Disusun oleh :
Kelas A
MEI/2020
1. Sediaan yang Beredar Dipasaran
(Sumber: https://www.klikdokter.com/obat/cendo-p-pred)
Struktur Kimia
(Pubchem)
Bobot Molekul 402.5 g/mol9(Pubchem)
Serbuk hablur, putih atau praktis putih; tidak berbau. Melebur pada
Pemerian
suhu 235° disertai peruraian. (FI V)
Praktis tidak larut dalam air; sukar 1âIut dalam aseton, dalam etanol
Kelarutan
dan dalam kioroform. . (FI V)
Cara Analisis
(FI V)
kualitatif
Susut pengeringan
Cara Analisis
(FI V)
Kuantitatif
Stabilitas -
Inkompatibilitas -
3. Formula Standar
4. Monografi Eksipien
Cavasol W8 HP
Berupa serbuk putih turunan Y-siklodekstrin yang memiliki berat
molekulnya sekitar 1500-1600, dan memiliki sekitar 0,5 hingga
Pemerian sekitar 0,7 unit propilena oksida per unit glukosa. Bahan ini tersedia
dari Wacker Fine Chemicals sebagai CAVASOL® W8 HP Pharma.
(United States Patent Application Publication)
- Larut dalam air : > 150 g dalam 100 ml pada suhu 25°C
- Good solubility pada : methanol, ethanol, pyridine, dimethyl
Kelarutan sulfoxide, dimethyl formamide
Serbuk atau granul putih atau putih krem, tidak berasa, tidak berbau.
Pemerian
(HoPE 6th Hal.327)
Larut dalam air dingin, membentuk koloid kental; praktis tidak larut
dalam air panas, kloroform, etanol (95%), dan eter, tetapi larut
Kelarutan
dalam campuran etanol dan diklorometana, campuran metanol dan
diklorometana, dan campuran air dan alkohol. (HoPE 6th Hal.327)
HPMC merupakan bahan yang stabil meskipun higroskopis setelah
Stabilitas
pengeringan. Larutan stabil pada pH 3 – 11. Peningkatan temperatur
dapat menurunkan viskositas dari larutan. HPMC tidak dapat
bercampur dengan beberapa bahan pengoksidasi. (HoPE 6th
Hal.328)
Suspending agent dan thickening agent pada ophthalmic
Fungsi
(HoPE 6th Hal.327)
Kristal atau bubuk kristal putih, tidak berwarna, tidak berbau (HoPE
Pemerian
6th Hal.641)
Larut dalam1.5 bagian air, dalam 0.6 bagian air mendidih; praktis
Kelarutan
tidak larut dalam etanol (95%). (HoPE 6th Hal.641)
Sodium sitrat dihidrat merupakan bahan yang stabil. (HoPE 6 th
Stabilitas
Hal.641)
Fungsi Ophthalmic solution (HoPE 6th Hal.641)
EDTA
Benzalkonium Chloride
Bubuk amorf atau serpihan agar-agar berwarna putih atau putih
Pemerian kekuningan, higroskopis, memiliki bau aromatic, rasa yang sangat
pahit, dan licin bila disentuh. (HoPE 6th Hal.56)
Praktis tidak larut dalam eter; sangat larut dalam aseton, etanol
Kelarutan
(95%), metanol, propanol, dan air. (HoPE 6th Hal.57)
Benzalkonium klorida bersifat higroskopi, dapat dipengaruhi oleh
Stabilitas
cahaya, udara, dan logam. (HoPE 6th Hal.57)
Fungsi Antimikroba pada ophthalmic (HoPE 6th Hal.56)
HCl
Purified Water
Pemerian Cairan tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa (USP 30)
Kelarutan Bercampur dengan banyak pelarut polar (USP 30)
- Panas : tahan panas hingga suhu 804 ᵒC
Stabilitas - Hidrolisis : ph 6,7 – 7,3 pada larutan jenuh
- Cahaya : harus terlindung cahaya (USP 30)
Fungsi Pelarut (USP 30)
Pada sediaan suspensi untuk mata, ukuran partikel disesuaikan antara 1-3 mikron, pada
penampilan makroskopis tidak lebih dari 10 aglomerat/ml. Ukuran partikel akan mempengaruhi
efektivitas obat di permukaan mata, partikel yang besar akan mengurangi efektivitas obat.
Ukuran partikel dapat diperkecil pada saat pembuatan yaitu dengan menggunakan eksipien.
Seperti di dalam jurnal yang ditulis Akram, Muhammad dkk, tahun 2010, penggunaan dimetil
sulfoksida dan larutan PVP K-30 dapat mengurangi ukuran partikel zat aktif. Sehingga dalam
jurnal tersebut formulasi untuk sediaan mata suspensi prednisolone asetat dikembangkan formula
dengan ukuran partikel 1-3μm untuk meningkatkan paparan obat ke permukaan mata. Metode
untuk mengukur ukuran partikel dalam suspensi yaitu:
- Diperintahkan untuk membuat 100 pcs prednisolone suspensi tetes mata dengan
volume 5 ml/kemasan
- Berdasarkan sediaan yang beredar volume sediaan suspense tetes mata adalah 5
ml/kemasan, oleh karena itu dibuat volume 5 ml/kemasan
- Berdasarkan FI V untuk sediaan cairan kental dengan volume 5 ml, kelebihan
volume yang dianjurkan yaitu 0,5 ml
- Volume sediaan perkemasan adalah 5,5 ml
- Maka volume batch 100 x 5,5 = 550 ml
7. Perhitungan Bahan
Gelas ukur 1 L 1
Gelas ukur 5 ml 4
Rendam dengan alkohol
2. Mechanical Stirrer 2 30 menit
70%
3. Water Bath 1 - -
Rendam dengan alkohol
4. Thermometer 1 30 menit
70%
Semprot dengan alkohol
5. Mixer stainless steel 1 30 menit
70%
6. Homogenizer 1 - -
7. Laminar Air Flow 1 Sinar UV 1 jam
8. Autoklaf 1 - -
9. Botol kemasan tetes mata 100 Autoklaf 121℃ 15 menit
Tutup botol kemasan
10. 100 Rebus dengan air mendidih 30 menit
tetes mata
Beaker Glass 1 L 1
11. Autoklaf 121℃ 20 menit
Beaker Glass 500 ml 1
Batang pengaduk 2
Spatula 6
Rendam dengan alkohol 30 menit
12. kaca arloji 6
70%
penjepit besi 1
pipet tetes 2
- Bahan
- Pencucian Alat
(Sumber : Januarti, Ika Buana, dkk. 2018. Modul 19 (Fr2415) Sterile Pharmaceutical
Products Buku Petunjuk Praktikum. Semarang : Prodi Farmasi Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sultan Agung)
- Pengeringan Alat
a) Keringkan dalam keadaan terbalik pada oven dengan suhu 100 – 105º C selama 10
menit
b) Bisa ditutup dengan kertas tembus uap air
c) Wadah kecil harus kering betul
d) Periksa : bila ada noda bekas cuci
e) Bila rusak/retak : buang
- Pembungkusan Alat
Alat yang kering dibungkus dengan kertas tembus uap air untuk alat yang akan
disterilkan dengan autoklaf dan aluminium foil untuk alat yang akan disterilkan dengan
oven. Masing-masing alat dibungkus sebanyak rangkap dua. Jangan lupa tandai alat yang
di bungkus pada bungkus paling luar.
No. Jenis Alat Langkah Pencucian
1. Tahap Pengusiran : mengusir udara dari ruang otoklaf
2. Tahap Pemanasan : sampai suhu pembinasaan yang
diinginkan
3. Tahap Keseimbangan : pemerataan panas
4. Tahap pembinasaan : pembinasaan mikroorganisme
1 Sterilisai dengan Autoklaf
5. Tahap penjaminan : 50% dari waktu keseimbangan
6. Tahap Jatuh : sampai uap habis
7. Tahap pendinginan : Otoklaf sampai dengan suhu
80ºC
- Penyimpanan Alat
Setelah disterilkan, tanpa membuka bungkus, alat disimpan dalam satu wadah dan
diletakkan pada rak sesuai kelompok masing-masing
9 Prosedur Pembuatan
(sumber: US Patent publication)
10 Wadah
(sumber: https://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/label/2018/017100s045lbl.pdf)
Sediaan disimpan pada wadah plastic botol berbahan HDPE (High Density
Polyethylene) berwarna putih tidak tembus cahaya, dengan pipet untuk meneteskan sediaan
berbahan polystiren high impact (HIPS) berwarna putih. Uji integritas wadah untuk botol
plastic meliputi uji kekencangan tutup botol agar terjaga sterilitasnya dengan menggunakan
mesin torque.
a) Uji Strerilitas
(Sumber : Farmakope Indonesia Edisi V)
Jumlah minimum yang digunakan untuk tiap Gunakan isi tiap wadah yang sebanding dengan
media tidak kurang dari 200 mg
Prosedur uji :
- Inokulum Langsung
Media :
Media cair tioglikolat untuk bakteri aerob dan anaerob, suhu inkubasi: 30-35˚C
Syarat media :
- Prosedur :
Pindahkan sejumlah sediaan uji langsung ke dalam media hingga volume sediaan
tidak lebih dan 10% volume media, kecuali dinyatakan lain.
Jika tidak terjadi pertumbuhan mikroba, maka bahan uji memenuhi syarat
sterilitas. Jika terbukti terjadi pertumbuhan mikroba, maka bahan uji tidak memenuhi
isyarat sterilitas, kecuali dapat ditunjukkan bahwa uji tidak absah disebabkan oleh hal
yang tidak berhubungandengan bahan uji.
Jika pengujian tidak absah, lakukan uji ulang dengan jumlah bahan yang sama
dengan uji awal. Jika tidak terbukti terjadi pertumbuhan mikroba, maka contoh
memenuhi syarat uji sterilitas. Jika ditemukan pertumbuhan mikroba pada uji ulang,
maka contoh tidak memenuhi syarat uji sterilitas.
Inkubasi wadah yang sudah diinokulasikan pada suhu 22,5 0C ± 2,50C. Ambil
sampel dari setiap wadah pada interval yang sesuai pada kriteria efektivitas antimikroba.
Catat setiap perubahan penampilan yang diamati pada interval tersebut. Tetapkan dengan
prosedur angka lempeng, Hitung perubahan dalam nilai log jumlah koloni/ml untuk
setiap mikroba yang digunakan pada setiap interval uji dan nyatakan sebagai log reduksi.
Kriteria efektivitas antimikroba : Sediaan Kategori I
Koloni tidak kurang dari 1,0 log reduksi dari jumlah hitungan awal
Bakteri pada hari ke-7, tidak kurang dari 3,0 log reduksi dari hitungan awal
pada hari ke-14 dan tidak meningkat sampai hari ke-28
Koloni tidak meningkat dari jumlah hitungan awal sampai hari ke-7,
Kapang dan khamir
14, dan 28
Pseudomonas Soybean-Casein
aeruginosa Digest Broth; 32,50C ±
18 - 24 jam 3 - 5 hari
(ATCC No. 9027) Soybean-Casein 2,50C
Digest Agar
Mengandung prednisolon asetat C23H30O6 tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
dari 1150% dari jumlah yang tertera pada etiket.
- Fase gerak :
Campuran asetonitril P-air (2:3), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
penyesuaian menurut kesesuaian sistem seperti tertera pada Farmakope Indonesia Edisi V
bagian Kromatografi.
- Larutan baku :
Timbang seksama prednisolon asetat BPFI, larutkan dan encerkan secara
kuantitatif dengan campuran larutan asetonitril P-air (1:1) hingga diperoleh kadar lebih
kurang 0,1 mg per ml.
- Larutan Uji :
Ukur saksama sejumlah volume suspensi tetes mata setara dengan 5 mg
prednisolon asetat, masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml. Encerkan dengan larutan
campuran asetonitril P-air (1:1) sampai tanda
- Prosedur :
1. Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama (kurang lebih 10 μg) larutan
baku dan larutan uji ke dalam kromatograf
2. Rekam kromatogram dan ukur respons puncak utama
3. Hitung jumlah dalam mg C23H30O6 per ml suspensi tetes mata dengan rumus :
Keterangan:
d) Uji Penetapan pH
(Sumber : Farmakope Indonesia Edisi V)
pH Suspensi tetes mata predniosolon asetat harus berada pada rentang 5,0 - 6,0.
pH diukur dengan pH meter yang sudah dikalibrasi. Sampel dimasukkan ke dalam wadah
hingga menyentuh bagian pendeteksi pH tepat letaknya di tengah sampel.
Bobot jenis suatu zat adalah hasil yang diperoleh dengan membagi bobot zat
dengan bobot air dalam piknometer. Kecuali dinyatakan lain dalam monografi, keduanya
ditetapkan pada suhu 250C.
Piknometer kosong yang bersih dan kering ditimbang (a). Kemudian aquadest
bersuhu 250C dimasukkan ke dalam piknometer yang telah dikalibrasi dan ditimbang
beratnya (b). Piknometer dibersihkan dan dikeringkan. Suspensi tetes mata predniosolon
asetat dimasukkan ke dalam piknometer denga suhunya diatur hingga lebih kurang 250C,
kemudian ditimbang beratnya (c). Massa jenis suspensi tetes mata predniosolon asetat
ditentukan menggunakan persamaan :
Keterangan :
i) Uji Homogenitas
(Sumber : Praktikum Teknologi Sediaan Steril KEMENKES RI)
Homogenitas dapat ditentukan berdasarkan jumlah partikel maupun distribusi ukuran
partikelnya dengan pengambilan sampel pada berbagai tempat menggunakan mikroskop
untuk hasil yang lebih akurat atau jika sulit dilakukan atau membutuhkan waktu yg lama,
homogenitas dapat ditentukan secara visual. Suspensi yang homogen akan memperlihatkan
jumlah atau distribusi ukuran partikel yang relatif hampir sama pada berbagai tempat
pengambilan sampel.
Sumber: https://dailymed.nlm.nih.gov/dailymed/fda/fdaDrugXsl.cfm?setid=1474d1df-
70b6-4b1e-86d1-3349aa6d42fb&type=display
Kontraindikasi infeksi mata purulen purulen yang tidak diobati, pada sebagian besar
mata.
terhadap salah satu bahan dari sediaan ini dan kortikosteroid lain.
menyebabkan perforasi.
Peringatan dan 12. Penggunaan kortikosteroid dalam waktu yang lama dapat
13. Jika produk ini digunakan selama 10 hari atau lebih, tekanan
menyebabkan perforasi.
20. Jika tanda dan gejala gagal membaik setelah 2 hari, pasien
Menurut Peraturan Kepala Badan POM Nomer 24 Tahun 2017 Tentang Kriteria dan
Tata Laksana Obat, berikut ini yang harus tertera pada label dan kemasan :
- Kemasan Primer
21.
- Kemasan Sekunder
- Brosur
DAFTAR PUSTAKA
Akram, Muhammad., Naqvi, Syed Baqir Shyum., Gauhar, Shahnaz. 2010. Development of New
Opthalmic Suspension Prednisolone Acetate 1%. Pak. J. Pharm. Sci., Vol. 23, No. 2.
Allen, L. V., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients, Sixth Edition, Rowe R. C., Sheskey,
P. J., Queen, M. E., (Editor), London, Pharmaceutical Press and American Pharmacists
Assosiation, 697-699.
Ayuhastuti, Anggreni. 2016. Praktikum Teknologi Sediaan Steril KEMENKES RI. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI
Baranowski, Przemyslaw., Karolewcz, Bozena., Gajda, Maciej., Pluta, Janusz. 2014. Ophthalmic
Drug Dosage Forms: Characterisation and Researsh Methods. The Scientific World
Journal. Volume 2014. Hindawi Publishing Corporation.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan
Emilia, dkk. 2013. Formulasi Dan Evaluasi Stabilitas Fisiksuspensi Ibuprofen Dengan
Menggunakan Natrosol Hbr Sebagaibahan Pensuspensi. Jurnal Mahasiswa Farmasi
Kedokteran UNTAN, 1)
Januarti, Ika Buana, dkk. 2018. Modul 19 (Fr2415) Sterile Pharmaceutical Products Buku
Petunjuk Praktikum. Semarang : Prodi Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Sultan Agung
United States Patent Application Publication Chang et al, 2007, Prednisolone Acetate
Compositions, ALLERGAN, INC. 2525 DUPONT DRIVE, T2-7H IRVINE, CA 92.612-
1599 (US)
U.S. Pharmacopeia. The United States Pharmacopeia, USP 30/The National Formulary, NF 25.
2007 Rockville, MD: U.S. Pharmacopeial Convention, Inc.,