Anda di halaman 1dari 28

JURNAL PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI III

SEDIAAN INFUS DEXTRAN 40

DERY AKMAL ARHANDIKA 11171020000017


Kelas A FARMASI 2017

PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA APRIL/2020
1. Sediaan yang Beredar di Pasaran
Sumber : https://www.klikdokter.com/obat/otsutran-40
a) Merk Dagang : Otsutran-40
b) Pabik pembuat : Otsuka Indonesia
c) Spesifikasi sediaan : Mengandung dextran dan sodium chloride dalam cairan steril infus
botol plastik @500 ml
d) Otsutran-40 merupakan cairan infus yang di produksi oleh Otsuka Indonesia. Cairan infus
ini mengandung dextran, sodium chloride yang diindikasikan untuk pengganti darah, luka
bakar, perdarahan akut.

2.Studi Preformulasi Zat Aktif


Rumus Molekul C18H32O16 (Pubchem)
Nama Kimia 2,3,4,5-tetrahydroxy-6-[3,4,5-trihydroxy-6-[[3,4,5-trihydroxy-6-
(hydroxymethyl)oxan-2-yl]oxymethyl]oxan-2-yl]oxyhexanal
(Pubchem)
Struktur Kimia

(Pubchem)
Bobot Molekul 40.000 (European Pharmacopeia 8th Edition)
Densitas 504.4 g/mol (Pubchem)
Pemerian Bubuk putih atau hampir putih (USP Eropa)
Kelarutan Sangat larut dalam air, sangat sedikit larut dalam alcohol. (European
Pharmacopeia 8th Edition)
pH Kelarutan 4,5-7,0 (USP 32)
Cara Disimpan pada tempat tidak adanya cahaya, panas yang berlebih, dan
Penyimpanan kelembaban, pada suhu 4-40°C. Dalam botol kaca. (Dextran,
Ullmann;s Encyclopedial of Industrial Chemistry)
Cara Analisis  Dalam larutan tidak berwarna
kualitatif  Uji keasaman/alkalinitas : Penambahan fenolftalein, larutan tidak
berwarna. Dengan Natrium hidroksida larutan berwarna merah.
 Uji kandungan nitrogen
(European Pharmacopeia 8th Edition)
Cara Analisis  HPLC
Kuantitatif  Susut pengeringan
(European Pharmacopeia 8th Edition)
Stabilitas Udara :Tidak stabil
Cahaya : Tidak stabil
Oksidasi : Tidak stabil
Suhu : 4-40°C
Stabil pada keadaan tanpa cahaya, panas berlebih, dan kelembaban,
stabil pada suhu 4-40°C. (Dextran, Ullmann;s Encyclopedial of
Industrial Chemistry)
Inkompatibilitas Tidak kompatibel dengan ampicillin sodium, oxacillin sodium,
penicillin G potassium. (Drugs.com)
Penggunaan Penggantian cairan awal dan penambahan volume plasma pada jenis
Terapi syok tertentu, sirkulasi ekstrakorporeal, profilaksis gangguan
tromboemboli. (Drugs.com)

Data Farmakologi Untuk Label dan Brosur


Nama Sediaan Infus Destran 40
Komposisi Dextran 40
Farmakologi Menambah volume plasma, sehingga tekanan darah membaik.
Karena efek osmotic koloid dari dekstran, cairan dari ruang
interstitial akan ditarik ke dalam ruang intravascular yang
menyebabkan ekspansi dari volume plasma.
Durasi kerja : 3-4 jam (efek perluasan plasma)
T ½ distribusi :12 menit
T ½ eliminasi : 40 menit
Metabolisme : minimal pada jaringan , hati, ginjal, limpa.
Ekskresi : urin 75%
(Medscape)
Indikasi  Mengurangi kekentalan darah dan menghambat endapan atau
agregasi eritrosit.
 Profilaksis dan pengobatan gangguan tromboemboli pasca
operasi
(Drug Guideline, Liverpool Hospital)
Kontraindikasi  Hipersensitif terhadap produk dekstran atau jagung
 Gagal jantung kengestif berat, gagal ginjal, gagal hati.
 Hipovolemik, edema paru
 Gangguan perdarahan hebat, perdarahan akut
 Pasien yang membutuhkan pembatasan natrium
 Trombositopenia berat
(Drug Guideline, Liverpool Hospital)
Efek samping  Reaksi anafilaksis berat dan fatal (<1%), termasuk hipotensi
nyata, mual, dyspnea, urtikaria umum, demam.
 Kelebihan cairan, edema paru
 Peningkatan perdarahan local pada luka bedah
 Tromboflebitis
 Dapat mengganggu anafilaksis glukosa darah
 Dapat menyebabkan gagal ginjal akut
(Drug Guideline, Liverpool Hospital)
Peringatan dan  Berikan dengan hati-hati pada pasien dengan peningkatan risiko
perhatian edema paru, gagal jantung kongestif
 Perhatian dengan penyakit hati kronis (gangguan perdarahan) dan
penyakit ginjal.
 Perlu dimonitor untuk reaksi hipersensitivitas
(Drug Guideline, Liverpool Hospital)
Interaksi  Berinteraksi dengan abciximab, meningkatkan risiko perdarahan
siknifikan  Dapat menggagu proses tes darah, dan penentuan Rh
(Drug Guideline, Liverpool Hospital)
Aturan pakai  Syok : Tidak lebih dari 20 mL/kg IV selama 24 jam. Kemudian
10 mL/kg/hari
 Operasi (DVT/PE profilaksis) : 500-1000 mL (~ 10 mL/kg) pada
saat operasi, kemudian 500 mL/hari selama 2-3 hari, kemudian
500 mL q2-3 hari selama 2 minggu.
(Medscape)
Penyimpanan Pada suhu 25°C (Drugs.com)

3.Formula Standar
Bahan Jumlah
Dextran 40 100 g
CaCl2 0,2 g
KCl 0,3 g
NaCl 6g
Na lactate 3,1 g
Water for Ad to 1000 mL
injection

4,Data Eksipien
1. CaCl2
Pemerian Granul atau serpihan, putih, keras, tidak berbau
Kelarutan Mudah larut dalam air, dalam etanol, dan dalam
etanol mendidih, sangat mudah larut dalam air
panas
Stabilitas Inkompatibel dengan larutan IV yang
mengandung banyak zat aktif
Fungsi Agen terapetik, agen peng alkilasi (HOPE edisi
VI)

2. KCl
Pemerian Hablur bentuk memanjang, prisma atau kubus,
tidak berwarna, atau serbuk granul putih, tidak
berbau, rasa garam
Kelarutan Mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam
air mendidih, tidak larut dalam etanol
Stabilitas Stabil terhadap udara, stabil dan harus disimpan
dalam wadah tertutup, ditempat sejuk dan kering
Fungsi Agen terapetik dan agen tonisitas (HOPE edisi
VI)

3. NaCl
Pemerian Hablur bentuk kubus, tidak berwarna atau serbuk
hablur putih, rasa asin.
Kelarutan Mudah larut dalam air, sedikit lebih mudah larut
dalam air mendidih, larut dalam gliserin, sukar
larut dalam etanol
Stabilitas Stabil dalam bentuk larutan, larutan stabil dapat
menyebabkan pengguraian partikel dari tipe
gelas
Fungsi Agen tonisitas (HOPE edisi VI )

4. Na Lactate
Pemerian Tidak berwarna, bening, tidak berbau, atau
sedikit berbau dengan bau garam yang khas,
higroskopis
Kelarutan Larut dalam methanol 95% dan dalam air,
kloroform dan gliseol. Praktis tidak larut dalam
kloroform , eter dan minyak
Stabilitas Sodium laktat harus disimpan dalam wadah
tertutup rapat di tempat yang sejuk, kering, dan
kering. Sodium laktat mudah terbakar dan terurai
saat pemanasan.
Fungsi Pengawet antimikroba; agen penyangga; agen
pengemulsi; agen penyedap; humektan. I
(HOPE edisi VI)

5. Water For Injection


Pemerian Cairan tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan Bercampur dengan banyak pelarut polar
Stabilitas - Panas : tahan panas hingga suhu 804 ᵒC
- Hidrolisis : ph 6,7 – 7,3 pada larutan jenuh
- Cahaya : harus terlindung cahaya
Fungsi Pelarut
(USP 30)
5.Perhitungan Tonisitas
Metode : Ekivalensi NaCl

Perhitungan

Zat Jumlah Ekivalensi Massa Tonisitas


(g) ( E) (%) (% x E)
Dextran 40 = 100 g /1000 x 100 0,16 10 % 1,6 %
= 10 %
CaCl2 = 0,2 g /1000 x 100 0,70 0,02 % 0,014 %
= 0,02 %
KCl = 0,3 g /1000 x 100 0,76 0,03 % 0,0228 %
= 0,03 %
Na Lactate = 3,1 g /1000 x 100 0,58 0,31 % 0.1798 %
= 0,31 %
Total 1,8166 %

Kesimpulan: bersifat hipertonis. Perlu penyesuaian Formula agar larutan bersifat isotonus dengan
tubuh.

6.Perhitungan Osmolaritas

No Bahan Formula
1 Dextran 40 100 g
2 CaCl2 0,2 g
3 KCl 0,3g
4 NaCl 6g
5 Na Laktat 3,1 g
6 Water for injection 1000 mL

1. Osmolaritas Dextran 40
W = 100 g/L
n =2
Mr = 504,4 g/mol

 x 1000 x jumlah ion

= x 1000 x 1
= 198,25 mOsmol/L
2. Osmolaritas CaCl2
W = 0,2 g/L
n =3
Mr = 110,98 g/ mol

 x 1000 x jumlah ion

= x 1000 x 3
= 5,4 mOsmol/L

3. Osmolaritas KCl
W = 0,3 g/L
n =2
Mr = 74,55

 Mol osmolaritas/L = x 1000 x jumlah ion

= x 1000 x 2
= 8,04 mOsmol/L

4. Osmolaritas Na Lactate
W = 3,1 g/L
n =2
Mr = 112,06 g/mol

 Mol osmolaritas = x 1000 x jumlah ion

= x 1000 x 2
= 55,32 mOsmol/L
5. Osmolaritas NaCl
W = 6 g/L
n =2
Mr = 58,44 g/mol
 Mol osmolaritas = x 1000 x jumlah ion

= x 1000 x 2
= 205,33 mOsmol/L
6. Osmolaritas Total
= (198,25 mOsmol/L + 5,4mOsmol/L + 8,04 mOsmol/L+ 55,32mOsmol/L + 205,33
mOsmol/L)
= 472,34 mOsmol/L
Kesimpulan : Jadi, sediaan infus dextran bersifat hipertonis karena nilai osmolaritas nya >350
mOsmol/L. untuk mengatasi keadaan ini, kita harus mengatur kecepatan infus .

7.Penetapan Volume Batch


Sumber : Farmakope Indonesia Edisi V

a) Diperintahkan untuk membuat 1000 liter per batch dengan volume 1000 ml/kemasan, maka dibuat
sediaan sebanyak 1000 pcs
b) Berdasarkan FI V penetapan volume injeksi dalam wadah, untuk volume 50 ml atau lebih
dilebihkan 2% sehingga menjadi 1000 ml × 2% = 1020 ml
c) Sediaan dibuat sebanyak 2000 liter, karena pada skala industri membuat 1 tanki bervolume
minimal 2 liter (gea.com/ Pharma Process Vessels) dan untuk pertimbangan hilangnya volume
pada saat proses penyarian, pengeringan, evaluasi, dll

8.Perhitungan Bahan
No Nama Bahan Perhitungan Jumlah yang Ditimbang
1 Dextran 40 100 g/1000 ml x 2000ml 200 L
2 CaCl2 0,2 g/1000 ml x 2000 ml 0,4 L
3 KCl 0,3 g /1000 ml x 2000 ml 0,6 L
4 NaCl 6 g /1000 ml x 2000 ml 12 L
5 Na lactate 3,1 g/1000 ml x 2000 ml 6,2 L
Water for
6 Add to 2000 L 1780 L
Injection

9.Alat dan cara sterilisasi

Sterilisasi Alat dan Bahan

 Alat

No. Nama Alat Metode Sterilisasi Durasi


1. Gelas ukur Autoklaf 121℃ 15 menit

2. Container mechine Semprot dengan alkohol


5000L 70%

3 Botol infuse Autoklaf 121℃ 15 menit

4. Karet penutup Desinfektan

 Bahan

No. Nama Bahan Metode Sterilisasi

1 Dextrose monohydrate Autoklaf 121℃

2 CaCl Autoklaf 121℃

3 KCl Autoklaf 121℃ atau filtrasi

4 NaCl Autoklaf 121℃ atau filtrasi

5 Na lactate Autoklaf 121℃

6 Water for injection Autoklaf 121℃

7 Produk akhir Autoklaf 121℃

1. Pencucian Alat

a. Alat terbuat dari Gelas

i. Rendam dalam larutan tepol panas,sebaiknya semalam

ii. Sikat dengan sikap yang keras

iii. Bilas dengan air kran (panas/dingin), bagian luar dan dalam

iv. Bilas dengan aquadest bebas pirogen sebanyak 3x

b. Alat terbuat dari Aluminium

i. Didihkan dengan detergent 10 menit

ii. Bila perlu rendam dalam Na2CO3 5% selama 5 menit (tidak boleh lebih 5 menit, sebab Al akan larut)

iii. Bilas dengan air panas mengalir


iv. Didihkan dalam air kran 15 menit kemudian bilas

v. Didihkan dalam Aquadest 15 menit kemudian bilas dengan aquadest 3x

c. Alat terbuat dari Karet

i. Rendam dalam larutan NaCl 2% selama 2 hari

ii. Rendam dalam larutan tepol dan Na2CO3 0,5% selama 1 hari

iii. Didihkan 15 menit dengan larutan tersebut

iv. Diulang dengan larutan baru

v. Diulang sampai larutan jernih

vi. Rendam dalam otoklaf 110ºC – 20 menit (1x atau 2x) sampai air rendaman jernih

vii. Bilas dengan Spiritus dil-air sama banyak, sampai jernih

viii. Masukkan kantong kering dan disterilkan dengan otoklaf

ix. Catatan : Karet dengan kualitas baik tidak memerlukan langkah i dan ii

2. Pengeringan Alat

a. Keringkan dalam keadaan terbalik pada oven dengan suhu 100 – 105º C selama 10 menit

b. Bisa ditutup dengan kertas tembus uap air

c. Wadah kecil harus kering betul

d. Periksa : bila ada noda bekas cuci

e. Bila rusak/retak : buang

3. Pembungkusan Alat

Alat yang kering dibungkus dengan kertas tembus uap air untuk alat yang akan disterilkan dengan autoklaf
dan aluminium foil untuk alat yang akan disterilkan dengan oven. Masing-masing alat dibungkus sebanyak
rangkap dua. Jangan lupa tandai alat yang di bungkus pada bungkus paling luar. 4. Sterilisasi Alat

a. Sterilisai dengan Autoklaf

i. Tahap Pengusiran : mengusir udara dari ruang otoklaf

ii. Tahap Pemanasan : sampai suhu pembinasaan yang diinginkan

iii. Tahap Keseimbangan : pemerataan panas

iv. Tahap pembinasaan : pembinasaan mikroorganisme


v. Tahap penjaminan : 50% dari waktu keseimbangan

vi. Tahap Jatuh : sampai uap habis

vii. Tahap pendinginan : Otoklaf sampai dengan suhu 80ºC

b. Sterilisasi dengan Oven Sama seperti tahapan sterilisasi dengan autoklaf tanpa tahap pengusiran dan tahap
jatuh. Sedangkan tahap pendinginan dengan oven sampai dengan suhu 40ºC

5. Penyimpanan Alat

Setelah disterilkan, tanpa membuka bungkus, alat disimpan dalam satu wadah dan diletakkan pada rak
sesuai kelompok masing-masing

10.Prosedur Pembuatan
Cara kerja:
1. Menyiapkan bahan sesuai yang tertera pada resep Dextran 40, NaCl, CaCl2, KCl, dan Sodium
lactate. Kemudian dilarutkan pada air untuk injeksi.
2. Menambahkan karbon aktif 0,04% (mg/dL) menggunakan jarum sesuai takaran dosis. Diaduk
selama 5 menit, kemudian didinginkan sampai suhu 75oC. Menyaring karbon aktif, dan mengatur
nilai pH menjadi 5.0 – 7.5. kemudian disaring kembali menggunakan saringan membran berukuran
0.45μm selama 15 menit.
3. Mengambil sampel dan mengukur nilai pH dan kandungan. Kemudian sediaan diisi pada kemasan
setelah memenuhi persyaratan.
4. Mensterilisasi sediaan dengan tekanan uap panas 115oC selama 30 menit.
Sumber:
Google Patents. 2010. Composition of dextran 40 and sodium lactate Ringer' solution and
preparation method. CN101822690B. China. Available at:
https://patents.google.com/patent/CN101822690B/en
11.Wadah dan Gelas
Gelas umumnya digunakan untuk kemasan dalam farmasi, karena memiliki beberapa keuntungan.
Kelebihan menggunakan gelas antara lain, inert, kedap udara, dibuat dari bahan yang relatif
murah, tidak mudah terbakar, bentuknya tetap, mudah diisi, mudah ditutup, dapat dikemas
menggunakan packaging line, mudah disterilisasi, mudah dibersihkan dan dapat digunakan
kembali.
Kekurangan gelas sebagai wadah untuk menyimpan sediaan semisolid dibandingkan dengan
logam dan plastik adalah lebih rapuh (mudah pecah) dan lebih berat untuk pengiriman. Kemasan
untuk konsumen yang terbuat dari gelas bukan merupakan wadah yang paling higienis karena
wadah akan sering dibuka berulang – ulang oleh konsumen, dimana tangannya tidak selalu bersih.
a. Komposisi gelas
Gelas terutama tersusun dari pasir, soda abu, batu kapur, dan cullet. Pasir adalah silica yang
hamper murni, soda abu adalah natriumkarbonat, dan batu kapur adalah kalsium karbonat. Cullet
adalah pecahan gelas yang dicampur dengan batch pembuatan dan berfungsi sebagai bahan
penyatu untuk seluruh campuran. Komposisi gelas bervariasi, dan biasanya diatur untuk tujuan-
tujuan tertentu. Kation-kation yang paling umum didapatkan dalam bahan gelas farmasi adalah
silicon, alumunium, boron, natrium, kalium, kalsium, magnesium, zin dan barium. Satu-satunya
anion yang paling penting adalah oksigen.

b. Pembuatan Gelas
Dalam produksi gelas ada empat dasar pembuatan, diantaranya : meniup, menarik, menekan, dn
menuang. Peniupan menggunakan udara yang ditekan untuk membentuk cairan gelas kedalam
ruang cetakan dari logam. Pada penarikan, cairan gelas ditarik melalui gulungan atau cetakan yang
member bentuk pada gelas yang lunak. Dalam penekanan digunakan kekuatan mekanik untuk
menekan caira gelas pada sisis cetakan. Cara menuang menggunakan kekuatan grafitasi atau
sentrifugasi yang menyebabkan cairan erbentuk dalam ruang cetakan.

c. Gelas Berwarna-Perlindungan terhadap Cahaya


Wadah gelas untuk obat umumnya terdapat sebagai gelas jernih tidak berwarna atau berwarna
amber. Untuk tujuan dekoratif, warna-warna kusus seperti biru, hijau zamrud, dan kunig opal
dapat diperoleh dari pengusaha gelas. Hanya gelas berwarna amber dan merah yang efektif untuk
melindungi isi botol dari pengaruh cahaya matahari dengan menyaring keluar sinar ultra violet
yang berbahaya. Spesifikasi dalam USP untuk wadah tahan cahaya harus memberikan
perlindungan terhadap cahaya engan kekuatan 2900 samapai 4500 amstrong. Gelas amber
memenuhi spesifikasi ini, tetapi oksida besi yang ditambahkan dapat lepas dan masuk ke dalam
obat.
GELAS UNTUK OBAT
USP dan NF menguraikan tipe gelas dan memberikan pengujian gelas yang diserbukkan dan
pengaruh air terhadap gelas untuk mengevaluasi ketahanan kimiawi gelas. Pengujian yang
diserbukkan dilakukan terhadap butir-butir yang hancur dengan ukuran tertentu, dan pegujian
pengaruh air terhadap gelas hanya dikerjakan terhadap gelas tipe II yang telah dipaparkan pada uap
sulfur diosida.
a. Tipe I- Gelas Borosilikat
Pada gelas yang paling resisten ini, sebagian besar alkali dan kation tanah diganti dengan boron dan
alumunium serta zink. Penambahan boron kurang lebih 6 % untuk membentuk gelas borosilikat tipe
I mengurangi proses pelepasannya, sehinga hanya 0,5 bagian per sejuta yang terlarut dalam waktu
satu tahun.

b. Tipe II- Gelas natrium Karbonat yang Diolah


Bila alat gelas disimpan beberapa bulan lamanya, terutama dalam atmosfer yang lembab atau
dengan variasi temperature yang ekstrem, pembasahan permukaan oleh uap air yang terkondensasi
mengakibatkan terlarutnya garam-garam dan gelas. Wadah tipe II dibuat dari gelas natrium
karbonat yang ada dalam prdagangan dan telah didealkalisasi atau diolah sehingga alkali
dipermukaannya hilang. Pengolahan dengan sulfur menetralkan alkali oksida pada permukaan,
sehingga menyebabkan gelas lebih tahan terhadap bahan kimia.

c. Tipe III- Gelas natrium Karbonat Biasa


Wadah-wadah tidak diolah dulu dan dibuat dari gelas natrium karbonat yang ada dalam perdagangan
dengan ketahanan terhadap bahan kimia yang sedang atau lebih dari sedang.

d. Tipe IV- Gelas natrium Karbonat untuk Penggunaan Umum


Wadah-wadah terbuat dari natrium karbonat dipasok untuk produk non-parental yang dimaksud
untuk pemakaian topical atau oral.
UJI PADA WADAH GELAS
1. Uji Transmisi cahaya
Alat:
Spektrofotometer dengan kepekaan dan ketelitian yang sesuai untuk pengukuran jumlah cahaya
yang ditransmisi oleh wadah sediaan farmasi yang terbuat dari bahan gelas.
- Penyiapan
Potong wadah kaca dengan gergaji melingkar yang dipasang dengan roda abrasif basah, seperti
suatu roda berlian. Wadah dari kaca tiup dipilih bagian yang mewakili ketebalan rata-rata dinding
dan potong secukupnya hingga dapat sesuai untuk dipasang dalam spektrofotometer. Wadah gelas
tadi dicuci dan dikeringkan dengan hati-hati untuk menghindari adanya goresan pada permukaan.
Gelas contoh kemudian dibersihkan dengan kertas lensa dan dipasang pegangan contoh dengan
bantuan paku lilin.

- Prosedur:
Potongan diletakkan dalam spektrofotometer denagn sumbu silindris sejajar terhadap bidang celah
dan lebih kurang di tengah celah. Jika diletakkan dengan benar, sorotan cahaya normal terhadap
permukaan potongan dan kehilangan pantulan cahaya minimum. Ukur tranmitans potongan
dibandingkan dengan udara pada daerah spektrum yang diinginkan terus-menerus dengan alat
perekam atau pada interval lebih kurang 20 nm dengan alat manual pada daerah panjang
gelombang 290 nm—450nm.
- Batas:
Transmisi cahaya yang diukur tidak melewati batas yang tertera pada tabel 1, untuk wadah sediaan
parenterral. Transmisi cahaya wadah kaca atau gelas tipe NP untuk sediaan oral atau topikal tidak
lebih dari 10% pada setiap panjang gelombang dalam rentang 290nm—450nm.

Ukuran Presentase maksimum Transmisi Cahaya


nominal pada panjang gelombang antara 290 dan
(dalam 450 nm
ml) Wadah segel- Wadah segel
bakar tutup rapat
1 50 25
2 45 20
5 40 15
10 35 13
20 30 12
50 15 10
Catatan : setiap wadah dengan ukuran antara seperti yang tertera pada tabel di atas menunjukkan
transmisi tidak lebih dari wadah ukuran lebih besar seperti yang terterapada tabel. Untuk wadah
lebih dari 50 ml, gunakan batas untuk 50 ml.
2. Uji Tahan Bahan Kimia
Prinsip: Menetapkan daya tahan wadah kaca atau gelas baru (yang belum pernah digunakan)
terhadap air. Tingkat ketahanan ditentukan dari jumlah alkali yang terlepas dari kaca karena
pengaruh media pada kondisi ynag telah ditentukan. Pengujian dilakukan di ruangan yang relatif
bebas dari asap dan debu berlebihan.

Alat Pereaksi
1. Otoklaf dengan suhu yang dipertahankan 1. Air kemurnian
121° ± 2,0° dan mampu menampung 12 tinggi dengan konduktivitas
wadah diatas permukaan air. 0,15mm
2. Larutan merah metil
2. Lumpang dan alu yang terbuat dari baja-
diperkeras
3. Pengayak terbuat dari baja tahan karat
ukuran 20,3 cm yaitu nomor 20,40
dan 50
4. Labu erlenmeyer 250ml terbuat dari kaca
tahan lekang
5. Palu 900 g
6. Magnit permanen
7. Desikator
8. Alat volumetrik secukupnya

Prosedur :
Bahan uji ditambahkan 5 tetes indikator dn memerlukan tidak lebih dari 0,020ml natrium
hidroksida 0,020 N LV untuk mengubah warna indikator dan ini terjadi pada pH 5,6.
3. Uji Serbuk Kaca
Penyiapan contoh:
Pilih secara acak 6 atau lebih wadah, bilas dengan air murni, keringkan dengan udar bersih dan
kering. Hancurkan wadah hingga menjadi ukuran lebih kurang 25mm. Lalu pecahan kaca dtumbuk
dengan lumpang dan alu diteruskan dengan pengayakan nomor 20 setelah itu nomor 40. Ulangi
kembali penghancuran dan pengayakan. Kemudian pecahan kaca diayak dengan ayakan yang
menggunakan penggoyang mekanis selama 5 menit. Pindahkan bagian yang tertinggal pada
ayakan nomor 50, yang bobotnya harus lebih dari 10 g ke dalam wadah bertutup dan simpan dalam
desikator hingga saat pengujian
Sebarkan contoh pada sehelai kertas kaca dan lewatkan magnit melalui contoh tersebut untuk
menghilangkan partikel besi yang terikut selama pengahancuran. Masukkan contoh kedalam labu
Erlenmeyer 250 ml terbuat dari kaca tahan bahan kimia dan cuci 6 kali, tiap kali dengan dengan
selam 20 menit, pindahkan butiran ke dalam botol
timbang dan dinginkan dalam desikator. Contoh uji digunakan dalam waktu 48 jam setelah
pengeringan.
Prosedur :
Timbang contoh uji, masukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 ml yang diekstraksi dengan air
kemurnian tinggi dalam tangas air pada suhu 90 selama tidak kurang dari 24 jam atau pada suhu
121 selama 1 jam. Tambahkan 50,0 ml air kemurnian tinggi ke dalam labu dan ke dalam labu lain
untuk blanko. Tutup semua labu dengal gelas piala terbuat dari borosilikat yang sebelumnya telah
diperlakukan seperti ditetapkan denagn ukuran sedemikian hingga dasar gelas piala menyentuh
bagian tepi labu. Letakkan wadah dalam otoklaf dan tutup hati-hati, biarkan lubang ventilassi
terbuka. Panaskan hingga uap keluar dan lanjutkan pemanasan selama 10 menit. Tutup lubang
ventilasi dan atur suhu 121 . Pertahankan suhu pada 121°C selama 30 menit dihitung saat suhu
tercapai. Kurangi panas hingga otoklaf mendingin dan mencapai tekanan atmosfer dalam 38 menit
hingga 46 menit, jika perlu buka lubang ventilasi untuk mencegah terjadinya hampa udara.
Dinginkan segera labu dalam air mengalir, enaptuangkan air dalam labu ke dalam bejana sesuai
yang bersih dan cuci sisa serbuk kaca 4 kali , tiap kali dengan 15 ml air kemurnian tinggi.
Tambahkan 5 tetes larutan merah metil dan titrasi segera dengan asam sulfat 0,020 N LV. Catat
volume asam sulfat 0,020 N yang digunakan untuk menetralkan ekstrak dari 10 g contoh uji,
lakukan titrassi blanko. Volume tidak lebih dari yang tertera pada tabel tipe kaca dan tabel uji
untuk tipe gelas yang diuji.
4.
Penyiapan contoh:
Pilih secara acak 3 atau lebih wadah bilas 2 kali dengan air kemurnian tinggi.
Prosedur :
Isi setiap wadah dengan air kemurnian tinggi hingga 90% dari kapasitas penuh dan lakukan
prosedur seperti yang tertera pada uji serbuk kaca mulai dengan “Tutup semua labu…..”, kecuali
waktu pemansan dengan otoklaf 60 menit bukan 30 menit dan diakhiri dengan “untuk mencegah
terjadinya hampa udara”. Kosongkan isi dari 1 atau lebih wadah ke dalam gelas ukur 100 ml. Jika
wadah lebih kecil, gabungkan isi dari beberapa wadah untuk memperoleh voluyme 100 ml.
Masukkan kumpulan contoh dalam labu erlenmeyer 250 ml terbuat dari kaca tahan bahan kimia,
tambahkan 5 tetes larutan metil merah, titrasi dalam keadaan hangat dengan asam sulfat 0,020N
LV. Selesaikan titrasi dalam waktu 60 menit setelah otoklaf dibuka. Catat volume asam sulfat
0,020 N yang digunakan , lakukan titrasi blanko dengan 100 ml air kemurnian tinggi pada suhu
yang sama dan dengan jumlah indikator yang sama. Volume tidak lebih dari yang tertera pada
tabel tipe kaca dan batas uji untuk tipe kaca yang diuji.

5. Uji Arsen
Arsen tidak lebih dari 0,1 bpj;gunakan sebagai larutam uji 35 ml air dari 1 wadah kaca tipe I, atau
jika wadah lebih kecil , 35 ml dari kumpulan isi dari beberapa wadah kaca tipe I, yang disiapkan
sesuai prosedur seperti yang tertera pada ketahanan terhadap Air pada suhu 121°C.
SPESIFIKASI WADAH

Kapasitas 1.120,00 ml
Penuh
Kapasitas 1.000,00 ml
Normal
Cross-Section Lingkaran
Diameter 95,00 mm
Luar
Diameter 95,00 mm
Dalam
Tinggi 225,00 mm
Berat 385,00 g
Tipe gelas 2
Warna Bening dan orange kecokelatan
Aplikasi Untuk sediaan herbal dan
farmasetikal

12.Kemasan

Label pada kemasan primer


Kemasan sekunder

Brosur
13.Pengujian mutu sediaan
1. Uji sterilitas (FI V 1362)
Jumlah minimum yang digunakan untuk tiap media: ½ wadah = 125mL Jumlah Minimum wadah
yang diuji tiap media: 2% atau 20 wadah = 20 wadah

Pengujian digunakan untuk bahan, sediaan, alat sesuai dengan farmakope yang dipersyaratkan
harus steril. Hasil yang diterima menunjukkan bahwa tidak ada kontaminasi mikroba ditemukan
dalam sampel di bawah kondisi pengujian.
Syarat media yang digunakan untuk uji sterilitas yaitu:
 Media harus bersifat merangsang pertumbuhan mikroba → memenuhi syarat uji
fertilitas aerob, anaerob, dan kapang
 Steril, inkubasi sebagian media pada suhu yang sesuai selama 14 hari Jenis media:
 FTM (Fluid Thioglycolate Medium) → untuk bakteri aerob dan anaerob, suhu inkubasi:
30-350C
 SCDM (Soybean-casein Digest Medium) → untuk jamur / kapang dan beberapa bakteri
aerob, suhu inkubasi: 20-250C. Media untuk golongan penicilin dan sefalosporin perlu
ditambahkan secara aseptis enzim B- laktamase yang sudah diuji inaktivasi daya hambat
Metode uji sterilitas terbagi menjadi 2 macam yaitu:
 Inokulasi langsung dalam media uji, dilakukan secara aseptis, produk sudah terbukti
tidak menghambat pertumbuhan bakteridan sederhana, namun gerakan berulang
berpotensi kondisi menjadi non aseptis. Metode ini hanya digunakan jika produk tidak
bisa dilakukan dengan uji filtrasi membran. Jika spesimen uji terdapat kandungan
bakteriostatik / fungistatik, bilas dengan cairan pembilas → perolehan kembali cairan
bilasan diuji dengan teknik penyaringan membran.
Prosedur:
Pindahkan sejumlah sediaan uji seperti tertera langsung ke dalam media hingga volume sediaan
tidak lebih dan 10% volume media, kecuali dinyatakan lain.Jika sediaan uji mempunyai aktifitas
antimikroba, lakukan uji setelah dinetralisasi dengan bahan penetral yang sesuai atau dengan cara
mengencerkan dalam sejumlah media yang cukup. Jika diperlukan
penggunaan volume besan dari sediaan, maka lebih baik digunakan media yang lebih pekat dan
dilakukan pengenceran bertahap. Jika sesuai, media pekat dapat ditambahkan langsung ke dalam
sediaan dalam wadah.
 Teknik penyaringan membran, untuk cairan & serbuk yang mengandung bakteriostatik
dan fungistatik (memisahkan mikroba kontaminan dari penghambat pertumbuhan),
minyak, salep / krim bukan bakteriostatik dan fungistatik yang larut dalam larutan
pengencer dan uji sterilitas permukaan kritis alat kesehatan.

Berdasar Farmakope Indonesia Edisi V (2014), pengamatan terhadap kekeruhan dan atau
pertumbuhan mikroba pada semua wadah dalam waktu 14 hari.
Interpretasi Hasil:
 Memenuhi spesifikasi jika tidak terjadi pertumbuhan → (Steril)
 Tidak memenuhi spesifikasi jika terjadi kekeruhan → (Tidak Steril) Tahap Lanjutan:
 Pindahkan sejumlah media yang digunakan untuk uji (tiap tabung tidak kurang dari 1 ml)
pada media segar yang sama
 Inkubasi media dan sampel ≥ 4 hari
a) Memenuhi spesifikasi: jika tidak terjadi pertumbuhan (bahan uji memenuhi
syarat sterilitas)
b) Tidak memenuhi spesifikas jika terjadi pertumbuhan

2. Uji bebas pirogen (FI V p. 1412)


Uji pirogen dimaksudkan untuk membatasi risiko reaksi demam pada tingkat yang dapat diterima
oleh pasien pada pemberian sediaan injeksi. Pengujian meliputi pengukunan kenaikan suhu kelinci
setelah penyuntikan sediaan uji secara intravena dan ditujukan untuk sediaan yang dapat
ditoleransi oleh kelinci percobaan pada dosis tidak lebih dari 10 ml per kg yang disuntikkan secara
intravena dalam periode tidak lebih dari 10 menit. Untuk sediaan yang memerlukan penyiapan
pendahuluan atau cara pemberian khusus, ikuti petunjuk tambahan yang diberikan pada masing-
masing monografi atau, dalam hal antibiotik atau sediaan biologi petunjuk tambahan diberikan
dalam ketentuan lain.
Alat dan Pengencer.
Alat suntik, jarum dan alat gelas dibebaskan dari pirogen dengan pemanasan pada 250° selama
tidak kurang dari 30 menit atau dengan metode lain yang sesuai. Perlakukan semua pengencer dan
larutan untuk mencuci dan membilas peralatan atau alat suntik parenteral sedemikian rupa yang
dapat menjamin alat tersebut steril dan bebas pirogen. Lakukan uji pirogen pada pengencer dan
larutan untuk pencuci atau pembilas alat secara berkala. Bila digunakan Injeksi Natrium Klorida
sebagai pengencer, gunakan larutan yang mengandung natrium klorida 0,9%.
Rekaman Suhu
Gunakan alat pendeteksi suhu yang teliti seperti thermometer klinik atau alat termistor atau alat
sejenis yang telah dikalibrasi untuk menjamin ketelitian ± 0,1 0 dan telah diuji untuk penetapan
bahwa pembacaan maksimum dapat dicapai kurang dari 5 menit. Masukkan alat pendeteksi suhu
ke dalam rektum kelinci uji dengan kedalaman tidak kurang dari 7,5 cm dan setelah periode waktu
tidak kurang dari yang ditetapkan sebelumnya, catat suhu tubuh kelinci.
Hewan Uji
Gunakan kelinci dewasa yang sehat. Tempatkan kelinci satu ekor dalam satu kandang dalam
ruangan dengan suhu yang seragam antara 20° - 23° dan bebas dari gangguan yang menimbulkan
kegelisahan. Perbedaan suhu tidak lebih dari ±3° dari suhu yang ditetapkan. Kelinci yang belum
pemah digunakan untuk uji pirogen, adaptasikan kelinci tidak lebih dari tujuh hari dengan uji
pendahuluan yang meliputi semua tahap yang tertera pada Prosedur, kecuali penyuntikan. Kelinci
tidak boleh digunakan untuk uji pirogen lebih dari sekali dalam waktu 48 jam, atau sebelum 2
minggu untuk uji pirogen yang menunjukkan kenaikan suhu 0,6° atau lebih, atau telah digunakan
untuk uji sediaan yang dinyatakan pirogenik.
Prosedur
Lakukan uji dalam ruang terpisah yang dirancang untuk pengujian pirogen dan pada kondisi
lingkungan yang sama dengan ruang pemeliharaan hewan dan bebas dan gangguan yang
menimbulkan kegelisahan. Kelinci tidak diberi makan selama pengujian. Boleh diberi minum
setiap saat, tetapi terbatas. Jika termistor pengukur suhu rektum digunakan untuk pengujian,
kelinci diletakkan dalam penyekap yang dapat menahan kelinci dengan leher yang longgar
sehingga dapat duduk dengan bebas. Tetapkan suhu kontrol dari tiap kelinci tidak lebih dari 30
menit sebelum penyuntikan larutan uji. Suhu tersebut digunakan sebagai awal untuk penetapan
setiap
kenaikan suhu yang dihasilkan dari penyuntikan larutan uji. Dalam setiap kelompok kelinci uji,
gunakan kelinci yang mempunyai perbedaan suhu kontrol antara satu dengan lainnya tidak lebih
dari 1°, dan suhu kontrol setiap kelinci tidak boleh lebih dari 39,8°. Kecuali dinyatakan lain pada
masing-masing monografi, suntikkan 10 ml larutan uji per kg berat badan kedalam vena telinga
setiap tiga kelinci, lakukan penyuntikan dalam waktu 10 menit. Larutan uji berupa sediaan yang
perlu dikonstitusi sesuai etiket, atau bahan uji yang diperlakukan seperti tertera pada masing-
masing monografi dan disuntikkan sesuai dosis tersebut. Untuk uji pirogen dari alat atau perangkat
injeksi, gunakan cucian atau bilasan permukaan yang kontak dengan bahan yang diberikan secara
parenteral, tempat penyuntikan atau janingan tubuh pasien. Semua larutan uji harus terjamin bebas
kontaminasi. Lakukan penyuntikan setelah larutan uji dihangatkan pada suhu 37 0±2°. Rekam suhu
berturut- turut antara jam ke-1 dan ke-3 setelah penyuntikan dengan selang waktu 30 menit.
Interpretasi hasil uji pirogen adalah sebagai berikut:

Tahap 1 Tahap 2

Memenuhi syarat:
tidak ada satupun Menggunakan 5 ekor kelinci lain
kelinci
menunjukkan
kenaikan suhu 0.50 C
Memenuhi syarat bebas pirogen:
Bila ada kelinci menunjukkan 1. ≤ 3 kelinci menunjukkan kenaikan
kenaikan suhu 0.50 C atau lebih, suhu 0.50 C / lebih
lanjutkan uji tahap 2 2. Jumlah kenaikan suhu 8 kelinci
tidak melebihi 3.30 C

3. Uji keseragaman sediaan


Dengan uji keseragaman kandungan Jumlah sediaan yang diuji: 30 unit
Untuk menjamin konsistensi satuan sediaan, masing masing satuan dalam bets harus mempunyai
kandungan zat aktif dalam rentang sempit yang mendekati kadar yang tertera pada etiket. Satuan
sediaan didefinisikan sebagai bentuk sediaan yang mengandung dosis tunggal atau bagian dari
suatu dosis zat aktif pada masing-masing satuan.
Keseragaman sediaan didefinisikan sebagai derajat keseragaman jumlah zat aktif dalam satuan
sediaan. Persyaratan yang ditetapkan dalam bab ini berlaku untuk masing-masing zat aktif yang
terkandung dalam satuan sediaan yang mengandung satu atau lebih zat aktif, kecuali dinyatakan
lain dalam FI.
Keseragaman sediaan ditetapkan dengan salah satu dari dua metode, yaitu Keragaman bobot dan
Keseragaman kandungan. Uji Keseragaman kandungan berdasarkan pada penetapan kadar masing-
masing kandungan zat aktif dalam satuan sediaan untuk menentukan apakah kandungan masing-
masing terletak dalam batasan yang ditentukan. Metode keseragaman kandungan dapat digunakan
untuk semua kasus.
 Ambil tidak kurang dari 30 satuan
 Lakukan penetapan kadar pada sejumlah tententu bahan yang ditelah dikocok dan
dipindahkan dari masing-masing wadah dalam kondisi penggunaan yang normal dan
nyatakan hasil sebagai dosis terbagi
 Hitung nilai penerimaan
 Menghitung nilai penerimaan
 Rumus:
Np = | M - 𝑥̅ | + ks Keterangan
Variabel Definisi

M Nilai rujukan

𝑥̅ Rata-rata dari masing-masing kandungan (x1, x2,


xn)
yang dinyatakan dalam persentase

K Konstanta penerimaan
Jika, n = 10, maka k = 2,4 Jika, n = 30, maka k = 2,0

S Simpangan baku sampel

L1 Nilai penerimaan maksimum yang diperbolehkan


L1 = 15,0

L2 Rentang deviasi maksimum dari tiap satuan sediaan


yang diuji dari perhitungan nilai M
L2 = 25,0
Kriteria penerimaan
Sediaan padat dan cair. Keseragaman sediaan memenuhi syarat jika nilai penerimaan 10 unit
sediaan pertama tidak kunang atau sama dengan L1%. Jika nilai penenimaan lebih besar dan L1%,
lakukan pengujian pada 20 unit sediaan tambahan, dan hitung nilai penenimaan. Memenuhi syarat
jika nilai penerimaan akhir dari 30 unit sediaan lebih kecil atau sama dengan L1% dan tidak ada
satu unitpun kurang dari [1 - (0,01)(L2)]M atau tidak satu unitpun lebih dari [1 + (0,01)(L2)]M
seperti tertera pada Perhitungan nilai penerimaan dalam Keseragaman kandungan atau Keragaman
bobot. Kecuali dinyatakan lain L1 adalah 15,0 dan L2 adalah 25,0.
4. Uji partikulat (FI V, p.1494)
 Tujuan: Menghitung partikel asing subvisibel dalam rentang ukuran tertentu dalam
sediaan injeksi
 Metode: Uji Hitung Partikel Secara Hamburan Cahaya; (b) Uji Hitung Partikel Secara
Mikroskopik
 Prinsip : Pengukuran jumlah partikel berdasarkan hamburan cahanya larutan uji.
Pengukuran jumlah partikel berdasarkan perhitungan partikel yang terlihat dengan
mikroskop.
 Prosedur: Sejumlah tertentu sediaan uji diukur hamburan cahayanya kemudian
dibandingkan dengan larutan baku. Sejumlah tertentu sediaan uji difiltrasi menggunakan
membran, lalu membran tersebut diamati di bawah mikroskop. Jumlah partikel dengan
dimensi linear efektif 10 mikrometer atau lebih dan sama atau lebih besar dari 25
mikrometer dihitung.
 Interpretasi: Injeksi volume kecil memenuhi syarat uji jika jumlah partikel yang
dikandung yang memiliki diameter ≥10 µm ≤ 6000 dan yang memiliki diameter ≥25 µm
≤ 600 per wadah.
5. Uji kejernihan (Lachman, p.1355)
Pemeriksaan dilakukan secara visual biasanya dilakukan oleh seseorang yang memeriksa wadah
bersih dari luar di bawah penerangan cahaya yang baik, terhalang terhadap refleksi ke dalam
matanya, dan berlatar belakang hitam dan putih, dengan rangkaian isi dijalankan dengan suatu aksi
memutar, harus benar-benar bebas dari partikel kecil yang dapat dilihat dengan mata.
6. Uji endotoksin bakteri (FI V, p.1406-1411)
 Tujuan: Untuk memperkirakan kadar endotoksin bakteri yang mungkin ada
didalam atau pada bahan uji.
 Prinsip: Pengujian dilakukan menggunakan "Limulus Amebocyte Lysate" (LAL),
terdapat dua teknik uji, teknik pemebentukan jendal gel dan teknik fotometrik.
Teknik fotometrik mencakup metode turbidimetri, yang didasarkan pada
pembentukan kekeruhan setelah penguraian substrat endogen dan metode
kromogenik yang didasarkan pada pembentukan warna setelah terjadi penguraian
kompleks kromogen-peptida sintetik. Dilakukan salah satu dari teknik tersebut,
kecuali jika dinyatakan lain pada monografi.
 Sebelumnya dilakukan persiapan:
 Depirogenasi alat
Penyiapan baku pembanding dan baku kontrol endotoksin Penentuan pengenceran
maksimum yang absah (PMA)
 Interpretasi: memenuhi syarat jika kadar endotoksin Tidak lebih dari 0,4 unit
Endotoksin FI per mg

7. Penetapan pH (FI V, p. 1563-1564)


 Tujuan : Mengetahui pH suatu bahan atau sediaan dan untuk mengetahui
kesesuaiannya dengan persyaratan yang telah ditentukan.
 Interpretasi: Bulk memenuhi persyaratan jika memiliki pH 4.5
 Alat : pH meter
 Prinsip : Pengukuran pH cairan uji berdasarkan beda potensial dari pasangan
elektroda menggunakan pH meter yang telah dikalibrasi.
 Prosedur :
a. pH meter dikalibrasi terlebih dahulu menggunakan larutan dapar baku. Larutan dapar
baku yang dipilih ada dua, di mana pH larutan uji diperkirakan berada diantara pH
kedua larutan dapar baku tersebut dan mempunyai perbedaan pH tidak lebih dari 4
unit dengan pH larutan uji.
b. pH meter yang telah dikalibrasi digunakan untuk mengukur pH larutan
DAFTAR PUSTAKA
De Belder, Anthony N. 2008. Dextran. Ullmann’s Encyclopedia of Industrial Chemistry. Vol. 11.
DOI: 10.1002/14356007.a08_449.pub2. Sweden.
Drugs.com, 2018, Prescription Drug Information, Interactions & Side Effects, Terdapat di:
https://www.drugs.com/drug-interactions/dextran-low-molecular-weight,dextran-40.html
European Pharmacopoeia. (2015). European Pharmacopoeia, 8th ed.2.2.1. Clarity and Degree of
Opalescence of Liquids Supplement 8.5. Strasbourg: Council of Europe.

Google Patents. 2010. Composition of dextran 40 and sodium lactate Ringer' solution and
preparation method. CN101822690B. China. Available at:
https://patents.google.com/patent/CN101822690B/en

Januarti, Ika Buana, dkk. 2018. MODUL 19 (FR2415) STERILE PHARMACEUTICAL


PRODUCTS BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM. Semarang : Prodi Farmasi Fakultas
Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Indonesia. Edisi IV. 1995. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Indonesia. Edisi V. 2014.


KementerianKesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Klik Dokter. 2020. Otsutran 40 di Sumber : https://www.klikdokter.com/obat/otsutran-40 (Diakses


pada 9 Mei 2020)

Liver Hospital. Drug Guideline, ICU: Pharmacology Dextran. Health South Western Sydney Local
Health Network. diakses pada 08 Mei 2020.
Medscape, 2018. Medscape Reference, Aplikasi Medscape. Diakses pada 08 Mei 2020.
National center for Biotechnology Information. Formaldehyde. PubChem Compound Database.
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Dextran#section=Pharmacology-and-
Biochemistry diakses pada 08 Mei 2020.
U.S. Pharmacopeia. The United States Pharmacopeia, USP 30/The National Formulary, NF 25.
2007 Rockville, MD: U.S. Pharmacopeial Convention, Inc.

Anda mungkin juga menyukai