Anda di halaman 1dari 5

NAMA:MIFTAKUL HUDA

NIM;D11.2023.03922
1.MASALAH KOMUNIKASI SAAT COVID 19
Komunikasi bukanlah pendahulu suatu tindakan. Meskipun peran kebijakan dan tindakan
komunikasi pemerintah sangat penting selama krisis kesehatan masyarakat, terutama bagi
anggota masyarakat yang sangat membutuhkan informasi dan pedoman yang akurat untuk
memandu tindakan, sebagian besar telah diabaikan dalam pertimbangan pemerintah
tentang pencegahan krisis kesehatan masyarakat, persiapan, dan manajemen. Berdasarkan
pentingnya komunikasi, artikel ini menggunakan teori sistem untuk mengidentifikasi masalah
komunikasi pemerintah yang masih ada dengan publik sebagai tanggapan terhadap
pandemi COVID-19 dan memberikan rekomendasi berbasis teori dan praktik pada strategi
komunikasi risiko kesehatan pemerintah. Saran dalam dapat diterapkan ke semua
pemerintah di seluruh dunia. Namun, penting untuk memastikan bahwa pohon saran tidak
dapat berbuah tanpa tindakan yang harus disiram dan dipupuk dengan sumber daya dan
dana yang memadai. Dunia telah membayar biaya tinggi yang tak terhitung untuk pandemi
COVID-19, yang dapat dicegah dan ditanggapi dengan jauh lebih efektif jika pemerintah
memiliki sistem komunikasi risiko kesehatan yang lebih responsif dan strategis. Setelah
pandemi COVID-19 berakhir, dunia tidak boleh melupakan pelajaran yang telah di pelajari
tentang komunikasi pemerintah dari pandemi global ini. Pemerintah harus menerapkan
pelajaran ini untuk secara efektif mempersiapkan diri menghadapi krisis kesehatan
masyarakat di masa depan yang kemungkinan besar akan muncul. Berdasarkan analisis
teori sistem tentang kegagalan komunikasi pemerintah selama pandemi COVID-19,
pemerintah disarankan untuk menetapkan strategi komunikasi risiko kesehatan yang efektif,
yaitu: Secara aktif mencari dan menanggapi informasi yang relevan tentang krisis kesehatan
yang akan datang untuk mengidentifikasi risiko penting dan strategi tanggapan terbaik yang
tersedia untuk keadaan darurat kesehatan. kembangkan hubungan tepercaya yang kuat dan
bagikan informasi yang relevan dengan rekan dari negara lain untuk mengoordinasikan
tanggapan terhadap keadaan darurat kesehatan. Membangun hubungan kerja sama dan
berbagi informasi yang relevan dengan kelompok orang berpengaruh dalam masyarakat
yang terlibat langsung dalam menanggapi darurat kesehatan. Pemerintah juga harus
mengkomunikasikan informasi secara jelas dan transparan untuk mengarahkan publik pada
perilaku yang rasional dan terkoordinasi tanpa kebingungan, ketakutan, atau
kesalahpahaman selama pandemi. Memusatkan manajemen informasi agar pimpinan
pemerintah dapat menyaring informasi yang tidak akurat dan memberikan informasi ilmiah
terbaik yang tersedia kepada publik. Menetapkan strategi penyebaran informasi untuk
mengontrol arus dan isi pesan ilmiah untuk menghilangkan gangguan komunikasi yang
mungkin membingungkan publik. Membuat saluran komunikasi langsung dengan publik
untuk mendengarkan kebutuhan, pertanyaan, dan umpan balik publik tentang layanan
pemerintah. Membangun sistem komunikasi risiko kesehatan pemerintah holistik yang
menghubungkan publik, pemerintah daerah, pemerintah pusat, dan pemerintah negara lain.
Melindungi kelompok minoritas yang mengalami diskriminasi akibat stigma dan prasangka
terkait krisis kesehatan masyarakat, khususnya pandemi. Memandu keputusan kebijakan
publik untuk menyesuaikan dengan permintaan aktual berdasarkan data surveilans terbaru
mengenai penyebaran penyakit dan risiko infeksi berkelanjutan.
>Masalah bisa terjadi karena kurang jelasnya pemerintah dalam menyampaikan informasi
Kesehatan di saat pandemi covid 19

5 komponen:
PENGIRIM: PENULIS JURNAL
PESAN: MASALAH KOMUNIKASI SAAT COVID 19
BAGAIMANA PESAN DIKIRIM: PESAN DIKIRIM MELALUI JURNAL
PENERIMA : PEMERINTAH,NAKES
FEEDBACK: SEHARUSNYA PEMERINTAH SUDAH MEMPERBAIKI KOMUNIKASINYA
TERHADAP MASYARAKAT SETELAH MEMBACA ISI JURNAL

Sumber: PDF] Komunikasi selama pandemi COVID-19: belajar


dari kegagalan komunikasi risiko kesehatan yang efektif

2. PENGARUH KOMUNIKASI BAGI KESEHATAN MENTAL ANAK


Sebagian besar penyebab terganggunya kesehatan mental memang dari
komunikasi.
Terlihat dari tabel akumulasi pertanyaan pertama, 67 dari 72 orang setuju bahwa
komunikasi keluarga termasuk hal yang penting untuk menjaga kesehatan mental
antar anggota keluarga. Data tersebut sejalan dengan pendapat dari Direktur Center
for Public Mental Health (CPMH) Fakultas Psikologi Universitas Gadjah mada (UGM),
Dr. Diana Setiyawati M.HSc., Psy. Pendapat tersebut juga berkaitan dengan tabel
akumulasi pertanyaan kedua yaitu terdapat 72 orang yang menyetujui kesehatan mental
merupakan hal yang penting.
Namun demikian, tidak sedikit yang merasa bahwa komunikasi dalam keluarganya belum
baik. Data menunjukkan 38 dari 72 orang merasakan bahwa komunikasi keluarganya
belum baik. Berarti hanya 34 dari 72 orang saja yang sudah merasa bahwa
komunikasi keluarganya sudah baik. Ini menandakan bahwa masih banyak orang
yang memiliki pondasi kesehatan mental yang kurang baik. Ini termasuk ancaman
untuk kesehatan mental untuk masa depan. Apabila pola komunikasi keluarga tidak
diperbaiki sejak dini, maka akan menjadi akar masalah yang serius bagi kesehatan mental.

Banyak korban gangguan kesehatan mental justru disebabkan oleh keluarga


korban. Data menunjukkan bahwa 60 dari 72 orang setuju bahwa keluarga merupakan salah
satu sebab yang paling sering membuat kesehatan mental terganggu. Hal ini sangat
miris karena seharusnya keluargalah yang paling menjaga kesehatan mental satu dengan
yang lainnya. Salah satu sebab yang paling rentan ditemukan yaitu tindakan penghakiman
kepada sang anak. Banyak kasus yang menunjukkan bahwa dari tindakan penghakiman
ini membuat korban mengalami trauma dan membuat kesehatan mentalnya terganggu.

Penyebab lainnya yang paling sering ditemukan adalah body shaming, yang menyebabkan
sang korban memiliki rasa insecure terhadap dirinya dan membuat korban memiliki
rasa anti sosial atau takut untuk keluar atau berinteraksi dengan yang lainnya. Kasus
tersebut juga berkaitan dengan penelitian para ahli tentang bullying, yang
menyebutkan bahwa tidak dapat dipungkiri jika keluarga merupakan salah satu pelaku
bullying terhadap anak. Tanpa disadari hal-hal ini dapat berakibat fatal bahkan
menyebabkan kematian.

Maka dari itu, komunikasi keluarga yang baik harus diterapkan sejak dini karena
dapat
membentuk mental dan karakter sang anak yang baik sejak dini pula. Hal tersebut
ditegaskan dengan data yang menunjukkan 72 dari 72 orang menyetujui pernyataan
tersebut. Hal ini seharusnya diterapkan oleh seluruh keluarga. Kembali lagi dengan
keputusan kedua orang tua mau membangun pola komunikasi keluarga seperti apa atau
dengan cara apapun asalkan dengan tujuan yang baik yaitu menciptakan kesehatan mental
atau karakter yang baik untuk sang anak.

>MASALAH BISA TERJADI KARENA KURANG BAIK NYA KOMUNIKASI DALAM KELUARGA

5 KOMPONEN

1.PENGIRIM: PEMBUAT JURNAL

2.PESAN; PENGARUH KOMUNIKASI DALAM KESEHATAN MENTAL ANAK

3.BAGAIMANA PESAN DIKIRIM: MELALUI JURNAL

4.PENERIMA: ORANG TUA,KELUARGA

5.FEEDBACK:PENERIMA MUNGKIN AKAN MEMPERBAIKI KOMUNIKASI MENJADI LEBIH BAIK


MUNGKIN JUGA PENERIMA TIDAK EMERAPKAN KOMUNIKASI YANG BAIK DAN
MENGABAIKAN PESAN INI

Sumber: https://www.ejournal.fkipuki.org/index.php/selaras/article/view/71

3.MASALAH KOMUNIKASI INTERPERSONAL PETUGAS KESEHATAN DALAM POSYANDU

Kegagalan petugas dalam membangun komunikasi yang efektif dengan pengguna jasa
posyandu dapat berdampak buruk terhadap keberadaan posyandu. Kader dan petugas
kesehatan Puskesmas Muara Siberut di Kepulauan Mentawai sering kesulitan mengajak
masyarakat agar rajin datang ke posyandu, sehingga pencapaian program (cakupan D/S)
cenderung mengalami penurunan.
Hasil penelitian adalah komunikasi interpersonal tenaga kesehatan dengan pengunjung
posyandu tidak berjalan dengan baik, ditandai dengan persepsi negatif terhadap
komunikasipetugas, komunikasi tidak memberi dampak yang baik untuk masyarakat, gaya
komunikasi satu arah, serta interaksi menjadi hambatan komunikasi. Dinas Kesehatan perlu
mengadakan pelatihan komunikasi untuk tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan dan kader
disarankan untuk memperbaiki sikap, menggunakan bahasa yang bersahabat dalam
melakukan komunikasi dengan klien. Tokoh masyarakat diharapkan ikut aktif dalam
mengawasiperkembangan posyandu.
>MASALAH BISA TERJADI KARENA KOMUNIKASI PETUGAS TIDAK MEMBERI DAMPAK
BAIK UNTUK MASYARAKAT,KOMUNIKASI SSTU ARAH
5 KOMPONEN
1.PENGIRIM: PEMBUAT ARTIKEL
2.PESAN:PENELITIAN MASALAH KOMUNIKASI DALAM POSYANDU
3.BAGAIMANA PESAN DIKIRIM:MELALUI ARTIKEL
4.PENERIMA;PETUGAS KEEHATAN/POSYANDU
5.FEEDBACK: SETELAH MEMBACA ARTIKEL SEHARUSNYA PETUGAS KESEHATAN
MEMPERBAIKI KOMUNIKASI TERHADAP MASYARAKAT MENJADI LEBIH BAIK
Sumber: http:// jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/article/view/97
4.MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI DI PONDOK PESANTREN DIPENGARUHI
OLEH KOMUNIKASI
Penelitian Asfriyanti dan Sanusi pada remaja di pondok pesantren Sebagian besar remaja
mempunyai hubungan atau komunikasi baik,akan tetapi semua responden menyatakan
bahwa tidak pernah melakukan komunikasi mengenai Kesehatan reproduksi dengan orang
tua mereka.
Disarankan edukasi teman sebaya mengenai Kesehatan reproduksi remaja perlu diterapkan
dalam pondok pesantren untuk peningkatan pengetahuan kesehatan reproduksi. Skrining
dan konseling kesehatan reproduksi remaja harus dilakukan oleh tenaga kesehatan pada
remaja di pondok pesantren.

Simpulan, masalah kesehatan reproduksi di


pondok pesantren masih tinggi,pengetahuan yang tinggi akan berdampak pada kesehatan
reproduksi remaja putri di pondok pesantren. Sikap yang baik pada reproduksi akan
berdampak pula terhadap baiknya kesehatan reproduksi remaja putri di pondok
pesantren.Komunikasi orangtua, komunikasi guru, dan sumber informasi tidak mempunyai
hubungan dengan kesehatan reproduksi remaja putri di pondok pesantren. Komunikasi
teman sebaya merupakan faktor yang paling berhubungan dengan kesehatan reproduksi
remaja putri di pondok pesantren.komunikasi teman sebaya merupaqkan factor yang paling
berhubungan dengan Kesehatan reproduksi remaja di pondok pesantren.
>MASALAH BISA TERJADI KARENA KURANGNYA KOMUNIKASI PERIHAL
KEASEHATAN REPRODSUKSI REMAJA DAN PENGARUH KOMUNIKASI TEMAN
SEBAYA YANG MEMBAHAS HAL SEKSUAL
KOMPONEN 5
1.PENGIRIM: PEMBUAT JURNAL
2.PESAN:PEMBAHASAN MASALAH KURANGNYA KOMUNIKASI PADA KESEHSTSN
REPRODUKSI REMAJA
3.BAGAIMANA CARA PENGIRIMAN : MELALUI JURNAL
4.PENERRIMA: ORANG TUA,REMAJA PONDOK DAN PARA REMAJA REMAJA
5.FEEDBACK: MUNGKIN SETELAH DIBACA PENERIMA MEREKA TIDAK LAGI
KOMUNIKASI MEMBAHAS HAL SEKSUAL MUNGKIN JUGA MEREKA MRNGABAIKAN
DAN TETAP MEMBAHAS
Sumber; https://journal.fk.unpad.ac.id/index.php/mkb/article/view/457/pdf_173
DAFTAR PUSTAKA
1. MASALAH KOMUNIKASI SAAT COVID 19

( PDF] Komunikasi selama pandemi COVID-19: belajar dari


kegagalan komunikasi risiko kesehatan yang efektif)

2. PENGARUH KOMUNIKASI BAGI KESEHATAN MENTAL ANAK


(https://www.ejournal.fkipuki.org/index.php/selaras/article/view/71)
3. MASALAH KOMUNIKASI INTERPERSONAL PETUGAS KESEHATAN DALAM POSYANDU

(http:// jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/article/view/97

4. .MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI DI PONDOK PESANTREN DIPENGARUHI

OLEH KOMUNIKASI
(https://journal.fk.unpad.ac.id/index.php/mkb/article/view/457/pdf_173 )

Anda mungkin juga menyukai