Anda di halaman 1dari 32

Mata Kuliah Pembentuk Kepribadian

BAHASA INDONESIA

Juhana Sakmal
UPT MKU
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
Juli-Desember 2020
KALIMAT EFEKTIF
BAHASA INDONESIA
• Referensi:
1. Hasan Alwi, dkk., Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia, (Jakarta; Balai Pustaka, 2003), hh.
311-418.
2. Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Diksi Insan Mulia, 2005), :
hh. 125-164.
CPMK DAN TUJUAN PEMBELAJARAN

• Capaian Pembelajaran Mata Kuliah:


Mahasiswa memahami kriteria dan dapat mengembangkan kalimat efektif.
• Indikator:
1. mendefinisikan kalimat efektif,
2. menyebutkan pola kalimat baku bahasa Indonesia,
3. memberikan contoh kalimat baku bahasa Indonesia dalam konteks.
• Tujuan Pembelajaran:
1. Mahasiswa dapat mendefinisikan kalimat efektif melalui penugasan
kajian pustaka,
2. Mahasiswa dapat menjelaskan pola dasar kalimat baku bahasa
Indonesia melalui penugasan kajian pustaka,
3. Mahasiswa dapat menyusun kalimat efektif sesuai pola dasar
kalimat baaku bahasa Indonesia.
Kegiatan Pembelajaran

1. Dosen menyajikan materi perkuliah dan tugas


terstruktur secara digital/daring.
2. Mahasiswa mendefinisikan kalimat efektif melalui
penugasan kajian pustaka,
3. Mahasiswa menjelaskan pola dasar kalimat baku
bahasa Indonesia melalui penugasan kajian pustaka,
4. Mahasiswa menyusun kalimat efektif sesuai pola
dasar kalimat baku bahasa Indonesia.
5. Mahasiswa mempelajari bahan kuliah dan tugas
dalam LMS.
Konsep Kalimat

• Kalimat adalah bagian ujaran yang mem-


punyai struktur minimal subjek (S) dan
predikat (P) dan intonasinya menunjukkan
bagian ujaran itu sudah lenkap dengan makna.
• Intonasi final (lengkap dan utuh) dalam
bahasa tulis dilambangkan dengan tanda titik
(.), tanda tanya (?), dan tanda seru (!).
UNSUR KALIMAT BAHASA INDONESIA
 Unsur kalimat ialah satu kata atau beberapa kata
dalam satu kalimat yang menduduki satu fungsi
sintaksis dalam kalimat.
 Fungsi sintaksis itu lazim disebut jabatan kata atau
peranan kata.
 Terdapat 5 peran/fungsi yang bisa diduduki oleh
satu kata/kelompok kata, yaitu:
1) sebagai subjek (S);
2) sebagai predikat (P);
3) sebagai objek (O);
4) sebagai pelengkap (Pel.); dan
5) sebagai keterangan (Ket.).
1. Subjek (S)
• Subjek adalah bagaian kalimat yang menunjukkan pelaku/sesuatu yang
melakukan tindakan/perbuatan dalam satu kalimat.
• Peran sebagai subjek (S) biasanya dapat diisi oleh jenis kata/ frasa
nomina (benda) dan frasa/klausa verba (kerja).
Contoh:
1) Ayahku sedang mandi.
2) Meja dosen besar.
3) Orang yang berbaju biru dosen saya.
4) Berjalan kaki menyehatkan badan.
5) Membangun rumah panggung sangat mahal.
Kata//frasa/klausa yang bercetak tebal menduduki fungsi sebagai
subjek (S). Contoh (1) dan (2) adalah kata dan frasa benda. Contoh
(3) klausa benda. Contoh (4) dan (5) adalah frasa verbal.
Ada atau tidaknya S dalam sebuah kalimat dapat diketahui dengan
mengajukan pertanyaan “siapa atau apa”.
Contoh: Siapa yang sedang mandi? (ayahku)
2. Predikat (P)
• Predikat adalah bagian kalimat yang memberi tahu melakukan apa atau
dalam keadaan bagaimana S dalam kalimat.
• Peran predikat (P) dalam kalimat biasanya dapat diisi oleh kata/frasa verba
(kerja), adjektiva (sifat), numeralia (bilangan), atau nomina (benda).
Contoh:
1) Kucing mengeong.
2) Ibu sedang tidur siang.
3) Putrinya cantik jelita.
4) Kota Jakarta dalam keadaan banjir.
5) Kucingku belang empat.
6) Fitri mahasiswa lama.
7) Rumah Pak Juhana dua.
Kata yang bercetak tebal menuduki fungsi sebagai predikat (P).
Ada atau tidaknya predikat (P) dalam kalimat dapat diketahui dengan
mengajukan pertanyaan melakukan apa/bagaimana”terhadap S.
Contoh: Kucing melakukan apa? (mengeong)
3. Objek (O)
• Objek (O) adalah bagian kalimat yang menduduki
fungsi/peran sebagai pelengkap makna predikat.
• Peran O biasanya dapat diisi oleh kata atau frasa
nomina (benda)
Contoh:
1) Arsitek merancang rumah baruku.
2) Juhana menggendong Nabila.
3) Sepeda Fani hilang.
Kata/frasa bercetak tebal adalah objek. Objek
wajib ada bila predikat adalah verba transitif. Jika
predikat verba taktransitif maka objek tidak perlu
ada, seperti pada contoh (3).
Ada atau tidaknya objek (O) dalam kalimat dapat
diketahui dengan mengajukan pertanyaan
apa/siapa yang menjadi tujuan perbuatan S.
Contoh: Merancang apa arsitek? (rumah baruku)
Objek (O)
Objek (O) dalam kalimat pasif tidak berubah peran
menjadi subjek (S).
Contoh:
1) Orang itu menolong adik saya.
2) Adik saya ditolong oleh orang itu.
Kalimat (1) memiliki objek di belakang. Dalam kalimat
(2), objek itu berpindah posisi di depan dan subjek
berpindah posisi di belakang.
Dalam kalimat (2), subjek tetap “orang itu” karena
“adik saya” tetap jadi tujuan tindakan “menolong”
dari “orang itu”.
4. Pelengkap (Pel.)
• Pelengkap adalah kata/kelompok kata/bagian
kalimat yang berfungsi melengkapi predikat (P) atau
objek (O).
• Peran sebagai pelengkap (Pel.) dapat diisi oleh kata,
frasa, klausa nomina (benda).
• Pelengkap (Pel.) dan objek (O) menempati posisi
yang sama dalam kalimat, yaitu mengikuti predikat
(P) atau objek (O).
Contoh:
1. Pancasila merupakan dasar negara.
2. Annisa membelikan bapaknya kopiah bludru.
Dalam contoh (1), unsur Pel. mengikuti predikat (P).
Dalam contoh (2), unsur Pel. mengikuti objek (O).
5. Keterangan (Ket.)
• Keterangan (Ket.) adalah kata/kelompok kata dalam kalimat
yang berfungsi menerangkan berbagai hal mengenai: S, P, O,
Pel..
• Peran keterangan (Ket.) dapat diisi oleh kata/frasa/klausa
nomina, preposisi, adverbia.
• Posisi unsur keterangan (Ket.) bisa di awal, di tengah, atau di
akhir kalimat.
Contoh:
1) Sekarang, Panji sedang belajar. (Ket. di depan)
2) Fitri memotong roti dengan pisau. (Ket. di belakang)
3) Pindahkan komputer itu dengan hati-hati. (Ket. di
belakang)
4) Karena malas belajar, dia tidak lulus matakuliah Bahasa
Indonesia. (Ket. di depan)
5) Ia tidak hadir kuliah sejak kemarin, (Ket. di belakang)
Pola Kalimat Bahasa Indonesia
Sumber: Tata Bahasa Baku
Fungsi Sintaksis
Pola Kalimat
Baku
Subjek Predikat Objek Pelengkap Keterangan

Orang itu sedang tidur.


1. S-P
Saya mahasiswa.

Ayahnya membeli mobil baru.


2. S-P-O
Rani mendapat hadiah.

Beliau menjadi - ketua koperasi.


3. S-P-Pel.
Pancasila merupakan - dasar negara.

Kami tinggal - - di Jakarta.


4. S-P-Ket.
Kecelakaan terjadi - - minggu lalu.

Dia mengirimi ibunya uang. -


5. S-P-O-Pel.
Dian Mengambilkan adiknya air minum. -

Pak Raden memasukan uang - ke bank.


6. S-P-O-Ket.
Beliau Memperlakukan kami - dengan baik.
KALIMAT EFEKTIF
Sub-Pokok Kajian:
1.Pengertian Kalimat Efektif
2.Unsur Kalimat Efektif
3.Ciri Kalimat Efektif
4.Cara Menyusun Kalimat Efektif
Pengertian Kalimat Efektif
 Pengertian 1:
Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki
kesanggupan mengungkapkan makna/
pesan kepada pembaca secara jelas, tidak
ambigu, dan lengkap.
 Pengertian 2:
Kalimat efektif ialah kalimat yang mudah
dipahami maknanya oleh pembaca/pen-
dengar.
 Silakan tambah dengan pengertian lain dari
referensi lain untuk menambah wawasan
Anda.
Unsur Kalimat Efektif

Ada 2 unsur kalimat efektif:


1.Kosakata yang hemat dan
tepat;
2.Pola kalimat yang benar
dan tepat.
5 Ciri Kalimat Efektif
5 Ciri Kalimat Efektif
Ada 5 ciri kalimat efektif:
1.Kalimat harus singkat: Pesan dalam kalimat
tidak bertumpang-tindih atau berulang-ulang
atau membingungkan.
2.Kalimat harus cermat: Kesalahan diksi, makna,
tata bahasa, ejaan amat sedikit.
3.Kalimat harus tepat: Kosakata sesuai kaidah
bentuk kata dan kaidah makna kata.
4.Kalimat harus jelas: Pola kalimat yang benar
dan sesuai kaidah bahasa Indonesia baku.
5.Kalimat harus komunikatif: Cocok dengan
koteksnya dan konteksnya (sesuai dengan unsur-
unsur koteks dan unsur-unsur konteks).
Apakah koteks dan konteks?
• Koteks:
Relasi makna antara kata dan kata atau unsur
dan unsur dalam kalimat.
• Konteks:
Relasi makna antara kata dan kata atau unsur
dan unsur dalam kalimat dengan unsur hal
lain di luar kalimat, yaitu: waktu, tempat, isi
pesan, penyampai dan penerima pesan, media
penyampai pesan.
Cara Menyusun Kalimat Efektif
Ada 6 cara menyusun kalimat efektif:
1.Mengulang kata/pesan penting dalam kalimat,
2.Mengawalkan kata/pesan penting dalam
kalimat,
3.Mengakhirkan kata/pesan penting dalam
kalimat,
4.Menyejajarkan bentuk kata dalam kalimat,
5.Menghemat penggunaan kata dalam kalimat
6.Memvariasikan pola kalimat dan jenis kalimat.
Cara 1: mengulang kata/pesan penting
dalam satu atau beberapa kalimat.
Contoh:
a.Semua guru harus bersifat sabar, termasuk guru di sekolah ini.
Kata “guru” diulang dalam 1 kalimat. Kata “guru” merupakan kata /pesan
yang dianggap penting oleh penulis karena berfungsi sebagai subjek (S)
kalimat ini.
b.Topeng wajah penari yang terbuat dari kayu rotan itu langsung menyedot
perhatian. Di sisi lain, topeng tentara Apache tak kalah menohok.
Sumber: Republika, Selasa, 8 November 2011, h. 21.
Kata ‘topeng” diulang dalam 2 kalimat. Kata “topeng” merupakan kata/pesan
yang dianggap penting oleh penulis karena berfungsi sebagai subjek (S)
dalam 2 kalimat ini.
c.Dia mengakui, dari pengalamannya, barang antik dan asli tidak
diperjualbelikan sembarangan. Biasanya, barang antik dan asli terdapat di
rumah seseorang. Contohnya adalah lukisan karya Bung Hatta yang
diletakkan di rumah anaknya, Meutia Hatta.
Sumber: Republika, Selasa, 8 November 2011, h. 21.
Unsur “barang antik dan asli” diulang dalam 2 kalimat. Kelompok kata
“barang antik dan asli” merupakan pesan yang dianggap penting oleh penulis
dalam 2 kalimat ini.
Cara 2: mengawalkan kata/pesan penting
dalam satu kalimat.
Contoh:
a.Buku teks tiap pelajaran penting dimiliki oleh setiap murid.
Frasa “buku teks” merupakan pesan yang dianggap penting oleh penulis maka diletalkkan
di awal kalimat ini.
b.Setiap murid wajib memiliki buku teks tiap pelajaran.
Frasa “setiap murid” merupakan pesan yang dianggap penting oleh penulis maka
diletalkkan di awal kalimat ini.
c.Investasi perlu didorong ke daerah.
Kata “investasi” merupakan pesan yang dianggap penting oleh penulis maka diletalkkan di
awal kalimat ini.
d.Daerah perlu menarik investasi.
Kata “daerah” merupakan pesan yang dianggap penting oleh penulis maka diletalkkan di
awal kalimat ini.
•Lembaga amil zakal (LAZ) segera mengajukan draf masukan kepada pemerintah dalam
perumusan rancangan peraturan pemerintah (RPP) untuk Undang-Undang Zakat.
Frasa “lembaga amil zakat” merupakan pesan yang dianggap penting oleh penulis maka
diletalkkan di awal kalimat ini.
•Untuk Undang-Undang Zakat, Lembaga Amil Zakat (LAZ) segera mengajukan draf
masukan kepada pemerintah dalam perumusan rancangan peraturan pemerintah.
Frasa “untuk Undang-Undang Zakat” merupakan pesan yang dianggap penting oleh penulis
maka diletalkkan di awal kalimat ini.
(Sumber: Republika, Selasa, 8 November 20011, h. 12.)
Cara 3: mengakhirkan kata/pesan penting
dalam kalimat.
Contoh:
a.Saya menumpang bus Transjakarta tiap hari.
Frasa “tiap hari” merupakan pesan yang dianggap penting oleh
penulis maka diletalkkan di akhir kalimat ini.
b.Mahasiswa kelas B Reguler hadir kecuali Fitri.
Kata “Fitri” merupakan pesan yang dianggap penting oleh penulis
maka diletalkkan di akhir kalimat ini.
c.Kala itu, tercuat keinginan sejunlah LAZ mengajukan uji materil
atas UU Zakat.
Frasa “uji materilatas UU Zakat” merupakan pesan yang dianggap
penting oleh penulis maka diletalkkan di akhir kalimat ini.
Sumber: Depdiknas, Model Pusat Sumber Belajar, Jakarta:
Pustekom, 2005), h. 43.
Cara 4: menyejajarkan bentuk kata
dalam satu kalimat.
Contoh kalimat yang ada kesejajaran kata:
a.Guru harus merancang perencanaan dan melaksanakan
pembelajaran secara profesional.
Penulis menggunakan kata “merancang” dan “melak-sanakan”
yang sejajar bentuknya. Kedua kata sama-sama berimbuhan
/me-/.
b.Seorang petani yang profesional pasti terampil menyemai dan
menanam bibit.
Penulis menggunakan kata “menyemai” dan “menanam” yang
sejajar bentuknya. Kedua kata sama-sama berimbuhan /me-/.
b.Media pembelajaran adalah alat yang dapat membantu proses
belajar mengajar dan berfungsi untuk memperjelas makna
pesan yang disampaikan.
Sumber: (Cecep R., Bambang S., Media Pembelajaran: Manual dan Digital, Bogor: Ghalia Indonesia, 2011, h. 9).
Cara 5: menghemat penggunaan kata
dalam kalimat
Contoh kalimat yang hemat kata:
a.Gunakan kompor gas saat memasak agar cepat matang.
Kalimat yang boros kata:
Gunakan kompor gas saat memasak agar supaya lebih cepat matang.
Kata “agar” dan “supaya” sama maknanya.
b.Mahasiswa dan mahasiswi dipersilakan masuk kelas.
Kalimat yang boros kata:
Mahasiswa dan mahasiswi dipersilakan masuk ke dalam kelas. Kata
“masuk” maknanya “ke dalam”.
c.Pengobatan osteoporosis juga memerlukan biaya sekitar Rp 80 juta
sampai Rp 100 juta.
Kalimat yang boros kata:
Pengobatan osteoporosis juga memerlukan sejumlah biaya sekitar
Rp 80 juta sampai Rp 100 juta. Kata “sejumlah” sudah diwakili
maknanya oleh frasa “sekitar Rp 80 juta sampai Rp 100 juta”.
Cara 6: mevariasikan pola
dalam rangkaian kalimat
Contoh kalimat yang variatif:
a.Anak itu jarang belajar. Dia maunya main saja namun dia tekun dan
bertanggung jawab atas tugas-tugasnya. (
Kalimat pertama berpola S-P dan berjenis kalimat tunggal. Kalimat kedua
berpola S-P + S-P + S-P dan berjenis kalimat majemuk.
b.Pertemuan hari ini dibatalkan karena ketua tidak bisa hadir. Besok,
ketua harus hadir.
Kalimat pertama berpola S-P + S-P dan berjenis kalimat majemuk. Kalimat
kedua berpola Ket.-S-P dan berjenis kalimat tunggal.
c.Panitia kesulitan membagikan daging kurban. Pada akhirnya, panitia
menerobos banjir dan (panitia) membagi-bagikan daging tersebut ke
rumah-rumah yang ada di RT 11.
Kalimat pertama berpola S-P dan berjenis kalimat tunggal. Kalimat kedua
berpola Ket.-S-P + P-O-Ket. dan berjenis kalimat majemuk.
TUGAS DARING KALIMAT EFEKTIF (Individual)
Pertemua: Rabu, 18 November 2020
1. Efektifkah kalimat-kalimat dalam tabel
di bawah ini?
Efektif/
Kalimat Alasan
Tidak Efektif
1. Anak itu jarang belajar. Anak itu mau main saja. Anak itu tekun. Tidak efektif Terlalu banyak pengulangan
Anak itu bertanggung jawab atas tugas-tugasnya. kata ‘anak’
2. Para mahasiswa dan mahasiswi dipersilakan masuk kelas. Tidak efektif Kata para sudah
menunjukkan jamak, tidak
perlu diperjelas dengan
mahasiswa dan mahasiswi,
cukup para mahasiswa atau
mahasiswa dan mahasiswi
saja
3. Seorang petani yang profesional pasti terampil melakukan Efektif
penyemaian dan menanam bibit.
4. Jadi, kendaraan itu tidak langsung masuk pusat kota. Efektif
Kendaraan itu harus ke by pass dahulu. Kami akan mengecek
suhu tubuh dan kondisi si pengendaranya,
5. Kita mengetahui bagaimana kondisi penyebaran virus corona Efektif
saat ini. Jadi jika tidak terlalu penting sebaiknya tidak usah
bepergian. Lebih baik di rumah saja.
2. Tentukan pola dan jenis kalimat-
kalimat di bawah ini?
Kalimat Jenis Kalimat Pola Kalimat

1. Dian Fakhri juga mengimbau masyarakat Kalimat tunggal SPOPel


untuk tidak bepergian jika tidak terlalu
penting.
2. Pemerintah Kota Padang menutup sejumlah Kalimat tunggal SPOKet
akses pintu masuk ke Kota Padang.
Sumber: Farid Assifa, “Lawan Corona, Pemkot Tutup Sejumlah Akses Masuk ke
Padang”, Kompas.com - Selasa, 31 Maret 2020
2. Tentukan pola kalimat-kalimat
di bawah ini?
Kalimat Jenis Kalimat Pola Kalimat

3. Terapkan protokol physical distancing,


pelayanan di Stasiun Pengisian Bahan Bakar
Umum (SPBU) dibuat berjarak.
4. Antara operator dan konsumen kini dibatasi
oleh safety cone dengan jarak 1 hingga 2
meter.
Sumber: Gita Amanda, “Physical Distancing, Layanan di SPBU Pertamina pun
Berjarak”, Republika.co.id, Selasa, 31 Maret 2020
2. Tentukan pola kalimat-kalimat
di bawah ini?
Kalimat Jenis Kalimat Pola Kalimat

5. Hal ini dilakukan untuk menggurangi risiko


penularan Covid-19 karena adanya kontak
fisik antara operator dan konsumen.
6. Terutama pada saat proses pelayanan
pengisian bahan bakar minyak (BBM) di SPBU.

Sumber: Gita Amanda, “Physical Distancing, Layanan di SPBU Pertamina pun


Berjarak”, Republika.co.id, Selasa, 31 Maret 2020
3. Susunlah kalimat efektif sesuai pola
dan jenis kalimat dalam tabel di bawah ini!
Fungsi Sintaksis
Pola & Jenis
Kalimat Subjek Predikat Objek Ket. Pel.

1. S-P-K & KT
2. K-S-P & KT
3. S-P + S-P-K
& KM
4. S-P + P-K &
KM
5. K-S-P-O &
KT
Keterangan: S = subjek, P = predikat, O = objek, Ket. = keteranga, Pel. = pelengkap, KT =
kalimat tunggal, KM = kalimat majemuk
Sekian!
Salam social distancing.
Selamat belajar
untuk menyelesaikan tugas daring III.

Anda mungkin juga menyukai