Anda di halaman 1dari 17

SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA

LABOLATORIUM TEKNOLOGI FARMASI


LAPORAN PRAKTIKUM STERIL
SEMESTER VI

INJEKSI ASAM FOLAT


Zat aktif : Asam Folat (Vitamin B9)
Sediaan : Injeksi
Jumlah Sediaan : 5 mg/ml (5 ampul)

1 FORMULA
A. Formula yang digunakan
R/ Acidum Folicum 0,5%
Dinatrium EDTA 0,1%
NaOH qs
NaCl qs
Aqua pro injction ad 1 ml
B. Formula litelatur
R/ Acidum Folicum 5 mg
Dinatrium EDTA 2 mg
Benzyl alcohol 15 mg
HCl or NaOH adjuct pH
Aqua pro injection qs
(Handbook on Injection Drugs, Hal. 594)
C. R/ Acidum Folicum 5 mg
Zat tambahan yang cocok qs
Aqua pro injction ad 1 ml
(Formularium Nasional, Hal. 12)

1
2 ALASAN PEMILIHAN FORMULA
Asam folat digunakan sebagai zat aktif, karena memiliki efek farmakolgis
berupa hematopetikum, dimana asam folat ini dapat menstimulasi produksi sel
darah merah, sel darah putih, dan platelet pada anemia megaloblastik. Dinatrium
EDTA digunakan sebagai zat pengkelat, karena salah satu sifat fisikokimia asam
folat yaitu dapat OTT dengan logam berat, sehingga logam berat yang ada di alat
maupun kemasan akan terikat dengan dinatrium EDTA. NaOH digunakan sebagai
pengatur pH, dimana pH dari asam folat adalah 8 – 11, sehingga untuk
mendapatkan pH yang sesuai dilakukan penambahan NaOH yang bertujuan untuk
memperoleh suasana basa dalam sediaan. NaCl digunakan sebagai zat
pengisotonis, karena berdasarkan hasil perhitungan tonisitas, asam folat bersifat
hipotonis, dimana apabila sediaan injeksi bersifat hipotonis, maka cairan
disekeliling sel lebih rendah tekanan osmotiknya dan air cenderung melewati
membrane dan masuk ke dalam sel. Air yang masuk ke dalam sel dapat
menyebabkan pembengkakan dan kemudian pecah (lisis), sehingga perlu adanya
penambahan zat yang dapat meningkatkan isotonis dari sediaan. Aqua pro injeksi
digunakan sebagai zat pembawa, karena air untuk injeksi adalah air bebas pirogen
yang digunakan untuk membuat larutan injeksi. Adapun, sejauh ini pembawa
yang paling sering digunakan untuk sediaan steril adalah air, karena air
merupakan pembawa untuk semua cairan tubuh.

3 MONOGRAFI
3.1 Zat Aktif
Nama zat aktif : Asam Folat (Vitamin B9)
Struktur :

2
Gambar 3.1 Struktur Asam Folat

Rumus kimia : C19H19N7O6


Berat molekul : 441,40
Pemerian : Serbuk hablur, berawarna kuning atau jingga
kekuningan, dan tidak berbau.
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air. Tidak larut dalam
etanol, aseton, kloroform, dan dalam eter.
Segera larut dalam alkali karbonat encer,
aseton klorida 3N panas dan dalam asam
sulfat 2N panas. Larut dalam asam klorida dan
dalam asam sulfat menghasilkan larutan
berwarna kuning pucat.
Titik leleh : 250°C
pH : 8 – 11
Stabilitas : Stabil dalam setiap keadaan (es, cairan, atau
uap panas). Untuk penggunaan khusus harus
di simpan dalam wadah yang sesuai.
OTT : Terhadap oksidator, reduktor, logam berat.
Kegunaan : Hematopetikum
Dosis lazim : Anak-anak:
Terapi: 250 μg – 1 mg (parenteral)
Pemiliharaan: 100 μg – 250 μg (parenteral)

3
Dewasa: 15 mg/hari (i.m)
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik dan terlindung dari
cahaya.
(Farmakope Indonesia Ed IV, 1995)
3.2 Zat Tambahan
3.2.1 Dinatrium EDTA
Struktur :

Gambar 3.2 Struktur Dinatrium EDTA

Rumus kimia : C10H18N2Na2O10


Berat molekul : 372,2
Pemerian : Kristal putih, tidak berbau, dan rasa sedikit
asam.
Kelarutan : Larut dalam 11 air. Sukar larut dalam etanol
(95%). Praktis tidak larut dalam kloroform
dan eter.
pH : 4,3 – 4,7
Stabilitas : Dinatrium EDTA tidak stabil saat terkena uap
airl dalam bentuk larutan.
Kegunaan : Chelating agent (0,05% - 1%)
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 2009)
3.2.2 Natrium Chlorida
Rumus kimia : NaCl
Berat molekul : 58,44

4
Pemerian : Hablur heksahedral tidak berwarna atau serbuk
hablur putih, tidak berbau, dan rasa asin.
Kelarutan : Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian
air mendidih dan dalam lebih kurang 10
bagian gliserol P, sukar larut dalam etanol
(95%) P.
pH : 6,7-7,3
Stabilitas : Stabil dalam bentuk larutan. Larutan stabil
dapat menyebabkan pengguratan partikel dari
tipe gelas.
Kegunaan : Sumber ion klorida dan ion natrium
(Farmakope Indonesia Ed IV, 1995)
3.2.3 Natrium Hidroksida
Rumus kimia : NaOH
Berat molekul : 40
Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau
keeping, kering, keras, rapuh, dan
menunjukkan suasana hablur, putih, mudah
meleh basah. Sangat alkalis dan korosif.
Segera menyerap karbondioksida.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan etanol (95%)
Kegunaan : Penambah suasana basa.
(Farmakope Indonesia Ed III, 1995)
3.2.4 Aqua pro injction
Pemerian : Cairan jernih, tidak berasa, tidak berbau dan
tidak berwarna
Kelarutan : Dapat bercampur dengan pelarut polar dan
elektrolit.
Stabilitas : Air stabil dalam setiap keadaan (padat, cairan,
uap panas).

5
Kegunaan : Zat pembawa untuk pembuatan injeksi
(Farmakope Indonesia Ed IV, 1995)

4 PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN


Setiap Sediaan mengandung : Asam Folat 0,5%
Volume/Bobot Sediaan : 1 ml
Jumlah Sediaan : 5 ampul

4.1 Perhitungan Tonisitas


Tabel 4.1 Data ΔTb Asam Folat
Nama zat Perhitungan konsentrasi C ΔTb C.ΔTb
464,5
C = 441,4 x 0,5
Asam Folat 0,526 % 0,069 0,0362
C = 0,526 %
Dinatrium EDTA 0,1% 0,1% 0,132 0,0132
∑ (C.ΔTb) 0,0494

0,52−𝑎
W = 𝑏
0,52 − 0,0494
= = 0,8170 g/100 ml
0,576

Tonisitas larutan:
0,9 - 0,8170 = 0,083  Hipotonis
Penambahan NaCl:
0,9 - 0,083 = 0,8170 g/100 ml = 0,0817 g/10 ml
4.2 Perhitungan Bahan
Ampul = (n+2) x C + 2 ml
= (5+2) x 1,1 + 2 ml = 9,7 ml ≈ 10 ml

0,5
1. Asam Folat = 100 x 10 ml = 0,05 g
0,1
2. Dinatrium EDTA = 100 x 10 ml = 0,01 g

3. NaCl = 0,0817 g
4. Aqua Pro injection = ad 10 ml

6
4.3 Penimbangan
Tabel 4.3 Tabel Penimbangan Bahan
Nama zat Penimbangan
Asam Folat 50 mg
Dinatrium EDTA 10 mg
NaCl 81,7 mg
NaOH ad pH 8 – 11
Aqua pro injection ad 10 ml

5 PROSEDUR
5.1 Prosedur Pembuatan
Asam folat, dinatrium EDTA, dan NaCl ditimbang. Aqua pro injection
dipanaskan terlebih dahulu dan kemudian diukur volumenya. Asam folat
disuspensikan dalam aqua pro injection, kemudian ditambahkan NaOH
(13 tetes) hingga larutan menjadi bening. Dinatrium EDTA dan NaCl
dilarutkan dalam aqua pro injection. Asam folat, dinatrium EDTA, dan
NaCl dicampurkan hingga homogen. Kemudian ditambahkan aqua pro
injection ad 10 ml. Larutan disaring terlebih dahulu dengan menggunakan
kertas saring, kemudian dimasukkan kedalam ampul sebanyak 1,1 ml
menggunakan syringe filter. Ampul yang telah berisi larutan dilas.
Kemudian dilakukan sterilisasi akhir dan evaluasi sediaan.
5.2 Prosedur Evaluasi
5.2.1 Kejernihan
Sediaan yang sudah disterilisasi diamati kejernihannya dengan
metode visual, kemudian hasilnya dicatat.
5.2.2 Penampilan fisik wadah
Sediaan yang sudah disterilisasi dimatai penampilan fisik
wadah (ampul) dengan metode visual, kemudian hasilnya dicatat.
5.2.3 Kebocoran ampul
Posisi ampul dibalikkan dan diamati volume sediaan, apakah
terjadi kebocoran atau tidak setelah proses sterilisasi, kemudian
hasilnya dicatat.

7
5.2.4 Jumlah sediaan
Sediaan yang sudah disterilisasi, dimatai jumlah ampul yang
masih berisi sediaannya dengan metode visual, kemudian hasilnya
dicatat.
5.2.5 Keseragaman volume
Ampul disejajarkan dan diamati volume sediaannya dengan
metode visual, kemudian hasilnya dicatat.

6 DATA PENGAMATAN
Tabel 6.1 Tabel Hasil Evaluasi
No Pengujian Persyaratan Hasil Evaluasi
1. Kejernihan Jernih Jernih
Penampilan fisik
2. Baik Baik
wadah
3. Kebocoran ampul Tidak ada yang bocor 1 ampul bocor
4. Jumlah sediaan 4 sediaan 3 sediaan
Keseragaman 4 sediaan memiliki 3 sediaan yang memiliki
5.
volume ukuran volume seragam volume seragam

7 PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan pembuatan sediaan injeksi dengan zat aktif
asam folat yang memiliki volume sediaan 1 ml dalam setiap ampul dan dibuat
sebanyak 4 ampul sediaan. Pada sediaan ini dosis asam folat yang digunakan adalah
0,5% yang dapat digunakan untuk penderita anemia megaloblastik maupun untuk
pasien yang kekurangan asam folat. Sediaan ini dapat diberikan secara intra vena atau
melalui pembuluh darah maupun intra muscular yaitu melalui jaringan otot.
Asam folat merupakan zat aktif yang sukar larut dalam air, sedangkan pada
rute pemberian sediaan ini dapat diberikan melalui intra vena. Pemberian obat secara
intra vena tidak diperbolehkan untuk sediaan obat yang tidak terlarut dalam pembawa
atau terdapat partikel yang dapat menyumbat pembuluh darah. Sehingga pada
pembuatan sediaan, asam folat diubah menjadi bentuk garamnya yaitu natrium folat
agar dapat larut dalam pembawa atau aqua pro injection, dengan cara mereaksikan

8
larutan asam folat dengan NaOH. Dengan begitu diperlukan pengkonversian jumlah
dosis dari asam folat menjadi natrium folat.
Pada sediaan ini ditambahkan zat tambahan yang dapat menstabilkan sediaan.
Zat tambahan yang digunakan adalah larutan NaOH yang digunakan sebagai pelarut
atau sebagai zat yang dapat bereaksi dengan asam folat menjadi natrium folat agar
dapat larut dalam pembawa aqua pro injection. Penggunaan larutan NaOH
secukupnya sampai asam folat menjadi terlarut dalam pembawa. Kemudian
ditambahkan juga dinatrii EDTA yang digunkan sebagai pengkhelat dikarenakan zat
aktof asam folat OTT terhadap logam berat yang kemungkinan terdapat pada alat
pada proses pembuatan sehingga dinatrii EDTA dapat mengikat logam berat agar
tidak OTT dengan zat aktif. Konsentrasi dinatrii EDTA yang digunakan pada sediaan
ini adalah sebesar 0,1% karena pada literatur konsentrasi dinatrii EDTA pada rentang
0,05-0,1% dapat digunakan sebagai pengkhelat. Kemudian ditambahkan larutan NaCl
yang digunakan sebagai zat pengisotonis agar sediaan memiliki tonisitas yang sama
dengan cairan tubuh sehingga tidak membahayakan pada saat digunakan dan tidak
menimbulkan rasa yang tidak nyaman pada pasien, dikarenakan sediaan yang dibuat
jika tidak ditambahkan dengan larutan NaCl bersifat hipotonis yang dapat
menimbulkan efek membesarnya sel darah dan pecahnya pembuluh darah jika
digunakan sehingga dapat membahayakan pasien atau pengguna. Digunakan zat
pengisotonis NaCl adalah agar sediaan aman jika digunakan oleh pasien yang
memiliki penyakit diabetes. Pada sediaan ini ditambahkan NaCl sebanyak 81,7 mg
agar sediaan menjadi isotonis. Pembawa yang digunakan pada sediaan ini adalah
aqua pro injection bebas CO2. Tujuan menggunakan aqua pro injection bebas CO2
adalah agar sediaan tidak mudah teroksidasi selain itu juga aqua pro injection bebas
CO2 pada sediaan ini agar larutan sediaan tidak berada pada pH basa kuat karena
adanya penambahan larutan NaOH. Karena aqua pro injection bebas CO2 dapat
menurunkan pH larutan karena sudah tidak ada kandungan CO2 pada aqua pro
injection. Pada formula sediaan ini tidak ditambahkan zat pengawet dikarenakan
sediaan merupakan jenis single dose dan sudah melewati sterilisasi cara C dengan
penyaringan dan sterilisasi akhir dengan cara A dengan mengguanakan uap panas.

9
Pada proses pembuatan sediaan injeksi dilakukan penimbangan seluruh zat
yang digunakan, kemudian memanaskan aqua pro injection. Tujuan pemanasan agar
aqua pro injection terbebas dari CO2. Setelah didinginkan barulah melarutkan zat
aktif yaitu asam folat dengan 4 ml aqua pro injection. Setelah dilarutkan akan
terbentuk suspensi dikarenakan asam folat tidak dapat larut dalam aqua pro injection.
Kemudian ditetesi dengan larutan NaOH sebanyak 5 tetes dan diaduk serta didiamkan
agar terjadi reaksi penggaraman yang akan mengubah asam folat menjadi natrium
folat yang dapat larut dalam aqua pro injection. Jika larutan masih keruh, kembali
ditetesi dengan larutan NaOH, dan ditambahkan kembali larutan NaOH sebanyak 3
tetes. Karena larutan masih keruh dan terdapat zat yang belum terlarut, ditambahkan
kembali larutan NaOH sebanyak 5 tetes dan dipanaskan hingga larut. Setelah asam
folat larut, ditambahkan dengan larutan NaCL yang sudah dilarutkan dengan aqua
pro injection dan dinatrii EDTA yang sudah dilarutkan dengan aqua pro injection,
kemudian diaduk sampai homogen. Sebelum ditambahkan aqua pro injection sampai
10 ml di cek terlebih dahulu pH dari larutan tersebut. pH yang baik untuk larutan
sediaan ini adalah pada rentang 8-11. Dikarenakan zat aktif yang digunakan stabil
pada pH tersebut. Larutan sediaan yang dibuat berada pada pH 10.8 sehingga dapat
ditambahkan aqua pro injection sampai 10 ml karena larutan sediaan sudah
memasuki rentang pH ditentukan. Kemudian dilakukan penyaringan menggunakan
kertas saring agar sediaan menjadi bening dan partikel-partikel besar yang masih
terdapat pada sediaan dapat tersaring sehingga pada saat dilakukan penyaringan
dengan syringe filter tidak tersumbat oleh partikel-partikel yang besar. Kemudian
disaring kembali dengan syringe filter untuk menyaring bakteri yang terdapat pada
sediaan serta menyaring kembali partikel-partikel yang masih lolos dari penyaringan
menggunakan kertas saring sebelumnya. Kemudian larutan sediaan yang sudah
disaring dimasukkan kedalam ampul sebanayk 1,1 ml dikarenakan terdapat larutan
yang memungkinkan tertinggal pada syringe filter pada proses penyaringan dan
pengisian kedalam ampul, sehingga larutan sediaan yang dimasukkan kedalam ampul
dapat tepat sebanyak 1 ml. Kemudian ampul yang sudah terisi sediaan ditutup dengan
cara pengelasan, dan harus ditutup sampai rapat agar pada proses sterilisasi akhir

10
tidak terdapat kebocoran pada ampul. Ampul adalah ampul berwarna coklat, hal ini
ditujukan agar sediaan dapat terlindungi dari cahaya dari luar agar tidak
mempengaruhi stabilitas sediaan atau merusak sediaan akibat adanya cahaya. Setelah
sediaan dikemas, disterilisasi menggunakan sterilisasi cara A yaitu menggunakan
autoklaf dengan suhu 121oC selama 15 menit. Sterilisasi akhir ini bertujuan agar
sediaan yang sudah dikemas steril dan membunuh bakteri yang kemungkinan
mencemari pada saat proses pengisian dan pengemasan serta sebagai evaluasi
kebocoran ampul. Jika terdapat ampul yang kurang rapat pada saat proses penutupan
akan bocor karena adanya tekanan uap pada proses sterilisasi ini sehingga sediaan
akan habis.
Hasil evaluasi dari sediaan adalah, sediaan memiliki warna yang jernih dan
sesuai dengan persyaratan sediaan injeksi intra vena, penampilan fisik wadah sediaan
baik, tetapi terdapat 1 ampul sediaan yang bocor. Sehingga didapatkan jumlah
sediaan sebanyak 3 ampul yang memiliki keseragaman volume yang sama.
Kebocoran ampul yang terjadi dapat disebabkan pada proses penutupan sediaan
dengan cara dilas kurang rapat sehingga pada saat sediaan diberikan tekanan ampul
menjadi bocor dan larutan sediaan keluar.
8 KESIMPULAN
Pada pembuatan injeksi asam folat didapatkan 3 sediaan yang memenuhi
persyaratan kejernihan, penampilan fisik wadah, kebocoran ampul dan keseragaman
volume, sehingga memenuhi persyaratan sebagai sediaan yang baik.

11
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III.


Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978. Formularium Nasional. Edisi III.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Rowe, Raymond C, Paul J Sheskey, and Marian E Quinn. 2009. Handbook of
Pharmaceutical Excipients. London: Pharmaceutical Press.
Trissel, Lawrence A. 2009. Handbook On Injectable Drugs ed 15th. American:
Society Of Health System Pharmacists.

12
LAMPIRAN
I. PERHITUNGAN
1.1 Perhitungan Tonisitas
Tabel 4.1 Data ΔTb Asam Folat
Nama zat Perhitungan konsentrasi C ΔTb C.ΔTb
464,5
C = 441,4 x 0,5
Asam Folat 0,526 % 0,069 0,0362
C = 0,526 %
Dinatrium EDTA 0,1% 0,1% 0,132 0,0132
∑ (C.ΔTb) 0,0494

0,52−𝑎
W = 𝑏
0,52 − 0,0494
= = 0,8170 g/100 ml
0,576

Tonisitas larutan:
0,9 - 0,8170 = 0,083  Hipotonis
Penambahan NaCl:
0,9 - 0,083 = 0,8170 g/100 ml = 0,0817 g/10 Ml
1.2 Perhitungan Bahan
Ampul = (n+2) x C + 2 ml
= (5+2) x 1,1 + 2 ml = 9,7 ml ≈ 10 ml

0,5
5. Asam Folat = 100 x 10 ml = 0,05 g
0,1
6. Dinatrium EDTA = 100 x 10 ml = 0,01 g

7. NaCl = 0,0817 g
8. Aqua Pro injection = ad 10 ml

13
II. KEMASAN
2.1 Kemasan Primer : Ampul

Gambar 1.1 Ampul

2.2 Kemasan Sekunder : Label dan Brosur

Gambar 1.2 Label

14
Gambar 1.3 Brosur
2.3 Kemasan Tersier : Dus

Gambar 1.4 Dus

15
2.4 Penjelasan yang Terdapat pada Kemasan dan Brosur Produk
2.4.1 Nomor Batch
Batch atau bets adalah sejumlah obat yang mempunyai sifat
dan mutu yang seragam yang dihasilkan dalam satu siklus
pembuatan atas suatu perintah pembuatan tertentu. Penandaan
batch terdiri dari angka atau huruf atau gabungan keduanya, yang
merupakan tanda pengenal suatu bets, yang memungkinkan
penelusuran kembali riwayat lengkap pembuatan bets tersebut,
termasuk seluruh tahapan produksi, pengawasan dan distribusi
(BPOM, 2006).
No. Batch: A02204301
2.4.2 Nomor registrasi
Nomor registrasi adalah nomor yang diberikan sebagai tanda
obat telah terdaftar di BPOM dan mendapat izin edar.
No. Registrasi : DKL 2070020043A1
Keterangan:
No. Registrasi : DKL 2070020043A1
D : Nama Dagang
K : Golongan Keras
L : Obat jadi produksi dalam negeri/lokal
20 : Tahun pembuatan produk (2020)
700 : Nomor urut pabrik
200 : Nomor urut obat jadi yang disetujui pabrik
43 : Sediaan Injeksi
A : Menunjukkan kekuatan obat yang pertama
disetujui
1 : Kemasan yang pertama

16
Logo yang Digunakan :

Merupakan obat Keras yang boleh dipergunakan hanya dengan


resep dokter. Logo berupa lingkaran berwarna merah dengan garis
tepi berwarna hitam terdapat huruf K didalamnya, ini merupakan
logo obat keras yang artinya pemakaian obat dengan logo ini harus
berdasarkan resep dokter atau dengan konsultasi kepada apoteker.

HARUS DENGAN RESEP DOKTER

17

Anda mungkin juga menyukai