka
Adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang baik pad luka sehingga
proses oenyembuhan berlangsung optimal.
BAB III
TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

Dalam memberikan layanan kesehatan, perawat harus berpedoman pada tahapan yang
terdapat pada proses asuhan keperawatan sehingga layanan yang diberikan dapat
meningkatkan derajat kesehatan pasien. Salah satu tahap yang ada pada proses asuhan
keperawatan adalah pengkajian keperawatan yang merupakan tahap awal untuk pengumpulan
data mengenai status / kondisi kesehatan pasien yang akan ditangani. Pengkajian keperawatan
merupakan tahap awal atau dasar dari proses keperawatan dan merupakan proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan pasien (Marpaung, 2019).
a. Pengertian Primer (Primery Survay :ABCDE)
1) Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat
kelemahan reflek batuk, jika ada obstruksi maka lakukan:
a) Chin lift/jaw trust.
b) Suction/hisap.
c) Guedel airway.
d) Intubasi trakhea dengan leher ditahan (imobilisasi) pada posisi netral.
2) Breathing
Kelemahan menelan/batuk/melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan
yang sulit dan/ atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi/aspirasi,
whezing, sonor,stridor/ngorok,ekspansi dinding dada.
3) Circulation
TD dapat normal atau meningkat,hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi,
bunyi jantung normal pada tahap dini, distrimia, kulit dn membran mukosa
pucat, dingin,sianosis pada tahap lanjut.
4) Disability
Menilai kesadaran dengan cepat, apakah sadar, hanya respon terhadap nyeri
atau sama sekali tidak sadar, tidak menganjurkan mengukur GCS. Adapun cara
yang cukup jelas dan cepat adalah:
A : awake
V: respon bicara
P : respon nyeri
U : tidak ada respon
b. Pengkajian Sekunder (Pemeriksaan fisik,Pemeriksaan Diagnostik)
1) Identitas
Nama, umur, suku/bangsa, agama, alamat, pendidikan, pekerjaan.
2) Riwayat kesehatan sekarang
a. Sumber kecelakaan.
b. Sumber panas atau penyebab yang berbahaya
c. Faktor yang mungkin berpengaruh seperti alkohol, obat-obatan.
d. Keadaan fisik sekitar luka.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Pasien memiliki penyakit keturunan atau tidak seperti (DM, gagal jantung,
sirosishepatis, gangguan pernafasan).
4) Pemeriksaan fisik
a. Aktifitas atau istirahat
Gejala : merasa lemah.
Tanda : perubahan kesadaran, penurnan kekuatan tahanan keterebatasan
rentang gerak, perubahan aktifitas.
b. Sirkulasi
Gejala : perubahan tekanan darah/normal.
Tanda : perubahan frekuensi jantung takikardi atau bradikardi.
c. Integritas ego
Gejala : perubahan tingkah laku dan kepribadian.
Tanda : ketakutan, cemas, gelisah
d. Eliminasi
Gejala : Konstipasi, retensi urin.
e. Nerosensori
Gejala : vertigo, tiitus, baal pada ekstremitas, kesemutan nyeri.
Tanda : sangat sensitif terhadap sentuhan dan gerakan, pusing, nyeri pada
daerah cidera, kemerahan.
f. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri pada daerah luka bila disentuh atau ditekan.
Tanda : wajah meringis, respon menarik pada rangsangan nyeri yang hebat,
gelisah, tidak bisa tidur, kulit nyeri panas, luka warna kemerahan, bau, dan
edema.
BAB IV
STUDI KASUS

1.1 Pengkajian Keperawatan

Hari / tanggal : Sabtu , 12 November 2022

Jam : 09.30 WIB

Oleh : Kelompok 1 IGD


1. Identitas Pasien
Nama : Tn.J
Umur : 65 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku / bangsa : Jawa / Indonesia
Alamat : Tambak mulyo
Tanggal masuk RS : 12 November 2022
No. RM : 000567547
Diagnosa Medis : VULNUS LASERASI
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny.S
Umur : 30 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Karyawan swasta
Alamat : Tambak mulyo
Hub. dengan pasien : Anak kandung pasien

1.2 Riwayat Kesehatan

1. Keluhan utama : Pasien mengatakan mengalami kecelakaan lalu lintas dan

mengalami lecet dan luka terbuka pada tangan dan kaki nya

2. Riwayat Kesehatan sekarang : Pasien datang ke IGD RSUD pada 12 november 2022
pukul 09.30 WIB dengan rekan pasien .pasien mengatakan
mengalami kecelakaan saat hendak menyebrang karena
tidak melihat ada pengendara lain yang sudah memasang
lampu sen untuk belok. Pasien mengalami luka lecet pada
pada tangan dan kakinya, serta mengalami luka terbuka
pada jari kelingking tangan kiri pasien .
3. Riwayat Kesehatan masalalu : Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat masalalu
4. Riwayat Kesehatan keluarga : Pasien mengatakan tidak ada Riwayat Keluarga

5. Riwayat alergi : Pasien mengatakan tidak ada alergi minuman maupun


obat-obatan

1.3 INITIAL SURVEY :


A (alertness)
V (verbal)
P (pain)
U (unrespons)

1.4 TRIAGE :

P1 P2 P3
P3 P4

1.5 Pengkajian Primer

Airway

- Keadaan jalan nafas : Paten


- Tingkat kesadaran : Composmentis (E4 M6 V5)
- Pernafasan : Spontan
- Upaya bernafas : Ada
- Benda asing di jalan nafas : Tidak ada (clear)
- Bunyi nafas : Vesikuler
- Hembusan nafas : Ada

Breathing

- Frekwensi Pernafasan : 22 x/menit


- Retraksi Otot bantu nafas : Tidak ada
- Kelainan dinding thoraks : Tidak ada kelainan, pergerakan dinding thorax simetris
- Bunyi nafas : Vesikuler
Circulation Keadaan sirkulasi

- Tingkat kesadaran : Composmentis (E4 V5 M6)


- Perdarahan (internal/eksternal) : Tidak ada pendarahan
- Kapilari Refill : <2 detik
- Tekanan darah : 160/87 mmHg
- Nadi radial/carotis : 95 x/menit
- Akral perifer : Hangat
- Warna kulit : Sawo matang

Disability

- Pemeriksaan Neurologis : GCS : (E4 V5 M6)


- Reflex fisiologis : Tidak terganggu
- Reflex patologis : Tidak ada

1.6 Pengkajian Sekunder

1. Riwayat kesehatan dahulu :


Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit darah tinggi atau hipertensi
2. Riwayat kesehatan sekarang :
Pasien mengatakan kesakitan pada dibagian lukanya
Tekanan darah : 160/87 mmHg
Nadi radial/carotis : 95 x/menit
Akral perifer : Hangat
3. Riwayat kesehatan keluarga :
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat keluarga

1.7 Pengkajian nyeri

Penilaian PQRST :
- P (Provokatif ) : post KLL
- Q (qualiti ) : Nyeri terasa panas dan perih
- R (radiation ) : Nyeri pada jari kelingking tangan kiri
- S (severity) : Skala nyeri yang dirasakan klien yaitu 8
- T (Time ) : Nyeri terus menerus

1.8 Analisa data

DX Hari/Tanggal Data Problem Etiologi

DS :

Pengkajian Nyeri :

 P = post KLL
 Q = terasa panas
 R = jari kelingking tangan kir
Sabtu , 12 No Agen penced
1. i Nyeri akut
vember 2022 era fisik
 S = skala 8
 T = terus – menerus

DO :

- Klien tampak meringis menah


an sakit
2. Sabtu , 12 No DS : Gangguan Int Kecelakaan
vember 2022 egritas Kulit/
Klien mengatakan mengalam Jaringan
i kecelakaan saat hendak men
yebrang karena tidak melihat
ada pengendara lain yang sud
ah memasang lampu sen untu
k belok. Klien mengalami lu
ka lecet pada pada tangan da
n kakinya, serta mengalami l
uka terbuka pada jari kelingki
ng tangan kiri klien..

DO :

Keadaan umum : baik

TTV :
- TD 140/96 mmhg
- N 109 x/menit
- RR 22 x/mnt
- S 36.8°C
- SpO2 99%
Tingkat kesadaran :
Composmentis (E4 M6 V5)
Luas luka : VL = 5 x 4 x 0,2 c
m dan VE = 4 x 6 x 0,1 cm

1.9 Diagnosa keperawatan

1) Nyeri Akut berhubungan dengan Agen pencedera fisik (Luka Post KLL) (D.0077)
2) Gangguan Integritas Kulit/ Jaringan berhubungan dengan Kecelakaan (D.0129)

1.10Intervensi keperawatan
Diagnosa Keperawat
Tujuan Intervensi
an
Manajemen Nyeri :

Setelah dilakukan tindakan kep 1. Identifikasi lokasi, karakt


erawatan selama 1x2 jam dihar eristik, durasi, frekuensi,
apkan perawatan pasien akan kualitas, intensitas nyeri d
menunjukan outcomes : Nyeri an skala nyeri
Nyeri Akut berhubung
Akut : Tingkat Nyeri (L.0806 2. Monitor efek samping pe
an dengan Agen pence
6) dapat teratasi dengan 3 indik mberian analgetik
dera fisik (Luka Post
ator yang diambil yaitu : 3. Ukur TTV Pasien
KLL)
4. Anjurkan teknik nonfarm
1. Keluhan nyeri menurun. akologis Teknik relaksasi
2. Wajah pasien tampak tidak nafas dalam untuk mengu
meringis rangi rasa nyeri
3. Tekanan darah membaik

Perawatan Luka :
Gangguan Integritas K Setelah dilakukan tindakan kep
ulit/ Jaringan berhubu erawatan selama 1x3 jam dihar 1. Bersihkan dengan mengg
ngan dengan Kecelaka apkan penyembuhan luka dapat unakan kassa steril dan c
an membaik dengan 3 Indikator y airan NaCl
ang diambil yaitu : 2. Lakukan hecting
3. Pasang balutan kembali
1. Luka tampak bersih
2. Tampak tidak ada rembesan pada luka
pada balutan luka 4. Ajarkan cara perawatan l
3. Tidak ada terjadinya infeksi uka secara mandiri pada
pada luka klien
5. Kolaborasi pemberian an
tibiotic sesuai advise dok
ter

1.11 Implementasi
Tanggal / Masalah Kepe
Implementasi Keperawatan Respon TTD
jam rawatan
12-11-22 Nyeri Akut Memberikan asam nefenamat DS : klien mengatakan Kel.1
09.40 berhubungan 1 tab sesuai advise dokter bersedia dilakukan
WIB dengan agen Tindakan
pencedera fisik DO : klien kooperatif
12-11-22 Memonitor efek samping DS : klien mengatakan Kel.1
10.00 pemberian analgetik nyerinya sudah
WIB berkurang, namun
masih terasa panas
DO : klien tampak
lebih rileks
12-11-22 Mengukur TTV Pasien DS : klien mengatakan Kel.1
10.05 bersedia dilakukan
WIB Tindakan
DO :
TD = 129/90 mmHg
N = 100x/ menit
RR = 20x/ menit
S = 36,5 °C
SpO2 = 98%
12-11-22 Mengidentifikasi lokasi, DS : Pengkajian Nyeri Kel.1
10.15 karakteristik, durasi,  P = post KLL
WIB frekuensi, kualitas, intensitas  Q = terasa panas
nyeri dan skala nyeri  R = jari kelingking
tangan kiri
 S = skala 3
 T = terus – menerus
DO : klien tampak
lebih rileks
12-11-22 Menganjurkan teknik DS : klien mengatakan Kel.1
10.20 nonfarmakologis Teknik sudah paham cara
WIB relaksasi nafas dalam untuk melakukan Teknik
mengurangi rasa nyeri relaksasi nafas dalam
DO :klien tampak bisa
mempraktekan kembali
Teknik relaksasi nafas
dalam
12-11-22 Gangguan Bersihkan dengan DS : klien mengatakan Kel.1
10.30 Integritas menggunakan kassa steril dan bersedia dilakukan
WIB Kulit/ Jaringan cairan NaCl tindakan
berhubungan DO : klien tampak
dengan lebih gelisah
Kecelakaan
12-11-22 Melakukan hecting dan DS : klien mengatakan Kel.1
10.35 perawatan luka bersedia dilakukan
WIB Tindakan dan berharap
mendapatkan tindakan
medis yang terbaik.
DO : klien tampak
gelisah
12-11-22 Pasang balutan kembali pada DS : klien mengatakan Kel.1
10.40 luka bersedia dilakukan
WIB tindakan
DO : klien kooperatif
12-11-22 Ajarkan cara perawatan luka DS : klien mengatakan Kel.1
10.50 secara mandiri pada klien paham apa yang
WIB diajarkan
DO : klien dapat
menjelaskan kembali
12-11-22 Kolaborasi pemberian DS : klien mengatakan Kel.1
10.55 antibiotic clindamycin 1 tab bersedia dilakukan
WIB sesuai advise dokter tindakan
DO : klien kooperatif
1.12 Evaluasi
Hari/tanggal Dx Evaluasi
12-11-22 Nyeri Akut S =
11.50 WIB berhubunga - klien mengatakan nyerinya sudah berkurang, namun
n dengan masih terasa panas
agen - Pengkajian Nyeri
pencedera  P = post KLL
fisik  Q = terasa panas
 R = jari kelingking tangan kiri
 S = skala 3
 T = terus – menerus
- klien mengatakan sudah paham cara melakukan
Teknik relaksasi nafas dalam
O=
- klien tampak lebih rileks
- Hasil pemeriksaan TTV
 TD = 129/90 mmHg
 N = 100x/ menit
 RR = 20x/ menit
 S = 36,5 °C
 SpO2 = 98%
- klien tampak bisa mempraktekan kembali Teknik
relaksasi nafas dalam
A = masalah keperawatan teratasi
P = intervensi dihentikan
12-11-22 Gangguan S=
11.30 WIB Integritas - klien mengatakan bersedia dilakukan Tindakan dan
Kulit/ berharap mendapatkan tindakan medis yang terbaik
Jaringan - klien mengatakan paham cara perawatan luka yang
berhubunga telah diajarkan
n dengan O = luka sudah dilakukan hetting dan sudah dibalut
Kecelakaan - Klien kooperatif
- Klien tampak lebih rileks
A = masalah keperawatan teratasi
P = intervensi dihentikan

BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini, kelompok akan menguraikan perbandingan antara teori dan praktek serta
analisa faktor-faktor penghambat atau mendukung yang disertai dengan alternative pemecahan
masalah pada pasien asuhan keperawatan Tn.J dengan diagnose VULNUS LASERASI. Berikut
adalah pembahasannya :
5.1 pengkajian keperawatan
Pengkajian keperawatan yang dilakukan pada kasus vulnus laserasi mengacu pada
format yang ada pada asuhan keperawatan secara teori. Pada pengkajian ini dijelaskan
semua data yang didapatkan pada klien yang mengalami. Beriku ini merupakan
pembahasan secara singkat mengenai pengkajian keperawatan yang dilakukan
perawat pada Tn.J dengan kasus vulnus laserasi :
1. dentitas pasien (nama, tempat / tanggal lahir, umur, jenis kelamin, agama, suku /
bangsa, alamat, tanggal masuk RS, nomor rekam medis, dan diagnosa medis).
2. Identitas penanggungjawab (nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, dan
hubungan dengan pasien).
3. Riwayat kesehatan (keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit
keluarga, riwayat alergi, riwayat antenatal, natal, dan postnatal, riwayat
pertumbuhan dan perkembangan, riwayat kesehatan keluarga, riwayat imunisasi,
genogram, pengkajian kebutuhan dasar berdasarkan pola handerson, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Secara umum, data focus yang ditemukan pada kasus asuhan keperawatan yang diangkat
tidak jauh berbeda dengan data focus pada asuhan keperawatan secara teori yang ada.
5.2 Diagnosa Keperawatan
Hasil analisa dari data kasus Tn.J yang terdiagnosa Vulnus Laserasi dalam
penegakkan diagnosa keperawatan menggunakan (SDKI, 2017) yang digunakan
sebagai literatur dalam menegakkan diagnosa keperawatan. Terdapat 2 diagnosa
prioritas yang ditegakkan pada kasus tersebut, yakni :

a. Nyeri Akut (D.0077) berhubungan dengan Agen pencedera fisik (Post KKL).
b. Gangguan Integritas Kulit/ Jaringan berhubungan dengan Kecelakaan (D.0129)

5.3 Intervensi Keperawatan


Hasil analisa data pada kasus Tn.J dengan kasus vulnus laserasi dalam penyusunan
intervensi menggunakan (SIKI, 2018) dan (SLKI, 2019) yang digunakan sebagai
literatur dalam penyusunan intervensi keperawatan. Dari 4 diagnosa yang telah
ditegakkan, intervensi yang didapatkan yakni :
a. Manajemen Nyeri (I.08238)
b. Perawatan Luka (I.14565)
5.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap keempat setelah perencanaan keperawatan. Dalam
tahap ini, kelompok melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana tindakan yang
telah ditetapkan. Pelaksanaan keperawatan disesuaikan dengan memperhatikan
keadaan dan kondisi pasien saat itu. Pada tahap pelaksanaan keperawatan, kelompok
bekerja sama dengan pasien, keluarga, perawat, dan tim kesehatan yang sesuai
dengan rencana tindakan keperawatan.
1) Pada diagnose yang pertama yaitu nyeri akut kelompok melakukan
implementasi kepada pasien dengan melakukan mengidentifikasi lokasi, karak
teristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan skala nyeri. Penyebab
nyeri akut pada pasien Tn.J adalah karena berhubungan dengan Agen
pencedera fisik.
2) Pada diagnose yang kedua yaitu Gangguan Integritas Kulit/ Jaringan
kelompok melakukan implementasi kepada pasien dengan melakukan Membe
rsihkan dengan menggunakan kassa steril dan cairan NaCl,melakukan hecting
dan memasang balutan kembali pada luka dikarenakan berhubungan dengan
luka dari kejadian kecelakaan.
5.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang telah digunakan untuk
menentukan seberapa baik rencana keperawatan yang telah kelompok susun,
meninjau respons pasien dan luaran hasil yang telah ditetapkan. Dalam mengevaluasi
perkembangan pasien, kelompok menggunakan SOAP (Subyektif, Obyektif, Analisa,
dan Planning), sehingga dapat diketahui masalah yang teratasi, masalah teratasi
sebagian, masalah yang belum teratasi. Keberhasilan dari asuhan keperawatan bukan
hanya tergantung pada perawat dan tenaga kesehatan lainnya, melainkan dari
partisipasi pasien juga dukungan keluarga.
Dari hasil kelompok yang kami temukan pada diagnose pertama, keluarga pasien
mengatakan kondisi pasien berangsur-angsur pulih dengan pantauan. Dan pada saat
evaluasi tidak ditemukan masalah keperawatan lainnya.
Pada diagnosa yang kedua dan terakhir tidak ditemukan masalah keperawatan
lainnya, implementasi berjalan sesuai dengan prosedur. Saat ini kondisi pasien
berangsur-angsur kembali pulih
PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Berdasarkan tinjauan teori, tinjauan kasus, dan pembahasan dapata diambil kesimpulan
sebagai berikut:

Setelah melakukan asuhan keperawatan Tn.J selama satu hari dan melakukan pengkajian
kembali baik secara teoritis maupun secara tinjauan kasus didapatkan kesimpulan sebagai
berikut:
1. Pada pengkajian umum ditemukan beberapa tanda dan gejala . Keluhan yang dirasakan
Tn.J yaitu mengalami luka lecet pada kaki dan jari kelingkingnya tangan kiri terasa panas
seperti terbakar sehingga Tn.J kesulitan saat beraktivitas .
2. Setelah dilakukan pengkajian dan ditemukan diagnose yang muncul yaitu :

a. Nyeri Akut (D.0077) berhubungan dengan Agen pencedera fisik (Post KKL).
b. Gangguan Integritas Kulit/ Jaringan berhubungan dengan Kecelakaan (D.0129)
3. Intervensi yang didapatkan :
a. Manajemen Nyeri (I.08238)
b. Perawatan Luka (I.14565)
4. Setelah melakukan rencana keperawatan berdasarkan hasil landasan teori. Kelompok
melakukan implementasi. Semua dilaksanakan sesuai dengan intervensi dan prosedur
yang sudah dibuat. Keluarga pasien dan pasien yang kooperatif, serta adanya kerjasama
dengan perawat ruangan dan tim dalam memberikan asuhan keperawatan, sehingga tidak
ditemukan hambatan dalam melakukan implementasi.
5. Tahap akhir dari pemenuhan kebutuhan dasar, yaitu evaluasi keperawatan. Diagnose
yang kelompok temukan pada pasien, semua diagnose tersebut sudah teratasi. Setelah itu
rencana yang kelompok susun selanjutnya adalah mempertahankan intervensi
keperawatan yang telah ada.
1.2 Saran
Setelah kami melakukan studi kasus, kami mengalami beberapa hambatan dalam
penulisan ini. Namun, dengan bantuan dari berbagai pihak kelompok mampu
menyelesaikan makalah asuhan keperawatan dengan kasus KKL ini dengan tepat waktu.
Dalam memberikan asuhan keperawatan sebaiknya perawat perlu menguasai tehnik
komunikasi, sehingga dapat diperoleh data yang akurat dari pasien maupun anggota
keluarga dan semua implementasi dari rencana keperawatan yang ada dapat berjalan
dengan baik dan lancer sesuai dengan masalah.
Asuhan keperawatan yang telah dilakukan serta kerjasama antara tim kesehatan
yang terjalin dengan baik hendaknya dipertahankan dan lebih ditingkatkan untuk
mendapatkan hasil yang optimal. Perawat perlu meningkatkan kualitas dan kuantitas
dalam pemberian asuhan keperawatan. Diharapakan perawat dapat terus menggali ilmu
pengetahuan untuk menambah wawasan dan keterampilan sebagai perawat professional.
DAFTAR PUSTAKA

(Suwahyu. (2021, 4 7). Latar belakang vulnus laceratum. Retrieved from


http://repository.unmuhjember.ac.id/14789/3/3.%20Bab%20I.pdf
Budi. (2017). Definisi Vulnus . 58.
Eryani. (2018). Karya Tulis Ilmiah berjudul Keperawatan vulnus. 67.
Febriani. (2015, July 4). Perawatah Luka . Retrieved from
http://repository.wima.ac.id/id/eprint/8068/2/BAB%201.pdf
Firdayanti. (2016, April 4). Pengetahuan Kegawatdaruratan Trauma Dan Sikap Posdaya.
Retrieved from
https://stikespanakkukang.ac.id/assets/uploads/alumni/71e7396d64cd8fc80d58a823bea3a
05b.pdf
Mansjoer, A. (2013). ubungan Perawatan Luka dengan Proses Penyembuhan Luka pada Klien
Luka Robek (Vulnus Laceratum) di Ruangan Bedah RSI Ibnu Sina Bukit Tinggi Tahun
2013. 45.
Marpaung. (2019, Maret 7). Pelaksanaan Proses Pengkajian Keperawatan Pada Pasien Luka
Bakar. Retrieved from https://doi.org/10.31227/osf.io/bkw6z
Suriadi. (2016). Perawatan Luka. 32.
Velna. (2014). Definisi Luka . 78.

Anda mungkin juga menyukai