Gambaran rona awal lingkungan hidup komponen sosial ekonomi dan budaya yang
dikaji mengacu pada Keputusan Kepala Bapedal Nomor 299 Tahun 1996 Tentang
Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial Dalam Penyusunan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup dan Panduan Penyusunan AMDAL Pembangunan Di Wilayah Pesisir
dan Lautan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia.
Mengacu pada peraturan tersebut maka parameter komponen sosial ekonomi dan
budaya yang diprakirakan akan mengalami perubahan mendasar dengan adanya
rencana usaha dan/atau pertambangan pasir laut adalah tingkat pendapatan
masyarakat dalam hal ini nelayan yakni potensi penurunan pendapatan nelayan sebagai
dampak turunan dari dampak primer terjadinya perubahan kualitas air laut dan
terganggunya aktivitas nelayan, potensi peningkatan pendapatan asli daerah (PAD)
dengan adanya retribusi maupun pajak yang akan disetorkan pemrakarsa kepada
pemerintah dalam hal ini pemerintah Kabupaten Deli Serdang, dan juga dampak sikap
dan persepsi masyarakat terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan hingga konflik
sosial antara nelayan dan juga masyarakat yang bermukim dipesisir pantai dengan
pemrakarsa kegiatan.
Sumber data mengenai gambaran rona awal komponen sosial ekonomi budaya
masyarakat diwilayah diambil dari data sekunder, yakni dari BPS Kabupaten Deli
Serdang, Kantor Camat Pantai Labu, kantor desa setempat, Kantor Dinas Perikanan
Kabupaten Deli Serdang, instansi terkait, hasil-hasil penelitian, bahan-bahan pustaka
dan bahan-bahan lain yang relevan dikumpulkan dari berbagai instansi terkait.
Pengumpulan data primer juga dilakukan, yakni dengan melakukan wawancara kepada
masyarakat setempat, nelayan setempat dengan alat bantu kuesioner serta tokoh
masyarakat setempat yang mengetahui kondisi perairan di lokasi rencana kegiatan.
Kondisi rona awal sosial ekonomi dan budaya masyarakat diwilayah studi diuraikan
sebagai berikut :
A. Demografi (Potensi Sumber Daya Penduduk)
Data demografi di wilayah studi dapat dipergunakan sebagai informasi untuk
memprakirakan jumlah manusia yang terkena dampak dari rencana usaha dan/atau
kegiatan.
1). Struktur Penduduk
a. Struktur penduduk berdasarkan jenis kelamin
Struktur penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kecamatan Pantai Labu
tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara penduduk berjenis
kelamin Laki-Laki (51,56%) dan Perempuan (48,45%). Gambaran secara
rinci dapat dilihat pada tabel berikut.
Berdasarkan data pada tabel diatas dapat diketahui sumber daya manusia di
Kecamatan Pantai Labu dilihat dari latar belakang tingkat pendidikan masih
rendah dikarenakan penduduk yang tingkat pendidikan tidak tamat/belum
tamat SD lebih besar persentase nya dibandingkan dengan jenjang
pendidikan lainnya yakni tingkat pendidikan SD hingga perguruan
tinggi/DIV. Dengan demikian kondisi ini harus menjadi perhatian bagi
pemrakarsa kegiatan maupun pemerintah setempat, untuk dapat
meningkatkan kualitas sumber daya manusia di wilayah tersebut.
Berdasarkan data pada tabel diatas diketahui penduduk terpadat berada di Desa
Paluh Sibaji, sebanyak 1.987 jiwa/Km2, tetapi secara keseluruhan kepadatan
penduduk diwilayah Kecamatan Pantai Labu masih sangat baik atau masih dalam
batas toleransi bila dilihat dari nilai kepadatan penduduk menurut Chafid Fandeli
(2004). Nilai kepadatan penduduk menurut Chafid Fandeli (2004), adalah sebagai
berikut :
a. Nilai 1 = nilai kriteria kepadatan penduduk sangat jelek dengan rentang >
20.000 jiwa/ Km².
b. Nilai 2 = nilai kriteria kepadatan penduduk jelek dengan rentang 15.000 –
20.000 jiwa/ Km².
c. Nilai 3 = nilai kriteria kepadatan penduduk sedang dengan rentang 10.000 –
14.999 jiwa/ Km².
d. Nilai 4 = nilai kriteria kepadatan penduduk baik dengan rentang 5.000 – 9.999
jiwa/ Km².
Tabel 2. 7 Penduduk Berusia 15 Tahun keatas yang Bekerja dan yang Masih
Mencari Pekerjaan Di Kecamatan Pantai Labu (Jiwa)
No Jenis Kegiatan Jumlah
(Jiwa) Persentase
Berdasarkan dari pada tabel diatas diketahui sebanyak 8,4% penduduk usia
produktif/angkatan kerja di Kecamatan Pantai Labu masih mencari pekerjaan.
Tabel 2. 9. Jumlah Produksi Ikan Yang Dihasilkan dari Total Unit Kapal Yang
Mendarat Per Bulan (Ton)
No Bulan Kapal yang
Produksi Ikan
Mendarat
(Ton)
(Unit)
1 Januari 725 34,5
2 Februari 701 36,6
3 Maret 805 41,2
4 April 621 39,6
5 Mei 700 38,8
6 Juni 738 40,5
7 Juli 779 31,1
8 Agustus 731 38,5
9 September 743 38,7
10 Oktober 718 39,9
11 November 737 37,9
12 Desember 742 40,2
Total 8.740 457,5
Sumber : Kecamatan Pantai Labu Dalam Angka Tahun 2016
Berdasarkan data tabel diatas diketahui jumlah produksi ikan terbanyak berada
pada bulan Maret sebanyak 41,2 ton dan Juni sebanyak 40,5 ton dan bulan
Desember sebanyak 40,2 ton. Produksi ikan selama tahun 2016 di Kecamatan
Pantai Labu sebanyak 457,5 Ton. Sementara untuk gambaran perahu/kapal yang
digunakan saat melaut serta alat tangkap yang digunakan oleh nelayan dapat
dilihat pada tabel-tabel berikut berikut.
Berdasarkan data tabel diatas diketahui kapal ataupun jenis perahu yang paling
banyak digunakan oleh nelayan di Kecamatan Pantai Labu adalah perahu motor
s/d 5 GT sebanyak 332 unit, dan jenis perahu tanpa motor sebanyak 282 unit,
serta perahu motor di atas 5 GT sebanyak 40 unit. Sedangkan alat tangkap yang
paling banyak digunakan oleh nelayan adalah pancing dan jaring klitik, secara
rinci dapat dilihat pada tabel berikut.
Berdasarkan data tabel diatas diketahui alat tangkap yang digunakan oleh nelayan
adalah pukat pantai sebanyak 9 unit, pukat cincin sebanyak 12 unit, jaring insang
hanyut sebanyak 172 unit, jaring klitik sebanyak 353 unit, pancing sebanyak 479
unit dan alat pengumpul kerang sebanyak 162 unit.
B. Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan sangat dibutuhkan bagi masyarakat dalam upaya promotif, preventif
dan kuratif. Sarana kesehatan ini dapat dijangkau oleh semua masyarakat yang berada
di Kecamatan Pantai Labu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Fasilitas kesehatan di Kecamatan Pantai Labu terdiri dari dua unit praktik dokter, dua
puluh dua unit praktik bidan, satu unit puskesmas, dua unit poliklinik, empat puluh tiga
unit posyandu, sebelas unit poskesdes, tiga unit polindes, satu unit posbindu, dan
sembilan belas unit desa siaga.
C. Tenaga Kesehatan
Sarana kesehatan ditunjang oleh tenaga kesehatan yang memadai. Berikut tabel jumlah
tenaga kesehatan di Puskesmas Pantai Labu, Kecamatan Pantai Labu.
D. Sanitasi Lingkungan
Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan
terhadap perbagai faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan
manusia. Untuk itu sanitasi lingkungan menjadi hal yang penting dalam aspek kesehatan
masyarakat.
Berdasarkan observasi awal kondisi fisik dari pemukiman penduduk yang terletak
disekitar kegiatan terbuat dari bangunan permanen dan semi permanen, untuk
pengelolaan sampah dan kebersihan sekitar masih ada lingkungan yang tidak tertata
dengan baik. Masih terlihat sampah berserakan dijalan-jalan maupun didalam gang.
Untuk kegiatan sehari-hari masyarakat secara umum sudah memiliki sarana sendiri
yang letaknya didalam dan diluar rumah. Untuk data sanitasi lingkungan dapat dilihat
pada penjelasan dibawah ini.
a. Rumah Sehat
Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan yaitu
rumah yang memiliki jamban sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah,
sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang cukup, kepadatan hunian rumah
yang sesuai dan lantai rumah tidak terbuat dari tanah. Berikut data kondisi rumah di
Kecamatan Pantai Labu.
Tabel 2. 15 Data Rumah Sehat Tahun 2015
Jumlah Seluruh
No Kecamatan Rumah Sehat %
Rumah
1 Pantai Labu 11.002 10.866 98,76
Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, 2015
Jumlah rumah di Kecamatan Pantai Labu sebanyak 11.002 unit, rumah sehat sebesar
98,76% atau berjumlah 10.866 unit.
b. Air Bersih
Air yang bersih adalah air yang memenuhi sesuai kesehatan baik kualitas maupun
kuantitas. Untuk mendapatkan sumber air yang benar-benar sehat/bersih maka selain
menjaga air itu sendiri, maka tidak kalah pentingnya adalah menjaga kebersihan
darimana sumber air tersebut berasal.
Tabel 2. 16. Data Rumah Tangga Pemakai Air Bersih Tahun 2015
Memenuhi Syarat
Jumlah
Jumlah Jumlah
No Jenis Sumber Air Bersih Penduduk Jumlah
Sarana % Penduduk %
Pengguna sarana
Pengguna
Jumlah Penduduk: 48.887 jiwa
1 Sumur Gali Terlindung 7.011 42,159 3.812 54,37 15.248 36,16
2 Sumur Bor dengan Pompa 1.342 5.368 710 52,90 2.840 52,91
3 PDAM, BPPSPAM 340 1.360 200 58,82 800 58,82
Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, 2015
Jumlah penduduk Kecamatan Pantai Labu sebanyak 48.887 jiwa, jumlah masyarakat
yang menggunakan sumur gali terlindung yang memenuhi syarat sebagai air bersih
berjumlah 15.248 jiwa dengan jumlah sarana sebanyak 3.812 unit, jumlah masyarakat
yang menggunakan sumur bor dengan pompa yang memenuhi syarat sebagai air bersih
sebanyak 2.840 jiwa dengan jumlah sarana sebanyak 710 unit, dan jumlah masyarakat
yang menggunakan PDAM dan BPPSPAM (Badan Pendukung Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum) yang memenuhi syarat sebagai air bersih sebanyak 800 jiwa
dengan jumlah sarana sebanyak 200 unit.
c. Sanitasi Dasar
Sarana sanitasi dasar meliputi jamban, tempat sampah dan pengelolaan air limbah,
didalam pembuatannya harus memenuhi syarat-syarat kesehatan antara lain
menggunakan tangki septik, menggunakan penutup dan mempunyai saluran
pembuangan dan lain sebagainya. Buruknya sanitasi dasar dapat merupakan salah satu
media/faktor yang dapat menyebabkan timbulnya berbagai penyakit.
Beberapa penyakit yang ditimbulkan akibat sanitasi yang kurang sehat, antara lain:
diare, demam berdarah, disentri, hepatitis A, kolera, thipus, cacingan. Berikut ini adalah
gambaran kondisi sanitasi dasar di lokasi studi.
Masyarakat Kecamatan Pantai Labu yang menggunakan jamban leher angsa yang
memenuhi syarat sebanyak 27.261 jiwa dengan jumlah sarana sehat sebesar 9.087 unit,
dan masyarakat menggunakan jamban cemplung yang memenuhi syarat kesehatan
berjumlah 261 jiwa dengan jumlah sarana memenuhi syarat sebesar 87 unit.
Sistem saluran yang digunakan pada sanitasi dapat dibedakan menjadi sistem saluran
terbuka dan sistem saluran tertutup. Untuk air hujan dan air kotoran lainya dapat
menggunakan sistem ganda yang memisahkan antara air hujan dan air kotoran lainya.
Saluran sanitasi bisa di dalam tanah atau dipermukaan tanah sesuai denan kebutuhan
dan kondisi lingkungan yang ada. Sistem perpipaan, sebagai salah satu sistem saluran
sanitasi, harus memenuhi syarat tertentu untuk dapat memenuhi kebutuhanya. Ia harus
kedap air, awet, tahan air, serta tidak mengandung zat yang dapat mencemari air bila
digunakan pada saluran air bersih. Bahan saluran atau bahan pipa dapat berupa pipa
beton, pipa keramik (tanah), pipa keramik dengan lapisan tembikar. Bahan-bahan itu
biasanya digunakan unuk saluran kota. Adapula jenis pipa dari besi cor, baja, plastik
(polyetylen/PE, polypropylen/PVC), asbes semen (eternit), dan pipa timah. Pipa jenis
ini biasanya digunakan untuk instalasi di dalam gedung atau rumah.
E. Status Gizi
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang
diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Kelompok usia yang rentan
masalah gizi antara lain usia balita :
- Bayi (usia kurang 1 tahun)
- Anak usia 1 sampai kurang 2 tahun.
- Anak prasekolah usia 2 sampai kurang 6 tahun.
Tabel 2. 18 Data Jumlah dan Status Gizi Balita di Kecamatan Pantai Labu
No Kecamatan Status Gizi (Jumlah)
Jumlah Balita Gizi Kurang Gizi Buruk
1 Pantai Labu 5.970 7 -
Sumber Data : Profil Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, 2015
Berdasarkan data di atas, jumlah Balita di Kecamatan Pantai Labu sebanyak 5.970 balita,
dengan 7 balita dengan gizi kurang dan tidak ada balita yang menderita gizi buruk.
2. Sosialisasi Rencana Sosial Budaya Sikap dan T Y Y T Ya 1 ). Kegiatan sosialisasi rencana kegiatan akan memberikan
Kegiatan Persepsi pemahaman dan pengetahuan kepada masyarakat
Masyarakat khususnya bagi masyarakat yang diprakirakan terkena
(Nelayan) dampak langsung, sehingga tidak menimbulkan beban
yang tinggi terhadap dampak sikap dan persepsi negatif
dari masyarakat terhadap rencana kegiatan.
2 ). Dampak sikap dan persepsi masyarakat memegang
peranan penting, dikarenakan sikap dan persepsi
negatif dari masyarakat akan menghambat jalannya
kegiatan pada tahap selanjutnya dan secera kumulatif
bila tidak dikelola akan berdampak turunan munculnya
konflik sosial.
3 ). Pada saat dilakukannya kegiatan sosialisasi akan
muncul kekhawatiran dari masyarakat terhadap
rencana usaha dan/atau kegiatan hal ini terlihat dari
kekhawatiran-kekhawatiran yang disampaikan oleh
masyarakat dari hasil kegiatan sosialisasi penyusunan
AMDAL yang telah dilakukan.
4 ). Diprakirakan tidak ada aturan /kebijakan yang
terlampaui terkait kegiatan sosialisasi rencana usaha
dan/atau kegiatan.
Dampak sikap dan persepsi negatif akan terbentuk apabila
kegiatan sosialisasi rencana kegiatan tidak dilakukan dan
kekhawatiran – kekhawatiran dari masyarakat telah timbul
dari hasil kegiatan sosialisasi penyusunan Amdal. Apabila
kekhawatiran dari masyarakat terhadap rencana kegiatan
Komponen Lingkungan Terkena Kriteria Evaluasi Dikaji
Sumber Dampak Dampak Dampak Potensial dalam Keterangan/Alasan
Penerima Dampak 1 2 3 4 ANDAL
tidak dapat dikelola dengan baik oleh pemrakarsa maka
akan timbul sikap dan persepsi negatif dari masyarakat, dan
akan ber potensi menimbulkan konflik sosial. Dengan
demikian dampak sikap dan persepsi masyarakat dapat
dikatagorikan dampak penting hipotetik.
3. Survey Hidrooseanografi Sosial Budaya Sikap dan T T T T Tidak 1) Kegiatan survey tidak mempengaruhi persepsi dan sikap
Persepsi masyarakat, hal ini dikarenakan kegiatan tersebut hanya
Masyarakat berlangsung singkat dan pelaksanaan kegiatan survey
(Nelayan) tidak berinteraksi secara terus menerus dengan
masyarakat.
2) Kegiatan survey tidak tidak menimbilkan sikap dan
persepsi negatif dari masyarakat dikarenakan kegiatan
tersebut hanya berlangsung singkat.
3) Pelaksanaan kegiatan survey tidak menimbulkan
kekhawatiran dari masyarakat dikarenakan pelaksanaan
kegiatan tersebut hanya berlangsung singkat dan hanya
bersifat penelitian.
4) Diprakirakan tidak ada aturan dan kebijakan yang
terlampaui dalam pelaksanaan kegiatan survey,
dikarenakan kegiatan tersebut hanya berlangsung
singkat dan hanya bersifat penelitian.
Kegiatan survey dilakukan dalam waktu yang singkat dan
dari kegiatan survey tersebut diprakirakan tidak signifikan
terjadinya penurunan kualitas lingkungan disekitar lokasi
rencana kegiatan, Dengan demikian dampak sikap dan
persepsi masyarakat dari kegiatan survey tersebut dapat
dikatagorikan tidak dampak penting hipotetik.
Komponen Lingkungan Terkena Kriteria Evaluasi Dikaji
Sumber Dampak Dampak Dampak Potensial dalam Keterangan/Alasan
Penerima Dampak 1 2 3 4 ANDAL
4. Pengadaan Kapal Sosial Budaya Sikap dan Y Y Y Y Ya 1) Keberadaan kapal keruk dan peralatan kerja dapat
Persepsi menimbulkan sikap dan persepsi negatif dari
Masyarakat masyarakat apabila masyarakat tidak mengetahui milik
(Nelayan) siapa kapal keruk serta maksud dan tujuan adanya
kapal keruk tersebut diwilayah perairan disekitar
lokasi kegiatan, oleh sebab itu harus dilakukan
sosialisasi terlebih dahulu terkait akan dilakukannya
pengadaan kapal keruk dan peralatan kerja untuk
pelaksanaan rencana kegiatan.
2) Dampak sikap dan persepsi masyarakat memegang
peranan penting, hal ini apabila muncul persepsi negatif
dari masyarakat akan menghambat jalannya kegiatan
pada tahap selanjutnya dan secera kumulatif bila tidak
dikelola akan berdampak turunan munculnya konflik
sosial.
3) Kekhawatiran dari masyarakat akan muncul dari
kegiatan pengadaan kapal keruk dan peralatan kerja
apabila pelaksanaan kegiatan tersebut tidak sesuai
dengan peraturan dan kebijakan yang telah ditetapkan.
4) Diprakirakan tidak ada aturan dan kebijakan yang
terlampaui dalam pelaksanaan pengadaan kapal keruk
dan peralatan kerja dikarenakan pemrakarsa akan
mengurus izin dan memenuhi ketentuan peraturan dan
kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah
dalam pelaksanaan kegiatan pengadaan kapal keruk
dan peralatan kerja.
Dampak kegiatan pengadaan kapal keruk dan peralatan
kerja dapat menimbulkan dampak sikap dan persepsi
masyarakat, untuk itu sebelum dilakukannya pengadaan
kapal keruk dan peralatan kerja sangat dibutuhkan
dilakukannya terlebih dahulu kegiatan sosialisasi kepada
masyarakat (nelayan) serta aparat setempat, sehingga
masyarakat mengetahui adanya kapal keruk yang akan
dioperasikan di perairan Kecamatan Pantai Labu. Dengan
demikian akan meminimalisir sikap dan persepsi negatif
Komponen Lingkungan Terkena Kriteria Evaluasi Dikaji
Sumber Dampak Dampak Dampak Potensial dalam Keterangan/Alasan
Penerima Dampak 1 2 3 4 ANDAL
dari masyarakat. Dengan demikian dampak sikap dan
persepsi masyarakat dapat dikatagorikan dampak penting
hipotetik.
Penambangan Pasir Laut Sosial Ekonomi Tingkat Y Y Y T Ya 1) Dampak perubahan tingkat pendapatan masyarakat
Pendapatan dalam hal ini nelayan merupakan dampak turunan
Nelayan apabila pelaksanaan kegiatan penambangan pasir laut
menimbulkan penurunan kualitas air laut disekitar lokasi
kegiatan dan perairan sekitarnya. Pada saat ini beban
tingkat pendapatan nelayan sudah tinggi dikarenakan
banyaknya kapal pukat yang beroperasi diwilayah
perairan Pantai Labu, hal ini diketahui dari hasil
pelaksanaan kegiatan sosialisasi penyusunan Amdal.
2) Tingkat pendapatan masyarakat memegang peranan
penting dikarenakan mempengaruhi tingkat
kesejahteraan masyarakat dan kondisi ekonomi bagi
masyarakat yang terkena dampak.
3) Ada kehhawatiran dari masyarakat khususnya nelayan
apabila pelaksanaan kegiatan ini berdampak terhadap
pendapatan nelayan, dan dari hasil sosialisasi
penyusunan Amdal masyarakat mewajibkan
dilaksanakannya kegiatan CSR.
4) Diprakirakan tidak ada aturan dan kebijakan yang
terlampaui dalam pelaksanaan kegiatan penambangan
pasir dan transportasi hasil penambangan dikarenakan
pemrakarsa kegiatan akan mematuhi secara teknis
Komponen Lingkungan Terkena Kriteria Evaluasi Dikaji
Sumber Dampak Dampak Dampak Potensial dalam Keterangan/Alasan
Penerima Dampak 1 2 3 4 ANDAL
aturan penambangan pasir dan memilih kapal yang dapat
meminimalisir dampak penurunan kualitas air laut dari
pelaksanaan kegiatan penambangan.
Dampak tingkat pendapatan nelayan merupakan dampak
turunan dari dampak penurunan kualitas air laut antara lain
kekeruhan serta terganggunya daerah tangkapan ikan
nelayan. Dampak tingkat pendapatan nelayan dilihat dari
jumlah tangkapan nelayan dalam 1 hari melaut. Dampak
tingkat pendapatan nelayan ini akan mempengaruhi tingkat
kesejahteraan nelayan. Dengan demikian dampak tingkat
pendapatan nelayan dapat dikatagorikan dampak penting
hipotetik.
Sosial Ekonomi Peningkatan PAD Y Y T T Ya 1) Pada tahun 2017 konstribusi PAD Kabupaten Deli
Serdang tahun 2016 masih 19,5%.
2) Pendapatan Asli Daerah (PAD) memegang peranan
penting untuk meningkatan dan modal pembangunan.
3) Ada kekhawatiran yang muncul pelaksanaan kegiatan
penambangan pasir diwilayah perairan Pantai Labu
tidak dapat menambah penerimaan pendapatan asli
daerah Kabupaten Deli Serdang,
4) Diprakirakan tidak ada aturan dan kebijakan yang
terlampaui terkait PAD dikarenakan pemrakarsa
kegiatan akan mematuhi semua ketentuan terkait
retribusi yang ditetapkan untuk pelaksanaan kegiatan
penambangan pasir laut,.
Retribusi dan pajak yang akan ditetakan dengan adanya
kegiatan pengerukan pasir diprakirakan akan menambah
penerimaan PAD bagi pemerintah Kabupaten Deli Serdang
khususnya dan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara secara
umum. Penambahan penerimaan PAD merupakan
penambahan modal untuk melakukan pembangunan
diwilayah tersebut. Dengan demikian dampak peningkatan
PAD dapat dikatagorikan dampak penting hipotetik.
Komponen Lingkungan Terkena Kriteria Evaluasi Dikaji
Sumber Dampak Dampak Dampak Potensial dalam Keterangan/Alasan
Penerima Dampak 1 2 3 4 ANDAL
Sosial Budaya Sikap dan Y Y Y T Ya 1) Dampak sikap dan persepsi masyarakat terhadap
Persepsi pelaksanaan kegiatan penambangan merupakan
Masyarakat dampak turunan dari dampak primer yang
(Nelayan) diprakirakan timbul antara lain Gangguan Stabilitas
Pantai (Abrasi) dan penurunan kualitas air laut, dari
hasil sosialisasi penyusunan Amdal diketahui sikap dan
persepsi masyarakat tidak akan mendukung kegiatan
penambangan apabila damapak negatif tidak dapat
dikelola dan diminimalisir.
2) Dampak sikap dan persepsi masyarakat memegang
peranan penting, dikarenakan apabila muncul persepsi
negatif dari masyarakat akan menghambat jalannya
kegiatan pada tahap selanjutnya dan secera kumulatif
bila tidak dikelola akan berdampak turunan munculnya
konflik sosial.
3) Kekhawatiran dari masyarakat terhadap pelaksanaan
kegiatan penambangan telah terlihat dari hasil
sosialisasi penyusunan studi Amdal, kekhawatiran yang
diungkapkan oleh masyarakat antara lain : semakin
terjadinya Gangguan Stabilitas Pantai (Abrasi),
hilangnya mangrove dibibir pantai, pelaksanaan
kegiatan tidak sesuai dengan peraturan dan perundang-
undangan yang berlaku, komitmen CSR tidak
terealisasi.
4) Diprakirakan tidak ada aturan dan kebijakan yang
terlampaui dalam pelaksanaan penambangan pasir laut
dan transportasi hasil penambangan dikarenakan
pemrakarsa akan memenuhi ketentuan peraturan dan
kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah
dalam pelaksanaan kegiatan.
C. Konflik Sosial
1 ). Metode Pengumpulan Data
Data primer : metode wawancara, yakni pengumpulan data pada sejumlah
responden melalui wawancara, dengan instrumen kuesioner dan wawancara
mendalam dengan aparat pejabat setempat, tokoh masyarakat setempat atau
orang-orang yang dianggap mengetahui kondisi tentang kondisi masyarakat
setempat, dengan alat bantu pedoman pertanyaan.
Dengan penyebaran responden tiap desa dapat dilihat pada tabel berikut :
Besar jumlah sampel yang diambil juga mempertimbangkan waktu dan sumber
daya yang ada pada saat penyusunan dokumen ini dilakukan. Sedangkan teknik
penarikan sampling dilakukan secara purposive atau penarikan sampel bertujuan,
yakni kepada rumah tangga/masyarakat yang diprakirakan akan terkena dampak
langsung dari rencana kegiatan yakni masyarakat yang bermata pencaharian
sebagai nelayan, dan beberapa kriteria yang ditetapkan yakni : responden telah
bermukim di wilayah tersebut selama ± 3 tahun. Unit analisis dalam studi ini
adalah rumah tangga, dengan kriteria 1 rumah tangga akan diambil perwakilan 1
orang yakni bapak/ibu (kepala keluarga) ataupun anggota keluarga lainnya yang
telah berusia 18 tahun untuk dipilih menjadi responden.
Selain itu diperlukan juga data tentang rencana kegiatan konstruksi dan
operasional yang akan mengakibatkan perubahan dalam kesehatan masyarakat.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara survei enumerasi menggunakan
daftar isian (kuesioner), wawancara, diskusi, dan pertemuan dengan narasumber.
Penentuan responden dan informasi dipilih dengan cara purposive sampling
dengan mempertimbangkan kepadatan dan konsentrasi penduduk, serta jarak
pemukiman dengan kegiatan proyek. Berdasarkan hasil pelingkupan, lokasi
pengambilan data primer tersebut dilakukan di Desa Denai Kuala, desa Paluh Sibaji,
Desa Pantai Labu Pekan, Desa Rugemuk, Desa Rantau Panjang, dan Desa Bagan
Serdang, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang.
Berikut jumlah populasi sampel:
dari rumus diatas dapat dihitung jumlah sampel penelitian, sebagai berikut:
4.238
𝑛=
1 + 4.238(0,05)²
4.238
𝑛=
1 + 4.238(0,0025)
4.238
𝑛=
1 + 10,595
4.238
𝑛=
11,595
n = 365.5 dibulatkan menjadi 366
Didapat jumlah sampel penelitian adalah 366. Ketepatan jumlah sample perdesa
penelitian dapat dijabarkan seperti dibawah ini: