Anda di halaman 1dari 31

UJI FUNGSI HATI

BAB I
PENDAHULUAN
PENGERTIAN HATI

Hati merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh terletak dalam rongga perut sebelah
kanan, tepatnya di bawah diafragma.
Hati merupakan salah satu organ yang paling besar dalam tubuh manusia. Berlokasi di
abdomen (perut) bagian atas kanan dan di balik rusuk-rusuk bagian bawah. Hati
memetabolisme dan mendetoksifikasi obat-obatan dan unsur-unsur yang berbahaya bagi
tubuh. Ia juga menghasilkan faktor-faktor, protein dan enzim pembekuan darah, membantu
keseimbangan hormon, serta menyimpan vitamin dan mineral. Empedu, suatu cairan yang
dibentuk oleh hati, dialirkan melalui saluran langsung ke usus halus untuk membantu
mencerna lemak atau ke kandung empedu untuk disimpan dan digunakan untuk keperluan
kemudian.
Pelbagai penyakit & infeksi dapat menyebabkan kerusakan akut maupun kronis pada
hati, menyebabkan peradangan, luka, sumbatan saluran empedu, kelainan pembekuan darah,
dan disfungsi hati. Alkohol, obat-obatan, dan beberapa suplemen herbal, serta racun juga bisa
memberikan ancaman. Jika besarnya kerusakan cukup bermakna, maka akan menimbulkan
gejala-gejala jaundice, urine gelap, tinja berwarna keabuan terang, pruritus, mual, kelelahan,
diare, dan berat badan yang bisa berkurang atau bertambah secara tiba-tiba. Deteksi dini
penting untuk diagnosis lebih awal guna minimalisasi kerusakan dan menyelamatkan fungsi
hati.
Berdasarkan fungsinya, hati juga termasuk sebagai alat ekskresi. Hal ini dikarenakan
hati membantu fungsi ginjal dengan cara memecah beberapa senyawa yang bersifat racun dan
menghasilkan amonia, urea, dan asam urat dengan memanfaatkan nitrogen dari asam amino.
Proses pemecahan senyawa racun oleh hati disebut proses detoksifikasi.
Fungsi hati
Hati adalah suatu organ penting terletak di kwadran kanan atas abdomen. Hati
berfungsi untuk :
Menyaring darah.
Membuat empedu, suatu zat yang membantu pencernaan lemak.
Memproses dan mengikat lemak pada pengangkutnya (protein) termasuk kolesterol.
Gabungan lemak dan protein disebut lipoprotein (Chylomicron, VLDL, LDL, HDL),
menyimpan gula dan membantu tubuh untuk mengangkut dan menghemat energi.
Membuat protein-protein penting, seperti kebanyakan yang terlibat pada pembekuan darah.
Memetabolisme banyak obat-obatan seperti barbiturates, sedatives, and amphetamines.
Menyimpan besi, tembaga, vitamin A dan D, dan beberapa dari vitamin B.
Membuat protein-protein penting seperti albumin yang mengatur pengakutan cairan didalam
darah dan ginjal.
Membantu mengurai dan mendaurulang sel-sel darah merah.

Jika hati menjadi radang atau terinfeksi, maka kemampuannya untuk melaksanakan
fungsi-fungsi ini jadi melemah. Penyakit hati dan infeksi-infeksi adalah disebabkan oleh
suatu kondisi yang bervariasi termasuk infeksi virus, serangan bakteri, dan perubahan kimia
atau fisik didalam tubuh. Penyebab yang paling umum dari kerusakan hati adalah kurang gizi
(malnutrition), terutama yang terjadi dengan kecanduan alkohol.
Gejala-gejala penyakit hati mungkin akut, terjadi tiba-tiba, atau kronis, berkembang
perlahan melalui suatu periode waktu yang lama. Penyakit hati kronis adalah jauh lebih
umum dari pada yang akut. Angka dari penyakit hati kronis dari laki-laki adalah dua kali
lebih tinggi dari wanita. Penyakit hati dapat menjangkau dari ringan sampai berat tergantung
dari tipe penyakit yang hadir.
PENYAKIT DAN GANGGUAN FUNGSI LIVER
Sindrom alagille
Kekurangan anti tripsin alpha-1
Biliary atresia
Kanker hati
Kista hati
Hepatitis A
Hepatitis B
Hepatitis C
Hepatitis D
Hepatitis E
Patologi Penyakit Hati
Penyakit Hepatitis A disebabkan oleh virus yang disebarkan oleh kotoran/tinja penderita
biasanya melalui makanan (fecal - oral), bukan melalui aktivitas sexual atau melalui darah.
Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh "Virus Hepatitis B" (VHB),
suatu anggota famili hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau
menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosi hati atau kanker hati.
Hepatitis C adalah penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis C. Infeksi virus ini dapat
menyebabkan peradangan hati (hepatitis) yang biasanya asimtomatik, tetapi hepatitis kronik
yang berlanjut dapat menyebabkan sirosis hati dan kanker hati.
Virus hepatitis D hanya terjadi sebagai rekan-infeksi dari virus hepatitis B dan virus hepatitis
D ini menyebabkan infeksi hepatitis B menjadi lebih berat. Yang memiliki resiko tinggi
terhadap virus ini adalah pecandu obat.
Kanker hati (hepatocellular carcinoma) adalah suatu kanker yang timbul dari hati. Ia juga
dikenal sebagai kanker hati primer atau hepatoma. Mayoritas dari kanker-kanker hati primer
(lebih dari 90 sampai 95%) timbul dari sel-sel hati dan disebut kanker hepatoselular
(hepatocellular cancer) atauKarsinoma (carcinoma).
Sirosis adalah suatu komplikasi dari banyak penyakit-penyakit hati yang dikarakteristikan
olah struktur dan fungsi hati yang abnormal.
Tanda dan Gejala Penyakit
Gejala-gejala sebagian tergantung dari tipe dan jangkaun penyakit hatinya. Pada
banyak kasus, mungkin tidak terdapat gejala. Tanda-tanda dan gejala-gejala yang umum pada
sejumlah tipe-tipe berbeda dari penyakit hati termasuk:

Jaundice atau kekuningan kulit


Urin yang coklat seperti teh
Mual
Hilang selera makan
Kehilangan atau kenaikan berat tubuh yang abnormal
Muntah
Diare
Warna tinja (feces)yang pucat
Nyeri abdomen (perut) pada bagian kanan atas perut
Tidak enak badan (malaise) atau perasaan sakit yang kabur
Gatal-gatal
Varises (pembesaran pembuluh vena)
Kelelahan
Hipoglikemia (kadar gula darah rendah)
Demam ringan
Sakit otot-otot
Libido berkurang (gairah sex berkurang)
Depresi
Suatu bentuk parah yang jarang dari infeksi hati disebut acute fulminant hepatitis,
menyebabkan gagal hati. Gejala-gejala dari gagal hati termasuk:
Aplastic anemia, suatu keadaan dimana sumsum tulang (bone marrow) tidak dapat membuat
sel-sel darah
Ascites, terkumpulnya cairan didalam abdomen
Edema atau bengkak dibawah kulit
Encephalopathy, kelainan yang mempengaruhi fungsi-fungsi otak Hati yang membesar dan
perih (sakit)
Limpa membesar
Perubahan dalam status mental atau tingkat kesadaran
Rentan terhadap perdarahan
Pemeriksaan Diagnostik
1.
1.1

Laboratorium
Pemeriksaan pigmen
urobilirubin direk
bilirubun serum total
bilirubin urine
urobilinogen urine
urobilinogen feses
1.2 Pemeriksaan protein
protein totel serum
albumin serum
globulin serum
HbsAG
1.3 Waktu protombin
Respon waktu protombin terhadap vitamin K
1.4
Pemeriksaan serum transferase dan transaminase
AST atau SGOT
ALT atau SGPT

LDH
Amonia serum
2. Radiologi
foto rontgen abdomen
pemindahan hati denagn preparat technetium, emas, atau rose bengal yang
radioaktif
kolestogram dan kalangiogram
arteriografi pembuluh darah seliaka
3. Pemeriksaan tambahan
laparoskopi
biopsi hati

berlabel

Banyak tes-tes yang dapat digunakan untuk mendukung diagnosis. Ini termasuk tes-tes
darah, seperti:
Abdominal CT scan atau abdominal MRI, yang menyajikan lebih banyak informasi tentang
struktur dan fungsi hati
ERCP, atau endoscopic retrograde cholangiopancreatography. Suatu tabung kecil yang
disebut endoscope digunakan untuk melihat berbagai struktur didalam dan sekitar hati
Pemeriksaan USG, untuk melihat ukuran dari organ abdomen (perut) dan kehadiran dari
massa
Pemeriksaan X-rays abdomen
Perhitungan darah lengkap, yang melihat pada tipe dan jumlah dari sel-sel darah didalam
tubuh
Scan hati dengan radiotagged substances untuk menunjukan perubahan-perubahan struktur
hati
Studi GI atas, yang dapat mendeteksi kelainan-kelainan di esophagus yang disebabkan oleh
penyakit hati
TES FUNGSI HATI
Tes fungsi hati atau lebih dikenal dengan liver panel atau liver function test adalah
sekelompok tes darah yang mengukur enzim atau protein tertentu di dalam darah anda. Tes
fungsi hati umumnya digunakan untuk membantu mendeteksi, menilai dan memantau
penyakit atau kerusakan hati.
Biasanya jika untuk memantau kondisi hati, tes ini dilakukan secara berkala. Atau
dilakukan juga ketika Anda memiliki risiko perlukaan hati, ketika Anda memiliki penyakit
hati, atau muncul gejala-gejala tertentu seperti jaundice (ikterus).
Untuk tes ini diperlukan contoh darah yang diambil dari pembuluh balik (vena)
umumnya pada lengan pasien. Dan sebelum tes dilakukan, tidak diperlukan persiapan khusus,
kecuali tes dilakukan bersamaan dengan tes lain yang mungkin memerlukan persiapan
khusus.

Tes fungsi hati, seperti yang disampaikan sebelumnya, mengukur enzim, protein dan
unsur yang dihasilkan atau dilepaskan oleh hati dan dipengaruhi oleh kerusakan hati.
Beberapa dihasilkan oleh sel-sel hati yang rusak dan beberapa mencerminkan kemampuan
hati yang menurun dalam melakukan satu atau beberapa fungsinya. Ketika dilakukan bersamaan, tes ini memberikan dokter gambaran kondisi kesehatan hati, suatu indikasi

keparahan akan kerusakan hati, perubahan status hati dalam selang waktu tertentu, dan
merupakan batu loncatan untuk tes diagnosis selanjutnya.
Tes ini biasanya berisi beberapa tes yang dilakukan bersamaan pada contoh darah yang
diambil. Ini bisa meliputi:
Alanine Aminotransferase (ALT) suatu enzim yang utamanya ditemukan di hati, paling
baik untuk memeriksa hepatitis. Dulu disebut sebagai SGPT (Serum Glutamic Pyruvate
Transaminase). Enzim ini berada di dalam sel hati/hepatosit. Jika sel rusak, maka enzim ini
akan dilepaskan ke dalam aliran darah.
Alkaline Phosphatase (ALP) suatu enzim yang terkait dengan saluran empedu; seringkali
meningkat jika terjadi sumbatan.
Aspartate Aminotransferase (AST) enzim ditemukan di hati dan di beberapa tempat lain di
tubuh seperti jantung dan otot. Dulu disebut sebagai SGOT (Serum Glutamic Oxoloacetic
Transaminase), dilepaskan pada kerusakan sel-sel parenkim hati, umumnya meningkat pada
infeksi akut.
Bilirubin biasanya dua tes bilirubin digunakan bersamaan (apalagi pada jaundice): Bilirubin
total mengukur semua kadar bilirubin dalam darah; Bilirubin direk untuk mengukur bentuk
yang terkonjugasi.
Albumin mengukur protein yang dibuat oleh hati dan memberitahukan apakah hati membuat
protein ini dalam jumlah cukup atau tidak.
Protein total mengukur semua protein (termasuk albumin) dalam darah, termasuk
antibodi guna memerangi infeksi.
Tergantung pada pertimbangan dokter, beberapa tes tambahan mungkin diperlukan
untuk melengkapi seperti GGT (gamma-glutamyl transferase), LDH (lactic acid
dehydrogenase) dan PT (prothrombine time).
Ada beberapa potensi disfungsi hati di mana tes fungsi hati bisa disarankan untuk
dilakukan. Beberapa di antaranya adalah orang yang memiliki riwayat diketahui atau
berpotensi terpapar virus hepatitis; mereka yang merupakan peminum berat; individu dengan
riwayat keluarga menderita penyakit hati; mereka yang mengonsumsi obat yang kadang dapat
merusak hati.
Tes fungsi hati juga bisa disarankan pada temuan tanda & gejala penyakit hati,
beberapa di antaranya adalah: kelelahan, kelemahan, berkurangnya selera makan, mual,
muntah, pembengkakan atau nyeri perut, jaundice, urine gelap, tinja berwarna terang, pruritus
(gatal-gatal).
Pada dasarnya tidak ada tes tunggal yang digunakan untuk menegakkan diagnosis.
Terkadang beberapa kali tes berselang diperlukan untuk menentukan jika suatu pola ada dan
membantu menentukan penyebab kerusakan hati. Pun ketika penyakit hati sudah dideteksi,
tes fungsi hati biasanya tetap berlanjut secara berkala untuk memantau tingkat keberhasilan
terapi atau perjalanan penyakit.
Hasil tes fungsi hati bukanlah sebuah media diagnostik untuk kondisi spesifik; mereka
mengindikasikan bahwa terdapat kemungkinan ada suatu masalah pada hati. Pada orang yang
tidak memperlihatkan gejala atau tidak terindentifikasi adanya faktor risiko, hasil tes fungsi
hati yang abnormal bisa mengindikasikan adanya perlukaan hati sementara atau sesuatu yang
terjadi di lokasi lain di dalam tubuh seperti pada otot, pankreas atau jantung. Namun juga

bisa menandakan penyakit hati tahap awal dan memerlukan tes lebih lanjut dan/atau
pemantauan secara berkala.
Hasil-hasil tes fungsi hati biasanya dievaluasi secara bersama-sama. Jadi beberapa set
tes dalam periode tertentu dilihat apakah memiliki pola tertentu. Setiap orang akan memiliki
sebuah set tes fungsi hati yang unik yang biasanya berubah-ubah seiring berjalannya waktu.
Seorang dokter mengamati kombinasi hasil-hasil tes ini guna mendapatkan petunjuk tentang
kondisi yang mendasarinya. Seringkali, tes lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apa
sebenarnya yang menyebabkan penyakit dan/atau kerusakan hati tersebut.
Jika seseorang mengonsumsi obat yang bisa memengaruhi hatinya, maka hasil tes
abnormal bisa jadi mengindikasikan bahwa perlu mengevaluasi lagi dosis dan pilihan
medikasi. Ketika seseorang dengan penyakit hati sedang dalam pemantauan, maka dokter
akan mengevaluasi apakah hasil tes menunjukkan perburukan atau perbaikan.
Dokter akan menanyakan semua obat-obatan yang sedang dikonsumsi pasien,
termasuk suplemen makanan & produk herbal karena beberapa mungkin memiliki efek
potensial pada hati. Penggunaan acetaminophen berlebih dan alkohol misalnya, dapat
merusak hati sebagaimana terpapar racun misal dari jamur yang beracun.
Gejala awal penyakit hati kadang tidak terlalu kentara, karena hanya berupa kelelahan
dan mual. Namun gejala lain akan muncul jika perburukan kerusakan hati terjadi.
Tentu saja nilai tes abnormal bisa terjadi walau Anda tidak memiliki penyakit hati.
Beberapa kondisi sementara bisa menyebabkannya, misalnya syok, luka bakar, infeksi berat,
trauma otot, dehidrasi, pankreatitis, hemolisis, dan kehamilan.
Pemeriksaan laboraturium pada penyakit hati
Pemeriksaan laboratorium klinik merupakan salah satu faktor penunjang yang sangat
penting dalam membantu diagnosis suatu penyakit. Pelayanan pemeriksaan laboratorium
klinik biasanya dilakukan sesuai dengan permintaan dokter sehubungan dengan gejala klinis
dari penderita.
Pemeriksaan bilirubin total adalah salah satu pemeriksaan laboratorium untuk
menegakkan diagnosis suatu penyakit hati. Pada saat ini banyak test faal hati yang dapat
dilakukan, salah satu test faal hati adalah pemeriksaan kadar bilirubin dalam serum.
Pemeriksaan bilirubin dalam serum dapat menggambarkan faal sekresi hati, dan dapat
memberikan informasi tentang kesanggupan hati mengangkut empedu secara umum
disamping memberikan informasi tentang kesanggupan untuk mengkonjugasi bilirubin dan
diekresikan ke empedu. Pemeriksaan bilirubin direct dan indirect digunakan untuk
menentukan lokasi gangguan aliran darah, apa kah berada di lokasi sebelum, dalam, atau
sesudah organ hati). Batas normal bilirubin total: 0,3-1 mg/l. Bila lebih tinggi dari normal,
kemungkinan terjadi penyumbatan atau gangguan aliran bilirubin. Pemeriksaan lain yang
dapat dilakukan adalah pemeriksaan bilirubin dalam urin, jika didapatkan bilirubin maka
menunjukkan adanya kelainan hati atau saluran empedu.

Ada dua parameter berupa enzim yang dapat dijadikan sebagai indikator terhadap
adanya kerusakan sel hati.. Keduanya sangat membantu dalam mengenali adanya penyakit
pada hati. Enzim-enzim tersebut adalah aspartat aminotransferase (AST/SGOT) dan alanin
aminotransferase (ALT/SGPT). Peningkatan kadar enzim-enzim tersebut mencerminkan
adanya kerusakan sel-sel hati. Dalam uji SGOT dan SGPT, hati dapat dikatakan rusak bila
jumlah enzim tersebut dalam plasma lebih besar dari kadar normalnya.
Pemeriksaan laboraturium pada sirosis hati meliputi hal-hal berikut:
Kadar Hb yang rendah (anemia), jumlah sel darah putih menurun (leukopenia), dan
trombositopenia.
Kenaikan SGOT, SGPT dan gamma GT akibat kebocoran dari sel-sel yang rusak. Namun,
tidak meningkat pada sirosis inaktif.
Kadar albumin rendah. Terjadi bila kemampuan sel hati menurun.
Kadar kolinesterase (CHE) yang menurun kalau terjadi kerusakan sel hati.
Masa protrombin yang memanjang menandakan penurunan fungsi hati.
Mada sirosis fase lanjut, glukosa darah yang tinggi menandakan ketidakmampuan sel hati
membentuk glikogen.
Pemeriksaan marker serologi petanda virus untuk menentukan penyebab sirosis hati seperti
HBsAg, HBeAg, HBV-DNA, HCV-RNA, dan sebagainya.
Pemeriksaan alfa feto protein (AFP). Bila ininya terus meninggi atau >500-1.000 berarti telah
terjadi transformasi ke arah keganasan yaitu terjadinya kanker hati primer (hepatoma).
Pemeriksaan penunjang lainnya yang dapat dilakukan antara lain ultrasonografi
(USG), pemeriksaan radiologi dengan menelan bubur barium untuk melihat varises esofagus,
pemeriksaan esofagoskopi untuk melihat besar dan panjang varises serta sumber pendarahan,
pemeriksaan sidikan hati dengan penyuntikan zat kontras, CT scan, angografi, dan
endoscopic retrograde chlangiopancreatography (ERCP).
BAB II
DASAR TEORI
Langkah awal dalam mendeteksi kerusakan hati adalah suatu tes darah sederhana
untuk menentukan kehadiran dari enzim-enzim hati tertentu dalam darah. Dibawah keadaankeadaan normal, enzim-enzim ini berada dalam sel-sel hati. Namun ketika hati luka, enzimenzim ini ditumpahkan keluar ke dalam aliran darah.
Ada dua parameter berupa enzim yang dapat dijadikan sebagai indikator terhadap
adanya kerusakan sel hati (liver). Keduanya sangat membantu dalam mengenali adanya
penyakit pada hati (liver). Enzim-enzim tersebut adalah aspartat aminotransferase
(AST/SGOT) dan alanin aminotransferase (ALT/SGPT). Peningkatan kadar enzim-enzim
tersebut mencerminkan adanya kerusakan sel-sel hati (liver). Namun demikian derajat
ALT lebih dipercaya dalam menentukan adanya kerusakan sel hati (liver) dibanding AST.

ALT ditemukan terutama di hati (liver), sedangkan AST selain dapat ditemukan di
hati (liver) juga dapat ditemukan di otot jantung, otot rangka, ginjal, pankreas, otak, paru, sel
darah putih dan sel darah merah. Jika terjadi peningkatan kadar AST bisa jadi yang
mengalami kerusakan adalah sel-sel organ lain yang mengandung AST. Pada penyakit hati
akut, kadar ALT lebih tinggi atau sama dengan kadar AST.
(http://www.penyakithepatitis.com/)
Enzim-enzim ini biasanya terkandung dalam sel-sel hati. Jika hati terluka, sel-sel hati
menumpahkan enzim-enzim kedalam darah, menaikan tingkat-tingkat enzim dalam darah dan
menandai kerusakan hati.
Batasan normal dari nilai-nilai untuk AST (SGOT) adalah dari 5 sampai 40 unit per liter
serum (bagian cair dari darah).
Batasan normal dari nilai-nilai untuk ALT (SGPT) adalah dari 7 sampai 56 unit per liter
serum.
Secara laboratoris pemeriksaan enzim hati pada hepatitis akut didapat adanya peninggian
SGOT dan SGPT sampai 20-50 kali normal dengan SGPT lebih tinggi dari SGOT
Pada hepatitis kronis, dari pemeriksaan laboratoris didapat adanya peningkatan kadar enzim
SGPT 5-10 kali lebih tinggi dari kadar normal, dan rasio albumin-globulin terbalik.
BILIRUBIN
Pada manusia dewasa, 1-2 x 108 eritrosit dihancurkan tiap jamnya. Ketika
hemoglobin dihancurkan dalam tubuh, globin diuraikan menjadi asan amino pembentuknya
yang kemudin akan digunakan kembali, sedangkan zat besi dari heme akan memasuki depot
yang juga akan dipakai kembali. Bagian porfirin dalam heme juga diuraikan, terutama di
dalam sel sel retikuloendotel hati, limpa dan sumsum tulang. Katabolisme heme dari semua
protein heme terjadi di dalam fraksi mikrosom sel retikuloendotel oleh sebuah sistem enzim
yang dinamakan heme oksigenase. Adanya bantuan NADPH mengakibatkan penambahan
oksigen pda jembatan -metenil antara pirol I dan pirol II porfirin, sehingga besi fero
teroksidasi menjaid bentuk feri. Ion feri ini akan dilepaskan, dan bliverdin terbentuk akibat
pemecahan cincin tetrapirol. Pada mamalia, enzim biliverdin reduktase akan mereduki
jembatan metenil antara pirol III dan pirol IV menjadi gugus metilen untuk menghasilkan
bilirubin, yaitu suatu pigmen berwarna kuning.
Bilirubin hanya sedikit larut dalam plasma dan air, tetapi kelarutan bilirubin dapat
ditingkatkan oleh pengikatan non-kovalen dengan albumin. Dalam 100 ml plasma kurang
lebih 25 mg bilirubin dapat diikat erat oleh albumin. Bilirubin selanjutnya diangkut ke hati.
Hepatosit kemudian akan mengubah bilirubin bentuk polar dengan penambahan satu
molekul asam glukoronat (konjugasi) sehingga terbentuk bilirubin terkonjugasi. Apabila
bilirubin mencapai ileum termialis dan usus besar, bilirubin akan direduksi oleh bakteri
menjadi urobilinogen.Urobilinogen yang sebagian besar tidak berwarna, selanjutnya akan
teroksidasi menjadi zat berwarna (sterkobilin) dan disekresikan ke dalam feses. Satu gram

hemoglobin diperkirakan menghasilkan 35 mg biliruin. Pembentukan bilirubin setiap hari


pada manusia dewasa kurang lebih berjumlah 250 35- mg yang terutama berasal dari
hemoglobin. Namun demikian, bilirubin dapat juga berasal dari proses eritropoesis yang tidak
efektif dan dari berbagai protein heme lainnya seperti sotokrom P-450.
Bilirubin adalah pigmen kuning yang berasal dari perombakan heme dari
hemoglobin dalam proses pemecahan eritrosit oleh sel retikuloendotel. Di samping itu sekitar
20% bilirubin berasal dari perombakan zat-zat lain. Sel retikuloendotel membuat bilirubin
tidak larut dalam air; bilirubin yang disekresikan dalam darah harus diikatkan kepada
albumin untuk diangkut dalam plasma menuju hati. Di dalam hati, hepatosit melepaskan
ikatan itu dan mengkonjugasinya dengan asam glukoronat sehingga bersifat larut air. Proses
konjugasi ini melibatkan enzim glukoroniltransferase.(Joyce,2007)
Bilirubin terkonjugasi (bilirubin glukoronida atau hepatobilirubin) masuk ke saluran
empedu dan diekskresikan ke usus. Selanjutnya flora usus akan mengubahnya menjadi
urobilinogen dan dibuang melalui feses serta sebagian kecil melalui urin. Bilirubin
terkonjugasi bereaksi cepat dengan asam sulfanilat yang terdiazotasi membentuk azobilirubin
(reaksi van den Bergh), karena itu sering dinamakan bilirubin direk atau bilirubin langsung.
Bilirubin tak terkonjugasi (hematobilirubin) yang merupakan bilirubin bebas yang terikat
albumin harus lebih dulu dicampur dengan alkohol, kafein atau pelarut lain sebelum dapat
bereaksi, karena itu dinamakan bilirubin indirek atau bilirubin tidak langsung. (Joyce,2007)
Peningkatan kadar bilirubin direk menunjukkan adanya gangguan pada hati
(kerusakan sel hati) atau saluran empedu (batu atau tumor). Bilirubin terkonjugasi tidak dapat
keluar dari empedu menuju usus sehingga akan masuk kembali dan terabsorbsi ke dalam
aliran darah. (Joyce,2007)
Peningkatan kadar bilirubin indirek sering dikaitkan dengan peningkatan destruksi
eritrosit (hemolisis), seperti pada penyakit hemolitik oleh autoimun, transfusi, atau
eritroblastosis fatalis. Peningkatan destruksi eritrosit tidak diimbangi dengan kecepatan
kunjugasi dan ekskresi ke saluran empedu sehingga terjadi peningkatan kadar bilirubin
indirek. (Joyce,2007)
Hati bayi yang baru lahir belum berkembang sempurna sehingga jika kadar bilirubin
yang ditemukan sangat tinggi, bayi akan mengalami kerusakan neurologis permanen yang
lazim disebut kenikterus. Kadar bilirubin (total) pada bayi baru lahir bisa mencapai 12 mg/dl;
kadar yang menimbulkan kepanikan adalah > 15 mg/dl. Ikterik kerap nampak jika kadar
bilirubin mencapai > 3 mg/dl. Kenaikan ikterus timbul karena bilirubin yang berlebihan larut
dalam lipid ganglia basalis. (calbe.co.id)
Peningkatan kadar bilirubin umum terjadi pada setiap bayi baru lahir, karena:

1) Hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih banyak dan berumur lebih
pendek.
2) Fungsi hepar yang belum sempurna (jumlah dan fungsi enzim glukuronil transferase,
UDPG/T dan ligand dalam protein belum adekuat) sehingga terjadi penurunan ambilan
bilirubin oleh hepatosit dan konjugasi.
3) Sirkulus enterohepatikus meningkat karena masih berfungsinya enzim akibat glukuronidase di
usus dan belum ada nutrien.(calbe.co.id)

1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)

Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan (ikterus nonfisiologis) dapat disebabkan oleh
faktor/keadaan:
Hemolisis akibat inkompatibilitas ABO atau isoimunisasi Rhesus, defisiensi G6PD,
sferositosis herediter dan pengaruh obat.
Infeksi, septikemia, sepsis, meningitis, infeksi saluran kemih, infeksi intra uterin.
Polisitemia.
Ekstravasasi sel darah merah, sefalhematom, kontusio, trauma lahir.
Ibu diabetes.
Asidosis.
Hipoksia/asfiksia.
Sumbatan traktus digestif yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi enterohepatik.
Dalam uji laboratorium, bilirubin diperiksa sebagai bilirubin total dan bilirubin direk.
Sedangkan bilirubin indirek diperhitungkan dari selisih antara bilirubin total dan bilirubin
direk. Metode pengukuran yang digunakan adalah fotometri atau spektrofotometri yang
mengukur intensitas warna azobilirubin. (Joyce,2007)
Nilai Rujukan
Dewasa : total : 0.1 1.2 mg/dl, direk : 0.1 0.3 mg/dl, indirek : 0.1 1.0 mg/dl
Anak : total : 0.2 0.8 mg/dl, indirek : sama dengan dewasa.
Bayi Baru Lahir : total : 1 12 mg/dl, indirek : sama dengan dewasa. (Joyce,2007)

Masalah Klinis
Bilirubin Total dan Direk
1.
Peningkatan Kadar : ikterik obstruktif karena batu atau neoplasma, hepatitis, sirosis hati,
mononucleosis infeksiosa, metastasis (kanker) hati, penyakit Wilson. Pengaruh obat :
antibiotic (amfoterisin B, klindamisin, eritromisin, gentamisin, linkomisin, oksasilin,
tetrasiklin), sulfonamide, obat antituberkulosis ( asam para-aminosalisilat, isoniazid),
alopurinol, diuretic (asetazolamid, asam etakrinat), mitramisin, dekstran, diazepam (valium),
barbiturate, narkotik (kodein, morfin, meperidin), flurazepam, indometasin, metotreksat,
metildopa, papaverin, prokainamid, steroid, kontrasepsi oral, tolbutamid, vitamin A, C, K.
2. Penurunan Kadar : anemia defisiensi besi. Pengaruh obat : barbiturate, salisilat (aspirin),
penisilin, kafein dalam dosis tinggi. (Joyce,2007)

Bilirubin Indirek
1.
Peningkatan Kadar : eritroblastosis fetalis, anemia sel sabit, reaksi transfuse, malaria,
anemia pernisiosa, septicemia, anemia hemolitik, talasemia, CHF, sirosis terdekompensasi,
hepatitis. Pengaruh obat : aspirin, rifampin, fenotiazin.
Penurunan Kadar : pengaruh obat (Joyce,2007)

Pemeriksaan bilirubin dalam urin berdasarkan reaksi antara garam diazonium dengan
bilirubin dalam suasana asam, yang menimbulkan warna biru atau ungu tua. Garam
diazonium terdiri dari p-nitrobenzene diazonium dan p-toluene sulfonate, sedangkan asam
yang dipakai adalah asam sulfo salisilat. Adanya bilirubin 0,05-1 mg/dl urin akan
memberikan hasil positif dan keadaan ini menunjukkan kelainan hati atau saluran empedu.
Hasil positif palsu dapat terjadi bila dalam urin terdapat mefenamic acid, chlorpromazine
dengan kadar yang tinggi sedangkan negatif palsu dapat terjadi bila urin mengandung
metabolit pyridium atau serenium. (Joyce,2007)

1.
2.
3.
4.

Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :


Makan malam yang mengandung tinggi lemak sebelum pemeriksaan dapat mempengaruhi
kadar bilirubin.
Hemolisis pada sampel darah dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.
Sampel darah yang terpapar sinar matahari atau terang lampu, kandungan pigmen
empedunya akan menurun.
Obat-obatan tertentu dapat meningkatkan atau menurunkan kadar bilirubin. (Joyce,2007)
Aminotransferase (transminase)
BILIRUBIN URIN
Secara normal, bilirubin tidak dijumpai di urin. Bilirubin terbentuk dari penguraian
hemoglobin dan ditranspor ke hati, tempat bilirubin berkonjugasi dan diekskresi dalam
bentuk empedu. Bilirubin terkonjugasi (bilirubin direk) ini larut dalam air dan diekskresikan
ke dalam urin jika terjadi peningkatan kadar di serum. Bilirubin tak terkonjugasi (bilirubin
indirek) bersifat larut dalam lemak, sehingga tidak dapat diekskresikan ke dalam urin.
Masalah Klinis
Bilirubinuria (bilirubin dalam urin) mengindikasikan gangguan hati atau saluran
empedu, seperti pada ikterus parenkimatosa (hepatitis infeksiosa, toksik hepar), ikterus
obstruktif, kanker hati (sekunder), CHF disertai ikterik. Urin yang mengadung bilirubin yang
tinggi tampak berwarna kuning pekat, dan jika digoncang-goncangkan akan timbul busa.
Obat-obatan yang dapat menyebabkan bilirubinuria : Fenotiazin klorpromazin
(Thorazine), asetofenazin (Tindal), klorprotiksen (Taractan), fenazopiridin (Pyridium),
klorzoksazon (Paraflex).

Nilai Rujukan
Normal : negatif (kurang dari 0.5mg/dl)
Pemeriksaan SGPT/SGOT
SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase), sebuah enzim yang biasanya
hadir dalam dan jantung sel-sel hati. SGOT dilepaskan ke dalam darah ketika hati atau
jantung rusak. Tingkat darah SGOT ini adalah demikian tinggi dengan kerusakan hati (
misalnya,dari hepatitis virus ) atau dari serangan jantung. Beberapa obat juga dapat
meningkatkan kadar SGOT. SGOT juga disebut aspartateaminotransferase (AST). Sedangkan
SGPT adalah Serum Glutamic Piruvic Transaminase. SGPT atau juga dinamakan ALT
(alanin aminotransferase) merupakan enzim yang banyak ditemukan pada sel hati serta
efektif untuk mendiagnosis destruksi hepatoseluler. Enzim ini dalam jumlah yang kecil
dijumpai pada otot jantung, ginjal dan otot rangka. Pada umumnya nilai tes SGPT/ALT lebih
tinggi daripada SGOT/AST pada kerusakan parenkim hati akut, sedangkan pada proses
kronis didapat sebaliknya. SGPT/ALT serum umumnya diperiksa secara fotometri atau
spektrofotometri, secara semi otomatis atau otomatis. Batas normal SGOT: 0-37 U/L dan
batas normal SGPT : 0-45 U/L. (http://www.penyakithepatitis.com/)
Nilai rujukan untuk SGPT/ALT adalah :
Laki-laki : 0 - 50 U/L
Perempuan : 0 - 35 U/L
Dalam uji SGOT dan SGPT, hati dapat dikatakan rusak bila jumlah enzim tersebut dalam
plasma lebih besar dari kadar normalnya. (Joyce,2007)
Kondisi yang meningkatkan kadar SGPT/ALT adalah :
1) Peningkatan SGOT/SGPT > 20 kali normal : hepatitis viral akut, nekrosis hati (toksisitasobat
atau kimia)
2) Peningkatan 3-10 kali normal : infeksi mononuklear, hepatitis kronis aktif, sumbatanempedu
ekstra hepatik, sindrom Reye, dan infark miokard (SGOT>SGPT)
3) Peningkatan 1-3 kali normal : pankreatitis, perlemakan hati, sirosis Laennec, sirosisbiliaris.
(http://www.penyakithepatitis.com/)

1)
2)
3)
4)

Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :


Pengambilan darah pada area yang terpasang jalur intra-vena dapat menurunkan kadar
Trauma pada proses pengambilan sampel akibat tidak sekali tusuk kena dapat meningkatkan
kadar
Hemolisis sampel
Obat-obatan dapat meningkatkan kadar : antibiotik (klindamisin, karbenisilin,eritromisin,
gentamisin,
linkomisin,
mitramisin,
spektinomisin,
tetrasiklin),
narkotika
(meperidin/demerol, morfin, kodein), antihipertensi (metildopa, guanetidin), preparatdigitalis,

indometasin (Indosin), salisilat, rifampin, flurazepam (Dalmane), propanolol(Inderal),


kontrasepsi oral (progestin-estrogen), lead, heparin.
5) Aspirin dapat meningkatkan atau menurunkan kadar.
Pemeriksaan SGOT dan SGPT yang berkala juga akan membantu menduga
transformasi sirosis hepatis menjadi kanker hati. Pada hepatitis kronis dan sirosis hepatis,
akan didapatkan peninggian SGOT dan SGPT. Tetapi apabila terdapat peninggian SGOT
yang melebihi SGPT dan rasio De Ritis, yaitu SGOT/SGPT melebihi 2 atau 3, maka dicurigai
kanker hati. Peninggian SGOT yang berlebihan ini diduga karena nekrosis sel hati yang luas
tidak saja pada bagian yang ada karsinoma, tetapi juga pada bagian hati yang tidak ada
jaringan tumornya. (http://www.penyakithepatitis.com/)

1.
A.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
B.

BAB III
METODELOGI UJI FUNGSI HATI
Pemeriksaan bilirubin urin
Alat dan Bahan
Specimen : urin
Reagen Fouchet
Larutan barium klorid 10%
Tabung reaksi
Kertas saring
Pipet
Pipet piston
spektrofotometer
Prosedur
Uji bilirubinuria dapat menggunakan reaksi diazo (dengan tablet atau dipstick), atau
uji Fouchet (Harison spot test) dengan feri klorida asam (FeCl2). Uji bilirubinuria dengan
reaksi diazo banyak dipakai karena lebih praktis dan lebih sensitif. Di antara dua macam uji
diazo, uji tablet (mis. tablet Ictotest) lebih sensitif daripada dipstick.
Reaksi diazo
Kumpulkan spesimen urin pagi atau urin sewaktu/acak (random). Celupkan stik
reagen (dipstick) atau tablet Ictotest. Tunggu 30 detik, lalu bandingkan warnanya dengan
bagan warna pada botol reagen. Pembacaan dipstick dengan instrument otomatis lebih
dianjurkan untuk memperkecil kesalahan dalam pembacaan secara visual.
Uji Fouchet

Ke dalam 12 ml urin, tambahkan 3 ml barium klorida dan 3 tetes ammonium sulfat


jenuh. Centrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 3500 rpm. Buang supernatant,
tambahkan 2 tetes larutan Fouchet pada endapan. Amati perubahan warna yang terjadi.Reaksi
negatif jika tidak tampak perubahan warna. Reaksi positif jika terjadi perubahan warna : hijau
atau biru.
Pengujian harus dilakukan dalam waktu 1 jam, dan urin harus dihindarkan dari
pajanan sinar matahari (sinar ultraviolet) langsung agar bilirubin tidak teroksidasi menjadi
biliverdin.
Nilai Rujukan:
Normal : negatif (kurang dari 0.5mg/dl)
Faktor yang Dapat Mempengaruhi Temuan Laboratorium:
Uji dengan reaksi Diazo
Reaksi negatif palsu terjadi bila urin mengandung banyak asam askorbat (vitamin C),
kadar nitrit dalam urine meningkat, asam urat tinggi, serta bila bilirubin teroksidasi menjadi
biliverdin akibat spesimen urin terpajan sinar matahari (ultraviolet) langsung.
Hasil positif palsu dapat dijumpai pada pemakaian obat yang menyebabkan urine menjadi
berwarna merah.
Uji Fouchet
Reaksi negative palsu terjadi bila bilirubin teroksidasi menjadi biliverdin akibat
penundaan pemeriksaan.
Reaksi positif palsu oleh adanya metabolit aspirin, urobilin atau indikan, urobilinogen.
2.
A.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

Pemeriksaan bilirubin total


Alat dan Bahan
Reagen blanko
Calibrator
Spesimen : serum
Air / aquadest
Tabung reaksi
Pipet
Fotometer

B. Prosedur
1) Dengan menggunakan pipet, masukkan RB (reagen blanko), K (calibrator), dan S (sample)
pada tabung reaksi dan berikan label, masukkan sesuai dengan petunjuk pada table dibawah
ini.
RB(cc)
K(cc)
S(cc)

Total reagen
1
1
1
Oxidant
1
1
1
Air
0,05
Kalibrator
0,05
Serum
0,05
2) Inkubasi atau tunggu selama 5 menit pada suhu kamar.
3) Baca RB, K dan S pada fotometer dengan gelombang 540 nm.
3.
A.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

Pemeriksaan bilirubin direct


Alat dan Bahan
Reagen blanko
Calibrator
Spesimen : serum
Air / aquadest
Tabung reaksi
Pipet
Fotometer

B. Prosedur
1) Dengan menggunakan pipet, masukkan RB (reagen blanko), K (calibrator), SB (specimen
blanko), dan S (sample) pada tabung reaksi dan berikan label, masukkan sesuai dengan
petunjuk pada table dibawah ini.
RB(cc)
K(cc)
SB(cc)
S(cc)
Total reagen
1
1
1
1
Oxidant
1
1
1
Air
0,1
Kalibrator
0,1
Serum
0,1
0,1
2) Inkubasi atau tunggu selama 3 menit pada suhu kamar.
3) Baca RB, K, SB, dan S pada fotometer dengan gelombang 540 nm.
4.
A.
1)
2)
3)
4)
5)
6)

Pemeriksaan GOT dan GPT


Alat dan Bahan
Larutan buffer-enzim
Koenzim
Specimen : serum
Larutan 2 oxoglutarate
Tabung reaksi
Stopwatch

7) Penangas air
8) Fotometer
B.
-

Prosedur
Siapkan reagen kerja AST/GOT dan ALT/GPT
Untuk
setiap
sampel
dan
kontrol,
tambahkan
1
ml reagen kerjapada
0
cuvett dan inkubasi 37 C selama 3 menit
Untuk
setiap
sampel
dan
kontrol,
tambahkan
1
ml reagen kerjapada
0
cuvett dan inkubasi 37 C selama 3 menit
Tambahkan 100 ml serum pada masing-masing tabung dan campur perlahan.
Baca dan absorbansi dengan fotometer pada gelombang 540 nm pada 1 menit
pertama,kemudian ulangi lagi pada menit ke 2 dan 3.
Tentukan rata-rata absorbansi per menit, kemudian kalikan dengan faktor 1746 untuk hasil
dalam U / L
Nilai Normal Pengukuran :
Bilirubin total :0-1 mg/dl
Bilirubin direct : 0-1,2 mg/dl
Bilirubin indirect :0,2-0,7 mg/dl
SGOT normal : 5 17 10/100 cc. Banyak terdapat pada jantung, otot sklet hinjal
kadar meningkat pada hepatoseluler nekrosis atau intark myokard.
SGPT normal : 4 13 10/100 cc. Banyak terdapat pada hati pada otot, jantung agak kurang
pada hepatitis meningkat.
http://mettidagger.blogspot.com/2011/07/bab-i-pendahuluan-pengertian-hati-hati.html

pengertian, pemeriksaan Tes Faal Hati


TEST FAAL HATI
Banyak faal metabolik yang dilakukan oleh jaringan hati, maka ada banyak pula, lebih dari
100, jenis test yang mengukur reaksi faal hati. Semuanya, disebut sebagai "tes faal hati".
Sebenarnya hanya beberapa yang- benar-benar mengukur faal hati. Diantara berbagai tes
tersebut tidak ada tes tunggal yang efektif mengukur faal hati secara keseluruhan. Beberapa
tes terlalu peka sehingga tidak khas, sebagian lagi dipengaruhi pula oleh faktor-faktor di luar
hati, sebagian lagi sudah obsolete. Sebaliknya makin banyak tes yang diminta maka makin
besar pula kemungkinannya mendapatkan defisiensi biokimia. Cara pemeriksaan shotgun
semacam itu akan menimbulkan kebingungan. Sebaiknya memilih beberapa tes saja.
Beberapa kriteria yang dapat dipakai adalah, antara lain, dapatnya dikerjakan tes
tersebut secara baik dengan sarana yang memadai, segi kepraktisan, biaya, stress yang
dibebankan kepada penderita, kemampuan diagnostik dari tes tersebut, dan lain-lain. Pada
pengujian kerusakan hati, gangguan biokimia yang terlihat adalah peningkatan permeabilitas
dinding sel, berkurangnya kapasitas sintesa, terganggunya faal ekskresi, berkurangnya
kapasitas penyimpanan, terganggunya faal detoksifikasi peningkatan reaksi mesenkimal dan
imunologi yang abnormal.

Dengan melihat gangguan faal biokimia mana yang ingin diketahui dan
mempertimbangkan kriteria di atas maka testes yang ada dapat dikelompokkan menurut suatu
program bertahap.
I. Integeritas Sel
Enzim-enzim AST, ALT & GLDH akan meningkat bila terjadi kerusakan sel hati.
Biasanya peningkatan ALT lebih tinggi dari pada AST pada kerusakan hati yang akut,
mengingat ALT merupakan enzim yang hanya terdapat dalam sitoplasma sel hati
(unilokuler). Sebaliknya AST yang terdapat baik dalam sitoplasma maupun mitochondria
(bilokuler) akan meningkat lebih tinggi daripada ALT pada kerusakan hati yang lebihdalam
dari sitoplasma sel. Keadaan ini ditemukan pada kerusakan sel hati yang menahun. Adanya
perbedaan peningkatan enzim AST dan ALT pada penyakit hati ini mendorong para peneliti
untuk menyelidiki ratio AST & ALT ini. De Ritiset al mendapatkan ratio AST/ALT =0,7
sebagaibatas penyakit hati akut dan kronis. Ratio lni yang terkenal dengan narna ratio De
Ritis memberikan hasil <> 0,7 pada penyakit hati kronis. Batas 0,7 ini dipakai apabila
pemeriksaan
enzim-enzim tersebut dilakukan secara optimized, sedangkan apabila pemeriksaan dilakukan
dengan cara kolorimetrik batas ini adalah 1. Istilah "optimized" yang dipakai perkumpulan
ahli kimia di Jerman ini mengandung arti bahwa cara pemeriksaan ini telah distandardisasi
secara optimum baik substrat, koenzim maupun lingkungannya. Enzim GLDH bersifat
unikoluker dan terletak di dalam mitochondria. Enzim ini peka dan karena itu baik untuk
deteksi dini dari kerusakan sel hati terutama yang disebabkan oleh alkohol, selain itu juga
berguna untuk diagnosa banding ikterus. Perlu diketahui bahwa cortison dan sulfonil urea
pada dosis terapi dapat menurunkan kadar GLDH. Pemeriksaan enzim LDH total akan lebih
bermakna apabila dapat dilakukan pemeriksaan isoenzimnya yaitu LDH. Dalam
hubungannya dengan metabolisme besi, sel hati rnembentuk transferin sebagai pengangkut
Fe dan juga menyimpannya dalam bentuk feritin dan hemosiderin.
Cu terdapat di dalam enzim seruloplasmin yang dibentuk oleh hati. Kelebihan Cu
akan segera diekskeresi oleh hati. Perubahan kadar Fe dan / atau Cu pada beberapa penyakit
hati.
II. Faal Metabolisme/Ekskresi
Tes BSP (bromsulfonftalein), suatu zat warna, merupakan tes yang peka terhadap
adanya kerusakan hati. Diukur retensinya di dalam darah beberapa waktu setelah disuntikkan
intravena.
Di dalam darah ia diikat oleh albumin dan di "uptake" olehsel-sel hati, dikonyugasi dan
diekskresi melalui empedu. Pada penyuntikan 5 mg/kg berat badan maka setelah 45 menit
retensinya kurang dari 5% pada keadaan normal.
Korelasinya baik dengan kelainan histopatologik. Tes ini berguna pada hepatitis
anikterus, mengetahui kerusakan setelah sembuh dari hepatitis, sirosis hati, semua tingkat
hepatitis kronik, tersangka perlemakan hati dan keracunan hati. Namun tes ini kurang
disenangi karena dapat timbul efek samping, walaupun jarang, yang fatal seperti renjatan
anafilaktis.
Akhir-akhir ini makin banyak dikerjakan pemeriksaan kadar asam empedu dalam
darah. Tes ini mempunyai makna seperti tes retensi BSP dan juga amat peka terutama
kadarnya 2 jam
setelah makan.
Kadar amonia mengukur faal detoksifikasi hati yang merubahnya menjadi ureum.
Faal ini baru terganggu pada kerusakan hati berat karena itu tes ini baru berguna untuk

mengikuti perkembangan sirosis hati yang tidak terkompensir atau koma hepatikum.
Kadarnya juga akan meningkat bila ada shunt portokaval yang mem"by-pass" hati.
Tes toleransi galaktosa menguji kemampuan faal hati mengubah galaktosa menjadi
glukosa. Tes ini sudah jarang dilakukan.
III. Faal Ekskresi
Pemeriksaan kadar bilirubin serum terutama panting untuk membedakan jenis-jenis
ikterus. Pemeriksaan ini yang umumnya memakai metodik Jendrassik dan Grof (1938) dapat
di
pengaruhi oleh kerja fisik dan makanan tertentu seperti karoten, oleh karena itu pengambilan
sampel sebaiknya pagi hari sesudah puasa. Pada ikterus prahepatik yang dapat disebabkan
oleh proses hemolisis ataupun kelainan metabolisme seperti sindroma Dubin-Johnson,
ditemukan peningkatan dari bilirubin bebas. Ikterus hepatik sebagai akibat kerusakan sel hati
akan meningkatkan baik bilirubin babas maupun bilirubin (diglukuronida) dalam darah serta
ditemukannya bilirubin (diglukuronida) didalam urin. Sedangkan ikterus obstruktif, baik intra
maupun ekstra hepatik, akan meningkatkan terutama bilirubin diglukuronida di dalam darah
dan urin. Kadar urobilinogen dalam urin akan meningkat pada ikterus hepatik, sebaliknya ia
akan menurun atau tidak ada sama sekali pada ikterus obstruktif sesuai dengan derajat
obstruksinya.
Seperti telah disinggung sebelumnya pemeriksaan asam empedu makin banyak
dipakai sebagai tes faal hati. Pemeriksaan ini dimungkinkan untuk dipakai di dalam klinik
sejak ditemukannya metodik onzimatik yang relatif sederhana dibandingkan metodikmetodik sebelumnya. Dalam keadaan normal hanya sebagian kecil saja asam empedu
terdapat di dalam darah sedangkan sebagian besar di uptake oleh sel hati. Pada kerusakan sel
hati, hati gagal mengambil asam empedu, sehingga jumlahnya meningkat dalam darah.
Pemeriksaan ini seperti pemeriksaan BSP dapat mendeteksi kelainan hati yang ri ngan
disamping untuk follow up dan menguji adanya shunt port caval.
IV. Faal Sintesa
Albumin disintesa oleh hati. Pada gangguan faal hati kadarnya di dalam darah akan
menurun. Cara pemeriksaan yang banyak dipakai sekarang adalah cara bromcresylgreen.
Selain dengan cara di atas, penurunan kadar albumin juga dapat diukur secara elektroforesa
dengan peralatan khusus yang lebih mahal. Selain dengan pemeriksaan albumin, pemeriksaan
enzim cholinesterase(ChE) juga dipakai sebagai tolok ukur dari faal sintesa hati. Penurunan
aktivitas ChE ternyata lebih spesifik dari pemeriksaan albumin, karena aktivitas ChE kurang
dipengaruhi faktor-faktor di luar hati dibandingkan dengan pemeriksaan kadar albumin.
Penetapan masa protrombin plasma berguna untuk menguji sintesa faktor-faktor
pembekuan II, VII, IX dan X. Semua pemeriksaan tersebut lebih berguna untuk menilai atau
membuat prognosa dari pada mendeteksi penyakit hati kronis.
V. Proses Reaktif
Baik enzim GGT, AP, 5-NT maupun. LAP akan meningkat pada kelainan saluran
empedu Enzim-enzim cholestasis ini juga akan meningkat dalam kadar yang lebih rendah
pada kerusakan sel parenkin hati. Pemeriksaan GGT pada saat ini merupakan pemeriksaan
yang paling populer dari ketiga pemeriksaan lainnya. Peningkatan aktivitas enzim ini sering
merupakan tanda pertama keracunan sel hati akibat alkohol. Disamping itu mengingat halflife nya yang panjang peningkatan enzim ini sering merupakan abnormalitas terakhir yang
dijumpai pada proses penyembuhan kerusakan hati.
VI. Imunologi

Pemeriksaan TTT (tes turbiditas timol) merupakan salah satu tes labilitas yang telah
lama dikenal (sejak 1944). Mekanisme fisikakimia dari tes ini belum jelas. Diketahui
globulin akan mempermudah pembentukan presipitasi, sedangkan albumin menghambat
proses ini. Disamping itu trigliserida dan khilomikron dapat menyebabkan tes TTT positip.
Peningkatan dari TTT kadang-kadang ditemukan sebelum terjadi kelainan pada hasil
pemeriksaan elektroforesa dan albumin. Tes labilitas yang lain adalah tes turbiditas zink
sulfat (Kunkel), Takata Ara, dan lain-lain. Sebenarnya tes-tes labilitas ini bukan berdasarkan
reaksi antigen antibodi, tetapi menggambarkan fraksi-fraksi protein.
Peningkatan dari globulin yang merupakan respon imunitas ini biasanya baru
ditemukan pada kerusakan hati yang kronis. Pada penyakit hati kronik biasanya ditemukan
peningkatan IgG. Peningkatan IgM menyolok pada hepatitis type A, sedangkan untuk
hepatitis type B yang menyolok biasanya IgG.
Pemeriksaan AFP pada mulanya disangka adalah spesifik untuk karsinoma hati
primer (hepatoma), namun ternyata selain selain oleh sel tumor hati, AFP juga adakalanya
dibentuk oleh sel tumor pada saluran pencernaan. Denaan cara radioimmunoassay atau
enzyme immunoassay kadarnya hanya 20 mg/ml dalam darah orang normal. Masih belum
diketahui dengan jelas mekanisme peningkatannya pada sel-sel tumor diatas. Bila kadarnya
melebihi 3000 ng/ml hampir dapat dipastikan diagnosa hepatoma. Kadar yang kurang dari itu
dapat juga dijumpai pada sirosis hati, hepatitis, kehamilan trimester ketiga, teratoma, dll.
Pemeriksaan AFP ini terutama dipakai untuk memonitor terapi bedah ataupun khemoterapi
karsinoma hati.
Ada pula beberapa antibodi yang berhubungan dengan penyakit hati. Antibodiantibodi yang ditetapkan secara immunofluorescence ini antara lain antinuclear antibody
(ANA) ditemukan pada hepatitis kronik aktif, anti micochandrial antibody (AMA) dapat
ditemukan pada hepatitis kronik aktif, sirosis bilier dan cholestasis dan smooth muscle
antibody (SMA) yang ditemukan pada hepatitis virus akut.
Telah diketahui beberapa "seromarker" virus hepatitis A dan B. Untuk virus hepatitis
A dikenl HA Ag dan anti-HA. Untuk virus hepatits B dikenal HBsAg, HBcAg, HBeAg, antiHBc dan
anti-HBe. Pertanda serologik ini bermakna untuk menentukan etiologi, mekanisme penularan,
daya tular, tahap penyakit hepatitis dan penyakit hati lainnya yang berkaitan serta
prognosanya.
PENGGUNAAN DALAM KLINIK
Di klink pemeriksaan "faal" hati diperlukan untuk diagnosa adanya dan jenis penyakit
hati, diagnosa banding (ikterus, hepatomegali, asites, perdarahan saluran pencernaan),
menilai
beratnya penyakit, menilai prognosa dan mengikuti hasil pengobatan. Juga diperlukan untuk
penilaian prabedah serta pada keracunan obat-obatan.
Sebagai pedoman umum dapat dilakukan menurut beberapa prinsip praktis seperti
pemilihan tes haruslah menggambarkan berbagai macam tolok ukur dari faal-faal hati, tes
faal hati dilakukan secara serial untuk menilai perkembangan penyakit dan juga semua tes
tersebut harus ditafsirkan di dalam keseluruhan konteks klinik. Juga harus dipahami bahwa
tiap tes laboratorium dapat saja tidak bebas dari kesalahan.
Pengertian menyeluruh diartikan mulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorik sampai pemeriksaan khusus. Pentingnya anamnesa misalnya pada
diagnosa druginduced hepatitis.
Dengan makin banyaknya pemakaian biopsi jarum, endoskopi, ultrasonografi,
scanning, arteriografi dan lain-lain untuk diagnosis tepat peranan diagnostik dari tes-tes faal
hati sekarang

ini sudah banyak berkurang. Walaupun demikian tes-tes ini masih berguna untuk menyaring
adanya penyakit hepatobilier, mengetahui beratnya dan mengikuti kemajuannya.
Sebagai pemeriksaan penyaring : pemeriksaan 3 macam enzim, yaitu ALT untuk
kerusakan sel hati, GGT untuk kolestasis dan cholinesterase untuk faal sintesa hati.
Pemilihan macam tes faal hati apa saja yang diperlukan untuk setiap keadaan dan
jenis penyakit hepatobilier ini masih belum ada kesepakatan, Bermacam-macam algoritme
yang diusulkan dan penggunaan komputer telah dilakukan pula. Untuk itu terlebih dahulu
perlu dibakukan klasifikasi penyakit, metode pemeriksaan laboratorium dan diagnostik
lainnya kemudian diterapkan untuk mendapatkan data asupan.

TES FAAL HATI II


Yaitu pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui fungsi kerja / kelainan pada hati
yang mungkin di sebabkan oleh multifaktor.
Secara umum ada 2 macam gangguan faal hati.
Peradangan umum atau peradangan khusus di hati yang menimbulkan kerusakan jaringan
atau sel hati.
Adanya sumbatan saluran empedu.
Indikasi tes faal hati
Ada persangkaan (dugaan) penyakit hati primer
Kelainan hati oleh penyakit lain
DD/ Ikterus
DD/ Hepatomegali
Gambaran & prognosa penyakit hati
Follow up pengobatan
MACAM-MACAM TESFAAL HATI
1. Tes Fungsi Parenkim
Pemeriksaan laboratorium :
Bilirubin : bilirubin serum (kuantitatif)
Diperiksa secara fotometer dari serum/plasma darah
- Bil. I g Rx. tdk langsung (alb. diikat alkohol)
- Bil. II g Rx. langsung g direk
- Bil. Total g serum + alkohol g Bil. I + Bil. II
Yang diperiksa : Bilirubin Total & Bil. II
sedangkan Bilirubin I = Bilirubin Total Bil. II
Urobilinogen
- Urin
- Feses g sterkobilinogen [ cara : WATSON
Dimana :
a. Urobilinogen urin
N = 1 4 mg/24 jam urin
b. Urobilinogen feses
N = 40 280 mg/24 jam g 30 200 mg%
2. Tes Sintesa Protein
Sintesa : Parenkim hati
-). >> albumin
-). Glob (a, b, g) g Res . lain

-). Fibrinogen + F. pembekuan


3. Metabolisme Lemak
Yaitu digunakan untuk pemeriksaan Kolesterol total dan kolesterol ester
Hati memetabolisme lemak dengan cara :
Mensintesa
Esterifikasi (diikat dengan as. Lemak)
Ekskresi (ke dalam empedu)
Kolesterol bebas disintesa di hati dan di luar hati
Kolesterol ester
Penyakit parenkim hati berat :
- kolesterol total menurun
- kolesterol ester Sangat menurun
Iktrus Obstruksi :
- ke empedu
karena kolesterol total meningkat sampai 500 mg/dl (N= 220 mg/dl)
Kolesterol Darah total = kolest. Bebas + kolest. Ester
Kolest. Total : N : 125-220 mg/dl
Kolest. Ester : N : 70-75 % dari kolest. total
4. Perubahan Aktivitas Enzim
Digunakan untuk pemeriksaan aktifitas enzim secara fotometer dari sampel serum
Enzim yg menilai integritas sel hati
-). SGOT (ASAT), SGPT (ALAT), LDH (LDH5) = enzim sitoplasma
-). SGOT, GLDH = enzim mitokondria
Enzim menilai kolestasis
-). ALP, gGT, 5 NT, LAP tu. Di sekitar kanalikuli biliaris
-). Cholinesterase: tdk khas untuk hati
-). Pseudo cholinesterase : khas hati
Fungsi Tes Faal Hati
hati dalam tubuh mempunyai multifungsi, sehingga tes faal hati pun beraneka ragam sesuai
dengan apa yang hendak kita nilai.
Untuk menilai fungsi sintesis (protein, zat pembekuan darah dan lemak) biasanya dilakukan
pemeriksaan albumin, masa protrombin, dan kolesterol.
Untuk menilai fungsi ekskresi/transportasi menggunakan pemeriksaan bilirubin, alkali
fosfatase, -GT
Untuk mengetahui kerusakan sel hati/jaringan hati, memakai pemeriksaan SGOT (AST),
SGPT (ALT).
Untuk melihat adanya pertumbuhan sel hati yang muda (karsinoma sel hati) digunakan Alfa
Feto Protein (AFP)
Untuk menjelaskan adanya kontak dengan virus hepatitis B, pemeriksaan HBsAg, Anti HBs,
HBeAg, Anti HBe, Anti HBc, dan HBVDNA perlu dijalani pasien.
Untuk melihat adanya kontak dengan virus hepatitis C, pemeriksaan anti HCV, HCV RNA,
dan genotype HCV perlu dilakukan.
Gangguan Faal Hati
Secara umum terdapat dua jenis/macam gangguan faal hati.

Akibat peradangan umum atau peradangan khusus di hati. Kondisi ini menimbulkan
kerusakan jaringan/sel hati.
Akibat tersumbatnya saluran empedu.
Macam Hasil Tes
Test faal hati pada pasien dengan infeksi bakterial maupun virus sistemik yang bukan virus
hepatitis. Gejala klinisnya berupa demam tinggi, myalgia, nausea, asthenia dan sebagainya.
Tes ini memperlihatkan peningkatan SGOT, SGPT serta -GT antara 3-5 kali nilai normal.
Albumin sedikit menurun bila infeksi sudah terjadi lama dan bilirubin dapat meningkat
sedikit terutama bila infeksi cukup berat.
Test faal hati pada pasien dengan hepatitis virus akut maupun drug induce hepatitis. Faal hati
seperti bilirubin direct / indirect dapat meningkat biasanya kurang dari 10 mg%, kecuali pada
hepatitis kolestatik, bilirubin dapat lebih dari 10 mg%. SGOT, SGPT meningkat lebih dari 5
sampai 20 kali nilai normal. -GT dan alkalifosfatase meningkat dua sampai empat kali nilai
normal, kecuali pada hepatitis kolestatik dapat lebih tinggi. Albumin/globulin biasanya masih
normal kecuali terjadi hepatitis fulminan, rasio albumin globulin dapat terbalik dan masa
protrombin dapat memanjang.
Test faal hati untuk pasien dengan sumbatan saluran empedu. Bilirubin direct dan indirect
dapat tinggi sekali (> 20 mg%), terutama bila sumbatan sudah cukup lama. Peningkatan
SGOT dan SGPT biasanya tidak terlalu tinggi, sekitar kurang dari 4 kali nilai normal, -GT
dan alkalifosfatase meningkat sekali dapat lebih dari 5 kali nilai normal. Kolesterol juga
meningkat.
Test faal hati bagi pasien dengan perlemakan hati (fatty liver). Albumin/globulin dan
bilirubin biasanya masih normal. SGOT dan SGPT meningkat 2-3 kali nilai normal demikian
juga -GT dan alkalifosfatase meningkat - 1 kali dari normal. Kadar triglyserida dan
kolesterol juga terlihat meninggi. Kelainan ini sering terjadi pada wanita dengan usia
muda/pertengahan, gemuk, dan biasanya tidak terdapat keluhan yang berupa perasaan tak
nyaman pada perut bagian kanan atas. Pada kasus perlemakan hati primer, semua petanda
hepatitis C harus negatif.
Kelainan Faal Hati Tak Spesifik
Kelainan faal hati tak spesifik umumnya terjadi pada penderita, yang penyakit hatinya telah
mempengaruhi fungsi dari organ lain. Seperti ginjal, paru jantung, dan sebagainya. Dalam hal
seperti ini, gambaran klinis serta pemeriksaan penunjang seperti USG, CT Scan, dan
Endoscopy Retrograde Cholangio Pancreatography (ERCP) atau bahkan biopsi hati biasanya
diperlukan untuk menegakkan diagnosisnya.
http://yu2n-sevenfoldism.blogspot.com/2012/04/tes-faal-hati.html

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


ANALIS KESEHATAN NASIONAL
SURAKARTA

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....02
KATA PENGANTAR .03
BAB I
PENDAHULUAN ..04
BAB II
A.

HATI / LIVER...05

B.

PENYAKIT HATI / LIVER......05

C.

TANDA DAN GEJALA PENYAKIT..06

D.

TEST FUNGSI HATI....07

E.

MAKNA HASIL TEST FUNGSI HATI...08

F.

PERAWATAN PENYAKIT.11

G.

CONTOH HASIL LABORATORIUM HATI YANG NORMAL..12


LAMPIRAN GAMBAR..14
DAFTAR PUSTAKA..16

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahNya kami
selaku penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini. Karya tulis ini dibuat sebagai salah
satu tugas prasyarat. Dengan karya tulis ini penulis berharap mampu berbagi ilmu
khususnya di bidang kimia klinik untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang
materi yang akan disampaikan oleh penulis.
Dengan karya tulis ini penulis juga berharap dapat mengembangkan ilmu dan
wawasan penulis, sehingga baik penulis ataupun pembaca akan mendapat manfaat yang
positif dari karya tulis ini. Karya tulis ini dipersembahkan khusus untuk rekan-rekan analis
kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan dan kompetensi dalam topik yang akan
disampaikan penulis.
Karya tulis ini tidak lepas dari kerjasama dari banyak pihak yang terlibat, oleh karena
itu penulis mengucap terima kasih untuk semua pihak yang terkait dalam pembuatan karya
tulis ini. Penulis sangat menyadari bahwa karya tulis ini jauh dari kesempurnaan karena itu
penulis dengan tangan terbuka menerima kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak.

Maret 2012

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.

Latar Belakang

1.1

Liver adalah istilah kedokteran untuk hati.

1.2

Tes fungsi hati atau lebih dikenal dengan liver panelatau liver function test adalah sekelompok tes darah yang mengukur enzim atau protein tertentu di dalam darah.

1.3

Tes fungsi hati umumnya digunakan untuk membantu mendeteksi, menilai dan memantau
penyakit atau kerusakan hati.

1.4

Pengetahuan tentang tes fungsi hati dan hal-hal yang berkaitan denganya sangat diperlukan
oleh seorang analis laboratorium untuk meningkatkan kompetensinya.

2.

Tujuan

2.1

Untuk meningkatkan wawasan penulis dan pembaca.

2.2

2.3

Untuk meningkatkan kompetensi keahlian, ketrampilan, dan pengetahuan seorang analis


kesehatan khusunya dalam bidang kimia klinik dengan topic test fungsi hati, pemeriksaannya,
dan hal-hal yang bersangkutan dengannya.
Untuk memenuhi tugas yang diberikan.

BAB II
ISI
A. HATI ( LIVER)
Liver adalah istilah kedokteran untuk hati. Penyebab sakit liver itu bermacam-macam,
bisa dikarenakan virus, bisa dikarenakan keracunan dan hal ini akan mengakibatkan
peradangan. Peradangan yang terjadi pada hati disebut dengan Hepatitis. Apapun jenis
peradangannya istilahnya tetap sama yaitu Hepatitis.
Hati memiliki fungsi utama yaitu sebagai Filter Darah. Darah yang beredar di tubuh
kita akan dibersihkan dan disaring dari bahan-bahan beracun yang masuk ke tubuh melalui
makanan atau pernafasan.
Dalam pekerjaannya, hati kita membuat beberapa produk, termasuk jenis protein yang
disebut sebagai enzim. Produk ini dapat keluar dari hati dan masuk ke aliran darah. Tingkat
produk tersebut dapat diukur dalam darah.
Fungsi utama hati pada orang dewasa :

Menyimpan berbagai bentuk glukosa, vit B12, dan zat besi

Penyediaan tenaga (zat gula) dan protein


Pengeluaran hormon-hormon dan insulin.
Pembentukan dan pengeluaran Lemak dan Kolesterol
Penyaring dan pembuang bahan bahan beracun di dalam darah mealalui proses
pembongkaran hemoglobin.
Merubah amonia menjadi urea.

B. PENYAKIT HATI / LIVER


Penyakit hati adalah suatu istilah untuk sekumpulan kondisi-kondisi, penyakitpenyakit dan infeksi-infeksi yang mempengaruhi sel-sel, jaringan-jaringan, struktur dan
fungsi dari hati.
Jika hati menjadi radang atau terinfeksi, maka kemampuanhati untuk melaksanakan
fungsi-fungsi ini jadi melemah. Penyakit hati dan infeksi-infeksi disebabkan oleh suatu
kondisi yang bervariasi termasuk infeksi virus, serangan bakteri, dan perubahan kimia atau
fisik di dalam tubuh. Penyebab yang paling umum dari kerusakan hati adalah kurang
gizi (malnutrition), terutama yang terjadi dengan kecanduan alkohol.
Gejala-gejala penyakit hati mungkin akut, terjadi tiba-tiba, atau kronis, berkembang
perlahan melalui suatu periode waktu yang lama. Penyakit hati kronis jauh lebih umum
daripada yang akut. Angka dari penyakit hati kronis dari laki-laki dua kali lebih tinggi dari
wanita. Penyakit hati dapat menjangkau dari ringan sampai berat tergantung dari tipe
penyakit yang hadir.
C. TANDA DAN GEJALA PENYAKIT
Gejala-gejala sebagian tergantung dari tipe dan jangkauan penyakit hatinya. Pada
banyak kasus, mungkin tidak terdapat gejala. Tanda-tanda dan gejala-gejala yang umum pada
sejumlah tipe-tipe berbeda dari penyakit hati termasuk:

Jaundice atau kekuningan kulit


Urin yang coklat seperti teh
Mual
Hilang selera makan
Kehilangan atau kenaikan berat tubuh yang abnormal
Muntah
Diare
Warna tinja (feces)yang pucat
Nyeri abdomen (perut) pada bagian kanan atas perut
Tidak enak badan (malaise) atau perasaan sakit yang kabur
Gatal-gatal
Varises (pembesaran pembuluh vena)
Kelelahan
Hipoglikemia (kadar gula darah rendah)
Demam ringan

Sakit otot-otot
Libido berkurang (gairah sex berkurang)
Depresi

Penyakit parah yang jarang dari infeksi hati disebut acute


hepatitis, menyebabkan gagal hati. Gejala-gejala dari gagal hati :

fulminant

Aplastic anemia, suatu keadaan dimana sumsum tulang (bone marrow) tidak dapat
membuat sel-sel darah
Ascites, terkumpulnya cairan di dalam abdomen
Edema atau bengkak di bawah kulit
Encephalopathy, kelainan yang mempengaruhi fungsi-fungsi otak
Hati yang membesar dan perih (sakit)
Limpa membesar
Perubahan dalam status mental atau tingkat kesadaran

D. TEST FUNGSI HATI


Kerusakan pada hati yang disebabkan oleh penyakit dapat memungkinkan produk
tersebut masuk ke aliran darah dalam tingkat yang lebih tinggi. Jadi, tes yang mengukur
tingkat produk ini, yang disebut sebagai tes fungsi hati (liver function test/LFT), dapat
menunjukkan tingkat kerusakan pada hati.
Bila dokter mencurigai kita mempunyai masalah atau penyakit hati, dia akan meminta
kita melakukan tes fungsi hati untuk membantu diagnosis. Kemudian, tes fungsi hati dapat
dilakukan untuk memantau hati kita, untuk melihat apakah kerusakan dapat menjadi lebih
berat atau pun pulih.
Tes fungsi hati, seperti yang disampaikan sebelumnya, mengukur enzim, protein dan
unsur yang dihasilkan atau dilepaskan oleh hati dan dipengaruhi oleh kerusakan hati.
Beberapa dihasilkan oleh sel-sel hati yang rusak dan beberapa mencerminkan kemampuan
hati yang menurun dalam melakukan satu atau beberapa fungsinya. Ketika dilakukan bersamaan, tes ini memberikan dokter gambaran kondisi kesehatan hati, suatu indikasi
keparahan akan kerusakan hati, perubahan status hati dalam selang waktu tertentu, dan
merupakan batu loncatan untuk tes diagnosis selanjutnya.
Tes ini biasanya berisi beberapa tes yang dilakukan bersamaan pada contoh darah
yang diambil. Ini bisa meliputi:

Alanine Aminotransferase (ALT) suatu enzim yang utamanya ditemukan di hati,


paling baik untuk memeriksa hepatitis. Dulu disebut sebagai SGPT (Serum Glutamic
Pyruvate Transaminase). Enzim ini berada di dalam sel hati/hepatosit. Jika sel rusak,
maka enzim ini akan dilepaskan ke dalam aliran darah.
Alkaline Phosphatase (ALP) suatu enzim yang terkait dengan saluran empedu;
seringkali meningkat jika terjadi sumbatan.
Aspartate Aminotransferase (AST) enzim ditemukan di hati dan di beberapa tempat lain di tubuh seperti jantung dan otot. Dulu disebut sebagai SGOT (Serum
Glutamic Oxoloacetic Transaminase), dilepaskan pada kerusakan sel-sel parenkim
hati, umumnya meningkat pada infeksi akut.

Bilirubin biasanya dua tes bilirubin digunakan bersamaan (apalagi pada jaundice):
Bilirubin total mengukur semua kadar bilirubin dalam darah; Bilirubin direk untuk
mengukur bentuk yang terkonjugasi.
Albumin mengukur protein yang dibuat oleh hati dan memberitahukan apakah hati
membuat protein ini dalam jumlah cukup atau tidak.
Protein total mengukur semua protein (termasuk albumin) dalam darah, termasuk
antibodi guna memerangi infeksi.

Tergantung pada pertimbangan dokter, beberapa tes tambahan mungkin diperlukan


untuk melengkapi seperti GGT (gamma-glutamyl transferase), LDH (lactic acid
dehydrogenase) dan PT (prothrombine time).
E. MAKNA HASIL TEST FUNGSI HATI
Hasil tes fungsi hati bukanlah sebuah media diagnostik untuk kondisi spesifik; mereka
mengindikasikan bahwa terdapat kemungkinan ada suatu masalah pada hati. Pada orang yang
tidak memperlihatkan gejala atau tidak terindentifikasi adanya faktor risiko, hasil tes fungsi
hati yang abnormal bias mengindikasikan adanya perlukaan hati sementara atau sesuatu yang
terjadi di lokasi lain di dalam tubuh seperti pada otot, pankreas atau jantung. Namun juga bisa
menandakan penyakit hati tahap awal dan memerlukan tes lebih lanjut dan / atau pemantauan
secara berkala.
Hasil-hasil tes fungsi hati biasanya dievaluasi secara bersama-sama. Jadi beberapa set
tes dalam periode tertentu dilihat apakah memiliki pola tertentu. Setiap orang akan memiliki
sebuah set tes fungsi hati yang unik yang biasanya berubah-ubah seiring berjalannya waktu.
Seorang dokter mengamati kombinasi hasil-hasil tes ini guna mendapatkan petunjuk tentang
kondisi yang mendasarinya. Seringkali, tes lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apa
sebenarnya yang menyebabkan penyakit dan / atau kerusakan hati tersebut.
Tabel berikut menunjukkan beberapa kombinasi hasil yang mungkin ditemukan pada
beberapa tipe kondisi / penyakit hati tertentu.
Jenis
disi

Kon- Bilirubin

Kerusakan
hati
akut
(infeksi,
racun, obat)

Normal
atau
meningkat
biasanya
setelah
peningkatan
ALT& AST

Penyakit hati Normal


kronis
atau
meningkat

ALT & AST ALP

Albumin PT

Biasanya
sangat
meningkat;
ALT umumnya
lebih
tinggi
daripada AST

Normal
Normal
atau
hanya
meningkat
sedikit

Biasanya
normal

Sedikit
meningkat

Normal
Normal
atau
sedikit
meningkat

Normal

Hepatitis
alkoholik

Normal
atau
meningkat

AST
biasanya dua
kali
kadar ALT

Normal
Normal
atau
lumayan
meningkat

Sirosis

Bisa
jadi
meningkat
tapi hanya
pada kondisi yang
sudah
berlanjut

AST
Normal
Biasanya Biasanya
biasanya
atau
menurun memanlebih tinggi meningkat
jang
dari
ALT,
namun kadarnya biasanya
lebih rendah
daripada
penyakit
alkoholik

Obstruksi
duktus
biliaris,
kolestasis

Normal
atau
meningkat;
meningkat
pada obstruksi
penuh

Normal
hingga
lumayan
meningkat

Meningkat, sering
lebih
tinggi 4
kali dari
nilai
normal

Normal

Biasanya Biasanya
normal, normal
namun
jika berlangsung
kronis,
kadar
dapat
menurun

Kanker yang Biasanya


sudah
normal
menyebar ke
hati
(metastases)

Normal atau Biasanya Normal


sedikit
sangat
meningkat
meningkat

Kanker yang
asli berasal
dari
hati
(hepatoselular
karsinoma)

AST
lebih Normal
Biasanya Biasanya
tinggi
dari atau
menurun memanALT, namun meningkat
jang
kadar lebih
rendah
daripada
penyakit
alkoholik

Mungkin
meningkat,
umumnya
jika
penyakit
progresif

Autoimmune Normal
atau
meningkat

Lumayan
meningkat

Normal

Normal
Normal Normal
atau
atau
sedikit
menurun
meningkat

F. PERAWATAN PENYAKIT
Perawatan untuk penyakit hati termasuk:

Istirahat di tempat tidur


Minum banyak air untuk mencegah dehidrasi
Hindari obat-obatan yang tidak perlu
Hindari alkohol
Makan diet yang berimbang untuk penyakit hati
Minum obat anti mual jika diperlukan

Perawatan lanjutan tergantung dari tipe dan luasnya penyakit. Contohnya, merawat
hapatitis B, hepatitis C dan hepatitis D dapat melibatkan penggunaan obat-obatan seperti
obat-obatan anti virus (antiviral) alpha interferon. Obat-obat lain yang digunakan untuk
merawat penyakit hepatitis dapat termasukribavirin, lamivudine, steroids, dan antibiotikantibiotik.
Acute fulminant hepatitis dapat menyebabkan gagal hati yang mengancam nyawa
.Ini memerlukan tinggal di rumah sakit dan perawatan untuk kelainan perdarahan,
encephalopathy, dan persoalan-persoalan nutrisi.
Biliary atresia mungkin dirawat dengan suatu prosedur yang disebut Kasai surgery,
suatu prosedur dimana dokter operasi menggantikan saluran empedu dengan bagian dari usus
halus bayi.
Hemochromatosis dirawat dengan cara mengeluarkan 0,5 liter darah satu atau dua
kali dalam seminggu untuk beberapa bulan sampai satu tahun, tergantung dari keparahan
kondisinya. Ini akan menghabiskan secara efektif kelebihan zat besi.
Supplemen vitamin dan mineral diberikan untuk mencegah komplikasi dari primary
biliary cirrhosis. Ini termasuk vitamin A, vitamin D, vitamin E, vitamin K, dan kalsium.
Cholestyramine dapat juga diberikan untuk meringankan gatal-gatal.
Untuk merawat Wilson's disease dokter dapat meresepkan obat trientine atau
penicillamine. Jika obat-obat ini tidak dapat ditoleransi oleh pasien, maka dia mungkin
diminta untuk minum obat zinc acetate.
G. CONTOH HASIL LABORATORIUM HATI YANG NORMAL
DARAH
Ukuran Satuan Nilai Rujukan :
Eritrosit ( juta/l ) : 4,0 4,9 (P), 4,5 5,5 (L)
Haemoglobin ( g/dL ) : 12,0 16,0 (P), 13,0 18,0 (L),
Hematokrit ( % ) : ,0 45,0 (P), 40,0 48,0 (L)
Hitung jenis :

Basofil ( % ) : 0,0 1,0


Eosinofil ( % ) : 1,0 3,0
Batang 1 ( % ) : 2,0 6,0
Segmen 1 ( % ) : 50,0 70,0
Limfosit ( % ) : 20,0 40,0
Monosit ( % ) :2,0 8,0
LED ( mm ) : < 25 (P, usia< 50), < 30 (P, usia = 50) ,< 15 (L, usia< 50), < 20 (L, usia =50
Lekosit ( 103 / l ) : 5,0 10,0
MCH/HER ( pg ) : 27,0 31,0
MCHC/KHER( g/dL ) : 32,0 36,0
MCV/VER( fl ) : 82,0 , 92,0
Trombosit ( 103/l ) : 150 400
Catatan :
1.

Batang dan segmen adalah jenis neutrofil. Kadangkala dilaporkan persentase neutrofil
saja, dengan nilai rujukan, 50,0 75,0 %
http://phutrie449.blogspot.com/2012/03/v-behaviorurldefaultvmlo.html
http://indomedtech.blogspot.com/2013/12/kapita-selekta-kimia-klinik-faal-hati.html
http://spiritia.or.id/cst/dok/lft1.pdf
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/114/jtptunimus-gdl-mutiahgoc2-5673-2-babii.pdf
http://gietupsquare.wordpress.com/2014/03/13/analis-kesehatan-pemeriksaan-sgot-sgpt/

Anda mungkin juga menyukai