Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL PENGABDIAN MASYARAKAT

PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG DIABETES MELITUS DAN


SENAM DIABETES

OLEH
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
DAN
RSU. MITRA MEDIKA MEDAN

PANITIA PELAKSANAAN KEGIATAN


PENGABDIAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
kerja insulin atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya akan dipikirkan bila
ada keluhan khas DM berupa poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat
badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Secara epidemiologik diabetes
seringkali tidak terdeteksi dan dikatakan onset atau mulai terjadinya adalah 7
tahun sebelum diagnosis ditegakkan, sehingga morbiditas dan mortalitas dini
terjadi pada kasus yang tidak terdeteksi.

Diabetes mellitus jika tidak dikelola dengan baik akan dapat


mengakibatkan terjadinya berbagai penyakit menahun, seperti penyakit
serebrovaskular, penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah tungkai,
penyakit pada mata, ginjal, dan syaraf. Jika kadar glukosa darah dapat selalu
dikendalikan dengan baik, diharapkan semua penyakit menahun tersebut dapat
dicegah, atau setidaknya dihambat. Berbagai faktor genetik, lingkungan dan cara
hidup berperan dalam perjalanan penyakit diabetes.
Berbagai penelitian menunjukan bahwa kepatuhan pada pengobatan
penyakit yang bersifat kronis baik dari segi medis maupun nutrisi, pada umumnya
rendah. Dan penelitian terhadap penyandang diabetes mendapatkan 75 %
diantaranya menyuntik insulin dengan cara yang tidak tepat, 58 % memakai dosis
yang salah, dan 80 % tidak mengikuti diet yang tidak dianjurkan
Jumlah penderita penyakit diabetes melitus akhir-akhir ini menunjukan
kenaikan yang bermakna di seluruh dunia. Perubahan gaya hidup seperti pola
makan dan berkurangnya aktivitas fisik dianggap sebagai faktor-faktor penyebab
terpenting. Oleh karenanya, DM dapat saja timbul pada orang tanpa riwayat DM
dalam keluarga dimana proses terjadinya penyakit memakan waktu bertahun-
tahun dan sebagian besar berlangsung tanpa gejala. Namun penyakit DM dapat
dicegah jika kita mengetahui dasar-dasar penyakit dengan baik dan mewaspadai
perubahan gaya hidup kita.
Penderita diabetes mellitus dari tahun ke tahun mengalami peningkatan
menurut Federasi Diabetes Internasional (IDF), penduduk dunia yang menderita
diabetes mellitus sudsh mencakupi sekitar 197 juta jiwa, dan dengan angka
kematian sekitar 3,2 juta orang.
WHO memprediksikan penderita diabetes mellitus akan menjadi sekitar
366 juta orang pada tahun 2030. Penyumbang peningkatan angka tadi merupakan
negara-negara berkembang, yang mengalami kenaikan penderita diabetes mellitus
150 % yaitu negara penderita diabetes mellitus terbanyak adalah India (35,5 juta
orang), Cina (23,8 juta orang), Amerika Serikat (16 juta orang), Rusia (9,7 juta
orang), dan Jepang (6,7 juta orang).
Berdasarkan hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), terjadi
pengukuran prevalensi Diabetes mellitus (DM) dari tahun 2013 sebesar 7,5 %
menjadi 10,4 % pada tahun 2016, sementara hasil survey BPS tahun 2003
menyatakan bahwa prevalensi diabetes mellitus mencapai 14,7 % di perkotaan
dan 7,2 % di pedesaan.
Sebagai pusat pendidikan kesehatan, Institut Kesehatan Helvetia dan RSU.
Mitra Medika Medan memiliki tanggung jawab sosial untuk memberikan edukasi,
yang bersifat promotif dan dan preventif kepada masyarakat sekitar. Dari kegiatan
penyuluhan ini diharapkan Institut Kesehatan Helvetia dan RSU. Mitra Medika
dapat memberi edukasi kesehatan kepada Pasien/ keluarga pasien untuk menjaga
dan meningkatkan derajat kesehatan.

1.2 Manfaat
Adapun manfaat yang bisa diambil dari kegiatan ini adalah untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang Diabetes Melitus dan merubah
pola pikir serta pola hidup masyarakat sehingga meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Penyakit Diabetes Mellitus


Diabetes Mellitus adalah:
a) Suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh
adanya peningkatan kadar glukosa dalam darah akibat kekurangan insulin
baik absolut maupun relatif.
b) Suatu kelompok penyakit metabolik dengan karateristik hiperglikemia yang
terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
c) Keadaan hiperglikemia kronis sebagai akibat dari berbagai faktor lingkungan
dan genetik, sering keduanya bersama-sama.
d) Merupakan gangguan metabolisme dan distibusi gula oleh tubuh penderita.
e) Suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula sederhana) di dalam darah tinggi
karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara cukup.

2.2 Klasifikasi Etiologis Diabetes Melitus Menurut ADA


a) Diabetes Melitus Tipe 1 (destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi
insulin absolut)
 Melalui proses imunologik
 Idiopatik
b) Diabetes Melitus Tipe 2 (bervariasi mulai yang predominan resistensi
insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang predominan gangguan
sekresi insulin bersama resistensi insulin)
c) Diabetes Melitus Tipe Lain
 Defek genetik fungsi sel beta:
a) Kromosom 12, HNF-1 alfa (dahulu MODY 3)
b) Kromosom 7, Glukokinase (dahulu MODY 2)
c) Kromosom 20, HNF-4 alfa (dahulu MODY 1)DNA mitochondria.
d) Defek genetik kerja insulin
 Penyakit eksokrin pangkreas:
a) Pangkreatitis
b) Trauma/pangkreatektomi
c) Neoplasma
d) Cystic Fibrosis
e) Hemochromatosis
 Endokrinopati:
a) Akromegali
b) Sindroma cushing
c) Feokromositoma
d) Hipertiroidisme
 Karena obat/zat kimia : vacor, pentamidine, asam nikotinat, glukokortikoid,
hormon tiroid, tiazid, dilantin, interferon alfa
 Infeksi : rubella kongenital dan CMV
 Imunologi (jarang) : antibodi anti reseptor insulin
 Sindroma genetik lain : Sindroma Down, Klinefelter, Turner, Huntington
Chorea, Sindroma Prader Willi.

2.3 Epidemiologi
Secara epidemiologi DM seringkali tidak terdeteksi. Berbagai faktor
genetik, lingkungan dan cara hidup berperan dalam perjalanan penyakit diabetes.
Ada kecenderungan penyakit ini timbul dalam keluarga. Disamping itu juga
ditemukan perbedaan kekerapan dan komplikasi diantara ras, negara dan
kebudayaan.
Dari segi epidemiologi, ada beberapa jenis diabetes. Dulu ada yang disebut
diabetes pada anak, atau diabetes juvenilis dan diabetes dewasa atau “maturity-
onset diabetes”. Karena istilah ini kurang tepat, sekarang yang pertama disebut
DM tipe 1 dan yang kedua disebut DM tipe 2. Ada pula jenis lain, yaitu diabetes
melitus gestasional yang timbul hanya pada saat hamil, dan diabetes yang
disebabkan oleh karena kerusakan pankreas akibat kurang gizi disebut MRDM
(Malnutrition Related DM) atau Diabetes Melitus Terkait Malnutrisi (DMTM).
Kekerapan DM tipe 1 di negara Barat ± 10% dari DM tipe 2. Bahkan di
negara tropik jauh lebih sedikit lagi. Gambaran kliniknya biasanya timbul pada
masa kanak-kanak dan puncaknya pada masa akil balik. Tetapi ada juga yang
timbul pada masa dewasa.
DM tipe 2 adalah jenis yang paling banyak ditemukan (lebih dari 90%).
Timbul makin sering setelah umur 40 dengan catatan pada dekade ke 7 kekerapan
diabetes mencapai 3 sampai 4 kali lebih tinggi daripada rata-rata orang dewasa.
Pada keadaan dengan kadar glukosa darah tidak terlalu tinggi atau belum
ada komplikasi, biasanya pasien tidak berobat ke rumah sakit atau ke dokter. Ada
juga yang sudah di diagnosis sebagai diabetes tetapi karena kekurangan biaya
biasanya pasien tidak berobat lagi. Hal ini menyebabkan jumlah pasien yang tidak
terdiagnosis lebih banyak daripada yang terdiagnosis. Menurut penelitian keadaan
ini pada negara maju sudah lebih dari 50% yang tidak terdiagnosis dan dapat
dibayangkan berapa besar angka itu di negara berkembang termasuk Indonesia
Penelitian lain menyatakan bahwa dengan adanya urbanisasi, populasi DM
tipe 2 akan meningkat menjadi 5 – 10 kali lipat karena terjadi perubahan perilaku
rural-tradisional menjadi urban. Faktor resiko yang berubah secara epidemiologis
adalah bertambahnya usia, jumlah dan lamanya obesitas, distribusi lemak tubuh,
kurangnya aktivitas jasmani dan hiperinsulinemia. Semua faktor ini berinteraksi
dengan beberapa faktor genetik yang berhubungan dengan terjadinya DM tipe 2.
Tanpa intervensi yang efektif, kekerapan DM tipe 2 akan meningkat
disebabkan oleh berbagai hal misalnya bertambahnya usia harapan hidup,
berkurangnya kematian akibat infeksi dan meningkatnya faktor resiko yang
disebabkan oleh karena gaya hidup yang salah seperti kegemukan, kurang gerak/
aktivitas dan pola makan tidak sehat dan tidak teratur.

2.4 Gambaran Klinis


Kejadian DM diawali dengan kekurangan insulin sebagai penyebab utama.
Di sisi lain timbulnya DM bisa berasal dari kekurangan insulin yang bersifat
relatif yang disebabkan oleh adanya resistensi insulin (insuline recistance).
Keadaan ini ditandai dengan ketidakrentanan/ ketidakmampuan organ
menggunakan insulin, sehingga insulin tidak bisa berfungsi optimal dalam
mengatur metabolisme glukosa. Akibatnya, kadar glukosa darah meningkat
(hiperglikemi).
Gejala klasik DM adalah rasa haus yang berlebihan, sering kencing
terutama pada malam hari , banyak makan serta berat badan yang turun dengan
cepat. Disamping itu kadang-kadang ada keluhan lemah, kesemutan pada jari
tangan dan kaki, cepat lapar, gatal-gatal, penglihatan jadi kabur, gairah seks
menurun, luka sukar sembuh dan pada ibu-ibu sering melahirkan bayi diatas 4 kg.
Kadang-kadang ada pasien yang sama sekali tidak merasakan adanya keluhan.
Mereka mengetahui adanya DM hanya pada saat chek up ditemukan kadar
glukosa darahnya tinggi.

2.5 Patofisiologi
Seperti suatu mesin, tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel baru
dan mengganti sel yang rusak. Disamping itu juga memerlukan energi supaya sel
tubuh dapat berfungsi dengan baik. Energi sebagai bahan bakar itu berasal dari
bahan makanan yang terdiri dari karbohidrat, protein dan lemak.
Di dalam saluran pencernaan makanan dipecah menjadi bahan dasar dari
makanan itu. Karbohidrat menjadi glukosa, protein menjadi asam amino dan
lemak menjadi asam lemak. Ketiga zat makanan itu akan diserap oleh usus
kemudian masuk kedalam pembuluh darah dan diedarkan ke seluruh untuk
dipergunakan oleh organ-organ didalam tubuh sebagai bahan bakar. Supaya dapat
berfungsi sebagai bahan bakar, zat makanan itu harus masuk dulu kedalam sel
supaya dapat diolah. Di dalam sel, zat makanan terutama glukosa dibakar melalui
proses kimia yang rumit, yan hasil akhirnya adalah timbulnya energi. Proses ini
disebut metabolisme. Dalam proses metabolisme itu insulin (suatu zat/ hormon
yang dikeluarkan oleh sel beta pankreas) memegang peranan yang sangat penting
yaitu bertugas memasukan glukosa ke dalam sel, untuk selanjutnya digunakan
sebagai bahan bakar. Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta dalam pulau-pulau
Langerhans (kumpulan sel yang berbentuk pulau di dalam pankreas dengan
jumlah ± 100.000) yang jumlahnya sekitar 100 sel beta tadi dapat diibaratkan
sebagai anak kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa kedalam sel,
untuk kemudian dimetabolisir menjadi tenaga. Bila insulin tidak ada, maka
glukosa tidak dapat masuk sel. Dan akibatnya glukosa akan tetap berada didalam
pembuluh darah, yang artinya kadarnya didalam darah meningkat. Dalam keadaan
seperti ini tubuh akan menjadi lemas karena tidak ada sumber energi di dalam sel.
Inilah yang terjadi pada DM tipe 1. Tidak adanya insulin pada DM tipe 1 karena
pada jenis ini timbul reaksi otoimun yang disebabkan karena adanya peradangan
pada sel beta (insulitis). Insulitis bisa disebabkan karena macam-macam
diantaranya virus, seperti virus cocksakie, rubela, CMV, herpes, dan lain-lain.
Kerusakan sel beta tersebut dapat terjadi sejak kecil ataupun setelah dewasa.
Sedangkan pada DM tipe2 jumlah insulin normal, malah mungkin lebih
banyak. Tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang
kurang. Reseptor ini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk kedalam
sel. Pada keadaan tadi jumlah lubang kuncinya yang kurang, hingga meskipun
anak kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang,
maka glukosa yang masuk sel akan sedikit sehingga sel akan kekurangan bahan
bakar (glukosa) dan glukosa di dalam pembuluh darah akan meningkat. Dengan
demikian keadaan ini sama dengan pada DM tipe 1. Perbedaanya adalah pada DM
tipe 2 disamping kadar glukosa tinggi, juga kadar insulin tinggi atau normal.
Keadaan ini disebut resistensi insulin.
Penyebab resistensi insulin pada DM tipe 2 sebenarnya tidak begitu jelas,
tetapi faktor-faktor di bawah ini banyak berperan, antara lain:
1) Obesitas terutama yang bersifat sentral (bentuk apel)
2) Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat
3) Kurang gerak badan
4) Faktor keturunan (herediter)
Baik pada DM tipe 1 maupun pada DM tipe 2 kadar glukosa darah jelas
meningkat dan bila kadar itu melewati batas ambang ginjal, maka glukosa itu akan
keluar melalui urin. Mungkin inilah sebabnya penyakit ini disebut juga penyakit
kencing manis.

2.6 Diagnosa
Diagnosa DM harus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa darah,
tidak dapat ditegakan hanya atas dasar adanya glukosuria saja. Dalam menentukan
diagnosa DM harus diperhatikan asal bahan darah yang diambil dan cara
pemeriksaan yang dipakai. Untuk diagnosa DM, pemeriksaan yang dianjurkan
adalah pemeriksaan glukosa dengan cara enzimatik dengan bahan darah kapiler.
Diagnosis diabetes dipastikan bila:
a. Terdapat keluhan khas diabetes (poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan
berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya) disertai dengan satu nilai
pemeriksaan glukosa darah tidak normal (glukosa darah sewaktu ≥200 mg/dl atau
glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl).
b. Terdapat keluhan khas yang tidak lengkap atau terdapat keluhan tidak khas
(lemah, kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi, pruritus vulvae) disertai
dengan dua nilai pemeriksaan glukosa darah tidak normal (glukosa darah sewaktu
≥ 200 mg/dl dan atau glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl yang diperiksa pada hari
yang sama atau pada hari yang berbeda).

2.7 Komplikasi
Apabila glukosa darah tidak terkontrol dengan baik, beberapa tahun
kemudian hampir selalu akan timbul komplikasi. Komplikasi akibat diabetes
dapat dibagi dalam dua kelompok besar:
a. Komplikasi akut.
Timbul secara mendadak. Ini merupakan keadaan gawat darurat. Keadaan
ini bisa menjadi fatal apabila tidak ditangani dengan segera. Termasuk dalam
kelompok ini adalah hipoglikemia(glukosa darah terlalu rendah),
hiperglikemia(glukosa darah terlalu tinggi), dan terlalu banyak asam dalam darah
(ketoasidosis diabetik).
b. Komplikasi kronis.
Timbul secara perlahan, kadang tidak diketahui, tetapi akhirnya berangsur
menjadi makin berat dan membahayakan. Misalnya, komplikasi pada saraf
(neoropati), mata (retinopati, katarak, glaukoma), ginjal (nefropati), jantung
(angina, serangan jantung, tekanan darah tinggi, PJK), pembuluh darah,
hati(hepatitis, perlemakan hati/ fatty liver, batu empedu), tuberkulosis paru,
gangguan saluran makan, infeksi sehingga mengganggu fungsi kekebalan tubuh
dan penyakit kulit(Bruise,vitiligo, necrobiosis lipoidica, xanthelasma, alopecia,
lipohypertrophy/ hipertropi insulin, lipoatropi insulin, kulit kering karena
kerusakan saraf otonom sehingga keringat menjadi berkurang, infeksi jamur
seringkali diantara jari kaki, acanthosis nigricans/ penimbunan pigmen gelap
dibelakang leher dan ketiak, kulit yang menebal pada penderita DM yang lebih
dari 10 tahun).

2.8 Pemberian Obat/ Pengobatan Pasien DM


Pemberian obat kepada pasien sesuai petunjuk dokter merupakan suatu
tindakan/ praktek kesehatan yang dilakukan dalam rangka pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan sebagai bagian dari perilaku seseorang terhadap stimulus
atau objek kesehatan (yang dalam hal ini adalah masalah kesehatan, termasuk
penyakit DM yang diderita seseorang), yang kemudian dalam proses selanjutnya
akan melaksanakan atau mempraktekkan sesuai apa yang diketahuinya dan
disikapi/ dinilainya baik untuk dilakukan. Prinsip pemberian obat/ pengobatan
terhadap pasien DM terdiri atas 2 yaitu:
a) Pengobatan dengan insulin dan,
b) Pengobatan dengan Obat Hipoglikemik Oral.
a. Pengobatan dengan Insulin
Indikasi pemberian obat bagi pasien dengan terapi insulin, diberikan untuk:
a) Semua orang dengan diabetes tipe 1 yang memerlukan insulin eksogen karena
produksi insulin oleh sel beta tidak ada atau hampir tidak ada.
b) Orang dengan diabetes tipe 2 tertentu yang mungkin membutuhkan insulin
bila terapi jenis lain tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah atau
apabila mengalami stres fisiologi seperti pada tindakan pembedahan.
c) Orang dengan diabetes kehamilan (diabetes yang timbul selama kehamilan)
membutuhkan insulin bila diet tidak saja dapat mengendalikan kadar glukosa
darah.
d) Orang yang diabetes dengan ketoasidosis.
e) Orang dengan diabetes yang mendapat nutrisi parenteral atau yang
memerlukan suplemen tinggi kalori untuk memenuhi kebutuhan energi yang
meningkat, secara bertahap akan memerlukan insulin eksogen untuk
mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal selama periode
resistensi insulin atau ketika terjadi peningkatan kebutuhan insulin.
f) Pengobatan sindroma hiperglikemi non-ketotik-hiperosmolar

b. Cara Penggunaan Insulin


Sekresi insulin dapat dibagi menjadi sekresi insulin basal (saat puasa atau
sebelum makan) dan insulin prandial (setelah makan).
Insulin basal ialah insulin yang diperlukan untuk mencegah hiperglikemia
puasa akibat glukoneogenesis dan juga mencegah ketogenesis yang tidak
terdeteksi.
Insulin Prandial ialah jumlah insulin yang dibutuhkan untuk
mengkonversi bahan nutrien ke dalam bentuk energi cadangan sehingga tidak
terjadi hiperglikemia postprandial.
Insulin Koreksi (supplement) ialah insulin yang diperlukan akibat
kenaikan kebutuhan insulin yang disebabkan adanya penyakit atau stres.
Pemberian insulin tergantung pada kondisi pasien dan fasilitas yang
tersedia. Untuk pasien yang non-emergensi, pemberian suntikan subkutan atau
intramuskular (jarang dilakukan). Pada pasien dengan kondisi kegawatan
diberikan dengan pompa infus atau secara bolus intra vena. Insulin dapat juga
diberikan secara subkutan dengan menggunakan pompa insulin atau yang dikenal
dengan continuous subcutaneous insulin infusion (CSII).
Sebelum menyuntikan insulin, kedua tangan dan daerah yang harus
disuntik haruslah bersih. Tutup vial insulin harus diusap dengan isopropil alkohol
70%. Untuk semua macam insulin kecuali kerja cepat, harus digulung-gulung
secara perlahan-lahan dengan kedua telapak tangan (Jangan dikocok) untuk
melarutkan kembali suspensi. Ambilah udara sejumlah insulin yang akan
diberikan dan suntikanlah kedalam vial untuk mencegah terjadi ruang vakum
dalam vial. Hal ini terutama diperlukan bila akan dipakai campuran insulin.
Bila mencampur insulin kerja cepat dengan kerja menengah atau panjang, maka
insulin yang jernih atau kerja cepat harus diambil terlebih dahulu. Setelah insulin
masuk ke alat suntik, periksalah apa mengandung gelembung udara. Satu atau dua
ketukan pada alat suntik dalam posisi tegak akan dapat mengurangi gelembung
tersebut. Gelembung tersebut sebenarnya tidaklah terlalu berbahaya tetapi dapat
mengurangi dosis insulin.
Penyuntikan dilakukan pada jaringan subkutan. Pada umumnya disuntikan dengan
sudut 90 derajat. Pada pasien kurus dan anak-anak, setelah kulit dijepit dan insulin
disuntikan dengan sudut 45 derajat agar tidak terjadi penyuntikan intra muskular.
Aspirasi tidak perlu dilakukan secara rutin. Bila suntikan terasa sakit atau
mengalami perdarahan setelah proses penyuntikan maka daerah tersebut
sebaiknya ditekan selama 5-8 detik.

c. Karateristik Insulin Berdasarkan Waktu Kerja


Sediaan insulin yang ada di pasaran Indonesia, berdasarkan waktu kerja
dapat dilihat pada tabel di halaman berikut ini:
Tabel 1. Karateristik Insulin Berdasarkan Waktu Kerja
Sediaan Insulin Awal Kerja Puncak Lama
Kerja Kerja
Insulin Prandial
Insulin Kerja cepat
Regular (Actrapid; Humulin R) 30-60 mnt 30-90 mnt 5-8 jam
Insulin analog, kerja sangat cepat
Insulin glulisine (apidra*) 5-15 mnt 30-90 mnt 3-5 jam
Insulin aspart (Novo Rapid *) 5-15 mnt 30-90 mnt 3-5 jam
Insulin lispro (Humalog) 5-15 mnt 30-90 mnt 3-5 jam
Insulin Kerja Menengah
NPH (Insulatard, Humulin N) 2-4 jam 4-10 jam 10-16
Lente 3-4 jam 4-12 jam jam
12-18
jam
Insulin Kerja Panjang
Insulin glargine (Lantus) 2-4 jam Tdk ada
Ultralente* 6-10 jam puncak
Insulin detemir (Levemir*) 2-4 jam 8-10 jam
Tdk ada
puncak
Insulin Campuran
(kerja cepat dan menengah)
70%NPH/ 30% reguler )Mixtard: 30-60 mnt Dual 10-16
Humulin 70/30) jam
70%NPH/ 30% analog rapid
(NovoMix 30)

d. Pengobatan dengan OHO (Obat Hipoglikemik Oral)


Menurut Tjokroprawiro Askandar, dkk, 2007, syarat OHO berhasil baik bila
diet dan latihan fisik harus dilaksanakan dengan benar (3J), Jumlah-Jadwal-Jenis
dan diberikan pada penderita yang:
a) Umur > 40 tahun.
b) Lama DM-nya kurang dari 5 tahun.
c) Belum pernah suntik insulin, atau bila pernah suntik insulin, kebutuhan
insulin kurang dari 20 unit/ hari.

BAB III
BIAYA DAN PROSES KEGIATAN

3.1 Rencana Anggaran Biaya


Untuk mewujudkan kegiatan ini memerlukan biaya oleh karena itu biaya
yang diusulkan sebanyak Rp. 14.940.000,- (empat belas juta Sembilan ratus empat
puluh ribu rupiah) dengan rincian sebagai mana pada tabel:
Tabel 3.1. Rencana Anggaran Biaya
Biaya yang diusulkan
No. Komponen
(Rp)
1 Penjilidan dan Proposal 10 x 10.000 = 100.000
2 Biaya sarana dan prasarana 10.000.000
3 Spanduk 300.000
4 Sound system 500.000
5 Konsumsi:
Snack : 100 kotak x 5000 = 500.000
Air minum (aqua gelas) : 8 dus x 25.000 = 200.000
Air aqua botol : 2 dus x 45.000 = 90.000
Nasi kotak : 50 kotak x 15.000 =750.000
6 Transport 500.000
7 Biaya Tak Terduga 2.000.000
JUMLAH 14.940.000

3.2 Proses Kegiatan


Bulan
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Perencanaan
2 Persiapan kegiatan
3 Pelaksanaan

No Kegiatan Waktu Pengelola/Fasilitator


1 Kata sambutan yang 07.00-07.30 a) Ketua Prodi S1 Kesehatan
disampaikan oleh ketua Masyarakat
b) Ketua Panitia Promkes
prodi S1 Kesehatan
rumah sakit
Masyarakat dan Ketua
Panitia Promkes rumah
sakit
2 Senam Diabetes 07.30-09.00 Instruktur Senam Diabetes
3 Penyuluhan Kesehatan 09.00-10.00 a) Dosen Prodi S1 Kesehatan
tentang Diabetes Melitus Masyarakat
b) Tim Dokter RS Mitra
Medika
c) Mahasiswa/i S1 Kesehatan
Masyarakat
4 Tanya Jawab 10.00-10.30 a) Dosen Prodi S1 Kesehatan
Masyarakat
b) Ti Dokter RS Mitra
Medika
c) Mahasiswa/i S1 Kesehatan
Masyarakat
5 Acara Bebas / Makan 10.30-selesai Seluruh Panitia
siang

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN (LPj)


PENGABDIAN MASYARAKAT
PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG DIABETES MELITUS DAN
SENAM DIABETES

OLEH
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
DAN
RSU. MITRA MEDIKA MEDAN
17 SEPTEMBER 2016
PANITIA PELAKSANAAN KEGIATAN
PENGABDIAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
2016

A. LATAR BELAKANG
Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja

insulin atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya akan dipikirkan bila ada

keluhan khas DM berupa poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat

badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Secara epidemiologik diabetes

seringkali tidak terdeteksi dan dikatakan onset atau mulai terjadinya adalah 7

tahun sebelum diagnosis ditegakkan, sehingga morbiditas dan mortalitas dini

terjadi pada kasus yang tidak terdeteksi.


Diabetes mellitus jika tidak dikelola dengan baik akan dapat

mengakibatkan terjadinya berbagai penyakit menahun, seperti penyakit

serebrovaskular, penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah tungkai,

penyakit pada mata, ginjal, dan syaraf. Jika kadar glukosa darah dapat selalu

dikendalikan dengan baik, diharapkan semua penyakit menahun tersebut dapat

dicegah, atau setidaknya dihambat. Berbagai faktor genetik, lingkungan dan cara

hidup berperan dalam perjalanan penyakit diabetes.

Berbagai penelitian menunjukan bahwa kepatuhan pada pengobatan

penyakit yang bersifat kronis baik dari segi medis maupun nutrisi, pada umumnya

rendah. Dan penelitian terhadap penyandang diabetes mendapatkan 75 %

diantaranya menyuntik insulin dengan cara yang tidak tepat, 58 % memakai dosis

yang salah, dan 80 % tidak mengikuti diet yang tidak dianjurkan

Jumlah penderita penyakit diabetes melitus akhir-akhir ini menunjukan

kenaikan yang bermakna di seluruh dunia. Perubahan gaya hidup seperti pola

makan dan berkurangnya aktivitas fisik dianggap sebagai faktor-faktor penyebab

terpenting. Oleh karenanya, DM dapat saja timbul pada orang tanpa riwayat DM

dalam keluarga dimana proses terjadinya penyakit memakan waktu bertahun-

tahun dan sebagian besar berlangsung tanpa gejala. Namun penyakit DM dapat

dicegah jika kita mengetahui dasar-dasar penyakit dengan baik dan mewaspadai

perubahan gaya hidup kita.

Penderita diabetes mellitus dari tahun ke tahun mengalami peningkatan

menurut Federasi Diabetes Internasional (IDF), penduduk dunia yang menderita


diabetes mellitus sudsh mencakupi sekitar 197 juta jiwa, dan dengan angka

kematian sekitar 3,2 juta orang.

WHO memprediksikan penderita diabetes mellitus akan menjadi sekitar

366 juta orang pada tahun 2030. Penyumbang peningkatan angka tadi merupakan

negara-negara berkembang, yang mengalami kenaikan penderita diabetes mellitus

150 % yaitu negara penderita diabetes mellitus terbanyak adalah India (35,5 juta

orang), Cina (23,8 juta orang), Amerika Serikat (16 juta orang), Rusia (9,7 juta

orang), dan Jepang (6,7 juta orang).

Berdasarkan hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), terjadi

pengukuran prevalensi Diabetes mellitus (DM) dari tahun 2013 sebesar 7,5 %

menjadi 10,4 % pada tahun 2016, sementara hasil survey BPS tahun 2003

menyatakan bahwa prevalensi diabetes mellitus mencapai 14,7 % di perkotaan

dan 7,2 % di pedesaan.

Sebagai pusat pendidikan kesehatan, Institut Kesehatan Helvetia dan RSU.

Mitra Medika Medan memiliki tanggung jawab sosial untuk memberikan edukasi,

yang bersifat promotif dan dan preventif kepada masyarakat sekitar. Dari kegiatan

penyuluhan ini diharapkan Institut Kesehatan Helvetia dan RSU. Mitra Medika

dapat memberi edukasi kesehatan kepada Pasien/ keluarga pasien untuk menjaga

dan meningkatkan derajat kesehatan.

B. NAMA KEGIATAN

Kegiatan ini bernama “PENGABDIAN MASYARAKAT – PENYULUHAN

KESEHATAN TENTANG DIABETES MELITUS DAN SENAM DIABETES ”


C. TUJUAN KEGIATAN

1. Tujuan umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan agar peserta dapat

mengetahui tentang penyakit DM (Diabetes Melitus), memahami bagaimana

proses dan gejala penyakit DM sehingga dapat menjaga kesehatan.


2. Tujuan khusus

Setelah diberikan penyuluhan, diharapkan para peserta dapat :

 Mengerti dan memahami penyebab penyakit DM


 Mengerti dan memahami tanda dan gejala penyakit DM
 Mengerti dan memahami cara penularan penyakit DM
 Mengetahui pengobatan DM

D. SASARAN
Pasien/Keluarga pasien dan masyarakat sekitar RSU. Mitra Medika Medan

E. WAKTU DAN TEMPAT

Ruang Tunggu RSU. Mitra Medika Medan Lantai 1 (17 September 2016)

F. PELAKSANAAN KEGIATAN

Kegiatan ini dilaksanakan oleh Dosen dan mahasiswa/I S1 Kesehatan

Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia Medan dan Panitia Promosi Kesehatan

RSU, Mitra Medika Medan.

G. SUMBER DANA KEGIATAN

Adapun uang yang menjadi sumber dari kegiatan ini adalah :


1. Sumbangan pihak RS Mitra Medika Medan
2. Sponsor dari PT. Nutrifood
H. ANGGARAN DANA KEGIATAN

Terlampir

I. PENUTUP

Demikian laporan ini kami buat sebagai bentuk kegiatan yang kami

laksanakan yang secara umum acara yang telah dilaksanakan berjalan dengan

baik. Semoga kegiatan ini dapat berlangsung terus dan berkesinambungan dan

dapat bermanfaat bagi kita semua. Atas dukungan dan perhatiannya kami ucapkan

terima kasih.
SUSUNAN KEPANITIAAN PENGABDIAN MASYARAKAT

1. Pelindung : Ketua Yayasan Helvetia


Dr. dr. Arifah Devi Fitriani, M.Kes
Rektor Institut Kesehatan Helvetia
Dr. Ismail Effensi, M.Si
2. Penasehat : Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Dr. Ayi Darmana, M.Si
3. Penanggung Jawab : Kaprodi S1 Kesehatan Masyarakat
Dian Maya Sari Siregar, SKM, M.Kes
4. Pembimbing Kegiatan : Linda Hernike napitupulu, SKM., M.Kes
Khairatunnisa, SKM., M.Kes
Neni Ekowati Januariana, SKM., M.Kes
Wahyuni,SKM.,M.Kes
Sisca Zulliyanti,SST.,M.Kes
Suwarni Asmun SST.,M.Kes
dr.Suzan Fitriana.,M.Kes
5. Pelaksanaan Kegiatan :
Ketua : Nedchi Froyensi Sinaga, SKM
Wakil Ketua : Yohana Wijaya
Sekretaris : Abda Melina
Bendahara : Febriani Syahfitri
Seksi Acara dan Humas
Koordinator : Desi Cut Mutia
Anggota : Alvin Kurnia
Hasrizal Madani

Seksi Dokumentasi/Perlengkapan
Koordinator : Saferius Loi
Anggota : Junita Purnama Sari
Atika Wijaya
REKAPITULASI RINCIAN ANGGARAN DANA

A. PENGELUARAN
Biaya yang digunakan
No. Komponen
(Rp)
1 Penjilidan dan Proposal 10 x 10.000 = 100.000
2 Biaya sarana dan prasarana 10.000.000
3 Spanduk 300.000
4 Sound system 500.000
5 Konsumsi:
Snack : 100 kotak x 5000 = 500.000
Air minum (aqua gelas) : 8 dus x 25.000 = 200.000
Air aqua botol : 2 dus x 45.000 = 90.000
Nasi kotak : 100 kotak x 15.000 =1.500.000
6 Transport 500.000
7 Biaya Tak Terduga 1.000.000
JUMLAH 14.690.000

B. PEMASUKAN
1. Sumbangan pihak RS Mitra Medika Medan : Rp. 10.000.000,-
2. Sponsor PT. Nutrifood : Rp. 5.000.000,-
C. SISA DANA
Dana Masuk : 15.000.000
Dana Keluar : 14.690.000-
Sisa Dana : 310.000,-

Anda mungkin juga menyukai