Anda di halaman 1dari 5

DASAR TEORI

Hati merupakan kelenjar metabolik terbesar yang penting dalam tubuh yang terletak
disebelah kanan atas rongga perut, tepat dibawah diafragma (sekat yang membatasi daerah dada
dan perut). Bentuk hati seperti prisma segitiga dengan sudut siku-sikunya membulat, beratnya
sekitar 1,25-1,5 kg dengan berat jenis 1,05. Ukuran hati pada wanita lebih kecil dibandingkan
pria dan semakin kecil pada orang tua, tetapi tidak berarti fungsinya berkurang. Hati mempunyai
kapasitas cadangan yang besar dan kemampuan untuk regenerasi yang besar pula. Jaringan hati
dapat diambil sampai tiga perempat bagian dan sisanya akan tumbuh kembali sampai ke ukuran
dan bentuk yang normal. Jika hati yang rusak hanya sebagian kecil, belum menimbulkan
gangguan yang berarti (Wijayakusuma, 2008).
Hati mempunyai fungsi yang sangat banyak dan kompleks yang penting untuk
mempertahankan hidup, yaitu :
1. Pembentukan

dan

ekskresi

empedu

yaitu

metabolisme

garam

dan

metabolisme pigmen empedu. Garam empedu penting untuk pencernaan dan absorbsi le
makdi usus. Bilirubin, pigmen empedu utama, merupakan hasil akhir metabolismedari
penghancuran sel darah merah yang sudah tua. Bilirubin dikonjugasi dalamhati dan
diekskresi dalam empedu.
2. Metabolisme

karbohidrat

(glikogenesis,

glikogenolisis,

glukoneogenesis).

Hati

memegang peranan penting dalam mempertahankan kadar glukosa darah normaldan


penyediaan energi untuk tubuh. Karbohidrat disimpan dalam hati sebagaiglikogen.
3. Metabolisme protein meliputi sintesis protein, pembentukan urea, dan penyimpanan
protein berupa asam amino
4. Metabolisme lemak, hati memegang peranan utama pada sintesis kolesterol,sebagian
diekskresikan dalam empedu sebagai kolesterol atau asam folat.
5. Metabolisme steroid, hati menginfaktifkan dan mengekskresi aldosteron,glukokortikoid,
estrogen, progesteron dan testosteron.
6. Detoksifikasi, hati bertanggung jawab atas biotransformasi zat-zat yang

berbahaya

menjadi zat-zat yang tidak berbahaya yang kemudian diekskresi oleh ginjal (misal obatobatan).

7. Ruang pengapung dan bekerja sebagai filter, sinosuid hati merupakan depot darah yang
dapat mengaliri kembali darah dari vena kava (pada jantung kanan), fagositosis sel
kupffer membuang bakteri dan debris dari darah (Budiwarsono, 2009).
Kapiler empedu dan kapiler darah di dalam hati saling terpisah oleh deretan sel-sel hati
sehingga darah dan empedu tidak pernah tercampur. Namun, jika hati terkena infeksi virus
seperti hepatitis, sel-sel hati bisa pecah dan akibatnya darah dan empedu bercampur
(Wijayakusuma, 2008).
Hepatitis yang sudah dikenal sejak ratusan tahun yang lalu, dapat disebabkan oleh infeksi
maupun non infeksi. Hepatitis merupakan penyakit yang karakteristik dengan keradangan
disertai pembengkakan hati dan pada banyak kasus hepatitis akan terjadi kerusakan yang
permanen pada jaringan hati. Hepatitis adalah suatu keadaan radang atau cedara pada hati
sebagai reaksi terhadap virus, atau obat atau alkohol (Patofisiologi untuk Keperawatan, 2000;
Hal: 145). Hepatitis adalah peradangan pada hati karena toxin, seperti kimia atau obat ataupun
agen penyebab infeksi (Wikipedia, 2011). Hepatitis adalah suatu peradangan pada hati yang
terjadi karena toksin seperti kimia atau obat atau agen penyakit infeksi (Asuhan Keperawatan
pada Anak, 2002).
Salah satu penyebab hepatitis adalah karena infeksi virus. Nama hepatitis virus seringkali
dipakai untuk menyatakan suatu kelompok penyakit yang secara klinis serupa, tetapi berbeda
dalam etiologi dan epidemiologinya. Secara umum, hepatitis (keradangan hati) terutama akan
menyebabkan kenaikan kadar SGPT (Serum Glutamat Piruvat Transaminase), maupun kadar
bilirubin dan SGOT (Serum Glutamat Oksalo asetat Transaminase), sehingga pemeriksaan kadar
senyawa-senyawa ini sering dilakukan untuk melihat adanya gangguan fungsi hati pada hepatitis
dan memonitor perbaikan hepatitis, disamping petanda-petanda khusus dari virus itu sendiri yang
lazim digunakan untuk test diagnostik.
Sampai saat ini infeksi virus hepatitis masih merupakan salah satu masalah kesehatan di
dunia. Dalam upaya mengungkap etiologi virus penyebab hepatitis, telah dikemukakan adanya 8
macam virus, yaitu virus hepatitis A, B, C, D, E, F, G dan virus TT. Dari ke delapan virus
hepatitis tersebut, virus hepatitis A, B dan C merupakan virus penyebab hepatitis yang terbanyak,
di mana virus hepatitis B dan C lebih sering menyebabkan kerusakan yang serius dan permanen

pada hati, bahkan kematian. Saat ini kanker hati pada umumnya terjadi karena adanya kerusakan
hati oleh sebab (salah satunya) virus hepatitis, terutama hepatitis C.
Adanya kerusakan pada hati menimbulkan sitolisis dan nekrosis yang menyebabkan
dilepaskannya berbegai enzim. Enzim-enzim inilah yang mengatalisis pemindahan reversible
satu gugus amino antara suatu asam amino dan suatu asam alfa-keto disebut aminotransferase,
atau transaminase oleh tata nama lama yang masih populer (Saucher dan McPherson, 2002).
Pengukuran enzim-enzim hati dalam serum digunakan untuk mengetahui adanya kerusakan hati
dan untuk membedakan penyakit obstruktuf dengan penyakit hepatoseluler. Pemeriksaan SGOT
(Serum Glutamat

Oksaloasetat Transaminase)

dan SGPT (Serum Glutamat

Piruvat

Transaminase) sebenarnya untuk mengetes fungsi hati bekerja baik atau tidak.
Aminotransferase tersebar luas di tubuh, tetapi terutama banyak dijumpai di hati, karena
peran penting organ ini dalam sintesis protein dan dalam menyalurkan asam-asam amino ke
jalur-jalur biokimiawi lain. Hepatosit pada dasarnya adalah satu-satunya sel dengan konsentrasi
ALT yang tinggi, sedangkan ginjal, jantung, dan otot rangka mengandung kadar sedang. ALT
dalam jumlah yang lebih sedikit dijumpai di pancreas, paru, dan eritrosit. Dengan demikian, ALT
serum memiliki spesifitas yang relative tinggi untuk kerusakan hati. Sejumlah besar AST
terdapat di hati, miokardium, dan otot rangka; eritrosit juga memiliki AST dalam jumlah sedang.
Hepatosit mengandung AST tiga sampai empat kali lebih banyak daripada ALT (Saucher dan
McPherson, 2002).
Aminotransferase merupakan indikator yang baik untuk kerusakan hati apabila keduanya
meningkat. Cedera akut pada hati, seperti karena hepatitis, dapat menyebabkan peningkatan baik
AST maupun ALT menjadi ribuan IU/Liter. Pengukuran aminotransferase setiap minggu
mungkin sangat bermanfaat untuk memantau perkembangan dan pemulihan hepatitis atau cedera
hati lain (Saucher dan McPherson, 2002).
Kadar SGPT dan SGOT serum meningkat pada hampir semua penyakit hati. Kadar yang
tertinggi ditemukan dalam hubungannya dengan keadaan yang menyebabkan nekrosis hati yang
luas, seperti hepatitis virus berat, cedera hati akibat toksin, atau kolaps sirkulasi yang
berkepanjangan. Peningkatan yang lebih rendah ditemukan pada hepatitis akut ringan demikian
pula pada penyakit hati kronik difus maupun lokal (Podolsky dan Isselbacher, 2002). Ketika sel
hati mengalami kerusakan, enzim tersebut berada dalam darah, sehingga dapat diukur kadarnya.

Hal ini disebabkan karena kerusakan pada struktur dan fungsi membran sel hati. Apabila
kerusakan yang timbul oleh radang hati hanya kecil, kadar SGPT lebih dini dan lebih cepat
meningkat dari kadar SGOT (Widmann, 1995). Enzim SGPT adalah enzim yang dibuat dalam sel
hati (hepatosit), jadi lebih spesifik untuk penyakit hati dibandingkan dengan enzim lain. SGPT
sering dijumpai dalam hati, sedangkan dalam jantung dan otot-otot skelet kurang jika
dibandingkan dengan SGOT. Kadarnya dalam serum meningkat terutama pada kerusakan dalam
hati dibandingkan dengan SGOT (Hadi, 1995). Enzim SGPT berfungsi untuk mengkatalisis
pemindahan amino dari alanin ke -ketoglutarat. Produk dari reaksi transaminase adalah
reversibel, yaitu piruvat dan glutamat (Giboney, 2005). Kadar SGPT dalam serum menjadi
petunjuk yang lebih sensitif ke arah kerusakan hati karena sangat sedikit kondisi selain hati yang
berpengaruh pada kadar SGPT dalam serum (Widmann, 1995).
SGPT/ALT serum umumnya diperiksa secara fotometri atau spektrofotometri, secara
semi otomatis atau otomatis. Nilai rujukan untuk SGPT/ALT adalah Laki-laki : 0 - 45 U/L,
perempuan : 0 - 34 U/L. Pada umumnya nilai tes SGPT/ALT lebih tinggi daripada SGOT/AST
pada kerusakan parenkim hati akut, sedangkan pada proses kronis didapat sebaliknya.
Prinsip pemeriksaan SGPT yaitu Alanine aminotransferase ( ALT ) mengkatalis
transiminasi dari L alanine dan a kataglutarate membentuk l glutamate dan pyruvate,
pyruvate yang terbentuk di reduksi menjadi laktat oleh enzym laktat dehidrogenase ( LDH ) dan
nicotinamide adenine dinucleotide ( NADH ) teroksidasi menjadi NAD. Banyaknya NADH yang
teroksidasi hasil penurunan serapan ( absobance ) berbanding langsung dengan aktivitas ALT dan
diukur secara fotometrik dengan panjang gelombang 340 nm.

http://laporanakhirpraktikum.blogspot.co.id/2013/06/dsa.html
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/153/jtptunimus-gdl-entotpramu-7607-3-babii.pdf
https://gietupsquare.wordpress.com/2014/03/13/analis-kesehatan-pemeriksaan-sgot-sgpt/
http://nnaslife.blogspot.co.id/2011/06/kalo-yang-sebelumnya-tentangkolesterol.html

yang ini untuk pembahasan


Menurut Riswnato (2009) kodisi yang dapat meningkatkan SGPT dibedakan menjadi
tiga, yaitu :
a. Peningkatan SGOT/SGPT > 20 kali normal : hepatitis viral akut, nekrosis hati
(toksisitas obat atau kimia).
b. Peningkatan 3-10 kali normal : infeksi mononuklear, hepatitis kronis aktif, sumbatan
empedu ekstra hepatik, sindrom Reye, dan infark miokard (SGOT>SGPT).
c. Peningkatan 1-3 kali normal : pankreatitis, perlemakan hati, sirosis Laennec, sirosis
biliaris.

Anda mungkin juga menyukai