Anda di halaman 1dari 59

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. SISTEM SARAF

1.1 Definisi

Sistem saraf merupakan serangkaian organ yang kompleks dan

bersambungan serta terdiri terutama dari jaringan saraf. Sistem saraf

merupakan salah satu sistem yang berfungsi untuk memantau dan

merespon perubahan yg terjadi di dalam dan diluar tubuh atau lingkungan.

Sistem saraf juga bertanggung jawab sebagai sistem persepsi, perilaku dan

daya ingat, serta merangsang pergerakan tubuh. Kemampuan untuk dapat

memahami, mempelajari, dan merespon suatu rangsangan merupakan hasil

kerja terintegrasi sistem persarafan yang mencapai puncaknya dalam

bentuk kepribadian dan tingkah laku individu.

Sistem saraf adalah sistem koordinasi berupa penghantaran impuls

saraf ke susunan saraf pusat, pemrosesan impuls saraf dan pemberi

tanggapan rangsangan. Sistem atau susunan saraf merupakan salah satu

bagian terkecil dari organ dalam tubuh, tetapi merupakan bagian yang

paling kompleks. Susunan saraf manusia mempunyai arus informasi yang

cepat dengan kecepatan pemrosesan yang tinggi dan tergantung pada

aktivitas listrik (impuls saraf).

Alur informasi pada sistem saraf dapat dipecah secara skematis

menjadi tiga tahap. Suatu stimulus eksternal atau internal yang mengenai

organ-organ sensorik akan menginduksi pembentukan impuls yang

3
4

berjalan ke arah susunan saraf pusat (SSP) (impuls afferent), terjadi proses

pengolahan yang komplek pada SSP (proses pengolahan informasi) dan

sebagai hasil pengolahan, SSP membentuk impuls yang berjalan ke arah

perifer (impuls efferent) dan mempengaruhi respons motorik terhadap

stimulus.

Gambar 1. Fungsional Sistem Saraf (biru: sensorik; merah: motorik)

1.2 Fungsi

Saraf sebagai sistem koordinasi atau pengatur seluruh aktifitas

tubuh manusia mempunyai tiga fungsi utama, yaitu sebagai alat

komunikasi, pengendali atau pengatur kerja dan pusat pengendali

tanggapan.
5

a. Saraf sebagai alat komunikasi antara tubuh dan dunia di luar tubuh.

Hal ini dilakukan oleh alat indera yang meliputi mata, hidung,

telinga, lidah, dan kulit. Karena ada indera, dengan mudah kita dapat

mengetahui perubahan yang terjadi di luar tubuh kita.

b. Saraf sebagai pengendali atau pengatur kerja organ tubuh sehingga

dapat bekerja serasi sesuai dengan fungsi masing-masing. Saraf

sebagai pusat pengendali tanggapan atau reaksi tubuh terhadap

perubahan keadaan disekitarnya. Karena saraf sebagai pengendali

kerja alat tubuh maka jaringan saraf terdapat pada seluruh alat tubuh.

1.3 Klasifikasi

Susunan sistem saraf terbagi secara anatomi yang terdiri dari saraf

pusat (otak dan medula spinalis) dan saraf tepi (saraf kranial dan spinal)

dan secara fisiologi yaitu saraf otonom dan saraf somatik.

Gambar 2. Susunan Saraf Manusia

A. Sistem Saraf Pusat

Susunan saraf pusat (SSP) yaitu otak (ensefalon) dan medula

spinalis, yang merupakan pusat integrasi dan kontrol seluruh aktifitas


6

tubuh. Bagian fungsional pada susunan saraf pusat adalah neuron

akson sebagai penghubung dan transmisi elektrik antar neuron, serta

dikelilingi oleh sel glia yang menunjang secara mekanik dan

metabolik.

a. Otak

Otak merupakan alat tubuh yang sangat penting dan sebagai

pusat pengatur dari segala kegiatan manusia yang terletak di

dalam rongga tengkorak. Bagian utama otak adalah otak besar

(cerebrum), otak kecil (cereblum) dan otak tengah.

a) Otak besar merupakan pusat pengendali kegiatan tubuh

yang disadari. Otak besar ini dibagi menjadi dua

belahan, yaitu belahan kanan dan kiri. Tiap belahan

tersebut terbagi menjadi 4 lobus yaitu frontal, parietal,

okspital, dan temporal. Sedangkan disenfalon adalah

bagian dari otak besar yang terdiri dari talamus,

hipotalamus, dan epitalamus.

b) Otak belakang/kecil terbagi menjadi dua subdivisi yaitu

metensefalon dan mielensefalon. Metensefalon berubah

menjadi batang otak (pons) dan cereblum. Sedangkan

mielensefalon akan menjadi medulla oblongata.

c) Otak tengah/sistem limbic terdiri dari hipokampus,

hipotalamus, dan amigdala.


7

Gambar 3. Bagian-bagian Otak

Pada otak terdapat suatu cairan yang dikenal dengan

cairan serebrospinalis. Cairan cerebrospinalis ini mengelilingi

ruang sub araknoid disekitar otak dan medula spinalis. Cairan

ini juga mengisi ventrikel otak. Cairan ini menyerupai plasma

darah dan cairan interstisial dan dihasilkan oleh plesus koroid

dan sekresi oleh sel-sel epindemal yang mengelilingi pembuluh

darah serebral dan melapisi kanal sentral medula spinalis.

Fungsi cairan ini adalah sebagai bantalan untuk pemeriksaan


8

lunak otak dan medula spinalis, juga berperan sebagai media

pertukaran nutrien dan zat buangan antara darah dan otak serta

medula spinalis.

b. Medula Spinalis (Sumsum tulang belakang)

Sumsum tulang belakang terletak memanjang di dalam rongga

tulang belakang, mulai dari ruas-ruas tulang leher sampai ruas-

ruas tulang pinggang yang kedua. Sumsum tulang belakang

terbagi menjadi dua lapis yaitu lapisan luar berwarna putih

(white area) dan lapisan dalam berwarna kelabu (grey area).

Lapisan luar mengandung serabut saraf dan lapisan dalam

mengandung badan saraf. Di dalam sumsum tulang belakang

terdapat saraf sensorik, saraf motorik dan saraf penghubung.

Fungsinya adalah sebagai penghantar impuls dari otak dan ke

otak serta sebagai pusat pengatur gerak refleks.

Gambar 4. Bagian Area Medula Spinalis


9

B. Sistem Saraf Tepi

Susunan saraf tepi (SST) yaitu saraf kranial dan saraf spinalis

yang merupakan garis komunikasi antara SSP dan tubuh. SST

tersusun dari semua saraf yang membawa pesan dari dan ke SSP.

Berdasarkan fungsinya SST terbagi menjadi 2 bagian yaitu:

a. Sistem Saraf Somatik (SSS)

Sistem saraf somatik terdiri dari 12 pasang saraf kranial dan 31

pasang saraf spinal. Proses pada saraf somatik dipengaruhi oleh

kesadaran.

a) Saraf kranial

12 pasang saraf kranial muncul dari berbagai bagian

batang otak. Beberapa dari saraf tersebut hanya tersusun

dari serabut sensorik, tetapi sebagian besar tersusun dari

serabut sensorik dan motorik. Kedua belas saraf tersebut

dijelaskan pada (Gambar 5).

b) Saraf spinal

Ada 31 pasang saraf spinal berawal dari korda melalui

radiks dorsal (posterior) dan ventral (anterior). Saraf

spinal adalah saraf gabungan motorik dan sensorik,

membawa informasi ke korda melalui neuron aferen dan

meninggalkan melalui eferen. Saraf spinal (Gambar 6)

diberi nama dan angka sesuai dengan regia kolumna

vertebra tempat munculnya saraf tersebut.


10

Gambar 5. Distribusi Saraf Kranial (Anonim)

Gambar 6. Saraf Spinalis (31 pasang) beserta nama dan letaknya

b. Sistem Saraf Otonom (SSO)

Sistem saraf otonom mengatur jaringan dan organ tubuh yang

tidak disadari. Jaringan dan organ tubuh yang diatur oleh sistem

saraf otonom adalah pembuluh darah dan jantung. Sistem ini

terdiri atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik.


11

Fungsi dari kedua sistem saraf ini adalah saling berbalikan,

seperti pada (Gambar 7) dibawah ini.

Gambar 7. Sistem Saraf Otonom (Parasimpatik-Simpatik)

SST berdasarkan divisinya juga dibagi menjadi dua bagian

yaitu:

a. Divisi sensori (afferent) yaitu susunan saraf tepi dimulai dari

receptor pada kulit atau otot (effector) ke dalam pleksus, radiks,

dan seterusnya kesusunan saraf pusat. Jadi besifat ascendens.

b. Divisi motorik (efferent) yang menghubungkan impuls dari SSP

ke effector (Muscle and Glands) yang bersifat desendens untuk

menjawab impuls yang diterima dari reseptor di kulit dan otot

dari lingkungan sekitar.

1.4 Sel-sel pada Sistem Saraf

Sistem saraf pada manusia terdiri dari dua komponen yaitu sel

saraf dan sel glial. Sel saraf berfungsi sebagai alat untuk menghantarkan
12

impuls dari panca indera menuju otak yang selanjutnya oleh otak akan

dikirim ke otot. Sedangkan sel glial berfungsi sebagai pemberi nutrisi pada

neuron.

A. Sel Saraf (Neuron)

Neuron adalah unit fungsional sistem saraf yang terdiri dari

badan sel dan perpanjangan sitoplasma. Sel saraf (neuron)

bertanggung jawab untuk proses transfer informasi pada sistem saraf.

Sel saraf berfungsi untuk menghantarkan impuls. Setiap satu neuron

terdiri dari tiga bagian utama yaitu badan sel (soma), dendrit dan

akson.

Badan sel (soma) memiliki satu atau beberapa tonjolan. Soma

berfungsi untuk mengendalikan metabolisme keseluruhan dari neuron.

Badan sel (soma) mengandung organel yang bertanggung jawab untuk

memproduksi energi dan biosintesis molekul organik, seperti enzim-

enzim. Pada badan sel terdapat nukleus, daerah disekeliling nukleus

disebut perikarion. Badan sel biasanya memiliki beberapa cabang

dendrit.

Dendrit (Struktur reseptif) adalah penonjolan yang bercabang

dan melekat pada badan sel. Dendrit adalah serabut sel saraf pendek

dan bercabang-cabang serta merupakan perluasan dari badan sel.

Dendrit berfungsi untuk menerima dan menghantarkan rangsangan ke

badan sel. Khas dendrit adalah sangat bercabang dan masing-masing

cabang membawa proses yang disebut dendritic spines.


13

Akson adalah tonjolan tunggal dan panjang yang

menghantarkan informasi keluar dari badan sel. Di dalam akson

terdapat benang-benang halus disebut neurofibril dan dibungkus oleh

beberpa lapis selaput mielin yang banyak mengandung zat lemak dan

berfungsi untuk mempercepat jalannya rangsangan. Selaput mielin

tersebut dibungkus oleh sel-sel Schwann yang akan membentuk suatu

jaringan yang dapat menyediakan makanan dan membantu

pembentukan neurit. Bagian neurit ada yang tidak dibungkus oleh

lapisan mielin yang disebut nodus ranvier.

Akson (Struktur konduksi lanjut) adalah suatu prosesus

tunggal, yang lebih tipis dan lebih panjang dari dendrit.Akson pada

manusia panjangnya dapat mencapai beberapa meter. Kebalikan dari

jumlah dendrit yang bervariasi, setiap neuron hanya memiliki sebuah

akson. Pada ujung distal, akson terpecah menjadi beberapa cabang

terminal, yang masing-masing berkontak dengan neuron berikutnya

melalui neurotransmiter.

Akson dikelilingi oleh selubung mielin yang dibentuk oleh

oligodendrosit (sel glia khusus) di sistem saraf pusat dan oleh sel

schawan di sistem saraf perifer, selubung mielin dibentuk oleh dua sel

yang berdekatan dan dipisahkan oleh area yang tidak diselubungi oleh

membran akson disebut nodus ranvier.Akibat dari inulasi mielin,

potensial aksi hanya menimbulkan depolarisasi di nodus ranvier,

sehingga eksitasi neural melompat dari satu nodus ranvier ke nodus

ranvier berikutnya, proses ini dikenal dengan konduksi saltatoris.


14

Konduksi saraf terjadi lebih cepat pada neuron yang memiliki

selubung mielin lebih tebal dan dengan nodus ranvier yang jauh

terpisah. Dengan demikian akson terbagi menjadi tiga, diantaranya:

a. Bermielin tebal (A)

Memiliki diameter 3-20 µm dengan kecepatan konduksi hingga

120 m/detik.

b. Bermielin tipis (B)

Memiliki ketebalan hingga 3 µm dan kecepatan konduksi hingga

15 m/detik.

c. Tidak bermielin (C)

Konduksi kecepatan tidak lebih dari 2 m/detik.

Pada SSP, neuron menerima informasi dari neuron dan primer

di dendritic spines, yang mana ditunjukkan dalam 80-90% dari total

neuron area permukaan. Badan sel dihubungkan dengan sel yang lain

melalui akson yg ujung satu dengan yg lain membentuk sinaps. Pada

masing-masing sinap terjadi komunikasi neuron dengan sel yang lain.

Gambar 8 Struktur Neuron (Anonim)


15

B. Sel penyokong atau Neuroglia (Sel Glial)

Sel glial adalah sel penunjang tambahan pada SSP yang

berfungsi sebagai jaringan ikat, selain itu juga berfungsi mengisolasi

neuron, menyediakan kerangka yang mendukung jaringan, membantu

memelihara lingkungan interseluler, dan bertindak sebagai fagosit.

Jaringan pada tubuh mengandung kira-kira 1 milyar neuroglia, atau sel

glia, yang secara kasar dapat diperkirakan 5 kali dari jumlah neuron.

Sel glia lebih kecil dari neuron dan keduanya mempertahankan

kemapuan untuk membelah, kemampuan tersebut hilang pada banyak

neuron. Secara bersama-sama, neuroglia bertanggung jawab secara

kasar pada setengah dari volume sistem saraf. Terdapat perbedaan

organisasi yang penting antara jaringan sistem saraf pusat dan sitem

saraf tepi.

a. Macam-macam Sel Glia

Ada empat macam sel glia yang memiliki fungsi berbeda yaitu:

a) Astrosit/Astroglia: berfungsi sebagai “sel pemberi makan”

bagi sel saraf.

b) Oligodendrosit/Oligodendrolia: sel glia yang bertanggung

jawab menghasilkan mielin dalam susunan saraf pusat. Sel

ini mempunyai lapisan dengan substansi lemak mengelilingi

penonjolan atau sepanjang sel saraf sehingga terbentuk

selubung mielin. Mielin pada susunan saraf tepi dibentuk

oleh sel Schwann. Sel ini membentuk mielin maupun

neurolemma saraf tepi. Mielin menghalangi ion natrium dan


16

kalium melintasi membran neuronal dengan hampir

sempurna. Serabut saraf ada yang bermielin ada yang tidak.

Transmisi impuls saraf disepanjang serabut bermielin lebih

cepat daripada serabut yang tak bermielin, karena impuls

berjalan dengan cara meloncat dari nodus ke nodus yang lain

disepanjang selubung mielin. Peran dari mielin ini sangatlah

penting, oleh sebab itu pada beberapa orang yang selubung

mielinnya mengalami peradangan ataupun kerusakan seperti

pada pasien GBS maka akan kehilangan kemampuan untuk

mengontrol otot-ototnya sehingga terjadi kelumpuhan pada

otot-otot tersebut. Perbedaan struktur dari selubung mielin

normal dengan selubung mielin pada pasien GBS dapat

dilihat pada gambar berikut:

Gambar 9. Selubung mielin normal dan selubung mielin

pada GBS
17

c) Mikroglia: sel glia yang mempunyai sifat fagosit dalam

menghilangkan sel-sel otak yang mati, bakteri dan lain-lain.

Sel jenis ini ditemukan diseluruh SSP dan dianggap penting

dalam proses melawan infeksi.

d) Sel ependimal: sel glia yang berperan dalam produksi cairan

cerebrospinal.

Gambar 10. Bagian neuron dan neuroglia (Anonim)

b. Neuroglia pada Sistem Saraf Tepi (SST)

Neuron pada sistem saraf tepi biasanya berkumpul jadi satu dan

disebut ganglia (tunggal: ganglion). Akson juga bergabung

menjadi satu dan membentuk sistem saraf tepi. Seluruh neuron

dan akson disekat atau diselubungi oleh sel glia. Sel glia yang

berperan terdiri dari sel satelit dan sel Schwann.


18

a) Sel Satelit

Badan neuron pada ganglia perifer diselubungi oleh sel

satelit. Sel satelit berfungsi untuk regulasi nutrisi dan produk

buangan antara neuron body dan cairan ektraseluler. Sel

tersebut juga berfungsi untuk mengisolasi neuron dari

rangsangan lain yang tidak disajikan di sinap.

b) Sel Schwann

Setiap akson pada saraf tepi, baik yang terbungkus dengan

mielin maupun tidak, diselubungi oleh sel Schwann atau

neorolemmosit. Plasmalemma dari akson disebut axolemma;

pembungkus sitoplasma superfisial yang dihasilkan oleh sel

Schwann disebut neurilemma.

Dalam penyampaian impuls dari reseptor sampai ke efektor

perifer caranya berbeda-beda. Sistem saraf somatik (SSS)

mencakup semua neuron motorik somatik yang meng-inervasi

otot, badan sel motorik neuron ini terletak dalam SSP, dan

akson-akson dari SSS meluas sampai ke sinapsis neuromuskuler

yang mengendalikan otot rangka. Sebagaian besar kegiatan SSS

secara sadar dikendalikan. Sedangkan sistem saraf otonom

mencakup semua motorik neuron viseral yang menginervasi

efektor perifer selain otot rangka. Ada dua kelompok neuron

motorik viseral, satu kelompok memiliki sel tubuh di dalam SSP

dan yang lainnya memiliki sel tubuh di ganglia perifer.


19

Neuron dalam SSP dan neuron di ganglia perifer berfungsi

mengontrol efektor di perifer. Neuron di ganglia perifer dan di

SSP mengontrolnya segala bergiliran. Akson yang memanjang

dari SSP ke ganglion disebut serat preganglionik. Akson yang

menghubungkan sel ganglion dengan efektor perifer dikenal

sebagai serat postganglionik. Susunan ini jelas membedakan

sistem (motorik visceral) otonom dari sistem motorik somatik.

Sistem motorik somatik dan sitem motorik visceral memiliki

sedikit kendali kesadaran atas kegiatan SSO.

Interneuron terletak diantara neuron sensori dan motorik.

Interneuron terletak sepenuhnya didalam otak dan sumsum

tulang belakang. Mereka lebih banyak daripada semua gabungan

neuron lain, baik dalam jumlah dan jenis. Interneuron

bertanggung jawab untuk menganalisis input sensoris dan

koordinasi motorik output. Interneuron dapat diklasifikasikan

sebagai rangsang atau penghambat berdasarkan efek pada

membran post sinaps neuron.

C. Sinaps

Sinaps memiliki beberapa bagian, yaitu :

a. prasinaps (terminal akson atau terminal button),

b. celah sinaps (yang memisahkan membran prasinaps dan

pascasinaps),

c. pascasinaps (membran yang menerima informasi yang

dihantarkan).
20

Ada 2 jenis sinaps, sinap asimetris dan sinap simetris :

a. Sinaps asimetris diketahui sebagai sinaps eksitatorik .

b. Sinaps simetris sebagai sinaps inhibitorik.

D. Neurotransmiter

a. Neurotransmiter eksitatorik di SSP adalah Glutamat.

b. Neurotransmiter inhibitorik di SSP adalah asam γ-aminobutirat

(GABA).

c. Neurotransmiter inhibitorik di medula spinalis adalah glisin

d. Neurotransmiter yang lainnya terkhusus otonom dan SSP :

asetilkolin dan noreprinefrin, dopamin, serotonin, dan lain

sebagainya.

1.5 Regenerasi Neuron

Sel saraf sulit sekali untuk melakukan regenarasi setelah

mengalami kerusakan. Dalam sel body (inti sel/ sel tubuh), bagian

kromatofilik menghilang dan nukleus keluar dari pusat sel. Jika neuron

berfungsi normal kembali, sel tersebut pelan-pelan akan kembali pada

keadaan normal. Jika suplai oksigen atau nutrisi dihambat, seperti yang

selalu terjadi pada stroke atau trauma mekanik mengenai neuron, seperti

yang selalu pada kerusakan medula spinalis atau perifer, neuron tidak akan

mengalami perbaikan kecuali sirkulasi baik atau tekanan turun dalam

waktu beberapa menit atau jam. Jika keadaan stress ini terjadi terus

menerus, neuron yang mengalami kerusakan akan benar-benar mengalami

kerusakan permanen.
21

Pada SST, sel Schwann berperan dalam memperbaiki neuron yang

rusak. Proses ini dinamakan degenaration wallerian, bagian distal akson

yang semakin memburuk dan migrasi makrofag pada sel tersebut untuk

proses fagositosis sel mati tersebut. Sel Schwann di area yang putus

membentuk jaringan padat memanjang yang menyambung pada bagian

akson yang sebenarnya. Selain itu, sel Schwann juga mengelurkan growth

factor untuk merangsang pertumbuhan kembali akson. Jika akson telah

putus, akson yang baru akan mulai muncul dari bagian proksimal bagian

yang putus dalam beberapa jam. Pada sebagian kerusakan yang biasa pada

proksimal akson yang rusak akan mati dan menyusut beberapa sentimeter

sehingga tunas muncul lambat sekitar beberapa minggu. Ketika neuron

terus mengalami perbaikan, akson tersebut akan tumbuh kesisi yang

mengalami kerusakan dan sel Schwann membungkus disekitarnya.

Jika akson terus tumbuh di daerah perifer sepanjang saluran sel

Schwann, ini akan secepatnya mengembalikan hubungan antar sinapnya.

Jika tidak tumbuh lagi atau menyimpang, fungsi normalnya tidak akan

kembali. Akson yang tumbuh mencapai tujuannya, jika bagian distal dan

proksimal bagian yang rusak bertemu. Ketika sebuah saraf perifer

mengalami kerusakan seluruhnya, relatif hanya beberapa akson yang akan

sukses mengembalikan hubungan sinap yang normal, sehingga fungsi

saraf akan selamanya rusak.


22

Regenerasi yang terbatas disebabkan karena:

a. Banyak akson yang terdegenarasi.

b. Astrosit menghasilkan jaringan parut sehingga mencegah

pertumbuhan akson di daerah yang rusak.

c. Astrosit melepaskan bahan kimia yang dapat menghambat

pertumbuhan kembali akson.

2. SISTEM SARAF SENSORIS

2.1 Definisi

Sel saraf sensoris disebut juga sel saraf indera, karena berfungsi

membawa rangsangan (impuls) dari indera ke saraf pusat (otak dan

sumsum tulang belakang). Jalannya proses sensori hingga di persepsikan :

Rangsangan→reseptor→saraf sensori→sumsum tulang belakang dan

otak→saraf motoris→efektor→persepsi.

2.2 Reseptor

Reseptor adalah organ sensorik khusus yang merekam perubahan

fisik dan kimiawi di lingkungan eksternal dan internal organisme dan

mengubahnya menjadi impuls elektrik yang akan diproses oleh sistem

saraf. Reseptor saraf terletak di ujung perifer serabut saraf aferen.

Reseptor merupakan organ sensorik khusus yang mampu mencatat

perubahan tertentu di dalam organism dan sekitarnya, serta menghantarkan

rangsangan ini sebagai impuls.


23

Pada dasarnya terdapat lima macam reseptor sensoris, antara lain:

a. Mekanoreseptor, yang mendeteksi perubahan bentuk reseptor atau sel-

sel di dekat reseptor tersebut.

b. Termoreseptor, yang mendeteksi perubahan suhu, beberapa reseptor

mendeteksi dingin dan lainnya mendeteksi hangat.

c. Nosiseptor, yang mendeteksi nyeri, biasanya yang disebabkan oleh

kerusakan fisik maupun kerusakan kimia.

d. Reseptor elektromagnetik, yang mendeteksi cahaya pada retina mata.

e. Kemoreseptor, yang mendeteksi pengecapan di dalam mulut, bau di

dalam hidung, kadar oksigen di dalam darah arteria, osmolalitas cairan

tubuh, konsentrasi karbondioksida.

Eksteroseptor mencakup reseptor yang terlibat terutama pada

lingkungan eksternal yaitu: korpuskel (badan) meissner, korpuskel merkel,

sel rambut untuk rasa raba; bulbus krauss untuk rasa dingin; korpuskel

ruffini untuk rasa panas; dan ujung-ujung saraf bebas untuk rasa nyeri.

Banyak hasil penelitian yang mengimplikasikan bahwa sensasi tertentu

dihantar oleh ujung tertentu, namun dengan banyak perkecualian.

Misalnya, kornea mata di mana hanya ditemukan ujung saraf bebas,

namun rasa raba, nyeri, panas dan dingin dapat diapresiasi. Stimulasi yang

berlebihan pada tiap ujung sensorik, terlebih bila bersifat melukai akan

menginduksi rasa nyeri.

2.3 Stimulus

Sensasi somatosesori merupakan sensasi-sensasi yang terjadi di

badan. Sensasi somatosensory yang kita ketahui pada umumnya hanya


24

sensasi perabaan saja dengan medianya yaitu kulit. Padahal sebenarnya

sistem somatosensori terdiri dari tiga sistem yang terpisah yang saling

berinteraksi dengan media yang berbeda. Tiga sistem tersebut adalah

sebagai berikut:

A. Sistem eksteroreseptif, dengan indra kulit sebagai medianya dalam

menerima stimuli dari lingkungan eksternal. Berfungsi untuk

menerima rangsangan dari luar tubuh yang mendukung fungsi ini

adalah alat indera; rasa raba,nyeri dan suhu.

Sistem eksteroreseptif sendiri memiliki tiga bagian dalam

mempersepsi stimuli, ketiga bagian tersebut adalah :

a. Bagian yang mempersepsi stimuli mekanik (perabaan)

b. Bagian yang mempersepsi stimuli thermal (temperatur)

c. Bagian yang mempersepsi stimuli nosiseptif (rasa sakit).

Eksteroreseptor merupakan reseptor luar yang sebagian besar berada

di kulit, terbagi menjadi beberapa kelas, ujung saraf bebas dan ujung

saraf berkapsul. Ujung saraf bebas terdiri dari nosiseptor (nyeri) dan

termoreseptor (ruffini/panas dan krause/dingin). Ujung saraf berkapsul

antara lain mekanoreseptor (meisner/raba dan paccini/tekan). Terdapat

reseptor-reseptor khusus ujung saraf peritrikial di sekitar folikel

rambut ditemukan diseluruh area kulit yang berambut, korpuskel taktil

meissner hanya ditemukan pada kulit yang tidak berambut, terutama

pada telapak tangan dan kaki, juga pada bibir, ujung lidah dan genital

yang memberikan respon baik terhadap raba dan tekanan ringan, dan
25

korpuskel vater paccini pada lapisan kulit lebih dalam antara kutis dan

subkutis.

Manusia menggunakan sensitivitas getaran untuk menentukan benda

yang disentuhnya. Sensasi rasa panas dan dingin disebabkan karena

adanya perubahan suhu kulit dari biasanya yang ditimbulkan oleh

benda yang disentuhnya. Ambang batas sensor peraba merasakan

panas adalah 45°, sedangkan untuk rasa dingin ambang batasnya

dibawah 10°. Di luar ambang itu sensor tidak berfungsi lagi.

Untuk para pendaki gunung, kaki dan tangannya harus dilindungi

karena pada suhu gunung di bawah 0° mereka bisa terkena frostbite

yang menyebabkan jari-jari mereka membeku dan bisa diamputasi.

Begitu juga bagi penyelam, kedalaman air juga bisa mengakibatan

sensor peraba menjadi tidak berfungsi sehingga bila mengalami luka,

penyelam tidak merasakan luka tersebut.

Kinestetis merupakan bagian reseptor dalam rangka otot yang

merespon perubahan dalam otot sampai sistem saraf pusat dan

merupakan bagian reseptor dalam tendon yang mengukut kekuatan

tekanan otot.

Pada penderita tuna netra, mereka merasakan dan membaca huruf

braile dengan cara menunjuk huruf braile menggunakan ujung jarinya

yang merupakan salah satu bagian tubuh yang paling peka terhadap

sentuhan.
26

B. Sistem proprioseptif, memonitor informasi tentang posisi tubuh yang

datang dari reseptor di otot, sendi, dan organ keseimbangan. Berada di

jaringan otot; rasa getar, tekan gerak dan posisi sendi.

Proprioreseptor terdiri dari spindel otot, yang berespon terhadap

regangan muskular.Spindel otot terletak diantara serabut striata otot

rangka dan selubung mielin yang sangat tebal dan termasuk kelompok

serabut saraf yang paling cepat dalam penghantaran impuls. Organ

tendon golgi merupakan reseptor yang terletak di taut antara tendon

dan otot yang berespon terhadap tegangan muskular.

Traktus medulla spinalis/substansia alba bertindak sebagai penghantar

traktus-traktus yang panjang, baik yang berjalan naik atau turun.

Melalui traktus-traktus ini impuls aferen dari saraf spinal dapat

mencapai otak dan impuls eferen yang berasal dari pusat motorik

dalam otak dapat diteruskan ke sel-sel kornu vertebralis spinalis

sehingga dapat memodifikasi getaran. Substansia alba dibagi menjadi

tiga yaitu kolumna dorsalis, ventralis dan lateralis. Dalam setiap

kolumna ini terdapat pita berbentuk serabut yang disebut dengan

traktus. Traktus merupakan seikat serabut dengan asal dan tujuan dan

fungsi yang sama. Traktus dapat berjalan naik (ascendens) dan turun

(descendens).

Dalam bentuk yang paling sederhana, jaras ascendens merupakan

jaras sensoris yang menghantarkan impuls dari reseptor menuju

korteks serebri.Pada jalur ascendens terdapat 3 macam neuron.Neuron

tingkat pertama, badan selnya terdapat pada sistem saraf perifer di


27

ganglion radix posterior. Akson dari neuron tersebut nantinya akan

masuk ke dalam sistem saraf pusat yang berhubungan dengan ujung

reseptor sensorik. Selanjutnya, neuron kedua processus sentral yang

badan selnya terletak sistem saraf pusat masuk ke medulla spinalis

melalui radix posterior dan bersinaps dengan neuron tingkat kedua.

Neuron tingkat kedua memiliki akson yang akan menuju thalamus

yang menyilang garis tengah dan naik ke tingkat susunan saraf yang

lebih tinggi, yaitu tempat dimana akson tersebut bersinaps dengan

neuron ketiga. Kemudian, neuron yang akan terpoyeksi ke korteks

serebri dengan badan sel di thalamus disebut neuron ketiga.

Bagian terpenting traktus ascendens ini meliputi :

a. Traktus spinocerebellaris posterior

Traktus ini berfungsi untuk sensasi otot sendi tidak disadari.

Serabut aferen dari spindel otot dan organ tendon golgi masuk ke

radiks posterior menuju neuron tingkat pertama yaitu neuron

pseudounipolar yang berada di ganglia radiks posterior.

Kemudian, aksonnya masuk ke medulla spinalis menuju nucleus

dorsalis kornu posterior substansia grisea (V C8 samapi V L3-4)

dan bersinaps dengan neuron kedua. Akson dari neuron kedua

(traktus spinothalamikus posterior) berjalan naik secara ipsilateral

di posterolateral substansia alba di posterior funikulus lateral

menuju vermis cerebeli melalui pedunculus cerebellaris inferior.

Akhir daripada traktus tersebut ada nukleus interpossitus pada

cerebellum.Untuk yang setingkat V C1-7 neuron pertama berjalan


28

di fasikulus kuneatus kemudian bersinaps dengan neuron kedua di

nukleus kuneatus asesorius medullae yang aksonnya berlanjut

menuju cerebellum. Sedangkan untuk yang setingkat V L4

kebawah, neuron pertama yang masuk akan berjalan naik keatas

dalam kolumna posterior hingga nukleus dorsalis di V L3-4.

b. Traktus spinocerebellaris anterior

Sama halnya dengan spinocerebellaris posterior, untuk traktus ini

berfungsi untuk sensasi otot sendi tidak disadari.Serabut aferen

yang masuk bersinaps dengan neuron kedua di nukelus dorsalis

kornu posterior substansia grisea medulla spinalis.Akson dari

neuron kedua (traktus spinocerebellaris anterior) berjalan naik ke

dalam medulla spinalis secara ipsilateral dan kontralateral, dan

berakhir di serebelum. Untuk yang ipsilateral, traktusnya berjalan

naik di posterolateral substansia albaipsilateral menuju vermis

cerebelli, sedangkan yang kontralateral traktusnya menyilang di

kolumna alba dan anterolateral substansia alba lalu berjalan naik

menuju vermis cerebeli. Keduanya akan menyilang dibawah

ventrikel ke 4 menuju vermis cerebelli melalui peduncullus

cerebellaris superior dan vermis medullae superior medulla

oblongata. Akhirr dari traktus ini adalah nukleus interpossitus di

cerebellum.

c. Traktus spinothalamikus lateral

Traktus ini membawa senasi nyeri dan suhu.Reseptor perifer

adalah ujung-ujung saraf bebas dalam kulit. Implus nyeri di


29

transmisikan ke arah medulla spinalis, yaitu di dalam serabut-

serabut penghantar cepat delta tipe A dan serabut-serabut tipe

lambat tipe C. Serabut penghantar cepat membuat individu

menyadari permulaan nyeri tajam, serta serabut penghantar

lambat berfungsi untuk rasa nyeri yang lama dan menyakitkan.

Akson-akson yang masuk ke dalam medulla spinalis dari ganglion

radix posterior langsung menuju ujung columna grisea posterior

dan terbagi menjadi cabang asendens dan descendens.Cabang-

cabang tersebut berjalan dengan jarak satu atau dua segmen

medulla spinalis dan membentuk tractus posterolateral Lissauer.

Serabut-serabut neuron tingkat pertama ini berakhir dengan

membentuk sinaps dengan sel-sel di dalam columna grisea

posterior, termasuk sel-sel di dalam substantia gelatinosa.

Substansi P, yaitu suatu peptida yang diduga merupakan

neurotransmiter pada sinaps-sinaps ini.

Selanjutnya, akson-akson neuron tingkat kedua menyilang secara

oblik menuju sisi kontralateral di substantia grisea anerior dan

commissura alba dalam satu segmen medulla spinalis, naik di

dalam columna alba kontralateral sebagai tractus spinothalamicus

lateralis. Tractus spinothalamicus terletak di medial tractus

spinocerebellaris anterior. Saat tractus spinothalamicus lateralis

naik melalui medulla spinalis, terjadi penambahan serabut-serabut

baru di aspek anteromedialo tractus ini sehingga di dalam segmen

cervicalis atas medulla spinalis serabut-serabut sacralis terletak di


30

lateral dan segmen cervicalis di medial. Serabut-serabut yang

membawa sensasi nyeri terletak sedikit anterior dari serabut-

serabut yang membawa sensasi suhu.

Ketika tractus spinothalamicus lateralis naik melalui medulla

oblongata, tractus ini terletak dekat permukaan lateral serta serta

di antara nucleus olivarius inferior dan nucleus tractus spinalis

nervus trigeminus. Disini, tractus spinothalamicus lateralis

disertai oleh tractus spnothalamicus anterior, dan tractus

spinotectalis membentuk lemniscus spinalis.

Lemniscus spinalis terus berjalan ke atas melalui bagian posterior

pons.Banyak serabut tractus spinothalamicus lateralis berakhir

dan bersinaps dengan neuron tingkat ketiga di dalam necleus

ventroposterolateralis thalami.Hal ini du diga bahwa disini terjadi

apresiasi sensasi nyeri dan suhu serta dimulainya reaksi

emosional.

Akson-akson neuron ketiga berjalan melalui tractus posteriopr

capsula interna dan corona radiata untuk mencapai area

somesthesia di gyrus paracentralis posterior cortex

cerebri.Setengah bagian kolateral tubuh diwakili secara terbalik,

yaitu dengan tangan dan mulut terletak di inferior serta tungkai

terlertak di superior, serta kaki dan regio anorectalis pada

permukaan medial hemispherium.Dari sini, informasi diteruskan

ke area-area lain di cortex cerebri untuk digunakan oleh area

motorik dan asosiasi parietalis.Peran cortex cerebri adalah


31

menginterpretasikan kualitas informasi sensorik pada tingkat

kesadaran.

d. Traktus spinothalamikus anterior

Akson-akson memasuki medulla spinalis melalui ganglion radix

posterior dan menuju ujung columna grisea posterior, kemudian

terbagi dua menjadi cabang ascendens dan descendens.Serabut

neuron tingkat pertama ini diduga berakhir dengan bersinaps pada

sel-sel di dalam kelompok substantia gelatinosa columna grisea

posterior.Selanjutnya, akson-akson neuron tingkat kedua

menyilang dengan sangat oblik ke sisi kontralateral disubstantia

grisea anterior dan commisura alba dalam beberapa segmen

medulla spinalis, dan naik di dalam columna alba anterolateral

sisi kontralateral sebagai tractus spinothalamicus anterior. Saat

tractus spinothalamicus anterior naik melalui medulla spinalis

terjadi penambahan serabut-serabut pada sisi aspek medial tractus

ini sehingga pada segmen cervicalis atas medulla spinalis serabut

sacralis terletak paling lateral dan segmen cervicalis paling

medial.Ketika tractus spinothalamicus anterior naik melalui

medulla oblongata, diikuti oleh tractus spinothalamicus lateralis

dan spinotectalis yang secara bersama-sama membentuk

lemniscus spinalis.

Lemniscus spinalis terus naik ke bagian popsterior pons, serta

tegmentum medulla spinalis dan serabut-serabut tractus

spinothalamicus anterior berakhir dengan membentuk sinaps


32

dengan neuron tingkat ketiga di nucleus vntroposterolateral

thalami.Rasa raba dan tekan diyakini dapat diapresiasikan di

sini.Selanjutnya, akson-akson neuron tingkat ketiga pada nucleus

ventroposterolateral thalami berjalan melalui crus posterius

capsula interna dan corona radiata untuk mencapai area

somatostesia di gyrus postcentralis cortex cerebri.Setengah bagian

kontralateral tubuh diwakili secara terbalik, yaitu dengan tangan

dan mulut terletak pada bagian inferior.

e. Columna alba posterior : fasciculus gracilis dan fasciculus

cuneatus

Akson-akson masuk ke medulla spinalis dari ganglion radix

posterior dan langsung berjalan ke columna alba posterior di sisi

yang sama. Disini serabut bercabang menjadi cabang panjang

ascendens dan cabang pendek descendens.Serabut-serabut

panjang ascendens dan serabut pendek descendens ini terlibat

dalam refleks-refleks intersegmental.

Banyak serabut-serabut panjang ascendendens berjalan ke atas di

columna alba posterior sebagai fasciculus gracilis dan fasciculus

cuneatus. Fasciculus gracilis terdapat di sepanjang medulla

spinalis dan berisi serabut panjang ascendens dari nervi spinalis

sacralis, lumbalis dan enam thoracicae bagian bawah. Fasciculus

cuneatus terletak di sebelah lateral segmen thoracicae atas dan

cervicalis medulla spinalis dan dipisahkan dari fasciculus gracilis

oleh sebuah septum. Fasciculus cuneatus berisi serabut panjang


33

ascendens dari enam nervi spinales thoracicae bagian atas dan

semua nervi spinales cervicalis.

Serabut fasciculus gracilis dan cuneatus berjalan ke atas pada sisi

ipsilateral serta berakhir dan membentuk sinaps dengan neuron

tingkat kedua di dalam nucleus gracilis dan nucleus cuneatus pada

medulla oblongata. Akson-akson tingkat kedua berjalan ke

anteromedial di sekitar substantioa grisea cenralis dan menyilang

bidang median, serta saling bersilang dengan serabut-serabut yang

sama dari sisi kontralateral di decussatio sensorik. Selanjutnya,

serabut berjalan ke atas sebagai sebuah berkas padat melalui

medulla moblongata, berakhir dan bersinaps dengan neuron

tingkat ketiga di nucleus ventroposterolateralis thalami. Akson-

akson neuron tingkat ketiga berjalan melalui crus posterius

capsula interna dan corona radiata untuk mencapai area

somestesia di gyrus postcentralis cortex cerebri. Setengah bagian

kontralateral tubuh diwakili secara terbalik, yaitu dengan tangan

dan mulut terletak inferior.

C. Sistem interoseptif, stimulusnya berupa informasi umum tentang

kondisi dalam tubuh seperti temperature dan tekanan darah. Berfungsi

menerima rangsangan dari dalam tubuh; rasa lapar, mual nyeri

visceral, yang disalurkan melalui serat-serat aferen otonomik.

2.4 Anatomi dan Fisiologi

Mulai dari reseptor di perifer sampai ke korteks sensorik di otak

jalur sensorik sekurang-kurangnya terdiri dari 3 tingkatan neuron. Impuls


34

(rangsang) berjalan secara sentripetal dari reseptor di perifer ke badan sel

neuron tingkat pertama (primer) di ganglion akar dorsal dari saraf spinal.

Aksonnya menuju ke sentral, bersinaps degnan neuron tingkat dua

(sekunder) di kornu posterior medulla spinalis atau inti homolog di batang

otak. Akson neuron sekunder melintas garis tengah dan menuju pada sisi

sebelahnya (kontralateral), kemudian naik sebagai jaras spinotalamik atau

lemniskus medialis menuju ke sinaps berikutnya di thalamus. Neuron di

thalamus, biasanya berupa neuron tingkat tiga (tersier) terletak di

kompleks ventrobasal thalamus dan berproyeksi melalui kaki posterior

kapsula interna ke korteks sensorik di girus postsentral (area brodmann 3-

1-2). Pola dasar ini mengemukakan beberapa hal:

a. Sistem sensorik menyilang. Informasi sensorik dari separuh badan

berproyeksi ke thalamus dan korteks kontralateral.

b. Neuron tingkat pertama berada di ganglion akar dorsal.

c. Badan sel neuron tingkat dua berada di kornu posterior medulla

spinalis atau di inti homolog di medulla oblongata seperti nucleus

grasilis (yang menerima impuls dari tungkai) dan kuneatus (yang

menerima impuls dari lengan).

d. Neuron tingkat tiga di thalamus me-relay impuls ke korteks.

2.5 Mekanisme Sistem Somatosensori

Cara kerja somatosensori atau proses perabaan dimulai dari

masuknya stimulus mengenai kulit, kemudian diterima oleh reseptor-

reseptor dan berproses menjadi sinyal-sinyal neuron melalaui serabut-

serabut saraf yang akan membawa informasi dari reseptor-reseptor kulit


35

dan reseptor somatosensori lainnya berkumpul di saraf dan akan

diteruskan ke sumsum tulang belakang melalui dorsal roots (akar dorsal).

Daerah yang dirangsang oleh akar dorsal kiri dan kanan di segmen

sumsum tulang belakang tertentu disebut dermatoma.

Dalam sistem perabaan terdapat dua jalur utama untuk

mengirimkan stimulus yang diterima dari masing-masing sisi tubuh ke

otak, yaitu jalur dengan sistem kolom dorsal lemniskus medial dan jalur

dengan sistem anterolateral.

A. Jalur dengan Sistem Kolom Dorsal Lemniskus Medial

Jalur ini cenderung membawa informasi tentang sentuhan dan

proprioseptif. Dimulai dengan neuron-neuron sensori memasuki

sumsum tulang belakang melalaui akar dorsal kemudian naik secara

ipsilateral ke dalam kolom dorsal. Selanjutnya bersinapsis dengan

neuron lainnya di nuklei kolom dorsal medula. Lalu akson-akson

neuron tersebut menyeberang secara kontralateral ke sisi otak yang

lain dan naik ke lemniskus medial dilanjutkan ke nukleus posterior

ventral di talamus.

Selain itu, nukleus posterior ventral juga menerima input dari

tiga cabang saraf trigeminal yang membawa informasi somatosensori

dari daerah-daerah kontralateral wajah. Sebagian besar neuron dari

nukleus posterior ventral akan dikirim ke korteks somatosensori

primer, dan sebagian lainnya dikirim ke korteks somatosensori

sekunder atau korteks parietal posterior. Neuron-neuron kolom dorsal


36

yang berasal dari jari kaki adalah neuron terpanjang dalam tubuh

manusia.

B. Jalur dengan Sistem Anterolateral

Pada jalur ini, informasi yang dibawa adalah berupa rasa sakit

dan temperatur. Jalur ini dimulai dari neuron-neuron memasuki

sumsum tulang belakang melalui akar dorsal. Neuron-neuron tersebut

langsung bersinapsis dengan neuron lainnya. Sebagian besar akson

neuron berseberangan kontralateral kemudian naik ke otak di porsi

anterolateral sumsum tulang belakang. Sebagian lainnya tidak

berseberangan tetapi naik secara lurus (ipsilateral).

Sistem anterolateral terdiri dari tiga traktus yang berbeda,

yaitu:

a. Saluran spinothalamik (berproyeksi ke nukleus posterior ventral

thalamus seperti pada kolom dorsal leminikus medial)

b. Saluran spinoretikuler (berproyeksi ke formasi retikuler)

c. Saluran spinotektal (berproyeksi ke tectum colliculi).

Bila seseorang mengalami cedera tulang punggung,

seseorang tersebut tidak akanmerasakan sensasi tubuh pada tulang

yang cedera tersebut. Hal ini bergantung pada bagian yang cedera

terjadi, pada jalur somatosensori yang mana dan di tingkat mana atau

daerah yang mana. Bila cederanya terjadi pada jalur somatosensori

di tingkat yang paling bawah, maka dampaknya kan lebih ringan

dibandingkan bila terjadi pada tingkat atau daerah yang lebih tinggi.
37

Wilayah paling sensitif dan peka di tubuh kita adalah pada

daerah jari, tangan, wajah, bibir, leher, dan lidah. Sedangkan yang

tidak peka adalah bagian tengah punggung, karena jumlah sensor

peraba pada bagian punggung memang sedikit dan terpencar-pencar.

3. JARAS SENSORIK
Traktus asendens menghantarkan informasi aferen, baik yang
disadari ataupun yang tidak disadari. Informasi ini dapat dibagi dalam dua
kelompok utama, yaitu : (1) informasi eksteroseptif, yang berasal dari luar
tubuh, seperti nyeri, suhu, dan raba; dan (2) informasi propioseptif, yang
berasal dari dalam tubuh, misalnya otot dan sendi.

3.1 Macam – macam reseptor sensoris

 Nociseptor
Reseptor nyeri atau nociseptor terletak pada daerah superfisial
kulit, kapsul sendi, dalam periostea tulang sekitar dinding pembuluh
darah. Jaringan dalam dan organ viseral mempunyai beberapa
nociseptor. Reseptor nyeri merupakan free nerve ending dengan
daerah reseptif yang luas, sebagai hasilnya sering kali sulit
membedakan sumber rasa nyeri yang tepat.

Nociseptor sensitif terhadap temperatur yang ekstrim,


kerusakan mekanis dan kimia seperti mediator kimia yang
dilepaskan sel yang rusak. Bagaimanapun juga rangsangan yang
kuat akan diterima oleh ketiga tipe reseptor. Untuk itulah kita bisa
merasakan sensasi rasa nyeri yang disebabkan oleh asam, panas,
luka yang dalam. Rangsangan pada dendrit di nociseptor
menimbulkan depolarisasi, bila segmen akson mencapai batas
ambang dan terjadi potensial aksi di susunan saraf pusat.
38

 Thermoreseptor

Temperatur reseptor atau thermorseptor merupakan free nerve


ending yang terletak pada dermis, otot skeletal, liver, hipothalamus.
Reseptor dingin tiga atau empat kali lebih banyak daripada reseptor
panas. Tidak ada struktur yang membedakan reseptor dingin dan
panas.

Sensasi temperatur diteruskan pada jalur yang sama dengan


sensasi nyeri. Mereka dikirim sampai formasio retikularis,
thalamus, dan korteks primer sensoris. Thermoreseptor merupakan
phasic reseptor, aktif bila temperatur berubah, tetapi cepat
beradaptasi menjadi temperatur yang stabil. Jika kita menghidupkan
air conditioning dalam ruangan pada musim panas, temperatur
berubah drastis pada saat pertama kali tetapi kita cepat merasakan
nyaman karena sudah terjadi adaptasi.

 Mekanoreseptor

Mechanoreseptor sangat sensitif terhadap rangsangan yang


terjadi pada membran sel. Membran sel memiliki regulasi mekanis
ion channel dimana bisa terbuka ataupun tertutup bila ada respon
terhadap tegangan, tekanan, dan yang bisa menimbulkan kelainan
pada membran. Terdapat tiga jenis mechanoreseptor antara lain:

1. Tactile reseptor memberikan sensasi sentuhan, tekanan dan


getaran. Sensasi sentuhan memberikan informasi tentang
bentuk atau tekstur, dimana tekanan memberikan sensasi
derajat kelainan mekanis. Sensasi getaran memberikan sensasi
denyutan atau debaran.
2. Baroreseptor untuk mendeteksi adanya perubahan tekanan
pada dinding pembuluh darah dan pada tractus digestivus,
urinarius dan sistem reproduksi.
39

3. Proprioseptor untuk memonitor posisi sendi dan otot, hal ini


merupakan struktur dan fungsi yang komplek pada reseptor
sensoris

 Kemoreseptor

Spesialisasi pada neuron chemoreseptiv dapat dideteksi


dengan perubahan kecil dari konsentrasi kimia. Umumnya
kemoreseptor berespon terhadap substansi water-soluble dan lipid-
soluble yang larut dalam cairan.

Kemoreseptor tidak mengirim informasi pada kortek primer


sensoris, jadi kita tidak tahu adanya sensasi yang diberikan kepada
reseptor tersebut. Saat informasi sensoris datang lalu diteruskan
menuju batang otak yang merupakan pusat otonomik yang
mengatur pusat respirasi dan fungsi cardiovaskuler. Neuron pada
pusat respirasi merespon konsentrasi ion hidrogen (pH) dan tingkat
karbondioksida pada cairan cerebrospinal. Neuron chemoreseptive
ini berlokasi di carotid bodies, dekat arteri karotis interna pada tiap
sisi leher, dan aortik bodies diantara cabang utama lengkungan
aorta. Reseptor ini memonitor pH dan karbondioksida dan tingkat
oksigen pada darah arteri. Serabut – serabut afferent meninggalkan
carotid dan aortik bodies mencapai pusat respirasi dengan berjalan
ke nervus IX (glossopharyngeal) dan X (vagus). 3
40

Gambar 1. Tipe – tipe reseptor sensorik

3.2 Organisasi Anatomi

Informasi umum dari ujung sensoris tepi dihantarkan melalui


susunan saraf oleh suatu seri neuron. Lintasan ascendens yang menuju
kesadaran terdiri dari 3 neuron :

1. Neuron ordo pertama mempunyai badan sel dalam ganglion radiks


posterior medula spinalis, suatu prosesus tepi berhubungan dengan
ujung reseptor sensoris, sementara suatu prosesus sentralis memasuki
medula spinalis melalui radiks posterior untuk bersinaps dengan ujung
neuron ordo kedua
2. Neuron ujung kedua mempunyai suatu akson yang berdecussatio
(menyilang kesisi yang berlawanan) dan naik ke tingkat susunan saraf
sentral yang lebih tinggi untuk bersinaps dengan ujung neuron ordo
ketiga.
41

3. Neuron ordo ketiga terdapat dalam talamus dan mengeluarkan serabut


proyeksi melintasi daerah sensoris korteks serebri.

3.3 Traktus Asendens

Sensasi rasa nyeri dan suhu naik dalam traktus spinothalamikus


lateralis, raba dan tekanan ringan naik kedalam traktus spinothalamikus
anterior. Raba diskriminatif (kemampuan untuk melokalisir secara tepat
daerah tubuh yang diraba dan menyadari bahwa dua titik yang disentuh
secara serempak) naik dalam kolumna alba posterior termasuk juga
informasi dari otot-otot dan sendi-sendi yang berkaitan dengan gerakan
dan posisi, disamping itu sensasi getaran juga naik dalam kolumna alba
posterior. Informasi tidak sadar otot, sendi, kulit dan jaringan subkutan
mencapai serebelum melalui traktus spinoserebelaris anterior dan
posterior serta melalui traktus cuneoserebelaris.

Traktus ascendens lainya untuk informasi nyeri suhu dan raba


dialirkan ke kolikulus superior dari otak tengah melalui traktus
spinotectalis untuk keperluan refleks spinovisual. Traktus
spinoretikularis merupakan lintasan dari otot dan sendi dan kulit ke
formasio retikularis. Sementara traktus spinoolivarius merupakan
lintasan tidak langsung untuk informasi aferen yang mencapai
serebelum.

1. Tractus Spinothalamicus Lateral untuk Jaras Nyeri dan Suhu

Reseptor nyeri dan suhu dalam kulit dan jaringan lainya


merupakan ujung saraf bebas. Impuls nyeri,panas dan dingin
memasuki medula spinalis dari ganglion radiks posterior melanjutkan
keujung kolumna grisea posterior dan membagi diri menjadi cabang
ascendens dan descendens. Cabang-cabang ini berjalan dalam satu
atau dua segmen medula spinalis dan membentuk traktus
posterolateralis lissauer. Serabut dari neuron ordo pertama ini
berakhir dengan cara bersinaps dengan sel-sel dalam kolumna grisea
posterior termasuk sel-sel dalam substantia gelatinosa.
42

Akson dari neuron ordo kedua menyilang secara oblique ke


sisi yang berlawanan dalam komisura grisea dan alba anterior dalam
satu segmen medula spinalis dan serabut baru ditambah pada spek
anteromedial traktus ini sehingga dalam segmen servikalis atas
serabut-serabut sakral terletak posterolateral dan segmen servikal
terletak anteromedial. Dengan naiknya traktus spinothalamikus
lateralis melalui medula oblongata maka terletak dekat lateral diantara
nukleus olivarius inferior dan nulkeus traktus spinalis nervus
trigeminus. Dan saat ini traktus diikuti oleh traktus spinothalamikus
anterior dan traktus spinotectalis bersama sama membentuk
lemniscus spinalis dan melanjutkan diri naik bagian posterior pons,
dalam otak tengah ia terletak dalam tegmentum lateral lemniscus
medialis, dan bersinaps dengan neuron ordo ketiga nukleus
posterolateralis ventralis thalamus.

Akson neuron ordo ketiga dalam nukleus posterolateralis


ventralis thalamus melintas ke posterior kapsula interna dan korona
radiata untuk mencapai daerah somastatik dalam girus postsentralis
korteks serebri. Paruhan kontralateral tubuh diwakili secara terbalik,
tangan dan mulut terletak di inferior, tungkai terletak di superior, kaki
dan anogenital pada permukaan medial hemisferium. Dari sini
informasi ditransmisikan pada daerah korteks serebri untuk digunakan
area motorik dan area asosiasi parietal. Peranan korteks serebri adalah
menginterpretasikan informasi sensorik pada tingkat kesadaran.

2. Tractus Spinothalamicus Anterior untuk Jaras Raba dan Tekanan


Ringan

Mirip seperti traktus spinothalamikus lateralis yang memberi


kontribusi untuk traktus posterolateralis dari lisssouer, diduga neuron
ordo pertama berakhir dengan sel kelompok substantia gelatinosa
dalam kolumna grisea posterior.
43

Akson neuron ordo kedua menyilang oblique ke sisi yang


berlawanan dalam komisura grisea dan alba anterior dalam beberapa
segmen spinal dan naik dalam kolumna alba anterolateral yang
berlawanan sebagai traktus spinothalamikus anterior. Saat ia naik
melalui medula spinalis serabut baru ditambahkan pada medialis
traktus, sehingga pada segmen servikalis atas medula spinalis serabut
sakral merupakan segmen yang sebagian besar terletak di lateral dan
segmen servikal di medial. Dan ia naik melalui medula oblongata
bersama dengan traktus spinothalamikus lateralis dan spinotektalis
membentuk lemiscus spinalis (untuk raba kasar dan tekanan diduga
diapresiasi disini).

Akson neuron ordo ketiga dalam nukleus posterolateralis


ventralis thalamus melalui posterior kapsula interna dan korona
radiata mencapai daerah somastetik dalam girus postsentralis korteks
serebri. Paruhan kontralateral tubuh diwakili sacara terbalik tangan
dan mulut terletak di inferior. Apresiasi sadar, raba dan tekanan
tergantung pada aktifitas korteks serebri. Harus ditekankan bahwa
rasa hanya dapat dilokalisir secara kasar, dan hanya memungkinkan
diskriminasi intensitas yang sangat kecil.
44

Gambar 2 . Tractus Spinothalamicus Lateralis dan


Anterior

3. Columna Alba Posterior : Fasciculus Gracilis dan Fasciculus


Cuneatus untuk Diskriminasi Raba, Sensasi Getar dan Sensasi Sadar
Otot Sendi

Akson masuk medula spinalis radik ganglion posterior dan


melintas columna alba posterior sisi yang sama. Disini serabut
membagi diri menjadi cabang ascenden panjang dan descenden
pendek. cabang descenden melintas turun dalam sejumlah segmen
yang variabel, memberi cabang contralateral yang bersinap dengan sel
dalam cornu grisea posterior , dengan neuron internunsial dan dengan
sel cornu anterior, jelas bahwa serabut descenden pendek terlibat
dengan reflek intersegmental. Serabut ascenden panjang juga berakhir
dengan cara bersinap dengan sel cornu grisea posterior neuron
internunsial dan sel cornu anterior. Distribusi ini meluas meliputi
beberapa segmen medula spinalis. Pada serabut descenden pendek,
berperan dalam reflek intersegmental.
45

Banyak serabut ascenden yang panjang berjalan dalam


columna alba posterior sebagai fasciculus gracillis dan cuneatus.
Fasciculus gracillis ditemukan disepanjang seluruh medula spinalis
dan mengandung serabut ascenden panjang saraf sacral, lumbal dan
enam saraf thorakal bagian bawah. Fasciculus cuneatus terletak
dilateral pada segmen thorakalis atas dan servikalis medula spinalis
serta dipisahkan dari fasciculus gracillis oleh septum. Fasciculus
cuneatus mengandung serabut ascenden panjang enam serabut saraf
thorakal dan semua nervus spinalis servikalis.

Serabut fasciculucs gracillis dan cuneatus naik ipsilateral dan


berakhir dengan bersinaps dengan neuron ordo ke dua dalam nuklei
gracillis dan cuneatus medula oblongata. Akson ordo ke dua ini juga
disebut dengan serabut arkuata interna, memanjang anteromedial di
sekeliling substantia grisea centralis dan menyilang median ,
berdecusatio dengan serabut yang bersesuaian pada sisi yang
berlawanan dalam decusatio sensorik, Serabut kemudian naik sebagai
berkas tunggal dan kompak yaitu lemniskus medialis melalui medula
oblongata, pons, dan otak tengah. Serabut berakhir dengan bersinaps
dengan ordo ke tiga dalam nukleus postero lateralis ventralis
thalamus.

Akson neuron ordo ke tiga meninggalkan dan melintas melalui


posterior capsula minterna dan corona radiata untuk mencapai daerah
somestetik pada gyrus postcentralis cortek cerebri. Paruhan
conteralateral tubuh diwakili secara terbalik, tangan dan mulut
diinferior. Dengan cara ini, kesan seperti raba dengan tingkat
intensitas halus, lokalisasi yang tepat dan diskriminasi dua titik dapat
diapresiasi. Rasa getaran dan posisi bagian tubuh yang berbeda-beda
dapat diketahui secara sadar.

Sejumlah serabut dalam fasciculus cuneatus segmen servikalis


dan thorakalis atas, setelah berakhir pada neuron ordo kedua nukleus
cuneatus, direlay dan berjalan sebagai akson neuron ordo kedua untuk
46

memasuki cerebellum melalui pedunkulus cerebellaris inferior sisi


yang sama . lintasan ini disebut Tractus Cuneocerebellaris dan serabut
diketahui sebagai serabut arkuata externa. Fungsi serabut ini untuk
mengalirkan informasi rasa otot sendi ke cerebellum.

Gambar 3. Fasciculus Gracilis dan Fasciculus Cuneatus

3.4 Jaras Sensasi Otot Sendi ke Cerebellum

a. Tractus Spinocerebellaris Posterior

Akson yang memasuki medula spinalis dari radix ganglion


posterior memasuki columna grisea posterior serta berakhir dengan
bersinap pada neuron ordo kedua pada dasar dari columna grisea
posterior. Neuron ini secara kolektif diketahui sebagai nukleus
dorsalis (Columna Clarck). Akson neuron ordo kedua ini memasuki
posterolateral columna alba lateral pada sisi yang sama dan naik
47

sebagai tractus spinocerebellaris posterior ke medulla oblongata.


Disini tractus bersatu dengan pedunkulus cerebellaris inferior dan
berakhir pada cortex cerebellaris. Perhatikan bahwa ia tidak naik ke
kortek cerebri. Karena nukleus dorsalis hanya membentang dari
segmen servikalis kedelapan ke arah kaudal ke segmen lumbal ketiga
dan keempat, akson ini memasuki medula spinalis radik posterior
segmen lumbal bawah dan sacral naik dalam columna alba posterior
sehingga mencapai segmen lumbal ketiga atau keempat masuk ke
nukleus dorsalis

Serabut spinocerebellaris posterior menerima informasi dari


otot sendi, spindel-spindel otot, organ-organ tendon dan reseptor-
reseptor sendi badan dan anggota gerak bawah. Informasi mengenai
tegangan otot dan tendon serta gerakan-gerakan otot dan sendi
digunakan oleh serebellum dalam mengkoordinasi gerakan-gerakan
anggota gerak serta mempertahankan postur.

b. Tractus Spinocerebellaris Anterior

Akson yang memasuki medula spinalis ganglion radik


posterior berakhir dengan bersinap dengan neuron ordo kedua dalam
nukleus dorsalis pada basis columna grisea anterior. Sebagian besar
akson neuron ordo kedua menyilang sisi yang berlawanan dan naik
sebagai tractus spinocerebellaris anterior pada columna alba sisi yang
berlawanan. Sebagian kecil akson naik sebagai tractus
spinocerebellaris anterior dalam columna alba sisi yang sama. Setelah
naik melalui medula oblongata dan pons, serabut masuk kedalam
cerebellum melalui pedunkulus cerebellaris superior dan berakhir
dalam cortek cerebellaris.

Diduga bahwa serabut yang menyilang kesisi yang berlawanan


dalam medula spinalis menyilang kembali dalam cerebellum. Tractus
spinocerebellaris anterior mengalirkan informasi otot sendi dari
spindel-spindel otot, organ-organ tendon, reseptor-reseptor sendi
48

badan dan anggota gerak atas dan bawah. Diduga juga bahwa melalui
facia ini cerebellum menerima informasi dari kulit dan facia
superficial

c. Tractus Cuneocerebellaris

Serabut ini berasal dari nukleus cuneatus dan memasuki


cerebellum melalui pedunculus cerebellaris inferior sisi yang sama.
Serabut ini diketahui sebagai serabut arkuata externa posterior dan
fungsinya adalah mengalirkan informasi rasa otot sendi ke
cerebellum.

3.5 Lintasaan – lintasan Ascendens Lainnya

a. Tractus Spinotectalis

Akson memasuki medula spinalis ganglion radik posterior dan


berjalan ke substantia grisea yang bersinap pada neuron ordo kedua
yang tidak diketahui. Akson neuron ordo kedua menyilang bidang
median dan naik sebagai tractus spinotectalis dalam columna alba
anterolateral yang terletak berdekatan dengan tractus spinothalamikus
lateralis. Setelah melintasi medula oblongata dan pons berakhir
dengan bersinap dengan neuron dalam colicullus otak tengah .
lintasan ini memberikan informasi aferen untuk reflek spinovisualis
serta membawa gerakan-gerakan mata dan kepal kearah sumber
stimuli.

b. Tractus Spinoreticularis

Akson memasuki medula spinalis ganglion radik posterior dan


berakhir pada neuron ordo kedua yang tidak diketahui dalam
substantia grisea. Akson neuron ordo kedua ini naik dalam medula
spinalis sebagai tractus spinoreticularis dalam columna alba lateralis.
Sebagian besar serabut ini tidak menyilang dan berakhir dengan cara
bersinap dengan neuron formatio reticularis dalam medula oblongata,
pons, otak tengah. Tractus spinoreticularis memberikan lintasan
49

aferen untuk formatio reticularis yang memainkan peranan penting


dalam mempengaruhi tingkat kesadaran.

c. Tractus Spinoolivaris

Akson memasuki medula spinalis ganglion radik posterior dan


berakhir pada neuron ordo ke dua yang tidak diketahui dalam
columna grisea posterior. Akson dalam neuron ordo kedua melintasi
garis tengah dan naik sebagai tractus spino-olivarius dalam substantia
alba pada sambungan columna anterior dan lateralis. Akson ini
berakhir dengan bersinap pada neuron ordo ketiga dalam nuklei
olivarius medula oblongata. Akson ini melintasi garis tengah dan
memasuki cerebellum melalui pedunculus cerebellaris inferior.
Tractus spino-olivarius mengalirkan informasi dari organ-organ kulit
dan proprioseptif ke cerebellum.

4. PEMERIKSAAN FISIK SISTEM SENSORIK

Pemeriksaan sistem sensori sangat bergantung pada kemampuan

dan keinginan pasien untuk bekerja sama. Sensasi dirasakan oleh pasien

(sifat subjektif) dan oleh karena itu pemeriksa sangat bergantung pada

tingkat kepercayaan kita terhadap pasien. Pemeriksaan ini tidak

perlu untuk memeriksa semua wilayah di permukaan kulit. Sebuah

pemeriksaan cepat pada wajah, leher, lengan, badan, dan kaki dengan

jarum hanya membutuhkan beberapa detik. Biasanya salah satu tujuannya

adalah mencari perbedaan antara kedua sisi tubuh. Lebih baik untuk

bertanya apakah rangsangan pada sisi berlawanan dari tubuh terasa sama

daripada menanyakan apakah terasa berbeda. Pemeriksaan sensorik terdiri

dari:

A. Sentuhan ringan

B. Sensasi nyeri
50

C. Sensasi getaran

D. Propriosepsi

E. Lokalisasi taktil

Pada pasien tanpa tanda atau gejala penyakit neurologis,

pemeriksaan fungsi sensorik dapat dilakukan dengan cepat, dengan

memeriksa adanya sensasi normal pada ujung jari tangan dan kaki.

Pemeriksa dapat memilih apakah ia mau memeriksa sentuhan ringan, nyeri

dan sensasi getaran. Jika semuanya normal, pemeriksaan sensorik lainnya

tidak diperlukan. Jika ada gejala atau tanda yang menunjukkan gangguan

neurologi, harus dilakukan pemeriksaan lengkap.

A. Pemeriksaan Sentuhan Ringan

Sentuhan ringan diperiksa dengan menyentuh pasien secara

ringan dengan sepotong kecil kain kasa. Mintalah pasien untuk

menutup mata dan memberitahu anda jika anda sedang

menyentuhnya. Diusahakan menyentuh jari kaki dan tangan pasien.

Jika sensasinya normal, lanjutkan dengna pemeriksaan yang lain. Jika

sensasinya abnormal, lakukanlah pemeriksaan di bagian proksimal

sampai batas ketinggian gangguan sensorik dapat ditentukan.

B. Pemeriksaan Sensasi Nyeri

Rasa nyeri dapat dibangkitkan dengan berbagai cara, misalnya

dengan menusuk, memukul, merangsang dengan api atau sesuatu yang

sangat dingin dan juga dengan berbagai larutan kimia. Sensasi nyeri

diperiksa dengan menggunakan peniti dan menanyakan kepada pasien

apakah ia merasakannya. Mintalah kepada pasien untuk menutup


51

matanya. Bukalah peniti dan sentuhlah pasien dengan ujungnya.

Sebelumnya perlu diberitahukan kepaa pasien bahwa yang diperiksa

ialah rasa nyeri dan bukan rasa raba. Kita periksa seluruh tubuh, dan

bagian-bagian yang simetris dibandingkan. Bila bagian yang simetris

dibandingkan, tusukan harus sama kuat. Bila kita memeriksa

sensibilitas pada pasien yang gelisah atau yang agak menurun

kesadarannya, maka pemeriksaan rasa tusuk masih dapat dilakukan,

sedang yang lainnya perlu ditangguhkan.

C. Pemeriksaan Sensasi Getar

Sensasi getaran diperiksa dengan menggunakan garpu tala 128

hz. Ketuklah garpu tala dengan tumit tangan anda dan letakkanlah di

suatu tonjolan tulang di bagian distal tubuh pasien. Minta pasien untuk

memberitahukan anda kalau ia sudah tidak dapat merasakan getaran

itu lagi. Minta kepada pasien untuk menutup matanya. Letakkan garpu

tala yang sedang bergetar pada falangs distal jari tangan pasien dan

jari tangan anda sendiri. Dengan cara ini anda akan dapat mersakan

getaran melalui jari pasien untuk menentukan ketepatan respon pasien.

Setelah jari tangan periksa juga jari kaki. Jika tidak ada gangguan

lakukan pemeriksaan berikutnya. Jika ada gangguan, tentukanlah

batas gangguannya.

D. Pemeriksaan Propiosepsi

Sensasi posisi, atau propriosepsi, diperiksa dengan

menggerakkan falangs distal. Pemeriksa memegang falangs distal

pada sisi lateralnya dan menggerakkan ke atas sambil


52

memberitahukan pasien. Pemeriksa kemudian menggerakkan falangs

distal pasien ke bawah dan memberitahukannya. Dengan mata pasien

tertutup, pemeriksa menggerakkan falangs distal naik turun dan

akhirnya berhenti, setelah itu tanyakan pada pasien apakah falangs

distal terletak di atas atau di bawah. Secara rutin lakukanlah

pemeriksaan pada falang terminal sebuah jari pada tiap tangan dan

falang terminal jari kaki. Jika tidak ada gangguan sensasi posisi,

pemeriksa harus melanjutkan sisa pemeriksaan berikutnya.

E. Pemeriksaan Lokalisasi Taktil

Lokalisasi taktil, yang dikenal pula sebagai perangsangan

simultan ganda, diperiksa dengan meminta pasien menutup matanya

sambil menanyakan kepadanya bagian tubuh mana yang disentuh.

Pemeriksa dapat menyentuh pasien pada pipi kanannya dan lengan

kiri. Pasien kemudian ditanyakan dimana jari pemeriksa berada.

Biasanya pasien tidak menemukan kesulitan dalam menentukan kedua

daerah ini. Pasien dengan lesi lobus parietalis mungkin merasakan

kedua sentuhan ini, tetapi mungkin memadamkan sensasi pada sisi

kontralateral dengan sisi lesi. Perasaan ini merupakan fenomena yang

disebut ekstingsi.

4.1 Pemeriksaan Sensibilitas Eksteroseptif

A. Pemeriksaan Rasa Raba

Stimulus : gumpalan kapas, kertas atau kain yang ujungnya

diusahakan sekecil mungkin.


53

Teknik : Menyentuh pasien dengan alat stimulus pada tubuh pasien

dan bandingkan bagian-bagian yang simetris.

Instruksi kepada pasien : “ beritahukan kepada saya setiap saat anda

merasakannya dan dimana anda merasakannya. Kami akan

mengujinya dengan mata anda dalam keadaan tertutup”.

Hasil : Jika sensasi abnormal, lakukan pemeriksan di bagian proksimal

sampai batas ketinggian gangguan sensorik ditentukan.. Kelainan

korteks sensori akan mengganggu kemampuan untuk melokalisasikan

daerah yang disentuh.

B. Pemeriksaan Rasa Nyeri

Stimulus : ujung yang tajam dari ujung swab stick yang patah , jarum

atau peniti, ujung tumpul menggunakan ujung swab stick yang tidak

patah.

Teknik : rasa nyeri dibangkitkan dengan menusuk dengan jarum atau

dengan menggunakan benda tumpul pada tubuh pasien dan

bandingkan bagian-bagian yang simetris, jika bagian simetris

dibandingkan, tusukan harus sama kuat.

Instruksi kepada pasien “pejamkan mata anda, beritahukan saya setiap

kali saya menyentuh anda, apakah anda merasakan tajam atau tumpul

dan dimana anda merasakannya “

C. Pemeriksaan Rasa Suhu

Stimulus : tabung reaksi yang diisi dengan air es (10-200 celcius)

untuk rasa dingin dan untuk rasa panas dengan air panas (40-500
54

celcius). Suhu yang kurang dari 50C dan lebih dari 500C akan

menimbulkan rasa nyeri.

Teknik : Diperiksa di seluruh tubuh dan dibandingkan bagian-bagian

yang simetris. Bagian proksimal ekstremitas biasanya kurang peka

terhadap rasa dingin, bila dibandingkan dengan bagian distal

ekstremitas. Bagian yang simetris harus diusahakan agar berada dalam

kondisi yang sama, dibuka pakaiannya secara bersamaan.

Instruksi kepada pasien : “pejamkan mata anda, beritahukan saya

setiap kali saya menyentuh bagian tubuh anda, apakah anda

merasakan rasa dingin atau panas dan dimana anda merasakannya”.

Hasil : perubahan rasa suhu dinyatakan dengan kata anesthesia suhu.

Therm – anesthesia dingin / panas : tidak merasa panas / dingin

Therm-hypesthesia dingin / panas : kurang merasa panas / dingin

Therm-hyperesthesia dingin / panas : lebih merasa panas / dingin.

Hypesthesia suhu terhadap rasa dingin sering dijumpai pada lesi

talamik.

4.2 Pemeriksaan Sensibilitas Dalam / Propioseptif

A. Pemeriksaan Rasa Gerak dan Rasa Sikap

Teknik : rasa gerak dan rasa posisi diperiksa bersamaan. Dilakukan

dengan menggerakkan jari-jari secara pasif dan menyelidiki apakah

pasien dapat merasakan gerakan tersebut serta mengetahui arahnya.

Juga dinilai derajat gerakan terkecil yang masih dapat dirasakannya.

Pada orang normal pasien sudah dapat merasakan arah gerakan bila
55

sendi-interfalang digerakkan sekitar dua derajat atau 1 mm. Selain itu

juga diselidiki apakah ia tahu posisi dari jari-jarinya.

Selama pemeriksaan pasien memejamkan mata, badan dan ekstremitas

diistirahatkan dan dilemaskan, semua gerakan volunteer dihindari.

Kemudian pemeriksa menggerakkan bagian ekstremitas pasien, misal

jari kaki, pegang jari kaki pada bagian lateral dan hindari bersentuhan

dengan jari-jari lainnya. Cara kedua adalah dengan jalan

menempatkan jari penderita pada suatu posisi, kemudian ia disuruh

mengatakan posisi dari jari tersebut atau disuruh menempatkan jari

sisi lainnya seperti posisi jari yang kita periksa.

Instruksi kepada pasien :

 “Pejamkan mata anda, dan rilekskan tubuh anda, , beritahukan

saya setiap kali saya menggerakkan jari kaki anda, apakah

anda merasakan gerakannya, katakan apakah bergerak ke atas

atau ke bawah”

 “Pejamkan mata anda, dan rilekskan tubuh anda, saya akan

memposisikan jari tangan kanan anda pada posisi

tertentu,kemudian tolong gerakkan jari tangan anda pada

tangan kiri dengan posisi yang sama seperti yang saya lakukan

pada jari tangan kanan anda”

Hasil : hilangnya rasa gerak dan sikap mengindikasikan gejala tabes

dorsalis, multiple sclerosis, atau defisiensi vitamin B12 atau peripheral

neuropathy yang berhubungan dengan diabetes.


56

Tes lain untuk tes rasa gerak dan sikap adalah tes tunjuk hidung dan

tes tumit-lutut serta tes Romberg.

a. Tes Tunjuk Jari ke Hidung

Tes tunjuk jari ke hidung dilakukan dengan meminta pasien

untuk menyentuh hidungnya dan jari pemeriksa secara

berganti-ganti secara cepat, setepat dan selancar mungkin.

Pemeriksa mempertahankan jarinya dengan jarak satu lengan

dari pasien. Pasien diminta menyentuh jari pemeriksa dan

kemudian menyentuh hidungnya. Prosedur ini diulang

beberapa kali, setelah itu pasien diminta melakukan

pemeriksaan ini dengan mata tertutup.

Hasil : Pasien dengan gangguan serebelum secara terus

menerus melewati sasarannya, suatu keadaan yang disebut

dengan past pointing. Disamping itu mereka juga mungkin

mengalami tremor ketika jari mendekati sasarannya.

b. Tes Tumit ke Lutut

Tes tumit ke lutut dilakukan pada pasien dalam posisi

berbaring terlentang. Pasien disuruh menggeserkan tumit kaki

kanan menuruni tulang kering kaki kiri, dengan dimulai dari

lutut. Lakukan pada kaki sebaliknya.

Hasil : dalam keadaan normal akan terlihat suatu gerakan yang

halus dan lancar, dengan tumit tetap berada di tulang kering.

Pada pasien dengan penyakit serebelum, tumitnya bergoyang-

goyang dari sisi ke sisi.


57

c. Tes Romberg

Tes Romberg dilakukan dengan menyuruh pasien berdiri di

depan pemeriksa, dengan kaki dirapatkan sehingga kedua

tumit dan jari-jari kaki saling bersentuhan. Pemeriksa

menyuruh pasien merentangkan lengannya dengan telapak

tangan menghadap ke atas dan menutup matanya. Jika pasien

dapat mempertahankan sikap ini tanpa bergerak, tes ini disebut

negative. Tes Romberg positif jika pasien mulai bergoyang-

goyang dan harus memindahkan kakinya untuk menjaga

keseimbangan.

Hasil : penemuan lazim adalah salah satu lengan melayang ke

bawah dengan fleksi jari-jari tangan. Gerakan ini disebut

melayang pronator, dijumpai pada pasien dengan hemiparese

ringan. Jika tes Romberg positif menandakan gangguan

kolumna posterior.

B. Pemeriksaan Rasa Getar

Stimulus : garputala 128 Hz

Teknik : Menempatkan garputala yang sedang bergetar pada ibu jari

kaki, maleolus lateral dan medial kaki, tibia, spina iliaka anterior

superior, sacrum, prosesus spinosus vertebra, sternum , klavikula,

prosesus stiloideus radius dan ulna dan jari-jari.

Garputala kita ketok dan ditempatkan pada ibu jari kaki atau tulang

maleous, pasien ditanya apakah ia merasakan getarannya, dan ia

disuruh memberitahukan bila ia mulai tidak merasakan getarnnya.


58

Bila getaran mulai tidak dirasakan garpu tala kita pindahkan ke

pergelangan atau sternum atau klavikula atau kita bandingkan dengan

jari kaki kita sendiri. Dengan demikian kita dapat memeriksa adanya

rasa getar dan sampai berapa lemah masih dapat dirasakan, dengan

jalan membandingkan dengan bagian lain dari tubuh atau dengan rasa

getar pemeriksa.

Instruksi kepada pasien : “pejamkan mata anda,anda akan merasakan

sebuah getaran, beritahukan pada saya apabila anda sudah tidak

merasakan getarannya lagi”

Hasil : kehilangan rasa sensasi getar merupakan tanda awal gangguan

peripheral neuropathy akibat factor diabetes dan alkoholik.

C. Pemeriksaan Rasa Raba Kasar ( Rasa Tekan)

Stimulus : Tekanan menggunakan jari tangan pemeriksa atau benda

tumpul pada kulit pasien, atau memencet otot tendon dan serabut

syaraf.

Teknik : tekan kulit pasien atau dengan jalan memencet otot tendon,

namun jangan terlalu kuat karena kan terasa rasa nyeri.

Instruksi pada pasien: “pejamkan mata anda, beritahu pada saya jika

anda merasakan tekanan pada tubuh anda, dan katakan dimana

lokasinya.

D. Pemeriksaan Rasa Nyeri Dalam

Stimulus : dengan jalan memencet otot atau tendon, menekan serabut

syaraf yang terletak dekat permukaan, memencet testes atau biji mata.
59

Teknik : kita pencet otot lengan atas, lengan bawah, paha , betis dan

tendon Achilles, juga dapat dengan jalan menekan biji mata, laring,

epigastrium dan testes. Perhatikan apakah pasien peka terhadap rasa

nyeri dalam.

Instruksi pada pasien ; “Pejamkan mata anda, beritahukan pada saya

apabila anda merasakan nyeri pada tubuh anda”

4.3 Pemeriksaan Sensibilitas Interoseptif

Rasa interoseptif ialah perasaan dari visera (organ dalam tubuh),

yaitu rasa yang hilang timbul dari organ-organ internal. Pasien mungkin

mengemukakan gangguan perasaan berupa rasa nyeri, mules, atau

kembung. Nyeri visceral ini biasanya difus, tidak tegas lokalisasinya. Pada

pemeriksaan neurologi rasa interoseptif ini sukar dievaluasi dan sukar

diperiksa. Selain lokalisasinya yang difus, kita tidak dapat melakukan tes

pada organ yang letaknya di dalam tubuh.

Bersamaan dengan nyeri interoseptif yang diderita pasien, mungkin

pula ia mengalami nyeri somatic, yang mempunyai asal reflektoris yang

disebut nyeri rujukan (referred pain). Nyeri rujukan ini biasanya

didapatkan pada dermatom yang sama atau yang berdekatan dengan organ

internal, sebagai akibat persyarafan segemental yang sama, namun

mungkin pula pada tempat yang lebih jauh. Misalnya nyeri angina pectoris

dapat dirujuk ke lengan kiri, nyeri ginjal dapat dirujuk ke daerah inguinal.

4.4 Pemeriksaan Rasa Somestesia Luhur

Perasaan somestesia luhur ialah perasaan yang mempunyai sifat

deskriminatif dan sifat tiga dimensi / fungsi persepsi. Kadang juga


60

digunakan istilah rasa gabungan (combined sensation). Rasa somestesia

luhur meliputi :

A. Rasa diskriminasi

Dua titik atau spasial ini merupakan kemampuan untuk mengetahui

bahwa kita ditusuk dengan dua jarum atau dengan satu jarum pada

saat yang bersamaan.

Stimulus : jarum / peniti

Teknik : Dengan hati-hati peganglah dua peniti dengan jarak 2-3 mm

dan sentuhlah ujung jari tangan pasien. Mintalah kepada pasien untuk

menyebutkan jumlah peniti yang dirasakannya. Bandingkanlah

penemuan ini dengan daerah yang sama pada ujung jari tangan

lainnya. Karena daerah tubuh yang berlainan mempunyai sensitivitas

yang berbeda-beda, pemeriksa harus mengetahui perbedaan ini. Di

ujung jari tangan dapat membedakan 1 mm, jari kaki 3-8 mm, telapak

tangan 8-12 mm, punggung 40-60 mm.

Hasil : gangguan diskriminasi menandakan adanya lesi pada lobus

parietalis.

B. Barognesia

Adalah kemampuan untuk mengenal berat benda yang dipegang atau

kemampuan membeda-bedakan berat benda

C. Stereognosia

Adalah kemampuan untuk mengenal bentuk benda dengan jalan

meraba, tanpa melihat.


61

Tenik : suruhlah pasien menutup matanya. Letakkan kunci, pensil,

klip kertas atau mata uang di telapak tangan pasien dan mintalah

kepadanya untuk mengenali benda-benda itu. Periksalah tangan

lainnya dan bandingkan hasilnya.

Hasil : ketidakmampuan mengenali benda mengindikasikan adanya

gangguan fungsi lobus parietalis dan oksipitalis.

D. Topostesia (topognosia)

Adalah kemampuan untuk melokalisasi tempat dari rasa raba.

Teknik : Suruhlah pasien untuk menutup matanya. Sentuh pasien dan

mintalah pasien untuk membuka matanya dan menunjukkan daerah

dimana ia disentuh.

Hasil : ketidakmampuan melokalisasi titik menandakan adanya

kelainan pada korteks sensorik.

E. Grafestesia

Adalah kemampuan untuk mengenal angka.

Teknik : mintalah pasien untuk menutup mata dan menjulurkan

tangannya. Pakailah ujung tumpul sebatang pensil untuk menulis

angka dari 0 sampai 9 di telapak tangan itu. Angkanya harus dibuat

menghadap ke arah pasien. Bandingkan tangan yang satu dengan

tangan yang lainnya.

Hasil : ketidakmampuan mengenali angka merupakan tanda yang

sensitive untuk penyakit lobus parietalis.

Anda mungkin juga menyukai