Klinis Gangguan
Fungsi Hati
Kelompok 3 Kelompok 3
Anisa farhana Putri novianty
Bonita dwi Setyowati Putri ramas pannida
Dea Pratami hidayah Regi trisna
Emeylda dian yamaika Septia wenila
Farashantika Sendy prima nugraha
Fazri Melia Sonata Senny mey pratiwi
Laili romadhon Sheren ariesta
Niki wahyu rohmatul asri Sherin lafeby
Nur wafiq azizah Silfa nurullita
Mia andini Weriska restu azhari
Farmakokinetik Klinik
Gangguan fungsi hati masih menjadi masalah kesehatan besar di negara maju
maupun di negara berkembang. Indonesia merupakan negara dalam peringkat
endemik tinggi mengenai penyakit hati (Depkes RI, 2007). Angka kejadian
kerusakan hati sangat tinggi, dimulai dari kerusakan yang tidak tetap namun dapat
berlangsung lama (Setiabudy, 1979). Salah satu penyebab kerusakan hati adalah
obat-obatan (Depkes RI, 2007). Obat yang dikatakan hepatotoksik adalah obat
yang dapat menginduksi kerusakan hati atau biasanya disebut drug induced liver
injury (Sonderup, 2006). Obat penginduksi kerusakan hati semakin diakui sebagai
penyebab terjadinya penyakit hati akut dan kronis (Isabel et al, 2008).
Patofisiologi dan
Manifetasi Klinik
Gangguan hati terutama hepatic cirrhosis, mengakibatkan berbagai
perubahan patofisiologi di dalam hati. Pertama, gangguan hati dapat mengakibatkan
perubahan farmakokinetika obat. Disamping itu, nodule abnormal (kelenjar dengan
dengan konsistensi padat dan dapat diketahui dengan meraba) dapat terbentuk pada
pasien cirrhosis. Selanjutnya pembentukan nodul ini mengakibatkan penurunan aliran
darah ke hati serta penurunan metabolisme obat. Perubahan fungsi hati dan
perkembangan penyakit cirrhosis bervariasi dari pasien yang satu dengan lainnya
tergantung kepada etiologi cirrhosis.
Kecepatan obat meninggalkan daerah vena merupakan hasil kali aliran darah (Q)
dengan konsentrasinya pada daerah vena (CV)
Kecepatan obat meninggalkan vena = Q .CV ………(2)
Kecepatan ekstraksi obat adalah selisih antara kecepatan munculnya obat di organ
dengan kecepatan obat meninggalkan vena yaitu:
Kecepatan ekstraksi obat = Q.CA – Q.CB = Q (CA – CV)
Adapun gejala yang menandai adanya penyakit hati adalah sebagai berikut:
MD = Css . Cl
MD = Dosis pemeliharaan
Css = konsentrasi stabil
Cl = Clearance (bersihan) L/Jam or mL/menit.
Contoh soal
Laki-laki berumur 62 tahun, berat badan 65 kg dengan sirosis hati (total
bilirubin = 2.6 mg/dL, serum albumin = 2.5 mg/dL, prothrombin time
prolonged melebihi normal yaitu 8 seconds, cairan ascitik dalam jumlah
kecil, tidak ada hepatic encephalopathy), memiliki penyakit paru obstruktif
berat yang membutuhkan perhitungan dosis awal teofilin. Pasien tidak
merokok dan tidak menderita gagal jantung. Hitung Child-Pugh score
pasien, estimasi clearance (bersihan) teofilin, dan dosis teofilin untuk
mencapai konsentrasi stabil 10 mg/L.
Jawaban
total bilirubin = 2.6 mg/dL,
serum albumin = 2.5 mg/dL,
prothrombin time prolonged melebihi normal yaitu 8 seconds,cairan ascitik dalam jumlah
kecil, tidak ada hepatic encephalopathy
Jadi,
● Pasien dengan :
total bilirubin = 2 points,
albumin = 3 points,
● Skor total 5 : fungsi hati normal
prothrombin time = 3 points,
Ascites = 2 points,
● Skor total 8 – 9 : penurunan sedang (~25%)
encephalopathy = 1 poin ● Skor total 10 atau ≥ 10 : penurunan dosis
Total = 11 points, harian awal (~50%) disfungsi hati berat
Theophylline dose: