Anda di halaman 1dari 11

Produksi Injeksi Steril Furosemid

Novri Vuspita Sari* 2041013001


Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Universitas Andalas

Abstrak
Injeksi merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi, atau suspensi atau serbuk
yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang
disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput
lendir. Pembuatan injeksi furosemide dalam percobaan ini menggunakan bahan NaCl
sebagai agen pengisotonis dan WFI sebagai pembawa.

Kata Kunci :
Furosemid, Injeksi, Ampul, Sterilisasi, Isotonis, Natrium Klorida..

I. Pendahuluan
Injeksi merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi, atau suspensi atau serbuk
yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang
disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput
lendir. Injeksi volume kecil adalah injeksi yang dikemas dalam wadah 100 mL atau kurang
(Anonim, 1995).
Furosemid memiliki nama lain furosemidum dengan rumus molekul C12H11CIN2O5S
dan rumus struktur sebagai berikut (Clarkes, 2005)
Pemerian Furosemid berupa serbuk hablur, putih sampai kuning, tidak berbau
dengan sifat fisikokimia meliputi : kelarutan : praktis larut dalam air, mudah larut dalam
aseton, dalam dimetilformamida dan dalam larutan alkali hidroksida; larutan dalam
methanol; agak sukar larut dalam etanol; sukar larut dalam eter, sangat sukar larut dalam
kloroform (Anonim, 1995).

II. Furosemid 10 mg/ml injeksi


Formula
Komponen Konsentrasi Fungsi
Furosemid 1% Zat aktif
NaOH 0,75% Zat basa
NaCl 0,134% Pengatur isotonisitas
Larutan HCl 1N 10% Pengatur pH (jika perlu)
Water for Injection Ad 100% pelarut
Sumber: Handbook of pharmaceutical Manufacturing Formulation Steril, 2004

Perhitungan Skala Besar


1000 vial x 4 mL : 4000 mL = 4 L
Tiap vial berisi 4 mL
Komponen Konsentrasi 1 ampul 1000 Fungsi
ampul
Furosemid 1% 40 mg 40 gram Zat aktif
NaOH 0,75% 30 mg 30 gram Zat basa
NaCl 0,134% 5,3 mg 5,3 gram Pengatur isotonisitas
Larutan HCl 10% 0,4 mL 400 mL Pengatur pH (jika perlu)
1N
Water for Ad 100% Ad sampai Ad sampai pelarut
Injection
Karakteristik Zat Aktif Furosemid

Struktur Furosemid

Rumus Molekul C12H11CIN2O5S


Nama IUPAC Asam 4-kloro-N-furfuril-5-sulfamoilantranilat
Berat Molekul 330,74 g/mol
Pemerian serbuk hablur, putih sampai hampir kuning, tidak berbau
Kelarutan praktis larut dalam air, mudah larut dalam larutan alkali hidroksida
dan methanol, agak sukar larut dalam etanol
Stabilitas  Dalam bentuk larutan, furosemide stabil pada pH 8,0-9,3
 Terdegradasi dengan cepat pada pH asam
 Fotosensitif (akan terdegradasi menjadi asam 4-kloro-5-
sufamoilantranilat dan furfural alcohol jika terpapar cahaya)

Permasalahan Solusi
Furosemid praktis tidak larut air Dilarutkan menggunakan larutan natrium hidroksida
pH stabilitas 8,0-9,3 Ditambahkan HCl seperlunya bila pH berlebih
Furosemide fotosensitif Digunakan vial cokelat tipe I (borosilikat)
Natrium Hidroksida (NaOH)
Nama Kimia Natrium Hidroksida
BM 40,00
Pemerian  Putih, keras, rapuh dan menunjukkan pecahan hablur
 Jika terpapar di udara, akan cepat menyerap karbon dioksida
dan lembab (higroskopis)
Kelarutan Mudah larut dalam air dan dalam etanol 95%
Fungsi  Pelarut zat aktif
 Zat basa
Stabilitas  Disimpan dalam wadah non logam kedap udara ditempat yang
sejuk dan kering
 Ketika terkena udara, natrium hidroksida cepat menyerap
kelembaban dan mencair tetapi kemudian menjadi padat lagi
Inkompatibilitas  Tidak kompatibel dengan senyawa yang mudah mengalami
hidrolisis atau oksidasi
 Bereaksi dengan asam, ester dan eter, terutama dalam larutan
berair
Alasan Pemilihan Furosemid
Kelarutan : praktis tidak larut air, mudah larut dalam larutan basa
hidroksida. Dilarutkan dalam larutan NaOH (NaOH dalam Water
for injection)
Natrium Klorida (NaCl)

Nama Kimia Natrium Klorida


BM 58,44
Pemerian Serbuk hablur bentuk kubus, tidak berwarna atau serbuk hablur
Kelarutan Mudah larut dalam air, sedikit lebih mudah larut dalam air
mendidih, larut dalam gliserin, sukar larut dalam etanol
Fungsi Pengatur isotonisitas (tonicity agent)
Stabilitas  Larutan NaCl stabil tetapi dapat menyebabkan pemisahan
partikel kaca dari jenis wadah kaca tertentu
 Larutan NaCl dapat disterilisasi dengan autoklaf atau
penyaringan
 NaCl dalam bentuk padat, stabil dan harus disimpan dalam
wadah tertutup baik ditempat yang sejuk dan kering
Inkompatibilitas  Larutan NaCl bersifat korosif terhadap zat besi dan juga
bereaksi membentuk endapan dengan garam perak, timbal dan
merkuri
 Zat oksidator kuat membebaskan klorin dari larutan NaCl
Alasan Pemilihan  Mudah larut dalam air
 Dapat mengatur osmolaritas larutan injeksi agar mendekati
osmolaritas serum (Isotonis: 285-300 mOsmol/L) mencegah
nyeri dan iritasi akibat hipertonisitas larutan
 Larutan NaCl 0.9% (w/v) iso-osmotic dengan serum
Asam Klorida (HCl)
Nama Kimia Asam Klorida
BM 36,46
Pemerian Cairan tidak berwarna, berasap, bau merangsang. Jika diencerkan
dengan 2 bagian volume air. Asap hilang
Kelarutan Mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%)
Fungsi Pengatur pH (pH adjuster)
Stabilitas  Harus disimpan dalam wadah yang tertutup dengan baik pada
suhu dibawah 30֯C
 Hindari kontak langsung dengan alkali dan logam
Inkompatibilitas Asam hidroklorida bereaksi dengan banyak logam (membebaskan
hydrogen)
Alasan Pemilihan  pH stabilitas : 8,0-9,3 (FI V) : ditambahkan HCl untuk
menyesuaikan pH menjadi 8 -> pH stabilitas zat aktif dan
mendekati nilai pH 7,4 (Isohidris)
 membantu mendekati isotonisitas meski sediaan dosis kecil
masih aman jika dibuat
III. Metode Pembuatan

Persiapan

Pencampuran

IPC

Pengisian dan
IPC
Pengemasan

Tahap Persiapan

• Siapkan alat dan bahan, sterilkan alat, siapkan aqua pro injection.
Sterilisasi peralatan
 Alat ukur dan vial yang akan digunakan untuk produksi disterilisasi dengan suhu 121֯C
selama 15 menit.
 Alat non ukur yang akan digunakan untuk produksi disterilisasi dengan oven pada suhu
170֯C selama 30 menit.
• Timbang Furosemid di atas kaca arloji
• Masukan alat yang telah disterilisasi dan bahan melalui pass box

Pencampuran
1. Melarutkan furosemid 40 gram dengan NaOH 2 kg di dalam tangki 1
2. Menambahkan 30% dari keseluruhan API yang diperlukan
3. Cek pH dengan alat ukur pH atau dengan pH universal. Jika belum memasuki rentang
pH yang dipersyaratkan (8,0- 9,3) maka tambahkan HCI 0,1 N hingga mencapai rentang
pH tersebut.
4. Pindahkan larutan kedalam gelas ukur, cukupkan volume dengan API ad
5. Aliri Gas N2 selama 20 menit
6. Sampel larutan diambil untuk dilakukan pengawasan selama proses IPC
Pengisian Pengemasan
1. Masukkan larutan ke dalam mesin pengisi melewati membran G3 filter
2. Larutan dimasukkan ke dalam ampul yang telah disterilisasi sebanyak 1,1 ml
3. Alirkan vial dengan gas N2 bar.
4. Tutup vial dan segel dengan alumunium cap.
5. Sterilkan dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit
6. Beri etiket dan label
7. Masukan ke dalam kemasan sekunder
8. Produk yang telah dikemas di karantina kemudian dilakukan pengawasan setelah proses
(PPC)

Uji pH
Alat : Potensiometrik (pH meter)
Tujuan : Untuk memastikan pH sediaan injeksi telah memenuhi persyaratan
Prosedur : Lakukan kalibrasi elektroda pada alat pH meter dengan menggunakan larutan
dapar pH 4 dan pH 7. bilas elektroda dengan air. Kemudian celupkan elektroda ke dalam
larutan yang diuji. Amati nilai pH yang muncul pada alat dan pengukuran dilakukan
sebanyak 2 kali
Syarat : pH 8,0 - 9,3 (FI edisi V)

Uji Bahan Pertikulat dalam Injeksi


a. Uji Hitung Partikel secara Pengaburan Cahaya
Perhitungan
sampel individual (untuk injeksi volume kecil), Rata-ratakan hasil hitung yang diperoleh
dari bagian alikot 5 mL atau lebih dari tiap unit terpisah yang dianalisis, dan hitung
banyaknya partikel dalam tiap wadah dengan rumus : PV/VA
Sampel individual (untuk injeksi volume besar), Rata-ratakan hasil hitung yang
diperoleh dari dua atau lebih bagian alikot bervolume 5 mL yang diambil dari unit larutan,
dan hitung banyaknya partikel dalam tiap mL injeksi dengan rumus: P/V
Interpretasi
Injeksi memenuhi syarat uji, jika menurut perhitungan banyaknya partikel yang ada tidak
melebihi batas yaitu:
Uji Hitung Partikel secara Mikroskopik
Alat
Mikroskop binokuler majemuk, lampu penerang, gratikul diameter lingkaran, micrometer,
peralatan penyaringan.

Prosedur
Campur unit-unit yang akan diuji dengan cara membalikkan 20 kali, buka unit tersebut dan
disaring dengan corong penyaring serta vakum. Angkat corong penyaring dari dasar
penyaring sambil mempertahankan vakum, kemudian hentikan vakum dan angkat membran
penyaring, tempatkan di cawan petri, lekatkan dengan pita perekat bersisi-dua. Biarkan
penyaring mengering di dalam lemari laminar dengan penutup yang sedikit terbuka (FI
edisi V)

Perhitungan
P/V untuk injeksi volume besar, dan P/n untuk injeksi volume kecil. P adalah banyak
semua partikel yang dihitung; n adalah banyak unit gabungan; V adalah volume larutan
dalam mL

Interpretasi
Injeksi memenuhi syarat uji, jika menurut perhitungan banyaknya partikel yang ada tidak
melebihi batas yaitu:

Uji Kejernihan
Pembuatan Baku Opalesen:
 Larutkan 1,0 g hidrazina sulfat dalam air secukupnya hingga 100,0 mL, biarkan selama
4 jam hingga 6 jam.
 Pada 25,0 mL larutan ini tambahkan larutan 2,5 g heksamina P dalam 25,0 mL air
campur dan biarkan selama 24 jam.
 Suspensi stabil selama 2 bulan jika disimpan dalam wadah kaca yang bebas dari cacat
permukaan.
 Baku opalesen: encerkan 15,0 mL suspensi dengan air hingga 1000 mL.
 Suspensi harus digunakan dalam waktu 24 jam setelah pembuatan.
PPC
 Uji Penampakkan Visual
 Identifikasi
 Penetapan Kadar
 Uji Volume Injeksi dalam Wadah
 Uji Sterilitas
 Uji Kebocoran
 Wadah Uji Endotoksin Bakteri

CONT'D
Prosedur:
 Masukkan ke dalam dua tabung reaksi masing-masing larutan zat uji dan suspensi
padanan yang sesuai hingga terisi tepat 40 mm.
 Bandingkan kedua isi tabung setelah 5 menit pembuatan Suspensi padanan, dengan latar
belakang hitam.
 Pengamatan dilakukan dibawah cahaya yang berdifusi, tegak lurus ke arah bawah
tabung.
Persyaratan:
 Larutan uji sama jernihnya dengan air atau pelarut yang digunakan
 Opalensinya tidak lebih keruh dibandingkan dengan suspensi padanan I.

Kemasan
Primer
Bahan: Gelas Tipe I (Borosilikat) berwarna coklat
Alasan: Semua bahan yang kompatibel dengan logam meminimalisir kontak dengan cahaya
Spesifikasi gelas sesuai yang dipersyaratkan pada FI
Sekunder
Bahan: Dus berbahan karton
DAFTAR PUSTAKA

Clarke’s. (2005). Ebook Analysis of Drugs and Poisont, Pharmaceutical Press.

Anonim. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik


Indonesia : Jakarta.

Anonim. (2014). Farmakope Indonesia Edisi V. Kementrian Kesehatan Republik


Indonesia : Jakarta.

Niazi. (2004). Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulation, Liquid Products.


Press: Boca Raton London New York Washington, D.C.

Anda mungkin juga menyukai