Anda di halaman 1dari 46

BAB 2 KA

2.2.1.1. Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya


WIUP PT. Argo Mandala Perdana berada di wilayah perairan Pantai Labu Kabupaten
Deli Serdang, tepatnya apabila ditarik garis lurus dari lokasi WIUP berkisar 5,9 mil ke
bibir pantai diwilayah perairan Pantai Labu masuk wilayah Kecamatan Pantai Labu.
Desa - desa berjarak paling dekat dengan bibir pantai yakni Desa Denai Kuala, Desa
Paluh Sibaji, Desa Pantai Labu Pekan, Desa Rugemuk, Desa Rantau Panjang dan Desa
Bagan Serdang. Desa - desa tersebut mayoritas penduduknya bermata pencaharian
sebagai nelayan. Diprakirakan kegiatan pertambangan pasir laut ini akan berdampak
pada masyarakat nelayan, baik pada nelayan yang bermukim di wilayah Kecamatan
Pantai Labu, maupun nelayan dari daerah lain yang beraktivitas diwilayah Perairan
Pantai Labu.

Gambaran rona awal lingkungan hidup komponen sosial ekonomi dan budaya yang
dikaji mengacu pada Keputusan Kepala Bapedal Nomor 299 Tahun 1996 Tentang
Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial Dalam Penyusunan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup dan Panduan Penyusunan AMDAL Pembangunan Di Wilayah Pesisir
dan Lautan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia.

Mengacu pada peraturan tersebut maka parameter komponen sosial ekonomi dan
budaya yang diprakirakan akan mengalami perubahan mendasar dengan adanya
rencana usaha dan/atau pertambangan pasir laut adalah tingkat pendapatan
masyarakat dalam hal ini nelayan yakni potensi penurunan pendapatan nelayan sebagai
dampak turunan dari dampak primer terjadinya perubahan kualitas air laut dan
terganggunya aktivitas nelayan, potensi peningkatan pendapatan asli daerah (PAD)
dengan adanya retribusi maupun pajak yang akan disetorkan pemrakarsa kepada
pemerintah dalam hal ini pemerintah Kabupaten Deli Serdang, dan juga dampak sikap
dan persepsi masyarakat terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan hingga konflik
sosial antara nelayan dan juga masyarakat yang bermukim dipesisir pantai dengan
pemrakarsa kegiatan.

Sumber data mengenai gambaran rona awal komponen sosial ekonomi budaya
masyarakat diwilayah diambil dari data sekunder, yakni dari BPS Kabupaten Deli
Serdang, Kantor Camat Pantai Labu, kantor desa setempat, Kantor Dinas Perikanan
Kabupaten Deli Serdang, instansi terkait, hasil-hasil penelitian, bahan-bahan pustaka
dan bahan-bahan lain yang relevan dikumpulkan dari berbagai instansi terkait.

Pengumpulan data primer juga dilakukan, yakni dengan melakukan wawancara kepada
masyarakat setempat, nelayan setempat dengan alat bantu kuesioner serta tokoh
masyarakat setempat yang mengetahui kondisi perairan di lokasi rencana kegiatan.
Kondisi rona awal sosial ekonomi dan budaya masyarakat diwilayah studi diuraikan
sebagai berikut :
A. Demografi (Potensi Sumber Daya Penduduk)
Data demografi di wilayah studi dapat dipergunakan sebagai informasi untuk
memprakirakan jumlah manusia yang terkena dampak dari rencana usaha dan/atau
kegiatan.
1). Struktur Penduduk
a. Struktur penduduk berdasarkan jenis kelamin
Struktur penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kecamatan Pantai Labu
tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara penduduk berjenis
kelamin Laki-Laki (51,56%) dan Perempuan (48,45%). Gambaran secara
rinci dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. 1 Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di Wilayah Kecamatan


Pantai Labu (Jiwa)
No Desa Laki-laki
% Perempuan % Jumlah %

1 Sei Tuan 635 51,25 602 48,75 1237 100


2 Tengah 605 52,43 549 47,57 1154 100
3 Kelambir 1269 50,80 1229 49,20 2498 100
4 Durian 2672 50,74 2594 49,26 5266 100
5 Kubah Sentang 712 52,78 637 47,22 1349 100
6 Perk.Ramunia 1342 53,00 1190 47,00 2532 100
7 Ramunia II 1295 50,68 1260 49,32 2555 100
8 Ramunia I 551 49,91 553 50,09 1104 100
9 Denai Sr Burung 1553 50,45 1525 49,55 3078 100
10 Denai Lama 1405 51,92 1301 48,08 2706 100
11 Binjai Bakung 889 50,23 881 49,77 1770 100
12 Denai Kuala 1336 51,58 1254 48,42 2590 100
13 Paluh Sibaji 2130 50,85 2059 49,15 4189 100
14 Pantai Labu Baru 462 50,44 454 49,56 916 100
Pantai Labu
15 2525 53,67 2180 46,33 4705 100
Pekan
16 Rugemuk 1431 52,32 1304 47,68 2735 100
17 Pematang Biara 2174 51,97 2009 48,03 4183 100
18 Rantau Panjang 1509 51,45 1424 48,55 2933 100
19 Bagan Serdang 709 50,93 683 49,07 1392 100
Total 25.205 51,55 23.688 48,45 48.893 100
Sumber : Kecamatan Pantai Labu Dalam Angka Tahun 2016
Berdasarkan tabel diatas diketahui persentase penduduk berjenis kelamin
Laki-Laki di Desa Denai Kuala, Desa Paluh Sibaji, Desa Pantai Labu Pekan,
Desa Rugemuk, Desa Rantau Panjang dan Desa Bagan Serdang lebih banyak
jika dibandingkan dengan penduduk berjenis Kelamin Perempuan, tetapi
perbedaan persentase tersebut tidak signifikan.

b. Struktur penduduk berdasarkan kelompok umur


Informasi tentang jumlah penduduk untuk kelompok usia tertentu penting
juga diketahui agar pembangunan dapat diarahkan sesuai kebutuhan
penduduk sebagai pelaku pembangunan. Struktur penduduk berdasarkan
kelompok umur dapat juga menggambarkan angka beban ketergantungan
atau beban ekonomi yang harus ditanggung penduduk usia produktif
terhadap penduduk usia tidak produktif (penduduk muda dan tua). Secara
rinci struktur penduduk berdasarkan umur di Kecamatan Pantai Labu dapat
dilihat pada berikut.

Tabel 2. 2 Struktur Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kecamatan


Pantai Labu
No Katagori Laki-laki Perempuan Jumlah
(Tahun) (Jiwa) Persentase
(Jiwa) Jiwa
1 0-14 8.345 7.920 16.265 33,27
2 15-64 15.962 14.754 30.716 62,82
3 >65 898 1. 014 1.912 3,91
Total 25.205 23.688 48.893 100
Sumber : Kecamatan Pantai Labu Dalam Angka Tahun 2016

Struktur penduduk menurut kelompok umur diwilayah kegiatan


berdasarkan tabel di atas menunjukkan komposisi penduduk usia produktif,
dalam artian persentasenya penduduk usia produktif lebih besar (62,82%)
jika dibandingkan dengan penduduk usia muda dan tua (tidak produktif).
Sementara angka ketergantungan penduduk di wilayah Kecamatan Pantai
Labu sebanyak 59,2%, yang bearti tiap 100 penduduk usia produktif
menanggung beban ekonomi sebanyak 59 orang penduduk tidak produktif.

c. Struktur penduduk berdasarkan Agama


Struktur penduduk berdasarkan agama diwilayah studi dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 2. 3 Struktur Penduduk Berdasarkan Agama/Kepercayaannya Di Wilayah
Kecamatan Pantai Labu (Jiwa)
No Desa Islam Protestan Katolik Budha Hindu Jumlah

1 Sei Tuan 290 788 159 - - 1237


2 Tengah 1117 37 - - - 1154
3 Kelambir 2018 392 80 - - 2498
4 Durian 3514 1165 587 - - 5266
5 Kubah Sentang 1349 - - - - 1349
6 Perk.Ramunia 2287 189 56 - - 2532
7 Ramunia II 2368 125 - 62 2555
8 Ramunia I 895 203 6 - - 1104
9 Denai Sr Burung 2606 - - 472 - 3078
10 Denai Lama 2592 - - 115 - 2707
11 Binjai Bakung 1669 - - 101 1770
12 Denai Kuala 1965 298 - 327 2590
13 Paluh Sibaji 4070 - - 119 - 4189
14 Pantai Labu Baru 740 18 - 158 - 916
15 Pantai Labu Pekan 2847 55 - 1803 - 4705
16 Rugemuk 2380 49 - 306 2735
17 Pematang Biara 3775 33 - 375 - 4183
18 Rantau Panjang 2746 - - 187 - 2933
19 Bagan Serdang 1392 - - - - 1392
Total 40.620 3.352 888 4.025 - 48.893
Sumber : Kecamatan Pantai Labu Dalam Angka Tahun 2016

Berdasarkan tabel diatas mayoritas masyarakat di Desa Denai Kuala, Desa


Paluh Sibaji, Desa Pantai Labu, Desa Pantai Labu Pekan, Desa Rugemuk, Desa
Rantau Panjang dan Desa Bagan Sedang menganut ajaran agama Islam,
urutan kedua terbanyak adalah pemeluk agama Budha, diikuti pemeluk
agama Kristen Protestan, sementara di Desa Rantau Panjang dan Bagan
Serdang tidak ada penganut agama Kristen Protestan, dan di Desa Bagan
Serdang tidak ada penganut agama Budha. Penganut ajaran agama lainnya
yakni Katolik dan Hindu tidak ada di enam desa wilayah studi tersebut.

d. Struktur penduduk berdasarkan Latar Belakang Suku/Etnis


Struktur penduduk berdasarkan etnis/suku di wilayah Kecamatan Pantai
Labu dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. 4 Struktur Penduduk Berdasarkan Suku/Etnis Di Wilayah


Kecamatan Pantai Labu (Jiwa)
No Suku Bangsa Jumlah
%
(Jiwa)
1 Melayu 20129 41,2
2 Jawa 15665 32,0
3 Cina/Thionghua 3871 7,9
4 Tapanuli/Toba 3770 7,7
5 Banjar 1765 3,6
6 Simalungun 861 1,8
7 Mandailing 623 1,3
8 Karo 456 0,9
9 Minang 267 0,5
10 Aceh 213 0,4
11 Lainnya* 1273 2,6
Total 48.893 100
Sumber : Kecamatan Pantai Labu Dalam Angka Tahun 2016
Keterangan : *tidak terinformasi etnis/suku yang dimaksud dalam Kecamatan Panta Labu Dalam Angka
Tahun 2016

Berdasarkan data pada tabel diatas diketahui latar belakang etnis/suku


penduduk di Kecamatan Pantai Labu sudah heterogen. Hal ini dapat terlihat
ada beberapa etnis/suku bangsa yang telah bermukim di wilayah tersebut.
Persentase terbesar adalah etnis/suku Melayu sebesar 41,2% , urutan kedua
adalah etnis/suku Jawa sebesar 32%, dan etnis lainnya dengan persentase
yang lebih kecil yakni : etnis Cina/Thionghua sebesar 7,9%, Tapanuli/Toba
sebesar 7,7%, , Banjar sebesar 3,6%, Simalungun sebesar 1,8%, Mandailing
sebesar 1.3%, Karo sebesar 0,9%, Minang sebesar 0,5%, Aceh sebesar 0,4%
dan campuran etnis lainnya sebesar 2,6%.

e. Struktur penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan


Kualitas sumber daya manusia dilihat dari jenjang pendidikan yang telah
ditamatkan oleh penduduk di wilayah studi dilihat dapat dilihat pada tabel
berikut.

Tabel 2. 5 Struktur Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di


Kecamatan Pantai Labu (Jiwa)
No Tingkat Pendidikan Jumlah
%
(Jiwa)
1 Tidak/Belum Tamat SD 19.489 39,9
2 SD 14.402 29,5
3 SLTP 6.861 14,0
4 SLTA 6.285 12,9
5 Diploma I/II 480 1,0
6 Diploma III/Akademi 623 1,3
7 Perguruan Tinggi/DIV 753 1,5
Total 48.893 100
Sumber : Kecamatan Pantai Labu Dalam Angka Tahun 2016

Berdasarkan data pada tabel diatas dapat diketahui sumber daya manusia di
Kecamatan Pantai Labu dilihat dari latar belakang tingkat pendidikan masih
rendah dikarenakan penduduk yang tingkat pendidikan tidak tamat/belum
tamat SD lebih besar persentase nya dibandingkan dengan jenjang
pendidikan lainnya yakni tingkat pendidikan SD hingga perguruan
tinggi/DIV. Dengan demikian kondisi ini harus menjadi perhatian bagi
pemrakarsa kegiatan maupun pemerintah setempat, untuk dapat
meningkatkan kualitas sumber daya manusia di wilayah tersebut.

f. Struktur penduduk berdasarkan mata pencaharian


Gambaran struktur penduduk berdasarkan mata pencaharian diwilayah
Kecamatan Pantai Labu berdasarkan data Kecamatan Pantai Labu Dalam
Angka Tahun 2016 adalah sektor pertanian sub sektor pertanian tanaman
pangan yang didukung dengan sektor perikanan laut yang umumnya digeluti
oleh penduduk pesisir. Komposisi penduduk bermata pencaharian di
Kecamatan Pantai Labu adalah :
1 ). Pertanian tanaman pangan
2 ). Nelayan
3 ). Peternakan
4 ). Pedagang
5 ). Karyawan/PNS/TNI/POLRI
6 ). Industri
7 ). Dan lainnya

2). Kepadatan penduduk


Data kepadatan penduduk dapat menggambarkan daya dukung luas wilayah
terhadap jumlah penduduk. Gambaran kepadatan penduduk di Kecamatan Pantai
Labu dapat dilihat secara rinci pada tabel berikut ini.

Tabel 2. 6 Kepadatan Penduduk, Luas Wilayah dan Jumlah RT Di Kecamatan


Pantai Labu
No Desa Luas Rata-
Jumlah Jumlah
Wilayah Kepadatan Rata
Penduduk Rumah
(km²) (Jiwa/Km²) Anggota
(Jiwa) Tangga
RT
1 Sei Tuan 14,10 1237 86 268 4
2 Tengah 1,20 1154 945 266 4
3 Kelambir 3,92 2498 9576 576 4
4 Durian 11,58 5266 445 1202 4
5 Kubah Sentang 1,28 1349 1033 335 4
6 Perk.Ramunia 8,43 2532 294 625 4
7 Ramunia II 1,33 2555 1881 605 4
8 Ramunia I 3,05 1104 954 227 4
9 Denai Sr Burung 3,13 3078 963 662 4
10 Denai Lama 2,67 2707 991 638 4
11 Binjai Bakung 3,11 1770 552 426 4
12 Denai Kuala 4,50 2590 564 582 4
13 Paluh Sibaji 2,06 4189 1987 920 4
14 Pantai Labu Baru 1,10 916 812 207 4
15 Pantai Labu Pekan 7,02 4705 656 1042 4
16 Rugemuk 3,00 2735 892 685 4
17 Pematang Biara 4,04 4183 1012 951 4
18 Rantau Panjang 4,70 2933 609 671 4
19 Bagan Serdang 1,63 1392 835 338 4
Total 81,85 48.893 584 11.226 4
Sumber : Kecamatan Pantai Labu Dalam Angka Tahun 2016

Berdasarkan data pada tabel diatas diketahui penduduk terpadat berada di Desa
Paluh Sibaji, sebanyak 1.987 jiwa/Km2, tetapi secara keseluruhan kepadatan
penduduk diwilayah Kecamatan Pantai Labu masih sangat baik atau masih dalam
batas toleransi bila dilihat dari nilai kepadatan penduduk menurut Chafid Fandeli
(2004). Nilai kepadatan penduduk menurut Chafid Fandeli (2004), adalah sebagai
berikut :
a. Nilai 1 = nilai kriteria kepadatan penduduk sangat jelek dengan rentang >
20.000 jiwa/ Km².
b. Nilai 2 = nilai kriteria kepadatan penduduk jelek dengan rentang 15.000 –
20.000 jiwa/ Km².
c. Nilai 3 = nilai kriteria kepadatan penduduk sedang dengan rentang 10.000 –
14.999 jiwa/ Km².
d. Nilai 4 = nilai kriteria kepadatan penduduk baik dengan rentang 5.000 – 9.999
jiwa/ Km².

3). Tenaga Kerja


Ketersediaan tenaga kerja diwilayah Kecamatan Pantai Labu dapat juga dilihat
dari basis data struktur penduduk berdasarkan kelompok umur. Berbasis data
penduduk berdasarkan kelompok umur dapat diketahui bahwa ketersediaan
tenaga kerja di Kecamatan Pantai Labu cukup memadai, dikarenakan persentase
penduduk usia produktif lebih besar (62,82%) jika dibandingkan dengan
penduduk usia tidak produktif. Sementara gambaran penduduk usia produktif
yang memiliki pekerjaan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. 7 Penduduk Berusia 15 Tahun keatas yang Bekerja dan yang Masih
Mencari Pekerjaan Di Kecamatan Pantai Labu (Jiwa)
No Jenis Kegiatan Jumlah
(Jiwa) Persentase

1 Angkatan Kerja 21.494


- Bekerja 19.693 91.6
- Mencari Pekerjaan 1.801 8.4
2 Bukan Angkatan Kerja 10.314
Sekolah 3.816 37
-Lainnya 6.498 63
Sumber : Kecamatan Pantai Labu Dalam Angka Tahun 2016

Berdasarkan dari pada tabel diatas diketahui sebanyak 8,4% penduduk usia
produktif/angkatan kerja di Kecamatan Pantai Labu masih mencari pekerjaan.

B. Gambaran Ekonomi (Potensi Ekonomi)


1). Ekonomi Rumah Tangga
a. Tingkat pendapatan
Gambaran tingkat pendapatan masyarakat dapat dilihat dari beberapa indikator
antara lain : tingkat kesejahteraan keluarga yang dikatagorikan pada keluarga pra
sejahtera, sejahtera tahap I dan sejahtera tahap II,III dan III plus, kondisi rumah
yang dikatagorikan permanen, semi permanen dan papan/gubuk, dari jumlah
pendapatan ataupun pengeluaran keluarga dalam satu bulan. Gambaran ekonomi
keluarga dilihat dari basis data tingkat kesejahteraan dapat dilihat pada tabel
berikut.

Tabel 2. 8 Tingkat Kesejahteraan Keluarga Sejahtera Di Kecamatan Pantai


KS III
No Desa Pra KS KS I KS II KS III
Plus
1 Sei Tuan 39 61 115 67 -
2 Tengah 61 73 74 28 -
3 Kelambir 95 194 217 22 -
4 Durian 159 333 586 177 -
5 Kubah Sentang 57 136 80 90 -
6 Perk.Ramunia 10 47 553 36 -
7 Ramunia II 157 29 10 462 -
8 Ramunia I 21 18 198 34 -
9 Denai Sr Burung 145 103 13 574 -
10 Denai Lama 224 69 119 206 -
11 Binjai Bakung 59 90 293 2 -
12 Denai Kuala 209 99 153 27 -
13 Paluh Sibaji 310 46 267 61 -
14 Pantai Labu Baru 50 27 7 178 -
15 Pantai Labu Pekan 169 163 103 523 -
16 Rugemuk 178 235 164 10 -
17 Pematang Biara 263 190 153 374 -
18 Rantau Panjang 96 212 339 30 -
19 Bagan Serdang 69 86 84 129 -
Total 2.371 2.280 3.528 3.030 -
Sumber : Kecamatan Pantai Labu Dalam Angka Tahun 2016

Berdasarkan data pada tabel diatas untuk gambaran tingkat kesejahteraan


keluarga diketahui tingkat kesejahteraan keluarga di Desa Denai Kuala, Paluh
Sibaji, Desa Rugemuk masih berada pada katagori keluarga pra sejahtera berkisar
30 – 45 %, sementara di Desa Pantai Labu Pekan dan Bagan Serdang berkisar 18
%, sementara di Desa Rantau Panjang berkisar 14,1%. Gambaran tingkat
pendapatan bagi masyarakat yakni nelayan akan dilakukan pencarian data
sekunder dari instansi terkait maupun data primer yakni hasil wawancara.

b. Pola Nafkah Ganda


Pola nafkah ganda atau berpartisipasinya ibu rumah membantu mencari nafkah
bagi keluarga, untuk melihat gambaran pola nafkah ganda di wilayah Kecamatan
Pantai Labu akan dilakukan wawancara kepada masyarakat yang menjadi
responden dengan menggunakan kuesioner. Data pola nafkah ganda digunakan
untuk melihat pola partisipasi ibu rumah tangga serta lapangan pekerjaan dan
juga usaha - usaha yang dilakukan untuk meningkatkan perekonomian kelurga.

2). Perekonomian Lokal dan Regional


a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Diprakirakan dampak komponen sosial ekonomi dari kegiatan penambangan
pasir juga akan berdampak terhadap potensi peningkatan pendapatan asli daerah
(PAD) di wilayah kegiatan, yakni PAD Kabupaten Deli Serdang. Potensi ini akan
diperoleh dari retribusi serta pajak-pajak yang akan dibayarkan pemrakarsa.
Gambaran PAD Kabupaten Deli Serdang saat penandatanganan Rancangan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (R.APBD) Deli Serdang Tahun 2017
sebesar Rp 3.497.039.137.164 dengan komposisi belanja tidak langsung sebesar
Rp. 2.016.804.101.219, atau 57,67% dan belanja langsung sebesar Rp
1.480.235.035.945, atau 42,33 %, melalui Rapat Paripurna DPRD diketahui
bahwa pendapatan daerah tahun 2017 diproyeksikan nominalnya sebesar
Rp.3.405.026.538.803, meningkat sebesar Rp. 154.123.072.763 dibanding dengan
tahun 2016 yakni Rp.3.250.903.466.040. Pendapatan Daerah tahun 2017 terdiri
dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp.662.615.775.000 (19,5%), dana
perimbangan diproyeksikan Rp.2.174.505.511.040 (63,9%) dan pendapatan
lain-lain pendapatan daerah yang sah diproyeksikan sebesar Rp.567.905.252.763
(16,7%), dilihat dari persentase pendapatan daerah tersebut PAD baru
berkontribusi sebesar 19,5%, untuk kedepan perlu peningkatan persentase
pendapatan guna kemandirian daerah (https://www.deliserdangkab.go.id).

b. Kapal yang Mendarat dan Hasil Produksi Ikan


Kegiatan penambangan pasir laut diprakirakan akan berdampak turunan
terhadap penurunan produksi ikan di Kabupaten Deli Serdang, kondisi ini
berpotensi timbul dari dampak primer dari rencana kegiatan tersebut yakni
penurunan kualitas air laut. Pada tahun 2016 gambaran hasil produksi ikan serta
banyaknya kapal yang mendarat di wilayah Kecamatan Pantai Labu dapat dilihat
pada tabel berikut.

Tabel 2. 9. Jumlah Produksi Ikan Yang Dihasilkan dari Total Unit Kapal Yang
Mendarat Per Bulan (Ton)
No Bulan Kapal yang
Produksi Ikan
Mendarat
(Ton)
(Unit)
1 Januari 725 34,5
2 Februari 701 36,6
3 Maret 805 41,2
4 April 621 39,6
5 Mei 700 38,8
6 Juni 738 40,5
7 Juli 779 31,1
8 Agustus 731 38,5
9 September 743 38,7
10 Oktober 718 39,9
11 November 737 37,9
12 Desember 742 40,2
Total 8.740 457,5
Sumber : Kecamatan Pantai Labu Dalam Angka Tahun 2016

Berdasarkan data tabel diatas diketahui jumlah produksi ikan terbanyak berada
pada bulan Maret sebanyak 41,2 ton dan Juni sebanyak 40,5 ton dan bulan
Desember sebanyak 40,2 ton. Produksi ikan selama tahun 2016 di Kecamatan
Pantai Labu sebanyak 457,5 Ton. Sementara untuk gambaran perahu/kapal yang
digunakan saat melaut serta alat tangkap yang digunakan oleh nelayan dapat
dilihat pada tabel-tabel berikut berikut.

Tabel 2. 10 Jumlah Perahu/Kapal yang Digunakan Nelayan (Unit)


No Perahu/Kapal yang digunakan Nelayan Jumlah
(unit)
1 Perahu tanpa motor 282
2 Perahu motor s/d 5 GT 332
3 Perahu motor diatas 5 GT 40
Sumber : Kecamatan Pantai Labu Dalam Angka Tahun 2016

Berdasarkan data tabel diatas diketahui kapal ataupun jenis perahu yang paling
banyak digunakan oleh nelayan di Kecamatan Pantai Labu adalah perahu motor
s/d 5 GT sebanyak 332 unit, dan jenis perahu tanpa motor sebanyak 282 unit,
serta perahu motor di atas 5 GT sebanyak 40 unit. Sedangkan alat tangkap yang
paling banyak digunakan oleh nelayan adalah pancing dan jaring klitik, secara
rinci dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. 11 Jumlah Perahu/Kapal yang Digunakan Nelayan (Unit)


Jumlah
No Alat Tangkap yang digunakan Nelayan
(unit)
1 Pukat pantai 9
2 Pukat cincin 12
3 Jaring insang hanyut 172
4 Jaring klitik 353
5 Pancing 479
6 Alat pengumpul kerang 162
Sumber : Kecamatan Pantai Labu Dalam Angka Tahun 2016

Berdasarkan data tabel diatas diketahui alat tangkap yang digunakan oleh nelayan
adalah pukat pantai sebanyak 9 unit, pukat cincin sebanyak 12 unit, jaring insang
hanyut sebanyak 172 unit, jaring klitik sebanyak 353 unit, pancing sebanyak 479
unit dan alat pengumpul kerang sebanyak 162 unit.

3). Gambaran Potensi Budaya


Gambaran rona awal untuk komponen budaya masyarakat yang bermukim di
wilayah studi serta kharakteristik masyarakat nelayan yang ada di wilayah studi
dilakukan dengan metode pengumpulan data primer, yakni dengan wawancara
kepada masyarakat yang menjadi responden, tokoh masyarakat/agama serta
perangkat pemerintah setempat (instansi terkait, camat, lurah beserta
jajarannya). Beberapa gambaran budaya masyarakat serta kharakteristik nelayan
di wilayah studi yang akan dikaji dalam dokumen ANDAL adalah sebagai berikut :
a. Proses asosiatif (kerjasama) dalam masyarakat bermukim diwilayah studi.
b. Defenisi kerja sama dalam studi ini adalah : gambaran masih terjalinnya
kerja sama dalam masyarakat yang ada di wilayah studi.
c. Proses disosiatif (konflik sosial) atau bentuk keresahan masyarakat yang
terjadi di wilayah studi.
d. Pola-pola yang dilakukan oleh masyarakat dalam mengatasi konflik sosial
yang terjadi.
e. Terkait dengan kharakteristik nelayan, yang akan dikaji adalah :
(1) Bagaimana teknik atau cara nelayan menangkap ikan dan alat
tangkap yang digunakan.
(2) Hasil tangkapan/produksi ikan serta jenis ikan yang diperoleh.
(3) Kisaran harga jual hasil tangkapan (Ikan, Udang, Kepiting serta hasil
laut lainnya).
(4) Mata rantai penjualan hasil tangkapan.
(5) Frekuensi, lama melaut dalam satu trip melaut.
(6) Kepemilikan sarana produksi (pelapisan sosial yang terjadi terkait
kepemilikan sarana produksi.
(7) Penghasilan rata-rata nelayan per bulan per pergi melaut.
(8) Kesempatan kerja (lapangan pekerjaan) yang tersedia bagi
Perempuan khususnya Ibu Rumah Tangga dan juga bagi pemuda
setempat.
f. Kepemimpinan formal dan informal
Data mengenai kepemimpinan formal dan informal dibutuhkan untuk
mengetahui tokoh-tokoh kunci dalam masyarakat.
g. Dinamika sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana usaha dan/atau
kegiatan, bertujuan untuk melihat dukungan ataupun bentuk kekhawatiran
masyarakat terhadap rencana kegiatan.

2.2.1.2. Komponen Kesehatan Masyarakat


Uraian mengenai rona lingkungan hidup awal untuk komponen aspek kesehatan
masyarakat untuk rencana kegiatan Penambangan Pasir Laut di Kecamatan Pantai Labu,
Kabupaten Deli Serdang mengacu pada informasi yang diperlukan untuk penyusunan
rona lingkungan hidup awal. Komponen kesehatan masyarakat mengacu pada
Keputusan Kepala Bapedal Nomor 124/12/1997 tentang Panduan Kajian Aspek
Kesehatan Masyarakat dalam Penyusunan AMDAL.
Data kesehatan masyarakat diperoleh dari Kecamatan Pantai Labu dalam Angka 2016,
dan Profil Kesehatan Kabupaten Deli Serdang 2015.
A. Jenis Penyakit
Jenis penyakit merupakan salah satu bagian penting untuk dapat melihat pola penyakit
yang terjadi diKabupaten Deli Serdang. Pada tabel dibawah menunjukkan bahwa
penyakit ISPA atas menjadi penyakit nomor satu yang ada di Kabupaten Deli Serdang.

Tabel 2. 12. Jumlah 10 Jenis Penyakit Terbesar di Kabupaten Deli Serdang


No Jenis Penyakit Jumlah
1 ISPA 31.623
2 Infeksi peyakit usus 10.160
3 Diare 8.506
4 Penyakit lain pada saluran pernafsan atas 7.428
5 Penyakit kulit alergi 4.476
6 Penyakit kulit infeksi 4.237
No Jenis Penyakit Jumlah
7 Tonsilitis 3.232
8 Asma 2.926
9 Penyakit kulit karena jamur 2.864
10 Disentri 2.405
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang 2015

B. Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan sangat dibutuhkan bagi masyarakat dalam upaya promotif, preventif
dan kuratif. Sarana kesehatan ini dapat dijangkau oleh semua masyarakat yang berada
di Kecamatan Pantai Labu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2. 13. Sarana Kesehatan di Kecamatan Pantai Labu


No Fasilitas Kesehatan Jumlah
1 Praktik Dokter 2
2 Praktik Bidan 22
3 Puskesmas 1
4 Poliklinik 2
5 Posyandu 43
6 Poskesdes 11
7 Polindes 3
8 Posbindu 1
9 Desa Siaga 19
Sumber: Kecamatan Pantai Labu Dalam Angka 2016
Profil Kesehatan Kabupaten Deli Serdang 2015

Fasilitas kesehatan di Kecamatan Pantai Labu terdiri dari dua unit praktik dokter, dua
puluh dua unit praktik bidan, satu unit puskesmas, dua unit poliklinik, empat puluh tiga
unit posyandu, sebelas unit poskesdes, tiga unit polindes, satu unit posbindu, dan
sembilan belas unit desa siaga.

C. Tenaga Kesehatan
Sarana kesehatan ditunjang oleh tenaga kesehatan yang memadai. Berikut tabel jumlah
tenaga kesehatan di Puskesmas Pantai Labu, Kecamatan Pantai Labu.

Tabel 2. 14 Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Pantai Labu


No Keterangan Jumlah
1 Dokter umum 3
2 Dokter gigi 2
3 Perawat 6
4 Bidan 36
5 Nutrisionis 2
6 Kesehatan Lingkungan 2
Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, 2015
Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Pantai Labu, Kecamatan Pantai Labu terdiri dari
tiga orang dokter umum, dua orang dokter gigi, enam orang perawat, tiga puluh enam
orang bidan, dua orang nutrisionis dan dua orang kesehatan lingkungan.

D. Sanitasi Lingkungan
Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan
terhadap perbagai faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan
manusia. Untuk itu sanitasi lingkungan menjadi hal yang penting dalam aspek kesehatan
masyarakat.
Berdasarkan observasi awal kondisi fisik dari pemukiman penduduk yang terletak
disekitar kegiatan terbuat dari bangunan permanen dan semi permanen, untuk
pengelolaan sampah dan kebersihan sekitar masih ada lingkungan yang tidak tertata
dengan baik. Masih terlihat sampah berserakan dijalan-jalan maupun didalam gang.
Untuk kegiatan sehari-hari masyarakat secara umum sudah memiliki sarana sendiri
yang letaknya didalam dan diluar rumah. Untuk data sanitasi lingkungan dapat dilihat
pada penjelasan dibawah ini.

a. Rumah Sehat
Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan yaitu
rumah yang memiliki jamban sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah,
sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang cukup, kepadatan hunian rumah
yang sesuai dan lantai rumah tidak terbuat dari tanah. Berikut data kondisi rumah di
Kecamatan Pantai Labu.
Tabel 2. 15 Data Rumah Sehat Tahun 2015
Jumlah Seluruh
No Kecamatan Rumah Sehat %
Rumah
1 Pantai Labu 11.002 10.866 98,76
Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, 2015

Jumlah rumah di Kecamatan Pantai Labu sebanyak 11.002 unit, rumah sehat sebesar
98,76% atau berjumlah 10.866 unit.

b. Air Bersih
Air yang bersih adalah air yang memenuhi sesuai kesehatan baik kualitas maupun
kuantitas. Untuk mendapatkan sumber air yang benar-benar sehat/bersih maka selain
menjaga air itu sendiri, maka tidak kalah pentingnya adalah menjaga kebersihan
darimana sumber air tersebut berasal.
Tabel 2. 16. Data Rumah Tangga Pemakai Air Bersih Tahun 2015
Memenuhi Syarat
Jumlah
Jumlah Jumlah
No Jenis Sumber Air Bersih Penduduk Jumlah
Sarana % Penduduk %
Pengguna sarana
Pengguna
Jumlah Penduduk: 48.887 jiwa
1 Sumur Gali Terlindung 7.011 42,159 3.812 54,37 15.248 36,16
2 Sumur Bor dengan Pompa 1.342 5.368 710 52,90 2.840 52,91
3 PDAM, BPPSPAM 340 1.360 200 58,82 800 58,82
Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, 2015

Jumlah penduduk Kecamatan Pantai Labu sebanyak 48.887 jiwa, jumlah masyarakat
yang menggunakan sumur gali terlindung yang memenuhi syarat sebagai air bersih
berjumlah 15.248 jiwa dengan jumlah sarana sebanyak 3.812 unit, jumlah masyarakat
yang menggunakan sumur bor dengan pompa yang memenuhi syarat sebagai air bersih
sebanyak 2.840 jiwa dengan jumlah sarana sebanyak 710 unit, dan jumlah masyarakat
yang menggunakan PDAM dan BPPSPAM (Badan Pendukung Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum) yang memenuhi syarat sebagai air bersih sebanyak 800 jiwa
dengan jumlah sarana sebanyak 200 unit.

c. Sanitasi Dasar
Sarana sanitasi dasar meliputi jamban, tempat sampah dan pengelolaan air limbah,
didalam pembuatannya harus memenuhi syarat-syarat kesehatan antara lain
menggunakan tangki septik, menggunakan penutup dan mempunyai saluran
pembuangan dan lain sebagainya. Buruknya sanitasi dasar dapat merupakan salah satu
media/faktor yang dapat menyebabkan timbulnya berbagai penyakit.
Beberapa penyakit yang ditimbulkan akibat sanitasi yang kurang sehat, antara lain:
diare, demam berdarah, disentri, hepatitis A, kolera, thipus, cacingan. Berikut ini adalah
gambaran kondisi sanitasi dasar di lokasi studi.

Tabel 2. 17 Data Jamban Tahun 2015


Memenuhi Syarat
Jumlah
Jenis Sarana Jumlah
No Penduduk Jumlah
Jamban Sarana Jumlah
Pengguna % Penduduk %
sarana
Pengguna
Jumlah Penduduk: 48.887 jiwa
1 Leher Angsa 11.360 47.614 9.087 79,99 27.261 57,25
2 Cemplung 246 1.273 87 35,37 261 20,50
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, 2015

Masyarakat Kecamatan Pantai Labu yang menggunakan jamban leher angsa yang
memenuhi syarat sebanyak 27.261 jiwa dengan jumlah sarana sehat sebesar 9.087 unit,
dan masyarakat menggunakan jamban cemplung yang memenuhi syarat kesehatan
berjumlah 261 jiwa dengan jumlah sarana memenuhi syarat sebesar 87 unit.

d. Sarana Pembuangan Air Limbah Domestik


Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic waste water), yaitu air limbah
yang berasal dari pemukiman penduduk. Air limbah ini dapat dikelompokkan ke dalam
2 (dua) bagian yaitu:
1 ). Air bekas yang berasal dari bak lantai cuci piring atau peralatan rumah tangga, air
bekas cuci pakaian dan kamar mandi.
2 ). Lumpur tinja yang berasal dari jamban atau WC.

Sistem saluran yang digunakan pada sanitasi dapat dibedakan menjadi sistem saluran
terbuka dan sistem saluran tertutup. Untuk air hujan dan air kotoran lainya dapat
menggunakan sistem ganda yang memisahkan antara air hujan dan air kotoran lainya.
Saluran sanitasi bisa di dalam tanah atau dipermukaan tanah sesuai denan kebutuhan
dan kondisi lingkungan yang ada. Sistem perpipaan, sebagai salah satu sistem saluran
sanitasi, harus memenuhi syarat tertentu untuk dapat memenuhi kebutuhanya. Ia harus
kedap air, awet, tahan air, serta tidak mengandung zat yang dapat mencemari air bila
digunakan pada saluran air bersih. Bahan saluran atau bahan pipa dapat berupa pipa
beton, pipa keramik (tanah), pipa keramik dengan lapisan tembikar. Bahan-bahan itu
biasanya digunakan unuk saluran kota. Adapula jenis pipa dari besi cor, baja, plastik
(polyetylen/PE, polypropylen/PVC), asbes semen (eternit), dan pipa timah. Pipa jenis
ini biasanya digunakan untuk instalasi di dalam gedung atau rumah.

E. Status Gizi
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang
diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Kelompok usia yang rentan
masalah gizi antara lain usia balita :
- Bayi (usia kurang 1 tahun)
- Anak usia 1 sampai kurang 2 tahun.
- Anak prasekolah usia 2 sampai kurang 6 tahun.

Tabel 2. 18 Data Jumlah dan Status Gizi Balita di Kecamatan Pantai Labu
No Kecamatan Status Gizi (Jumlah)
Jumlah Balita Gizi Kurang Gizi Buruk
1 Pantai Labu 5.970 7 -
Sumber Data : Profil Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, 2015
Berdasarkan data di atas, jumlah Balita di Kecamatan Pantai Labu sebanyak 5.970 balita,
dengan 7 balita dengan gizi kurang dan tidak ada balita yang menderita gizi buruk.

2.2.1. Kegiatan Yang Ada Disekitar


Berdasarkan undang-undang nomor 5 tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam
hayati dan ekosistemnya dan keputusan presiden nomor 32 tahun 1990 tentang
pengelolaan kawasan lindung, maka dilokasi kegiatan tidak terdapat kawasan lindung
sebagai daerah sensitif, namun demikian ada beberapa daerah/kawasan yang perlu
mendapat perhatian yaitu:
1. Kawasan penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan lokal kecamatan Pantai Labu.
Kegiatan penangkapan ikan tersebut dilakukan dengan menggunakan alat tangkap
aktif yang berpindah-pindah mengikuti migrasi ikan dan alat tangkap pasif. Disekitar
lokasi rencana kegiatan merupakan bagian dari daerah penangkapan ikan nelayan
lokal. Alat tangkap yang digunakan oleh nelayan pantai labu tersebut antara lain
pancing, payang, trammel net, bubu, purse seine. Perahu motor yang digunakan
dominan ≤ 5GT dengan mesin penggerak 5,5 pk s/d 30 pk. Kegiatan aktivitas nelayan
(lokasi rumpon) masyarakat yang terdekat dengan lokasi penambangan berada pada
jarak ±1,1 mil atau ±1,78 km ke arah tenggara. Rencana kegiatan PT.Argo Mandala
Perdana terkait kegiatan pengrukan pasir laut yang menimbulkan dampak pada
komponen fisik kimia biologi dan transportasi seperti penurunan kualitas air laut,
biota perairan dan gangguan lalulintas nelayan dapat mempengaruhi /menganggu
kegiatan-kegiatan eksisting yang dijelaskan diatas.
2. Jaringan kabel bawah laut yang merupakan kabel telekomunikasi untuk
menghubungkan pulau-pulau dinusantara dan juga kabel telekomunikasi antar
Negara. Jarak batas terluar dari wilayah izin konsesi yang dimiliki pemrakarsa dengan
batas wilayah aman kabel laut adalah 500 m. Jarak antara lokasi terluar konsesi
dengan kabel laut yang ada adalah ± 1 km. Rencana kegiatan penambangan pasir laut
PT.Argo Mandala Perdana terkait pergerakan kapal pada saat eksploitasi apabila tidak
dilakukan sesuai SOP dan keluar dari area yang diijinkan maka berpotensi
mempengaruhi/menganggu keberadaan kabel laut eksisting.
3. Hutan Manggrove terdekat berjarak 5,9 Mil laut dari lokasi kegiatan disepanjang
pantai yang berada Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara.
Rencana kegiatan penambangan pasir laut PT.Argo Mandala Perdana akan
menyebabkan perubahan pola arus dan gelombang yang apabila perubahan tersebut
sampai ke bibir pantai maka akan menyebabkan perubahan garis pantai sehingga
mengganggu habitat mangrove eksisting. Berdasarkan hasil simulasi, perubahan
gelombang yang terjadi akibat kegiatan PT.Argo Mandala Perdana tidak
mempengaruhi garis pantai eksisting, sehingga dapat disimpulkan tidak
mempengaruhi habitat maggrove eksisting.
4. Kawasan pariwisata yang merupakan kawasan wisata laut dan pantai yaitu kawasan
wisata Putra Deli di desa Denai Kuala, Kawasan wisata Serambi Deli di desa Paluh
Sibaji dan pantai demi indah di Desa Rugemuk. Rencana kegiatan penambangan pasir
laut PT.Argo Mandala Perdana akan menyebabkan perubahan pola arus dan
gelombang yang apabila perubahan tersebut sampai ke bibir pantai maka akan
menyebabkan perubahan garis pantai sehingga mengganggu kegiatan/kawasan
pariwisata eksisting disekitar garis pantai. Berdasarkan hasil simulasi, perubahan
gelombang yang terjadi akibat kegiatan PT.Argo Mandala Perdana tidak
mempengaruhi garis pantai eksisting, sehingga dapat disimpulkan tidak
mempengaruhi kegiatan/kawasan pariwisata eksisting disekitar garis pantai.
5. Alur pelayaran terdekat yang berada di sekitar lokasi penambangan adalah alur
pelayaran umum yang berjarak ± 6,1 mil dari lokasi kegiatan penambangan. Alur
pelayaran ini nantinya akan digunakan oleh kapal keruk TSHD sebagai jalur
pengangkutan material hasil tambang menuju lokasi dumping area. Rencana kegiatan
PT.Argo Mandala Perdana khususnya kegiatan transportasi hasil eksploitasi menuju
dumping area apabila tidak dikelola dengan baik / tidak mengacu kepada SIKK yang
diterbitkan oleh Syahbandar terkait jalur transportasi kapal maka berpotensi
mengganggu lalulintas pada jalur pelayaran umum.
6. Rencana kegiatan penambangan pasir laut lainya antara lain :
a. Sebelah Selatan lokasi kegiatan yaitu PT. Berkah Alam Karimum dengan luas
955,9 Ha dan jarak 3,452 mil dari bibir pantai
b. Sebelah Selatan lokasi kegiatan yaitu PT. QPH Cipta Selaras dengan luas 919,4 Ha
dan jarak 2,242 dari bibir pantai
c. Sebelah Selatan lokasi kegiatan yaitu PT. Pandu Kastulistiwa dengan luas 425,6
Ha dan jarak 2,117 mil dari bibir pantai
d. Sebelah Tenggara lokasi kegiatan yaitu PT. IDEE Murni Pratama dengan luas
773,1 dan jarak 7,51 mil dari bibir pantai
e. Sebelah Timur lokasi kegiatan yaitu PT. Pandu Paramitra dengan luas 677,2 Ha
dan jarak 6,269 mil dari bibir pantai
Dari inventaris rencana kegiatan-kegiatan penambangan pasir laut lainnya maka
dapat disimpulkan lokasi kegiatan PT.Argo Mandala Perdana tidak tumpang tindih
dengan lokasi rencana kegiatan-kegiatan penambangan pasir laut lainnya diatas.
Kegiatan yang ada disekitar lokasi Kegiatan Penambangan Pasir Laut PT.Argo Mandala Perdana
tersebut diatas tentunya sudah memberikan dampak lingkungan sebelumnya.
Komponen Lingkungan Terkena Kriteria Evaluasi Dikaji
Sumber Dampak Dampak Dampak Potensial dalam Keterangan/Alasan
Penerima Dampak 1 2 3 4 ANDAL
I. TAHAP PRA-OPERASI
1. Pengurusan Perizinan Sosial Budaya Sikap dan T Y Y T Ya 1 ). Beban dampak sikap dan persepsi negatif dari
Persepsi masyarakat tidak tinggi apabila pemrakarsa memiliki
Masyarakat izin dalam kegiatan pertambangan, dalam rencana
(nelayan) usaha dan/atau kegiatan penambangan pasir laut
yang akan di prakarsai oleh PT Argo Mandala Perdana
telah memiliki izin WIUP dan izin eksplorasi. Dengan
demikian diprakirakan beban sikap dan persepsi
negatif dari masyarakat tidak tinggi terkait kegiatan
perizinan.
2 ). Dampak sikap dan persepsi masyarakat memegang
peranan penting, dikarenakan dari sikap dan persepsi
negatif yang muncul dari masyarakat akan
menghambat jalannya kegiatan pada tahap
selanjutnya dan secera kumulatif bila tidak dikelola
akan berdampak turunan munculnya konflik sosial.
3 ). Kekhawatiran dari masyarakat terkait kegiatan
perizinan telah dapat dilihat dari hasil pelaksanaan
kegiatan sosialisasi. Penyusunan Amdal yang telah
dilakukan, dimana masyarakat mengharapkan
pelaksanaan kegiatan penambangan pasir harus
sesuai dengan peraturan dan kebijakan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah.
4 ). Diprakirakan tidak ada aturan /kebijakan yang
terlampaui dalam pengurusan perizinan dikarenakan
pemrakasra kegiatan akan mengurus semua
perizinan untuk pelaksanaan kegiatan.
Persepsi positif dan sikap masyarakat terhadap suatu
rencana usaha dan/atau kegiataan penambangan pasir laut
akan terbentuk dari ketaatan pihak pemrakarsa untuk
memenuhi kewajiban dalam melaksanakan suatu kegiatan,
salah satunya adalah lengkapnya perizinan yang dimiliki
oleh pemrakarsa tersebut. Terbentuknya persepsi positif
dari masyarakat akan meminimalisir konflik antara
Komponen Lingkungan Terkena Kriteria Evaluasi Dikaji
Sumber Dampak Dampak Dampak Potensial dalam Keterangan/Alasan
Penerima Dampak 1 2 3 4 ANDAL
pemrakarsa dengan masyarakat. Dengan demikian dampak
sikap dan persepsi masyarakat dapat dikatagorikan dampak
penting hipotetik.

2. Sosialisasi Rencana Sosial Budaya Sikap dan T Y Y T Ya 1 ). Kegiatan sosialisasi rencana kegiatan akan memberikan
Kegiatan Persepsi pemahaman dan pengetahuan kepada masyarakat
Masyarakat khususnya bagi masyarakat yang diprakirakan terkena
(Nelayan) dampak langsung, sehingga tidak menimbulkan beban
yang tinggi terhadap dampak sikap dan persepsi negatif
dari masyarakat terhadap rencana kegiatan.
2 ). Dampak sikap dan persepsi masyarakat memegang
peranan penting, dikarenakan sikap dan persepsi
negatif dari masyarakat akan menghambat jalannya
kegiatan pada tahap selanjutnya dan secera kumulatif
bila tidak dikelola akan berdampak turunan munculnya
konflik sosial.
3 ). Pada saat dilakukannya kegiatan sosialisasi akan
muncul kekhawatiran dari masyarakat terhadap
rencana usaha dan/atau kegiatan hal ini terlihat dari
kekhawatiran-kekhawatiran yang disampaikan oleh
masyarakat dari hasil kegiatan sosialisasi penyusunan
AMDAL yang telah dilakukan.
4 ). Diprakirakan tidak ada aturan /kebijakan yang
terlampaui terkait kegiatan sosialisasi rencana usaha
dan/atau kegiatan.
Dampak sikap dan persepsi negatif akan terbentuk apabila
kegiatan sosialisasi rencana kegiatan tidak dilakukan dan
kekhawatiran – kekhawatiran dari masyarakat telah timbul
dari hasil kegiatan sosialisasi penyusunan Amdal. Apabila
kekhawatiran dari masyarakat terhadap rencana kegiatan
Komponen Lingkungan Terkena Kriteria Evaluasi Dikaji
Sumber Dampak Dampak Dampak Potensial dalam Keterangan/Alasan
Penerima Dampak 1 2 3 4 ANDAL
tidak dapat dikelola dengan baik oleh pemrakarsa maka
akan timbul sikap dan persepsi negatif dari masyarakat, dan
akan ber potensi menimbulkan konflik sosial. Dengan
demikian dampak sikap dan persepsi masyarakat dapat
dikatagorikan dampak penting hipotetik.
3. Survey Hidrooseanografi Sosial Budaya Sikap dan T T T T Tidak 1) Kegiatan survey tidak mempengaruhi persepsi dan sikap
Persepsi masyarakat, hal ini dikarenakan kegiatan tersebut hanya
Masyarakat berlangsung singkat dan pelaksanaan kegiatan survey
(Nelayan) tidak berinteraksi secara terus menerus dengan
masyarakat.
2) Kegiatan survey tidak tidak menimbilkan sikap dan
persepsi negatif dari masyarakat dikarenakan kegiatan
tersebut hanya berlangsung singkat.
3) Pelaksanaan kegiatan survey tidak menimbulkan
kekhawatiran dari masyarakat dikarenakan pelaksanaan
kegiatan tersebut hanya berlangsung singkat dan hanya
bersifat penelitian.
4) Diprakirakan tidak ada aturan dan kebijakan yang
terlampaui dalam pelaksanaan kegiatan survey,
dikarenakan kegiatan tersebut hanya berlangsung
singkat dan hanya bersifat penelitian.
Kegiatan survey dilakukan dalam waktu yang singkat dan
dari kegiatan survey tersebut diprakirakan tidak signifikan
terjadinya penurunan kualitas lingkungan disekitar lokasi
rencana kegiatan, Dengan demikian dampak sikap dan
persepsi masyarakat dari kegiatan survey tersebut dapat
dikatagorikan tidak dampak penting hipotetik.
Komponen Lingkungan Terkena Kriteria Evaluasi Dikaji
Sumber Dampak Dampak Dampak Potensial dalam Keterangan/Alasan
Penerima Dampak 1 2 3 4 ANDAL
4. Pengadaan Kapal Sosial Budaya Sikap dan Y Y Y Y Ya 1) Keberadaan kapal keruk dan peralatan kerja dapat
Persepsi menimbulkan sikap dan persepsi negatif dari
Masyarakat masyarakat apabila masyarakat tidak mengetahui milik
(Nelayan) siapa kapal keruk serta maksud dan tujuan adanya
kapal keruk tersebut diwilayah perairan disekitar
lokasi kegiatan, oleh sebab itu harus dilakukan
sosialisasi terlebih dahulu terkait akan dilakukannya
pengadaan kapal keruk dan peralatan kerja untuk
pelaksanaan rencana kegiatan.
2) Dampak sikap dan persepsi masyarakat memegang
peranan penting, hal ini apabila muncul persepsi negatif
dari masyarakat akan menghambat jalannya kegiatan
pada tahap selanjutnya dan secera kumulatif bila tidak
dikelola akan berdampak turunan munculnya konflik
sosial.
3) Kekhawatiran dari masyarakat akan muncul dari
kegiatan pengadaan kapal keruk dan peralatan kerja
apabila pelaksanaan kegiatan tersebut tidak sesuai
dengan peraturan dan kebijakan yang telah ditetapkan.
4) Diprakirakan tidak ada aturan dan kebijakan yang
terlampaui dalam pelaksanaan pengadaan kapal keruk
dan peralatan kerja dikarenakan pemrakarsa akan
mengurus izin dan memenuhi ketentuan peraturan dan
kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah
dalam pelaksanaan kegiatan pengadaan kapal keruk
dan peralatan kerja.
Dampak kegiatan pengadaan kapal keruk dan peralatan
kerja dapat menimbulkan dampak sikap dan persepsi
masyarakat, untuk itu sebelum dilakukannya pengadaan
kapal keruk dan peralatan kerja sangat dibutuhkan
dilakukannya terlebih dahulu kegiatan sosialisasi kepada
masyarakat (nelayan) serta aparat setempat, sehingga
masyarakat mengetahui adanya kapal keruk yang akan
dioperasikan di perairan Kecamatan Pantai Labu. Dengan
demikian akan meminimalisir sikap dan persepsi negatif
Komponen Lingkungan Terkena Kriteria Evaluasi Dikaji
Sumber Dampak Dampak Dampak Potensial dalam Keterangan/Alasan
Penerima Dampak 1 2 3 4 ANDAL
dari masyarakat. Dengan demikian dampak sikap dan
persepsi masyarakat dapat dikatagorikan dampak penting
hipotetik.

Penambangan Pasir Laut Sosial Ekonomi Tingkat Y Y Y T Ya 1) Dampak perubahan tingkat pendapatan masyarakat
Pendapatan dalam hal ini nelayan merupakan dampak turunan
Nelayan apabila pelaksanaan kegiatan penambangan pasir laut
menimbulkan penurunan kualitas air laut disekitar lokasi
kegiatan dan perairan sekitarnya. Pada saat ini beban
tingkat pendapatan nelayan sudah tinggi dikarenakan
banyaknya kapal pukat yang beroperasi diwilayah
perairan Pantai Labu, hal ini diketahui dari hasil
pelaksanaan kegiatan sosialisasi penyusunan Amdal.
2) Tingkat pendapatan masyarakat memegang peranan
penting dikarenakan mempengaruhi tingkat
kesejahteraan masyarakat dan kondisi ekonomi bagi
masyarakat yang terkena dampak.
3) Ada kehhawatiran dari masyarakat khususnya nelayan
apabila pelaksanaan kegiatan ini berdampak terhadap
pendapatan nelayan, dan dari hasil sosialisasi
penyusunan Amdal masyarakat mewajibkan
dilaksanakannya kegiatan CSR.
4) Diprakirakan tidak ada aturan dan kebijakan yang
terlampaui dalam pelaksanaan kegiatan penambangan
pasir dan transportasi hasil penambangan dikarenakan
pemrakarsa kegiatan akan mematuhi secara teknis
Komponen Lingkungan Terkena Kriteria Evaluasi Dikaji
Sumber Dampak Dampak Dampak Potensial dalam Keterangan/Alasan
Penerima Dampak 1 2 3 4 ANDAL
aturan penambangan pasir dan memilih kapal yang dapat
meminimalisir dampak penurunan kualitas air laut dari
pelaksanaan kegiatan penambangan.
Dampak tingkat pendapatan nelayan merupakan dampak
turunan dari dampak penurunan kualitas air laut antara lain
kekeruhan serta terganggunya daerah tangkapan ikan
nelayan. Dampak tingkat pendapatan nelayan dilihat dari
jumlah tangkapan nelayan dalam 1 hari melaut. Dampak
tingkat pendapatan nelayan ini akan mempengaruhi tingkat
kesejahteraan nelayan. Dengan demikian dampak tingkat
pendapatan nelayan dapat dikatagorikan dampak penting
hipotetik.
Sosial Ekonomi Peningkatan PAD Y Y T T Ya 1) Pada tahun 2017 konstribusi PAD Kabupaten Deli
Serdang tahun 2016 masih 19,5%.
2) Pendapatan Asli Daerah (PAD) memegang peranan
penting untuk meningkatan dan modal pembangunan.
3) Ada kekhawatiran yang muncul pelaksanaan kegiatan
penambangan pasir diwilayah perairan Pantai Labu
tidak dapat menambah penerimaan pendapatan asli
daerah Kabupaten Deli Serdang,
4) Diprakirakan tidak ada aturan dan kebijakan yang
terlampaui terkait PAD dikarenakan pemrakarsa
kegiatan akan mematuhi semua ketentuan terkait
retribusi yang ditetapkan untuk pelaksanaan kegiatan
penambangan pasir laut,.
Retribusi dan pajak yang akan ditetakan dengan adanya
kegiatan pengerukan pasir diprakirakan akan menambah
penerimaan PAD bagi pemerintah Kabupaten Deli Serdang
khususnya dan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara secara
umum. Penambahan penerimaan PAD merupakan
penambahan modal untuk melakukan pembangunan
diwilayah tersebut. Dengan demikian dampak peningkatan
PAD dapat dikatagorikan dampak penting hipotetik.
Komponen Lingkungan Terkena Kriteria Evaluasi Dikaji
Sumber Dampak Dampak Dampak Potensial dalam Keterangan/Alasan
Penerima Dampak 1 2 3 4 ANDAL
Sosial Budaya Sikap dan Y Y Y T Ya 1) Dampak sikap dan persepsi masyarakat terhadap
Persepsi pelaksanaan kegiatan penambangan merupakan
Masyarakat dampak turunan dari dampak primer yang
(Nelayan) diprakirakan timbul antara lain Gangguan Stabilitas
Pantai (Abrasi) dan penurunan kualitas air laut, dari
hasil sosialisasi penyusunan Amdal diketahui sikap dan
persepsi masyarakat tidak akan mendukung kegiatan
penambangan apabila damapak negatif tidak dapat
dikelola dan diminimalisir.
2) Dampak sikap dan persepsi masyarakat memegang
peranan penting, dikarenakan apabila muncul persepsi
negatif dari masyarakat akan menghambat jalannya
kegiatan pada tahap selanjutnya dan secera kumulatif
bila tidak dikelola akan berdampak turunan munculnya
konflik sosial.
3) Kekhawatiran dari masyarakat terhadap pelaksanaan
kegiatan penambangan telah terlihat dari hasil
sosialisasi penyusunan studi Amdal, kekhawatiran yang
diungkapkan oleh masyarakat antara lain : semakin
terjadinya Gangguan Stabilitas Pantai (Abrasi),
hilangnya mangrove dibibir pantai, pelaksanaan
kegiatan tidak sesuai dengan peraturan dan perundang-
undangan yang berlaku, komitmen CSR tidak
terealisasi.
4) Diprakirakan tidak ada aturan dan kebijakan yang
terlampaui dalam pelaksanaan penambangan pasir laut
dan transportasi hasil penambangan dikarenakan
pemrakarsa akan memenuhi ketentuan peraturan dan
kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah
dalam pelaksanaan kegiatan.

Dampak sikap dan persepsi masyarakat merupakan dampak


turunan yang akan timbul dari dampak langsung/primer yang
bersumber dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap
operasi, apabila pemrakarsa tidak melakukan pengelolaan
Komponen Lingkungan Terkena Kriteria Evaluasi Dikaji
Sumber Dampak Dampak Dampak Potensial dalam Keterangan/Alasan
Penerima Dampak 1 2 3 4 ANDAL
terhadap dampak primer tersebut maka akan timbul sikap
dan persepsi negatif dari masyarakat terhadap kegiatan
penambangan pasir laut diwilayah perairan mereka. sehingga
ada kecenderungan penolakan dari masyarakat, hal ini akan
dapat menjadi sumber konflik dan menghambat kelancaran
rencana kegiatan. Dengan demikian dampak sikap dan
persepsi masyarakat dapat dikatagorikan dampak penting
hipotetik
Sosial Budaya Konflik Sosial T Y Y T Ya 1) Apabila terjadi dampak konflik sosial akan merusak
tatanan kehidupan sosial masyarakat diwilayah
kegiatan, dengan demikian beban terhadap lingkungan
akan tinggi.
2) Dampak konflik sosial akan menghambat jalannya
kegiatan pada tahap selanjutnya dan akan merusak
tatanan sosial masyarakat setempat.
3) Apabila kegiatan penambangan pasir laut tidak
dikelola ada kekhawatiran dari masyarakat terhadap
kegiatan tersebut yang secara kumulatif akan
menimbulkan konflik sosial.
4) Diprakirakan tidak ada aturan dan kebijakan yang
terlampaui dalam pelaksanaan penambangan pasir laut
dan transportasi hasil penambangan dikarenakan
pemrakarsa akan memenuhi ketentuan peraturan dan
kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah
dalam pelaksanaan kegiatan.
Konflik sosial yang timbul dari kegiatan penambangan pasir
laut dapat merusak tatanan kehidupan sosial masyarakat
diwilayah kegiatan. Dengan demikian dampak konflik sosial
dapat dikatagorikan dampak Penting Hipotetik
Kesehatan Pola Penyakit Y Y Y T Ya Dampak pola penyakit merupakan dampak turunan dari
Masyarakat dampak sosial ekonomi dan budaya, dimana terjadinya
penurunan pendapatan sehingga dapat mengganggu kondisi
ekonomi. Hasil evaluasi adalah sebagai berikut:
Komponen Lingkungan Terkena Kriteria Evaluasi Dikaji
Sumber Dampak Dampak Dampak Potensial dalam Keterangan/Alasan
Penerima Dampak 1 2 3 4 ANDAL
1. Dampak pola penyakit sudah cukup tinggi karena
kurangnya sanitasi di pemukiman nelayan.
2. Pola penyakit memegang peranan penting dalam
kehidupan sehari-hari.
3. Kekhawatiran akan terhadap terjadinya pola penyakit
akibat adanya dampak-dampak sosekbud cukup tinggi.
4. Belum ada peraturan yang dilanggar.
Dengan demikian dampak pola penyakit dikategorikan
dampak penting hipotetik.
Transportasi Hasil Sosial Budaya Sikap dan T T T T T 1) Beban dampak dan persepsi masyarakat terhadap
Penambangan Pasir Laut Masyarakat kegiatan transportasi hasil penambangan pasir laut
(Nelayan) tidak tinggi dikarenakan aktifitas pengangkutan hasil
penambangan pasir laut dilakukan sebanyak 2 rit/hari
dan penentuan jalur akan di tentukan oleh Kementerian
Perikanan dan Kelautan .
2) Dampak sikap dan persepsi masyarakat memegang
peranan penting, tetapi dikarenakan kegiatan
transportasi hasil penambangan pasir laut hanya
dilakukan sebanyak 2 rit/hari dengan jalur yang telah
ditentukan oleh Kementerian Perikanan dan Kelautan
maka diprakirakan tidak akan timbul persepsi negatif
dari masyarakat (khususnya nelayan).
3) Dikarenakan transportasi hasil penambangan pasir laut
hanya dilakukan sebanyak 2 rit/hari dengan jalur yang
telah ditentukan oleh Kementerian Perikanan dan
Kelautan diprakirakan tidak ada kekhawatiran dari
masyarakat.
4) Diprakirakan tidak ada aturan dan kebijakan yang
terlampaui dalam pelaksanaan kegiatan transportasi
hasil penambangan pasir laut dikarenakan pemrakarsa
akan memenuhi ketentuan peraturan dan kebijakan
yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Berdasarkan alasan tersebut dampak sikap dan persepsi
masyarakat bukan Dampak Penting Hipotetik.
Komponen Lingkungan Terkena Kriteria Evaluasi Dikaji
Sumber Dampak Dampak Dampak Potensial dalam Keterangan/Alasan
Penerima Dampak 1 2 3 4 ANDAL
a. CSR Sosial Budaya Sikap dan Y Y Y T Ya 1) Hasil dari kegiatan sosialisasi penyusunan Amdal telah
Masyarakat tergambar sikap dan persepsi masyarakat terhadap
(nelayan) pelaksanaan kegiatan penambangan, yakni masyarakat
cenderung tidak setuju apabila dalam pelaksanaan
kegiatan tersebut kegiatan CSR tidak dapat
direalisasikan oleh Pemrakarsa.
2) Dampak sikap dan persepsi masyarakat memegang
peranan penting, dikarenakan apabila muncul persepsi
negatif dari masyarakat akan menghambat jalannya
kegiatan pada tahap selanjutnya dan secera kumulatif
bila tidak dikelola akan berdampak turunan munculnya
konflik sosial.
3) Ada kekahwatiran dari masyarakat dilihat dari hasil
sosialisasi bahwa kegiatan CSR tidak terealisasi saat
pelaksanaan kegiatan penambangan pasir laut
dilakukan dan masyarakat tidak dapat merasakan
manfaat positif dari pelaksanaan kegiatan.
4) Diprakirakan tidak ada aturan dan kebijakan yang
terlampaui dalam pelaksanaan kegiatan CSR
dikarenakan pemrakarsa akan memenuhi ketentuan
peraturan dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah terkait pelaksanaan kegiatan CSR dalam
pelaksanaan kegiatan penambangan pasir laut.
Dampak persepsi dan sikap masyarakat merupakan dampak
yang akan timbul dari kegiatan tanggung jawab sosial
(Corporate Sosial Responsibility). Kegiatan ini bertujuan agar
masyarakat khususnya nelayan dapat merasakan manfaat
positif dari rencana kegiatan dan membantu pemerintah
setempat untuk peningkatan taraf kesejahteraan
masyarakat. Dengan adanya kegiatan CSR ini diharapkan
dampak sikap dan persepsi masyarakat (nelayan) terhadap
kegiatan penambangan pasir laut akan positif, sehingga
dapat meminimalisir konflik sosial dalam masyarakat.
Komponen Lingkungan Terkena Kriteria Evaluasi Dikaji
Sumber Dampak Dampak Dampak Potensial dalam Keterangan/Alasan
Penerima Dampak 1 2 3 4 ANDAL
Dengan demikian dampak sikap dan persepsi masyarakat
dapat dikatagorikan dampak Penting Hipotetik.
III. TAHAP PASCA OPERASI
5. Demobilisasi Sosial Budaya Sikap dan Y Y Y T Ya 1) Hasil dari kegiatan sosialisasi penyusunan Amdal telah
Peralatan Kerja Persepsi tergambar sikap dan persepsi masyarakat terhadap
Masyarakat pelaksanaan kegiatan penambangan, yakni masyarakat
(nelayan) cenderung tidak setuju apabila dalam pelaksanaan
kegiatan pemrakarsa tidak dapat memulihkan kondisi
perairan setelah dilakukan kegiatan penambangan.
2) Dampak sikap dan persepsi masyarakat memegang
peranan penting apabila kegiatan demobilisasi dan
peralatan kerja tidak dilakukan sesuai ketentuan yang
berlaku akan meninggalkan pengetahuan dan
pengalaman buruk dimasyarakat dan kedepannya
masyarakat akan memberikan penilaian negatif
terhadap pemrakarsa kegiatan.
3) Ada kekahwatiran dari masyarakat khususnya nelayan
yakni masih banyaknya peralatan kerja yang tidak
dibersihkan di lokasi kegiatan, dikarenakan akan
berkelanjutan menimbulkan penurunan kualitas air
laut.
4) Diprakirakan tidak ada aturan dan kebijakan yang
terlampaui dalam pelaksanaan kegiatan demobilisasi
peralatan kerja dikarenakan pemrakarsa akan
memenuhi ketentuan peraturan dan kebijakan yang
telah ditetapkan oleh pemerintah terkait pelaksanaan
kegiatan tersebut.

Dampak sikap dan persepsi masyarakat (nelayan)


diprakirakan akan positif apabila pemrakarsa melakukan
pengelolaan terhadap kegiatan demobilisasi peralatan kerja,
Dengan demikian dampak sikap dan persepsi masyarakat
dapat dikatagorikan dampak penting hipotetik.
Komponen Lingkungan Terkena Kriteria Evaluasi Dikaji
Sumber Dampak Dampak Dampak Potensial dalam Keterangan/Alasan
Penerima Dampak 1 2 3 4 ANDAL
6. 5)
BAB 3 KA

3.1.1.1. Demografi, Sosial Ekonomi, dan Sosial Budaya


Mengacu kepada Keputusan Kepala Bapedal Nomor 299/11/1996 Tentang Pedoman
Teknis Kajian Aspek Sosial dalam Penyusunan AMDAL, data sekunder aspek sosial
ekonomi dan budaya meliputi :
A. Demografi
Demografi meliputi struktur penduduk yaitu struktur penduduk menurut, jenis
kelamin, umur,agama, latar belakang etnis/suku, kepadatan penduduk,struktur
penduduk berdasarkan mata pencaharian dan tenaga kerja meliputi tingkat
partisipasi angkatan kerja (penduduk yang memiliki perkerjaan dan yang tidak
memiliki pekerjaan (angka pengangguran). Data ini diperoleh dari Badan Pusat
Statistik (BPS), Profil Desa–Desa diwilayah studi yakni Desa Denai Kuala,
Paluh Sibaji, Pantai Labu Pekan, dan Desa Rugemuk KecamatanPantai Labu.
B. Sosial Ekonomi
Sosial ekonomi meliputi : ekonomi rumah tangga meliputi tingkat pendapatan
masyarakat antara lain katagori keluarga pra sejahtera, sejahtera tahap I,
sejahtera tahap II,III dan III plus, data Upah Minimum Kabupaten Deli
Serdang, perekonomian lokal dan regional meliputi penerimaan PAD
Kabupaten Deli Serdang.Data ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS),
Profil Desa – Desa diwilayah studi yakni Desa Denai Kuala, Paluh Sibaji,
Pantai Labu Pekan, dan Desa Rugemuk KecamatanPantai Labu dan instansi
pemerintah terkait.
C. Sosial Budaya
Sosial budaya meliputi pranata sosial kelembagaan masyarakat meliputi
kelembagaan masyarakat bidang ekonomi, bidang pendidikan, agama, sosial
dan keluarga, latar belakang etnis/suka masyarakat. Data ini diperoleh dari
profil desa diwilayah studi yakni Desa Denai Kuala, Paluh Sibaji, Pantai Labu
Pekan, dan Desa Rugemuk Kecamatan Pantai Labu.
Analisis data sekunder dilakukan secara deskriptif.
3.1.1.2. Kesehatan Masyarakat
Aspek kesehatan Masyarakat dalam penyusunan dokumen Kerangka Acuan ini
mengacu kepada keputusan Kepala Bapedal Nomor 124/12/1997 Tentang Pedoman
Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam penyusunan AMDAL. Aspek Kesehatan
masyarakat meliputi: Kondisi Sanitasi Lingkungan, Status Kesehatan Penduduk, 10
jenis penyakit utama, Karakteristik epidemiologis penduduk, Akses dan jangkauan
pelayanan kesehatan yang ada, Vektor penyakit, Status gizi. Data ini diperoleh dari
Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang, Dinas Kesehatan Kabupaten Deli
Serdang dan Puskesmas Pantai Labu.
3.1.2.1. Komponen Sosial ekonomi dan Budaya
A. Tingkat Pendapatan Nelayan
a. Metode Pengumpulan Data
Data primer : metode wawancara, yakni pengumpulan data pada sejumlah
responden melalui wawancara, dengan instrumen kuesioner, wawancara
mendalam dengan aparat pemerintah setempat, tokoh masyarakat setempat atau
orang-orang yang dianggap mengetahui tentang kondisi masyarakat setempat,
dengan alat bantu pedoman pertanyaan.

b. Metode Analisis Data


Metode analisis data dilakukan secara deskriptif.

B. Sikap dan Persepsi Masyarakat


Sikap dan persepsi masyarakat yang akan ditelaah adalah : pengetahuan atau
persespsi masyarakat terhadap proses sosial diwilayah mereka, antara lain persepsi
tentang kerja sama dan konflik yang pernah terjadi dalam masyarakat, keaktifan
masyarakat dalam kegiatan kelembagaan masyarakat, kekuasaan dan kewenangan
meliputi kepemimpinan formal dan informal, dan sikap dan persepsi masyarakat
terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan pengerukan pasir laut.
a. Metode Pengumpulan Data
Data primer : metode wawancara, yakni pengumpulan data pada sejumlah
responden melalui wawancara, dengan instrumen kuesioner, wawancara
mendalam dengan aparat pejabat setempat, tokoh masyarakat setempat atau
orang-orang yang dianggap mengetahui kondisi tentang kondisi masyarakat
setempat, dengan alat bantu pedoman pertanyaan.
b. Metode Analisis Data
Metode analisis data dilakukan secara deskriptif.

C. Konflik Sosial
1 ). Metode Pengumpulan Data
Data primer : metode wawancara, yakni pengumpulan data pada sejumlah
responden melalui wawancara, dengan instrumen kuesioner dan wawancara
mendalam dengan aparat pejabat setempat, tokoh masyarakat setempat atau
orang-orang yang dianggap mengetahui kondisi tentang kondisi masyarakat
setempat, dengan alat bantu pedoman pertanyaan.

2 ). Metode Analisis Data


Metode analisis data dilakukan secara deskriptif.

Lokasi Studi, Populasi dan Jumlah Responden


Lokasi studi dalam penyusunan studi AMDAL rencana kegiatan penambangan
pasir laut ini difokuskan pada desa-desa yang diprakirakan terkena dampak
langsung dan berada dibibir pantai dari rencana kegiatan yakni Desa Denai Kuala,
Paluh Sibaji, Pantai Labu Pekan, dan Desa Rugemuk Kecamatan Pantai Labu.

Populasi dan Sampel


Dalam rencana usaha dan/atau kegiatan penambangan pasir laut ini diprakirakan
manusia yang signifikan terkena dampak adalah masyarakat yang bermata
pencaharian sebagai nelayan beserta anggota keluarganya serta masyarakat
lainnnya yang bermukim di Kecamatan Pantai Labu dikarenakan wilayah tersebut
diprakirakan akan terkena perubahan lingkungan dari kegiatan penambangan pasir
tersebut. Dengan demikian populasi dalam studi ini adalah seluruh masyarakat
yang bermukim di desa-desa yang terkena dampak langsung dari rencana kegiatan
penambangan pasir laut yakni penduduk yang bermukim di Denai Kuala, Paluh
Sibaji, Pantai Labu Pekan, Desa Rugemuk, Bagan Serdang dan Rantau
PanjangKecamatan Pantai Labu dan diprioritaskan dan difokuskan adalah
penduduk yang bermata pencaharian sebagai nelayan. Dengan demikian jumlah
populasi dalam studi sebanyak : 4238 rumah tangga/KK. Pengambilan jumlah
responden menggunakan metode persamaan Slovin, dengan rumusan sebagai
berikut :
𝑁
𝑛=
1 + (𝑁𝑒 2 )
Keterangan N = total populasi n = jumlah sampel/responden
e = toleransi terjadinya galat (taraf signifikansi/taraf keyakinan = 5%)
dari rumus diatas dapat dihitung jumlah sampel penelitian, sebagai berikut “
n=4.238/(1+4.238(0,05)²)
n=4.238/(1+4.238(0,0025))
n=4.238/(1+10,595)
n=4.238/11,595
n = 365.5 dibulatkan menjadi 366. Didapat jumlah sampel penelitian sebanyak
366 Rumah Tangga/KK.

Dengan penyebaran responden tiap desa dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3. 1. Jumlah Populasi dan Penyebaran Responden Tiap Lingkungan Pemukiman


Masyarakat yang Diprakirakan Terkena Dampak
No Desa Jumlah Jumlah Responden dan
RT/KK Penyebaran Responden Tiap
Lingkungan
n= jumlah RT tiap desa : jumlah
populasi x Jumlah
sampel/responden
1 Denai Kuala 582 50
2 Paluh Sibaji 920 79
3 Pantai Labu Pekan 1042 90
4 Rugemuk 685 59
5 Rantau Panjang 671 58
6 Bagan Serdang 338 30
Total Populasi 4.238
Total sampel/
Responden 366
Sumber : Konsultan, 2017

Besar jumlah sampel yang diambil juga mempertimbangkan waktu dan sumber
daya yang ada pada saat penyusunan dokumen ini dilakukan. Sedangkan teknik
penarikan sampling dilakukan secara purposive atau penarikan sampel bertujuan,
yakni kepada rumah tangga/masyarakat yang diprakirakan akan terkena dampak
langsung dari rencana kegiatan yakni masyarakat yang bermata pencaharian
sebagai nelayan, dan beberapa kriteria yang ditetapkan yakni : responden telah
bermukim di wilayah tersebut selama ± 3 tahun. Unit analisis dalam studi ini
adalah rumah tangga, dengan kriteria 1 rumah tangga akan diambil perwakilan 1
orang yakni bapak/ibu (kepala keluarga) ataupun anggota keluarga lainnya yang
telah berusia 18 tahun untuk dipilih menjadi responden.

3.1.2.2. Komponen Kesehatan Masyarakat


1) Pola Penyakit
a. Metode Pengumpulan Data
Informasi yang diperlukan untuk kajian vektor penyakit dan angka kesakitan
mengacu kepada Keputusan Kepala Bapedal Nomor 124/12/1997 tentang
Panduan Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Penyusunan AMDAL. Dimana
dalam panduan tersebut menetapkan aspek yang dikaji antara lain :
1) Kondisi Sanitasi Lingkungan
2) Status Kesehatan Penduduk
3) 10 jenis penyakit utama
4) Karakteristik epidemiologis penduduk
5) Akses dan jangkauan pelayanan kesehatan yang ada
6) Vektor penyakit
7) Status gizi masyarakat

Selain itu diperlukan juga data tentang rencana kegiatan konstruksi dan
operasional yang akan mengakibatkan perubahan dalam kesehatan masyarakat.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara survei enumerasi menggunakan
daftar isian (kuesioner), wawancara, diskusi, dan pertemuan dengan narasumber.
Penentuan responden dan informasi dipilih dengan cara purposive sampling
dengan mempertimbangkan kepadatan dan konsentrasi penduduk, serta jarak
pemukiman dengan kegiatan proyek. Berdasarkan hasil pelingkupan, lokasi
pengambilan data primer tersebut dilakukan di Desa Denai Kuala, desa Paluh Sibaji,
Desa Pantai Labu Pekan, Desa Rugemuk, Desa Rantau Panjang, dan Desa Bagan
Serdang, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang.
Berikut jumlah populasi sampel:

Tabel 3. 2. Populasi Penelitian


No Desa Penelitian Jumlah KK
1 Denai Kuala 582
2 Paluh Sibaji 920
3 Pantai Labu Pekan 1.042
4 Rugemuk 685
5 Rantau Panjang 671
6 Bagan Serdang 338
No Desa Penelitian Jumlah KK
JUMLAH 4.238
Sumber: Kecamatan Pantai Labu Dalam Angka 2016
Besaran sample dihitung dengan menggunakan rumus Slovin, sebagai berikut:
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁(𝑑 2 )
Keterangan:
n : Jumlah Sampel
N : Populasi
d² : Presisi, adalah 5% atau 0,05

dari rumus diatas dapat dihitung jumlah sampel penelitian, sebagai berikut:
4.238
𝑛=
1 + 4.238(0,05)²
4.238
𝑛=
1 + 4.238(0,0025)
4.238
𝑛=
1 + 10,595
4.238
𝑛=
11,595
n = 365.5 dibulatkan menjadi 366

Didapat jumlah sampel penelitian adalah 366. Ketepatan jumlah sample perdesa
penelitian dapat dijabarkan seperti dibawah ini:

Tabel 3. 3. Jumlah sampel per desa penelitian


No Desa Penelitian Jumlah KK Jumlah Sampel per-
desa
1 Denai Kuala 582 582/4.238x366=50
2 Paluh Sibaji 920 920/4.238x366=79
3 Pantai Labu Pekan 1.042 1.042/4.238x366=90
4 Rugemuk 685 685/4.238x366=59
5 Rantau Panjang 671 671/4.238x366=58
6 Bagann Serdang 338 338/4.238x366=30
JUMLAH 4.238 366

b. Metode Analisis Data


Analisis data kesehatan masyarakat dilakukan dengan pendekatan deskriptif
kualitatif serta tabulasi sederhana. Data sekunder dianalisis secara deskriptif, yaitu
dengan menafsirkan hasil-hasil perhitungan yang telah ditabulasikan (tabulasi
frekuensi).
Data primer yang bersifat kuantitatif diperlakukan seperti data sekunder,
sedangkan data primer yang bersifat kualitatif dianalisis dengan metode informal
deskriptif dan bila dipandang perlu dilakukan analisis secara analogi dengan
fenomena yang mirip terjadi di daerah lain yang pernah diteliti. Dalam hal ini
digunakan metode penilaian ahli (professional judgement), bila tidak dijumpai baku
mutu tertentu untuk membanding suatu hasil temuan lapangan secara kualitatif.
Pendekatan epidemiologi juga dapat dilakukan dalam rangka menentukan
penyebab penyakit dan pola penyebarannya meliputi aspek: karakteristik manusia
yang berisiko, karakteristik tempat/daerah yang mungkin terkena dampak dan
karakteristik waktu dampak itu terjadi.
3.2.1.1. Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya
(1). Tingkat Pendapatan Nelayan
Dampak tingkat pendapatan nelayan merupakan dampak turunan dari dampak
penurunan kualitas air laut antara lain kekeruhan serta terganggunya daerah
tangkapan ikan nelayan. Dampak tingkat pendapatan nelayan dilihat dari jumlah
tangkapan nelayan dalam 1 hari melaut. Prakiraan besaran dampak tingkat
pendapatan nelayan dilakukan dengan membandingkan jumlah tangkapan
nelayan sebelum dan sesudah rencana usaha dan/atau kegiatan pengerukan pasir
dan juga menggunakan metode analogi yakni melihat fenomena yang mirip
terjadi di daerah lain yang pernah diteliti.

Tabel 3. 4. Kriteria Penentuan Besaran Dampak Peningkatan Pendapatan Masyarakat

No Kriteria Besaran Dampak Kriteria Penilaian


Tidak ada perubahan tangkapan nelayan dalam
1 hari tangkapan atau tidak terjadi penurunan
pendapatan nelayan pada saat kegiatan
1 Bukan dampak besar
penambangan pasir laut dilakukan dilihat dari
pendapatan sebelum dilakukannya kegiatan
penambangan pasir laut.
Tidak ada perubahan tangkapan nelayan dalam
1 hari tangkapan atau tidak terjadi penurunan
pendapatan nelayan pada saat kegiatan
2 Dampak besar
penambangan pasir laut dilakukan dilihat dari
pendapatan sebelum dilakukannya kegiatan
penambangan pasir laut.
Sumber : Tim studi Amdal, 2017

(2). Peningkatan PAD


Prakiraan besaran dampak peningkatan PAD dilakukan dengan menggunakan
metode matematis,yakni perhitungan besaran persentasi retribusi atau pajak-
pajak dari rencana usaha dan/atau kegiatan pengerukan dibandingkan dengan
penerimaan PAD Kabuapten Deli Serdang Tahun 2016.
Tabel 3. 5. Kriteria Penentuan Besaran Dampak Peningkatan PAD

No Kriteria Besaran Dampak Kriteria Penilaian


Prakiraan peningkatan PAD Kabupaten Deli
Serdang, dengan adanya rencana usaha
1 Bukan dampak besar
dan/atau kegiatan penambangan pasir laut
berkisar ≤ 5 %.
Prakiraan peningkatan PAD Kabupaten Deli
Serdang dengan adanya rencana usaha
2 Dampak besar
dan/atau kegiatan penambangan pasir laut
berkisar ≥ 5 %.
Sumber : Tim studi Amdal, 2017

(3). Sikap dan Persepsi Masyarakat


Dampak sikap dan persepsi masyarakat merupakan dampak turunan, dari dampak
langsung/primer dan sekunder yang timbul terhadap komponen lingkungan fisiki,
kimia, biologi dan sosial dari rencana usaha dan/atau kegiatan pengerukan
pasir.Metode prakiraan besaran dampaksikap dan persepsi masyarakat dilakukan
dengan metode analogi yakni dengan melihat kecenderungan sikap dan persepsi
masyarakat di suatu daerah yang ada kegiatan sejenis dan juga dengan melihat
hasil wawancara yang dilakukan dengan masyarakat yang menjadi responden.

Tabel 3. 6. Kriteria Penentuan Besaran Dampak Sikap dan Persepsi Masyarakat

No Kriteria Besaran Dampak Kriteria Penilaian


Persentase sikap dan persepsi positif dari
masyarakat terhadap rencana kegiatan
1 Bukan dampak besar
penambangan pasir laut lebih besar jika
dibandingkan sikap dan persepsi negatif.
Persentase sikap dan persepsi positif dari
masyarakat terhadap rencana kegiatan
2 Dampak besar
penambangan pasir laut lebih kecil (sedikit) jika
dibandingkan sikap dan persepsi negatif.
Sumber : Tim studi Amdal, 2017

(4). Konflik Sosial


Dampak konflik sosial merupakan dampak turunan dari dampak sikap dan
persepsi masyarakat yang mengarah pada trend negatif terhadap rencana usaha
dan/atau kegiatan pengerukan pasir, dalam hal ini difokuskan pada masyarakat
yang bermata pencaharian sebagai nelayan. Metode prakiraan besaran dampak
konflik sosial dilakukan dengan metode analogi, yakni dengan melihat
kecenderungan potensi timbulnya konflik sosial di suatu daerah yang ada
kegiatan sejenis dan juga melihat hasil wawancara yang dilakukan kepada
masyarakat yang menjadi responden.

Tabel 3. 7. Kriteria Penentuan Besaran Dampak Sikap dan Perspsi Masyarakat

No Kriteria Besaran Dampak Kriteria Penilaian


Tidak terjadi konflik sosial dalam masyarakat
1 Bukan dampak besar dikarenakan rencana usaha dan/atau kegiatan
penambangan pasir laut.
Terjadi konflik sosial dalam masyarakat
2 Dampak besar dikarenakan rencana usaha dan/atau kegiatan
penambangan pasir laut.
Sumber : Tim Studi Amdal, 2017

3.2.1.2. Komponen Kesehatan Masyarakat


1). Pola Penyakit
Analisis kesehatan masyarakat dilakukan dengan metode penilaian ahli (professional
judgement). Bila dipandang perlu dan memungkinkan juga dilakukan analisis secara
analogi dengan fenomena yang mirip terjadi di daerah lain yang pernah diteliti.
Beberapa metoda yang dapat dipergunakan untuk prakiraan dampak kesehatan
masyarakat yang berkaitan dengan perubahan lingkungan antara lain adalah:
perkiraan perluasan habitat vektor penyakit, analisis risiko kualitatif dan kuantitatif,
analisis jalur pemajanan di masa depan, analisis risiko epidomiologis (absolute risk,
attributable, dan relative risk).

Tabel 3. 8. Kriteria Penentuan Besaran Dampak TerhadapPola Penyakit

No Kriteria Besaran Dampak Kriteria Penilaian


1 Bukan dampak besar Tidak berubah/sama dengan sebelum adanya kegiatan
2 Dampak besar Terjadi peningkatan dan/atau perubahan Pola Penyakit
Sumber : Tim studi Amdal, 2017

3.2.1. Sifat Penting Dampak


Sifat penting dampak ditetapkan dengan berpedoman pada Undang-undang No. 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan dan Keputusan Kepala Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan No. 56 Tahun 1994 tentang Pedoman Mengenai
Dampak Penting.

Tabel 3. 9. Kriteria Penentuan Sifat Penting Dampak


No Kriteria Sifat Penting Dampak Kriteria Penilaian Sifat Penting Dampak
 Jumlah manusia yang akan terkena dampak
menjadi penting bila manusia di wilayah studi
1 Jumlah manusia yang akan ANDAL yang terkena dampak lingkungan
terkena dampak tetapi tidak menikmati manfaat dari usaha
atau kegiatan, jumlahnya sama atau lebih
besar dari jumlah manusia yang menikmati
manfaat dari usaha atau kegiatan di wilayah
studi
 Manfaat dari usaha atau kegiatan adalah
manusia yang secara langsung menikmati
produk suatu rencana usaha atau kegiatan
dan/atau yang diserap secara langsung
sebagai tenaga kerja pada rencana usaha atau
kegiatan
Luas wilayah persebaran dampak menjadi
Luas wilayah penyebaran
2 penting bila rencana usaha atau kegiatan
dampak
mengakibatkan adanya wilayah yang
mengalami perubahan mendasar dari segi
intensitas dampak, atau tidak berbaliknya
dampak, atau segi kumulatif dampak
Lamanya dampak berlangsung menjadi penting
3 Lamanya dampak berlangsung bila rencana usaha atau kegiatan
mengakibatkan timbulnya perubahan
mendasar dari segi intensitas dampak atau
tidak berbaliknya dampak, atau segi kumulatif
dampak yang berlangsung hanya pada satu atau
lebih tahapan kegiatan.
Intensitas dampak menjadi penting bila :
 Rencana usaha atau kegiatan akan
4 Intensitas dampak
menyebabkan perubahan pada sifat-sifat fisik
dan/atau hayati lingkungan yang melampaui
baku mutu lingkungan menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
 Rencana usaha atau kegiatan akan
menyebabkan perubahan mendasar pada
komponen lingkungan yang melampaui
kriteria yang diakui berdasarkan
pertimbangan ilmiah;
 Rencana usaha atau kegiatan akan
mengakibatkan spesies-spesies yang langka
dan/atau endemik, dan/atau dilindungi
menurut peraturan perundang-undangan
yang berlaku terancam punah, atau habitat
alaminya mengalami kerusakan.
 Rencana usaha atau kegiatan menimbulkan
kerusakan atau gangguan terhadap kawasan
lindung (hutan lindung, cagar alam, taman
nasional, suaka margasatwa, dan sebagainya)
yang telah ditetapkan menurut peraturan
perundang-undangan;
 Rencana usaha atau kegiatan akan merusak
atau memusnahkan benda-benda dan
No Kriteria Sifat Penting Dampak Kriteria Penilaian Sifat Penting Dampak
bangunan peninggalan sejarah yang bernilai
tinggi;
 Rencana usaha atau kegiatan akan
mengakibatkan konflik atau kontroversi
dengan masyarakat, pemerintah, daerah, atau
pemerintah pusat, dan/atau menimbulkan
konflik atau kontroversi di kalangan
masyarakat, pemerintah daerah atau
pemerintah pusat;
 Rencana usaha atau kegiatan mengubah atau
memodifikasi areal yang mempunyai nilai
keindahan alami yang tinggi.
Banyaknya komponen lingkungan hidup lain
Banyaknya komponen
5 yang akan terkena dampak menjadi penting bila
lingkungan hidup lain yang
rencana usaha atau kegiatan menimbulkan
akan terkena dampak
dampak sekunder dan dampak lanjutan lainnya,
yang jumlah komponennya lebih atau sama
dengan komponen lingkungan yang terkena
dampak primer.
Sifat kumulatif dampak menjadi penting bila :
 Dampak lingkungan berlangsung berulang
6 Sifat kumulatif dampak kali dan terus menerus, sehingga pada kurun
waktu tertentu tidak dapat diasimilasi oleh
lingkungan alam atau sosial yang
menerimanya;
 Beragam dampak lingkungan bertumpuk
dalam suatu ruang tertentu, sehingga tidak
dapat diasimilasi oleh lingkungan alam atau
sosial yang menerimanya;
 Dampak lingkungan dari berbagai sumber
kegiatan menimbulkan efek yang saling
memperkuat (sinergetik).
Berbalik atau tidak berbaliknya Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
7
dampak menjadi penting bila perubahan yang akan
dialami oleh suatu komponen lingkungan tidak
dapat dipulihkan kembali walaupun dengan
intervensi manusia.
Sumber : KepKa Bapedal No. 56 Tahun 1994
Data Informasi Yang Relevan Metode Pengumpulan Metode Analisis Data Metode
No DPH Metode Prakiraan Dampak
dan Dibutuhkan Data Utk Prakiraan Utk Prakiraan Evaluasi
8. Tingkat Dampak tingkat pendapatan nelayan merupakan Data tingkat pendapatan atau a) Data Sekunder : Metode analisis data Metode
Pendapatan dampak turunan dari dampak penurunan kualitas air pengeluaran nelayan/rumah Data ini diperoleh dilakukan secara deskriptif
Nelayan laut antara lain kekeruhan serta terganggunya daerah tangga dalam satu bulan, atau dari Badan Pusat deskriptif.
tangkapan ikan nelayan. Dampak tingkat pendapatan data tangkapan nelayan dalam 1 Statistik yakni dari
nelayan dilihat dari jumlah tangkapan nelayan dalam hari tangkapan, katagori Buku Kecamatan
1 hari melaut. Prakiraan besaran dampak tingkat keluarga pra sejahtera, sejahtera Pantai Labu Dalam
pendapatan nelayan dilakukan dengan tahap I, sejahtera tahap II,III dan Angka dan data
membandingkan jumlah tangkapan nelayan sebelum III plus, data Upah Minimum profil desa.
dan sesudah rencana usaha dan/atau kegiatan Kabupaten Deli Serdang. b) Data primer : Data
pengerukan pasir dan juga menggunakan metode primer : diperoleh
analogi yakni melihat fenomena yang mirip terjadi di melalui survey
daerah lain yang pernah diteliti. dengan metode
wawancara
menggunakan alat
bantu kuesioner,
dan deep
interviewdengan
alat bantu pedoman
pertanyaan.
9. Potensi Prakiraan besaran dampak peningkatan PAD Pendapatan Asli Daerah (PAD) a) Data Sekunder : Metode analisis data Metode
Peningkatan dilakukan dengan menggunakan metode matematis, Kabupaten Deli Serdang Tahun Data ini diperoleh dilakukan secara deskriptif
PAD yakni perhitungan besaran persentasi retribusi atau 2016 dan jenis retribusi dan dari Dinas deskriptif.
pajak-pajak dari rencana usaha dan/atau kegiatan pajak dari rencana usaha Pendapatan Daerah
pengerukan dibandingkan dengan penerimaan PAD dan/atau kegiatan penambangan Kabupaten Deli
Kabuapten Deliserdang Tahun 2013. pasir laut. Serdang dan
instansi terkait serta
peraturan daerah
terkait rencana
usaha dan/atau
kegiatan
penambangan pasir
laut
10. Sikap dan Dampak sikap dan persepsi masyarakat merupakan Sikap dan persepsi a) Data Sekunder : Metode analisis data Metode
Persepsi dampak turunan, dari dampak langsung/primer dan masyarakat yang akan Diperoleh dari data dilakukan secara deskriptif
Masyarakat sekunder yang timbul terhadap komponen ditelaah adalah : pengetahuan BPSdan Profil Desa deskriptif.
lingkungan fisik kimia, biologi dan sosial dari atau persepsi masyarakat Denai Kuala, Paluh
Data Informasi Yang Relevan Metode Pengumpulan Metode Analisis Data Metode
No DPH Metode Prakiraan Dampak
dan Dibutuhkan Data Utk Prakiraan Utk Prakiraan Evaluasi
rencana usaha dan/atau kegiatan pengerukan terhadap proses sosial Sibaji, Rugemuk,
pasir.Metode prakiraan besaran dampak sikap dan diwilayah mereka, antara lain Pantai Labu Pekan,
persepsi masyarakat dilakukan dengan metode persepsi tentang kerja sama Rantau Panjang dan
analogi yakni dengan melihat kecenderungan sikap dan konflik yang pernah Bagan Serdang.
dan persepsi masyarakat di suatu daerah yang ada terjadi dalam masyarakat, b) Data primer :
kegiatan sejenis dan juga dengan melihat hasil keaktifan masyarakat dalam diperoleh melalui
wawancara yang dilakukan dengan masyarakat yang kegiatan kelembagaan survey dengan
menjadi responden. masyarakat, kekuasaan dan metode wawancara
kewenangan meliputi menggunakan alat
kepemimpinan formal dan bantu kuesioner,
informal, sikap dan persepsi dan deep
masyarakat terhadap rencana interviewdengan
usaha dan/atau kegiatan alat bantu pedoman
penambangan pasir laut. pertanyaan.
11. Konflik Sosial Dampak konflik sosial merupakan dampak Konflik sosial yang pernah a) Data primer : Metode analisis data Metode
turunandari dampak sikap dan persepsi masyarakat terjadi dalam masyarakat. diperoleh melalui dilakukan secara deskriptif
yang mengarah pada trend negatif terhadap rencana survey dengan deskriptif.
usaha dan/atau kegiatan pengerukan pasir, dalam hal metode wawancara
ini difokuskan pada masyarakat yang bermata menggunakan alat
pencaharian sebagai nelayan.Metode prakiraan bantu kuesioner,
besaran dampak konflik sosial dilakukan dengan dan deep
metode analogi, yakni dengan melihat interviewdengan
kecenderungan potensi timbulnya konflik sosial di alat bantu pedoman
suatu daerah yang ada kegiatan sejenis dan juga pertanyaan.
melihat hasil wawancara yang dilakukan kepada
masyarakat yang menjadi responden.
13. Pola Penyakit Pola penyakit adalah dampak turunan dari sosial a. Kondisi sanitasi lingkungan Pengumpulan data Metode analisis dengan Metode Matrik
ekonomi dan budaya. b. Status kesehatan dengan wawancara menggunakan tabulasi dan Evaluasi
Menggunakan metode pedekatan epidemiologi masyarakat menggunakan kuisioner deskriptif. Dampak Penting
c. Sepuluh jenis penyakit dan data sekunder dari Metode analisa
utama Kecamatan Pantai Labu pendekatan epidemiologi
d. Karakteristik epidemiologis dalam Angka 2016, dan lingkungan
penduduk Profil Kesehatan
e. Akses dan jangkauan Kabupaten Deli Serdang
pelayanan kesehatan 2015
f. Vektor penyakit
Data Informasi Yang Relevan Metode Pengumpulan Metode Analisis Data Metode
No DPH Metode Prakiraan Dampak
dan Dibutuhkan Data Utk Prakiraan Utk Prakiraan Evaluasi
g. Status gizi
c)

Anda mungkin juga menyukai