OLEH
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
DAN
RSU. MITRA MEDIKA MEDAN
1.2 Manfaat
Adapun manfaat yang bisa diambil dari kegiatan ini adalah untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang Diabetes Melitus dan merubah
pola pikir serta pola hidup masyarakat sehingga meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.3 Epidemiologi
Secara epidemiologi DM seringkali tidak terdeteksi. Berbagai faktor
genetik, lingkungan dan cara hidup berperan dalam perjalanan penyakit diabetes.
Ada kecenderungan penyakit ini timbul dalam keluarga. Disamping itu juga
ditemukan perbedaan kekerapan dan komplikasi diantara ras, negara dan
kebudayaan.
Dari segi epidemiologi, ada beberapa jenis diabetes. Dulu ada yang disebut
diabetes pada anak, atau diabetes juvenilis dan diabetes dewasa atau “maturity-
onset diabetes”. Karena istilah ini kurang tepat, sekarang yang pertama disebut
DM tipe 1 dan yang kedua disebut DM tipe 2. Ada pula jenis lain, yaitu diabetes
melitus gestasional yang timbul hanya pada saat hamil, dan diabetes yang
disebabkan oleh karena kerusakan pankreas akibat kurang gizi disebut MRDM
(Malnutrition Related DM) atau Diabetes Melitus Terkait Malnutrisi (DMTM).
Kekerapan DM tipe 1 di negara Barat ± 10% dari DM tipe 2. Bahkan di
negara tropik jauh lebih sedikit lagi. Gambaran kliniknya biasanya timbul pada
masa kanak-kanak dan puncaknya pada masa akil balik. Tetapi ada juga yang
timbul pada masa dewasa.
DM tipe 2 adalah jenis yang paling banyak ditemukan (lebih dari 90%).
Timbul makin sering setelah umur 40 dengan catatan pada dekade ke 7 kekerapan
diabetes mencapai 3 sampai 4 kali lebih tinggi daripada rata-rata orang dewasa.
Pada keadaan dengan kadar glukosa darah tidak terlalu tinggi atau belum
ada komplikasi, biasanya pasien tidak berobat ke rumah sakit atau ke dokter. Ada
juga yang sudah di diagnosis sebagai diabetes tetapi karena kekurangan biaya
biasanya pasien tidak berobat lagi. Hal ini menyebabkan jumlah pasien yang tidak
terdiagnosis lebih banyak daripada yang terdiagnosis. Menurut penelitian keadaan
ini pada negara maju sudah lebih dari 50% yang tidak terdiagnosis dan dapat
dibayangkan berapa besar angka itu di negara berkembang termasuk Indonesia
Penelitian lain menyatakan bahwa dengan adanya urbanisasi, populasi DM
tipe 2 akan meningkat menjadi 5 – 10 kali lipat karena terjadi perubahan perilaku
rural-tradisional menjadi urban. Faktor resiko yang berubah secara epidemiologis
adalah bertambahnya usia, jumlah dan lamanya obesitas, distribusi lemak tubuh,
kurangnya aktivitas jasmani dan hiperinsulinemia. Semua faktor ini berinteraksi
dengan beberapa faktor genetik yang berhubungan dengan terjadinya DM tipe 2.
Tanpa intervensi yang efektif, kekerapan DM tipe 2 akan meningkat
disebabkan oleh berbagai hal misalnya bertambahnya usia harapan hidup,
berkurangnya kematian akibat infeksi dan meningkatnya faktor resiko yang
disebabkan oleh karena gaya hidup yang salah seperti kegemukan, kurang gerak/
aktivitas dan pola makan tidak sehat dan tidak teratur.
2.5 Patofisiologi
Seperti suatu mesin, tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel baru
dan mengganti sel yang rusak. Disamping itu juga memerlukan energi supaya sel
tubuh dapat berfungsi dengan baik. Energi sebagai bahan bakar itu berasal dari
bahan makanan yang terdiri dari karbohidrat, protein dan lemak.
Di dalam saluran pencernaan makanan dipecah menjadi bahan dasar dari
makanan itu. Karbohidrat menjadi glukosa, protein menjadi asam amino dan
lemak menjadi asam lemak. Ketiga zat makanan itu akan diserap oleh usus
kemudian masuk kedalam pembuluh darah dan diedarkan ke seluruh untuk
dipergunakan oleh organ-organ didalam tubuh sebagai bahan bakar. Supaya dapat
berfungsi sebagai bahan bakar, zat makanan itu harus masuk dulu kedalam sel
supaya dapat diolah. Di dalam sel, zat makanan terutama glukosa dibakar melalui
proses kimia yang rumit, yan hasil akhirnya adalah timbulnya energi. Proses ini
disebut metabolisme. Dalam proses metabolisme itu insulin (suatu zat/ hormon
yang dikeluarkan oleh sel beta pankreas) memegang peranan yang sangat penting
yaitu bertugas memasukan glukosa ke dalam sel, untuk selanjutnya digunakan
sebagai bahan bakar. Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta dalam pulau-pulau
Langerhans (kumpulan sel yang berbentuk pulau di dalam pankreas dengan
jumlah ± 100.000) yang jumlahnya sekitar 100 sel beta tadi dapat diibaratkan
sebagai anak kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa kedalam sel,
untuk kemudian dimetabolisir menjadi tenaga. Bila insulin tidak ada, maka
glukosa tidak dapat masuk sel. Dan akibatnya glukosa akan tetap berada didalam
pembuluh darah, yang artinya kadarnya didalam darah meningkat. Dalam keadaan
seperti ini tubuh akan menjadi lemas karena tidak ada sumber energi di dalam sel.
Inilah yang terjadi pada DM tipe 1. Tidak adanya insulin pada DM tipe 1 karena
pada jenis ini timbul reaksi otoimun yang disebabkan karena adanya peradangan
pada sel beta (insulitis). Insulitis bisa disebabkan karena macam-macam
diantaranya virus, seperti virus cocksakie, rubela, CMV, herpes, dan lain-lain.
Kerusakan sel beta tersebut dapat terjadi sejak kecil ataupun setelah dewasa.
Sedangkan pada DM tipe2 jumlah insulin normal, malah mungkin lebih
banyak. Tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang
kurang. Reseptor ini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk kedalam
sel. Pada keadaan tadi jumlah lubang kuncinya yang kurang, hingga meskipun
anak kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang,
maka glukosa yang masuk sel akan sedikit sehingga sel akan kekurangan bahan
bakar (glukosa) dan glukosa di dalam pembuluh darah akan meningkat. Dengan
demikian keadaan ini sama dengan pada DM tipe 1. Perbedaanya adalah pada DM
tipe 2 disamping kadar glukosa tinggi, juga kadar insulin tinggi atau normal.
Keadaan ini disebut resistensi insulin.
Penyebab resistensi insulin pada DM tipe 2 sebenarnya tidak begitu jelas,
tetapi faktor-faktor di bawah ini banyak berperan, antara lain:
1) Obesitas terutama yang bersifat sentral (bentuk apel)
2) Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat
3) Kurang gerak badan
4) Faktor keturunan (herediter)
Baik pada DM tipe 1 maupun pada DM tipe 2 kadar glukosa darah jelas
meningkat dan bila kadar itu melewati batas ambang ginjal, maka glukosa itu akan
keluar melalui urin. Mungkin inilah sebabnya penyakit ini disebut juga penyakit
kencing manis.
2.6 Diagnosa
Diagnosa DM harus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa darah,
tidak dapat ditegakan hanya atas dasar adanya glukosuria saja. Dalam menentukan
diagnosa DM harus diperhatikan asal bahan darah yang diambil dan cara
pemeriksaan yang dipakai. Untuk diagnosa DM, pemeriksaan yang dianjurkan
adalah pemeriksaan glukosa dengan cara enzimatik dengan bahan darah kapiler.
Diagnosis diabetes dipastikan bila:
a. Terdapat keluhan khas diabetes (poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan
berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya) disertai dengan satu nilai
pemeriksaan glukosa darah tidak normal (glukosa darah sewaktu ≥200 mg/dl atau
glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl).
b. Terdapat keluhan khas yang tidak lengkap atau terdapat keluhan tidak khas
(lemah, kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi, pruritus vulvae) disertai
dengan dua nilai pemeriksaan glukosa darah tidak normal (glukosa darah sewaktu
≥ 200 mg/dl dan atau glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl yang diperiksa pada hari
yang sama atau pada hari yang berbeda).
2.7 Komplikasi
Apabila glukosa darah tidak terkontrol dengan baik, beberapa tahun
kemudian hampir selalu akan timbul komplikasi. Komplikasi akibat diabetes
dapat dibagi dalam dua kelompok besar:
a. Komplikasi akut.
Timbul secara mendadak. Ini merupakan keadaan gawat darurat. Keadaan
ini bisa menjadi fatal apabila tidak ditangani dengan segera. Termasuk dalam
kelompok ini adalah hipoglikemia(glukosa darah terlalu rendah),
hiperglikemia(glukosa darah terlalu tinggi), dan terlalu banyak asam dalam darah
(ketoasidosis diabetik).
b. Komplikasi kronis.
Timbul secara perlahan, kadang tidak diketahui, tetapi akhirnya berangsur
menjadi makin berat dan membahayakan. Misalnya, komplikasi pada saraf
(neoropati), mata (retinopati, katarak, glaukoma), ginjal (nefropati), jantung
(angina, serangan jantung, tekanan darah tinggi, PJK), pembuluh darah,
hati(hepatitis, perlemakan hati/ fatty liver, batu empedu), tuberkulosis paru,
gangguan saluran makan, infeksi sehingga mengganggu fungsi kekebalan tubuh
dan penyakit kulit(Bruise,vitiligo, necrobiosis lipoidica, xanthelasma, alopecia,
lipohypertrophy/ hipertropi insulin, lipoatropi insulin, kulit kering karena
kerusakan saraf otonom sehingga keringat menjadi berkurang, infeksi jamur
seringkali diantara jari kaki, acanthosis nigricans/ penimbunan pigmen gelap
dibelakang leher dan ketiak, kulit yang menebal pada penderita DM yang lebih
dari 10 tahun).
BAB III
BIAYA DAN PROSES KEGIATAN
OLEH
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
DAN
RSU. MITRA MEDIKA MEDAN
17 SEPTEMBER 2016
PANITIA PELAKSANAAN KEGIATAN
PENGABDIAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
2016
A. LATAR BELAKANG
Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
seringkali tidak terdeteksi dan dikatakan onset atau mulai terjadinya adalah 7
penyakit pada mata, ginjal, dan syaraf. Jika kadar glukosa darah dapat selalu
dicegah, atau setidaknya dihambat. Berbagai faktor genetik, lingkungan dan cara
penyakit yang bersifat kronis baik dari segi medis maupun nutrisi, pada umumnya
diantaranya menyuntik insulin dengan cara yang tidak tepat, 58 % memakai dosis
kenaikan yang bermakna di seluruh dunia. Perubahan gaya hidup seperti pola
terpenting. Oleh karenanya, DM dapat saja timbul pada orang tanpa riwayat DM
tahun dan sebagian besar berlangsung tanpa gejala. Namun penyakit DM dapat
dicegah jika kita mengetahui dasar-dasar penyakit dengan baik dan mewaspadai
366 juta orang pada tahun 2030. Penyumbang peningkatan angka tadi merupakan
150 % yaitu negara penderita diabetes mellitus terbanyak adalah India (35,5 juta
orang), Cina (23,8 juta orang), Amerika Serikat (16 juta orang), Rusia (9,7 juta
pengukuran prevalensi Diabetes mellitus (DM) dari tahun 2013 sebesar 7,5 %
menjadi 10,4 % pada tahun 2016, sementara hasil survey BPS tahun 2003
Mitra Medika Medan memiliki tanggung jawab sosial untuk memberikan edukasi,
yang bersifat promotif dan dan preventif kepada masyarakat sekitar. Dari kegiatan
penyuluhan ini diharapkan Institut Kesehatan Helvetia dan RSU. Mitra Medika
dapat memberi edukasi kesehatan kepada Pasien/ keluarga pasien untuk menjaga
B. NAMA KEGIATAN
1. Tujuan umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan agar peserta dapat
D. SASARAN
Pasien/Keluarga pasien dan masyarakat sekitar RSU. Mitra Medika Medan
Ruang Tunggu RSU. Mitra Medika Medan Lantai 1 (17 September 2016)
F. PELAKSANAAN KEGIATAN
Terlampir
I. PENUTUP
Demikian laporan ini kami buat sebagai bentuk kegiatan yang kami
laksanakan yang secara umum acara yang telah dilaksanakan berjalan dengan
baik. Semoga kegiatan ini dapat berlangsung terus dan berkesinambungan dan
dapat bermanfaat bagi kita semua. Atas dukungan dan perhatiannya kami ucapkan
terima kasih.
SUSUNAN KEPANITIAAN PENGABDIAN MASYARAKAT
Seksi Dokumentasi/Perlengkapan
Koordinator : Saferius Loi
Anggota : Junita Purnama Sari
Atika Wijaya
REKAPITULASI RINCIAN ANGGARAN DANA
A. PENGELUARAN
Biaya yang digunakan
No. Komponen
(Rp)
1 Penjilidan dan Proposal 10 x 10.000 = 100.000
2 Biaya sarana dan prasarana 10.000.000
3 Spanduk 300.000
4 Sound system 500.000
5 Konsumsi:
Snack : 100 kotak x 5000 = 500.000
Air minum (aqua gelas) : 8 dus x 25.000 = 200.000
Air aqua botol : 2 dus x 45.000 = 90.000
Nasi kotak : 100 kotak x 15.000 =1.500.000
6 Transport 500.000
7 Biaya Tak Terduga 1.000.000
JUMLAH 14.690.000
B. PEMASUKAN
1. Sumbangan pihak RS Mitra Medika Medan : Rp. 10.000.000,-
2. Sponsor PT. Nutrifood : Rp. 5.000.000,-
C. SISA DANA
Dana Masuk : 15.000.000
Dana Keluar : 14.690.000-
Sisa Dana : 310.000,-