Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Makalah ini disusun berdasarkan hasil pengamatan dan pengkajian terhadap
jenis kalimat dalam bahasa Indonesia, termasuk kalimat berita dan kalimat tanya.
Terdapat tiga alasan yang melatarbelakangi penulisan makalah ini. Ketiga alasan
tersebut dikemukakan sebagai berikut.
Pertama, kalimat merupakan satuan gramatik yang penting dalam proses
komunikasi. Pembahasan kalimat ini menjadi menarik karena terdapat perbedaan
kalimat yang digunakan antara tindak tutur informal dengan tindak tutur formal.
Oleh karena itu, memahami jenis-jenis kalimat menjadi sangat penting agar
maksud yang ingin disampaikan dapat diterima dengan baik oleh pendengar.
Kedua, kalimat merupakan media penyampai makna dalam wujud tulisan.
Tujuan atau maksud akan lebih mudah disampaikan dalam bentuk lisan daripada
tulisan. Dalam wujud tulis, apabila penggunaan kalimat tidak tepat, maka akan
terjadi keambiguan atau maksud yang ingin disampaikan menjadi kabur. Oleh
karena itu mempelajari kalimat menjadi penting agar maksud yang disampaikan
dalam wujud tulisan menjadi jelas.
Ketiga, kalimat terdiri dari bermacam-macam jenis, salah satunya adalah
kalimat berita dan kalimat tanya. Seringkali secara teoritis kalimat berita
didefinisikan sebagai kalimat yang berfungsi untuk memberitakan sesuatu dan
kalimat tanya adalah kalimat yang berfungsi untuk menanyakan sesuatu. Tetapi
dalam realisasinya, ternyata kedua kalimat tersebut tidak hanya berfungsi sebagai
pemberitaan ataupun pertanyaan. terdapat perluasan fungsi seperti suruhan,
ajakan, maupun larangan. Oleh karena itu, pembahasan kalimat ini menjadi
menarik untuk dibahas sebab terdapat perbedaan antara teori dan realisasinya
dalam kenyataan.
Berdasarkan ketiga alasan tersebut, maka pengamatan dan pengkajian
terhadap kalimat menjadi penting untuk dilakukan. Oleh karena itu dalam
makalah ini dibahas mengenai konsep dasar kalimat, klasifikasi kalimat, dan
realisasi makna kalimat berita dan kalimat tanya.

1
1.2 Rumusan Masalah
Terdapat tiga rumusan masalah dalam makalah ini. Adapun ketiga rumusan
masalah tersebut adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana konsep dasar kalimat?
2. Bagaimana klasifikasi kalimat dalam bahasa Indonesia?
3. Bagaimana realisasi makna kalimat berita dan kalimat tanya?

1.3 Tujuan
Terdapat tiga tujuan dalam penulisan makalah ini. Adapun ketiga tujuan
tersebut adalah sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan konsep dasar kalimat.
2. Mendeskripsikan klasifikasi kalimat dalam bahasa Indonesia.
3. Mendeskripsikan realisasi makna kalimat berita dan kalimat tanya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KONSEP DASAR KALIMAT


Terdapat berbagai macam definisi kalimat yang berbeda-beda, tetapi pada
dasarnya definisi tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok. Pertama,
definisi kalimat yang didasarkan pada pengertian (isi). Kedua, definisi kalimat
yang didasarkan pada ciri formal kalimat itu (struktur). Definisi pertama biasa
ditemukan dalam buku tata bahasa tradisional sedangkan definisi kedua biasa
ditemukan dalam buku tata bahasa struktural. Robert (dalam Sumadi, 2013)
menyatakan bahwa definisi kalimat berdasarkan isi mempersyaratkan agar kalimat
itu mengandung pikiran yang lengkap, sedangkan definisi kalimat berdasarkan
strukturnya mempersyaratkan agar kalimat mempunyai subjek dan predikat.
Samsuri (1985) mengemukakan bahwa kalimat merupakan untai berstruktur
dari kata-kata. Ia juga mengungkapkan bahwa kalimat sebagai suatu proposisi
mempunyai bagian yang menjadi pokok pembicaraan dan bagian lain yang
merupakan keterangan tentang pokok itu. Dari definisi tersebut, dapat diketahui
bahwa Samsuri mempersyaratkan kalimat harus berstruktur yaitu sekurang-
kurangnya harus memiliki subjek (pokok pembicaraan) dan predikat ( keterangan
tentang subjek atau penjelas). Konsekuensinya maka kalimat harus terdiri atas
lebih dari satu kata dan belum memasukkan unsur suprasegmental sebagai
penanda kalimat. Pendapat Samsuri ini terbantahkan oleh Parera (1993) yang
menyatakan bahwa kalimat merupakan suatu bentuk kebahasaan maksimal yang
tidak merupakan bagian dari sebuah konstruksi kebahasaan yang lebih besar atau
luas daripada kalimat. Misalnya konstruksi Jangan!, Wow!, Aduh!, Pergi! dan
sebagainya meskipun terdiri atas satu kata sudah dapat disebut kalimat.
Menurut Sidu (2012:62), kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif
dapat berdiri sendiri, yang mempunyai pola intonasi akhir dan yang terdiri atas
klausa. Pendapat ini tak sepenuhnya benar, sebab memprasyaratkan bahwa
kalimat harus terdiri dari klausa. Padahal pada kenyataannya ada kalimat yang
tidak terdiri dari klausa, seperti Astagfirullah!, Selamat pagi!.

3
Menurut Chaer (2007:240), kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun
dari konstituen dasar yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi
bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final. Dari rumusan Chaer ini maka
hal penting yang menjadi dasar kalimat adalah konstituen dasar dan intonasi final,
sebab konjungsi bisa ada apabila diperlukan. Kemudian konstituen dasar kalimat
bisa berupa klausa, berarti selain klausa satuan sintaksis yang lain bisa menjadi
kalimat baik kata maupun frasa asal dilengkapi dengan intonasi final.
Menurut Ramlan (1996), kalimat adalah satuan gramatik yang dibatasi oleh
adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik. Moeliono, dkk.
(1988), menyatakan bahwa dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara
naik turun, keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang
diikuti oleh kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan (asimilasi bunyi)
ataupun proses fonologis lainnya, sedangkan dalam wujud tulisan, kalimat
dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau
tanda seru. Hal ini senada dengan pendapat Alwi,et.al dalam bukunya yang
berjudul Tata Bahasa Baku Indonesia pada tahun 1998. Definisi tentang kalimat di
atas menekankan aspek bentuk, bukan aspek isi. Aspek bentuk yang dimaksud
berupa hadirnya unsur segmental (berupa satuan gramatik) dan unsur
suprasegmental (berupa jeda panjang dan nada akhir naik atau turun).
Menurut Sumadi (2013), kalimat didefinisikan sebagai satuan gramatik yang
dibatasi kesenyapan awal dan kesenyapan akhir yang menunjukkan bahwa kalimat
itu sudah selesai atau sudah lengkap.
Penutur bahasa Indonesia sering menyamakan antara kalimat dan ujaran
padahal keduanya tidak sepenuhnya sama. Berdasarkan satuan kebahasaan,
memang kalimat itu sama dengan ujaran. Keduanya berupa satuan kebahasaan
yang masih sama-sama berada pada tataran kalimat lepas, bukan pada tataran
kalimat-kalimat dalam kombinasi. Perbedaannya antara keduanya terletak pada
sisi pragmatik. Disebut kalimat apabila belum digunakan dalam proses
komunikasi (verbal), namun apabila telah digunakan dalam proses komunikasi
yang sesungguhnya maka disebut ujaran.
Dari berbagai pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kalimat
didefinisikan sebagai satuan gramatik yang dibatasi oleh kesenyapan awal ( yang

4
dalam bahasa tulis berupa huruf kapital) dan kesenyapan akhir (yang dalam
bahasa tulis berupa tanda tanya, seru, atau titik) yang menandakan bahwa kalimat
itu sudah lengkap dan tidak memungkinkan adanya asimilasi (perpaduan) bunyi
lagi. Dengan kata lain, kalimat adalah satuan gramatik yang dibatasi jeda panjang
dengan nada akhir turun atau naik. Dari definisi ini dapat dikemukakan tiga
catatan penting mengenai kalimat yaitu sebagai berikut.
1. Kalimat tidak selalu berupa kelompok kata. Walaupun hanya terdiri dari
satu kata, namun dilengkapi intonasi final maka sudah dapat disebut
kalimat.
Contoh : Pergi!, Lari!, Kejar!, dll.
2. Kalimat tidak selalu mempunyai S dan P. Terdapat kalimat yang hanya
mempunyai S maupun P saja, bahkan ada kalimat yang tidak memiliki S
dan P.
Contoh :
a. Minta sate!  kalimat Minta Sate! terdiri dari P dan O
b. Aduh!  kalimat ini tidak menduduki fungsi apapun tetapi tetap dapat
disebut kalimat sebab satuan gramatik ini sudah dilengkapi kesenyapan
awal dan kesenyapan akhir yang menunjukkan kalimat itu sudah
selesai.
3. Kalimat tidak selalu mempunyai arti. Terdapat kalimat yang hanya
mempunyai fungsi.
Contoh :
Dia.  kalimat Dia. bisa berkedudukan sebagai P,O, atau Pel. Kalimat ini
biasanya merupakan kalimat jawaban dari sebuah pertanyaan
seperti berikut. Terlepas dari itu, apabila kalimat ini berdiri
sendiri maka tidak memiliki arti melainkan hanya memiliki
fungsi.
- P : Siapa yang memanggil saya ?
J : Dia. (Dia yang memanggil saya.)
P S

5
- P : Anda mencari siapa?
J : Dia. (Saya mencari dia.)
S P O
- P : Anda bersama siapa?
J : Dia. (Saya bersama dia.)
S P Pel.
2.2 KLASIFIKASI KALIMAT
Terdapat beberapa pendapat mengenai klasifikasi kalimat menurut para ahli.
Masing-masing para ahli memiliki pendapat yang berbeda-beda mengenai jenis
kalimat dalam bahasa Indonesia. Adapun klasifikasi kalimat menurut para ahli
diungkapkan antara lain oleh Samsuri, Moeliono, Ramlan, dan Lapoliwa.
Klasifikasi tersebut dapat dijelaskan dalam bagan sebagai berikut.
a. Menurut Samsuri (1985)

K. pola FN + FN

K. dasar K. pola FN + FV

Kalimat K. pola FN + FA

K. pola FN + FNu

K. pola FN + FPrep

K. transformasi (K. turunan)

b. Menurut Lapoliwa (1990)

K. deklaratif
Kalimat K. imperatif
K. interogatif
K. eksklamatif

c. Menurut Chaer (2007)


K. inti dan K. non-inti
K. tunggal dan K. majemuk
Kalimat K. mayor dan K. minor
K. verbal dan K. non-verbal
K. bebas dan K. terikat

6
d. Menurut Moeliono,dkk (1988)
K. P. verba (frasa verbal)
K. P. nomina (frasa nominal)
K. tunggal K. P. ajektiva (frasa ajektival)
Berdasarkan K. P. kata lain (sepuluh, hujan,d)
bentuk
K. majemuk setara

K. majemuk

Kalimat K. majemuk bertingkat

K. berita
Berdasarkan K. perintah
nilai komunikatif K. tanya
K. seru
K. emfatik
e. Menurut Ramlan (1987)
K. berklausa

berdasarkan
unsur K. tidak berklausa

K. berita
Kalimat berdasarkan fungsi
dalam hubungan situasi K. tanya

K. suruh
berdasarkan jumlah K. sederhana
klausa (K.berklausa)
K. luas K. luas setara

K. luas tidak setara

7
f. Menurut Ode (2012)
K. aktif
berdasarkan aktor-aksi
K. pasif
Kalimat
K. nominal
berdasarkan kategori predikat K. verbal
K. adjektival
K. numeral
K. preposisional

K. tunggal
berdasarkan jumlah klausa K.M. setara
K.M. rapatan
K. majemuk K.M. bertingkat
K.M. kompleks
K. deklaratif
K. interogatif
Berdasarkan modus K. imperatif
K. interjeksi
K. harapan
K. pinta
K. ajakan
Dari bagan klasifikasi kalimat menurut para ahli tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa pada dasarnya kalimat itu dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
berdasarkan struktur dan berdasarkan makna. Berdasar strukturnya, kalimat
dibedakan menjadi kalimat berklausa dan kalimat tidak berklausa. Sedangkan
berdasarkan maknanya kalimat dibedakan menjadi kalimat berita, kalimat tanya,
dan kalimat suruh. Adapun berbagai macam pengklasifikasian kalimat tersebut
dapat dibagankan seperti berikut.

8
1. Berdasarkan Strukturnya
K. susun terib

K. lengkap

Berdasarkan K. inversi
struktur intern (susun balik)
K. tidak lengkap

K. berklausa K. nomina
K. verba
Berdasarkan kategori K. ajektiva
frasa yang menjadi P K. numeralia
Kalimat K. preposisiona

K. transitif
Berdasarkan wajib K. semitransitif
hadir tidaknya O K. intransitif

K. positif
Berdasarkan ada tidaknya unsur
negasi yang menegatifkan P K. negatif

K. aktif
Berdasarkan peran fungtor K. pasif
K. equatif
K. netral
K. sederhana
Berdasarkan jumlah K.luas setara
klausa K. luas K tak setara
K.campuran

K. tidak berklausa

9
2. Berdasarkan Maknanya

K. berita
Kalimat K. tanya
K. suruh K. suruh sebenarnya
K. persilahan
K. ajakan
K. larangan
K. seru
Adapun penjelasan bagan di atas adalah sebagai berikut.

1. Berdasarkan ada tidaknya klausa


Berdasarkan ada tidaknya klausa maka kalimat dibagi menjadi dua, yaitu
kalimat berklausa dan kalimat tidak berklausa. Kedua jenis kalimat itu dijelaskan
sebagai berikut.
a. Kalimat berklausa
Kalimat berklausa adalah kalimat yang terdiri atas satuan gramatik yang
berupa klausa. Klausa merupakan satuan gramatik yang terdiri atas P, baik diikuti
S, O, Pel, Ket, atau tidak. Meskipun penanda klausa adalah P, tetapi dalam
realisasinya P tidak selalu hadir.
Contoh : Rini memakai kerudung merah dan berpakaian rapi hari ini.
S P O konj P Pel. Ket
Klausa 1 klausa 2

b. Kalimat tidak berklausa


Kalimat tidak berklausa adalah kalimat yang terdiri atas satuan gramatik
yang bukan merupakan klausa dan tidak memiliki fungsi-fungsi sintaksis tertentu.
Contoh : Assalamu’allaikum Wr. Wb.
Aduh!
Selamat siang!
2. Berdasarkan sruktur internnya
Klasifikasi kalimat berdasarkan struktur internnya didasarkan atas hadir
tidaknya unsur inti kalimat yaitu S dan P. Berdasarkan struktur internnya , kalimat

10
dibagi menjadi dua yaitu kalimat lengkap dan kalimat tidak lengkap. Kedua jenis
kalimat tersebut dijelaskan sebagai berikut.
a. Kalimat lengkap
Kalimat lengkap adalah kalimat yang mempunyai S dan P sebagai unsur
inti kalimat.
Contoh : Rindang mendapatkan beasiswa PPA tahun ini.
S P O Ket.
b. Kalimat tidak lengkap
Kalimat tidak lengkap adalah kalimat yang tidak mempunyai S (subjek)
dan atau P (predikat).
Contoh :
- Teh hangat.
Kalimat ini hanya terdiri dari satu frasa yaitu teh hangat. Frasa ini
mungkin menduduki fungsi O, sedangkan fungsi S dan P tidak hadir. Kalimat ini
biasa digunakan untuk menjawab kalimat pertanyaan seperti Anda pesan apa? .
- Ibu tadi pagi.
Kalimat ini terdiri dari dua frasa yaitu ibu dan tadi pagi. Frasa ibu
menduduki fungsi S dan frasa tadi pagi menduduki fungsi Ket, sedangkan fungsi
P tidak hadir. Kalimat ini mungkin terjadi pada kalimat lanjutan terhadap kalimat
yang digunakan oleh penutur lain sebelumnya.
- Menjemput adik.
Kalimat ini terdiri dari dua frasa yaitu menjemput dan adik. Frasa
menjemput menduduki fungsi P dan frasa adik menduduki fungsi O, sedangkan
fungsi S tidak hadir. Kalimat seperti ini mungkin terjadi pada kalimat jawaban
seperti, kamu sedang apa?.
3. Berdasarkan urutan S dan P
Klasifikasi kalimat berdasarkan urutan S dan P dapat dilakukan apabila
kalimat tersebut berstruktur lengkap. Artinya adalah kalimat tersebut memiliki
unsur inti kalimat yang S dan P. Berdasarkan urutan S dan P kalimat dibagi
menjadi dua yaitu kalimat susun tertib dan kalimat susun terbalik (inversi). Kedua
jenis kalimat tersebut dijelaskan sebagai berikut.

11
a) Kalimat susun tertib
Kalimat susun tertib adalah kalimat yang S-nya mendahului P (S berada di
depan P).
Contoh : Kebun binatang itu ramai dikunjungi orang pada hari libur.
S P O Ket.
b) Kalimat inversi
Kalimat inversi adalah kalimat yang P-nya mendahului S (P berada di
depan S).
Contoh : Rindulah ia pada neneknya.
P S Ket.
4. Berdasarkan kategori frasa yang menjadi P
Berdasarkan kategori frasa yang menjadi P, kalimat diklasifikasikan menjadi
lima jenis yaitu a) kalimat nomina, b) kalimat verba, c) kalimat ajektiva, d)
kalimat numeralia, dan e) kalimat preposisiona. Kelima jenis kalimat tersebut
dapat dijelskan sebagai berikut.
a) Kalimat nomina
Kalimat nomina adalah kalimat yang P-nya berupa FN. Adapun contoh
kalimat nomina adalah sebagai berikut.
Pemilik toko perhiasan itu orang Cina.
S (FV) P (FN)
b) Kalimat verba
Kalimat verba adalah kalimat yang P-nya berupa FV. Adapun contoh
kalimat verba adalah sebagai berikut.
Kasus korupsi ditangani oleh Komisi Pemberantasan Korupsi.
S (FN) P (FV) Ket. (F Prep)
c) Kalimat ajektiva
Kalimat ajektiva adalah kalimat yang P-nya berupa FA. Adapun contoh
kalimat ajektiva adalah sebagai berikut.
Indeks Prestasi Aden semester ini cukup baik.
S (FN) Ket. (FN) P (FA)

12
d) Kalimat numeralia
Kalimat numeralia adalah kalimat yang P-nya berupa FNu. Adapun contoh
kalimat numeralia adalah sebagai berikut.
Sapi pak Ahmad saat ini seratus ekor.
S (FN) Ket.(FN) P (FNu)
e) Kalimat preposisiona
Kalimat preposisiona adalah kalimat yang P-nya berupa FPrep. Adapun
contoh kalimat preposisiona adalah sebagai berikut.
Bapak Gubernur Jawa Timur di Malaysia kemarin.
S (FN) P(F Prep) Ket (FN)
5. Berdasarkan wajib hadir tidaknya O
Berdasarkan wajib hadir tidaknya O, kalimat diklasifikasikan menjadi tiga
jenis yaitu a) kalimat transitif, b) kalimat semitransitif, dan c) kalimat intransitif.
Ketiga jenis kalimat tersebut dijelaskan sebagai berikut.
a) Kalimat transitif
Kalimat transitif adalah kalimat yang P-nya mewajibkan hadirnya O.
Apabila O tidak hadir maka kalimat menjadi tidak terterima. Adapun contoh
kalimat transitif adalah sebagai berikut.
Rino membuat desain sampul buku untuk temannya.
S P O Ket.
*Rino membuat untuk temannya.
S P Ket.
b) Kalimat semitransitif
Kalimat semitransitif adalah kalimat yang O-nya bersifat manasuka.
Artinya O kalimat itu boleh hadir boleh juga tidak. Hadir tidaknya O tidak
mempengaruhi keterterimaan kalimat tersebut. Adapun contoh kalimat
semitransitif adalah sebagai berikut.
Semua peserta rapat sedang makan ( nasi kotak).
S P O
Semua peserta rapat sedang makan.
S P

13
c) Kalimat intransitif
Kalimat intransitif adalah kalimat yang P-nya tidak memerlukan kehadiran
O. Tanpa hadirnya O, kalimat ini tetap menjadi kalimat yang terterima. Adapun
contoh kalimat intransitif adalah sebagai berikut.
Kiki sedang berjualan kue donat.
S P Pel.
Kiki sedang berjualan.
S P
6. Berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang menegatifkan P
Berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang menegatifkan P, kalimat
diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu a) kalimat positif dan b) kalimat negatif.
Kedua kalimat tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
a) Kalimat positif
Kalimat positif adalah kalimat yang ditandai dengan tidak adanya unsur
negasi yang menegatifkan P. Adapun contoh kalimat positif adalah sebagai
berikut.
Guru itu sedang mengisi nilai raport siswa kelas tiga.
S P (positif) O
b) Kalimat negatif
Kalimat negatif adalah kalimat yang ditandai dengan adanya unsur negasi
yang menegatifkan P. Unsur negasi ini biasanya ditandai dengan kata tidak dan
atau bukan. Adapun contoh kalimat negatif adalah sebagai berikut.
7. Berdasarkan peran fungtor
Berdasarkan peran fungtor, kalimat diklasifikasikan menjadi empat jenis yaitu
a) kalimat aktif, b) kalimat pasif, c) kalimat equatif, dan d) kalimat netral.
Keempat jenis kalimat tersebut dijelaskan sebagai berikut.
a) Kalimat aktif
Kalimat aktif adalah kalimat yang fungtor S-nya melakukan sesuatu yang
tersebut pada P. Adapun contoh kalimat aktif adalah sebagai berikut.
Adik sedang bermain sepak bola di lapangan.
S P Pel. Ket.

14
b) Kalimat pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang fungtor S-nya terkena sesuatu yang
tersebut pada P. Adapun contoh kalimat pasif adalah sebagai berikut.
Tabungannya sudah digunakan untuk biaya hidupnya di Malang.
S P Ket.
c) Kalimat equatif
Kalimat equatif adalah kalimat yang fungtor S-nya mempunyai rujukan
yang sama dengan P. Adapun contoh kalimat equatif adalah sebagai berikut.
Mahasiswa UM itu temanku di SD dulu.
S P
d) Kalimat netral
Kalimat netral adalah kalimat yang fungtor S-nya tidak melakukan, tidak
terkena, dan tidak mempunyai rujukan yang sama dengan P. Adapun contoh
kalimat netral adalah sebagai berikut.
Larinya sangat cepat.
S P
8. Berdasarkan jumlah klausa
Berdasarkan jumlah klausa, kalimat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu
a) kalimat sederhana dan b) kalimat luas. Kedua kalimat tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut.
a) Kalimat sederhana
Kalimat sederhana dalah kalimat yang terdiri atas satu klausa saja. Kalimat
sederhana ini sering disamakan dengan kalimat tunggal yaitu kalimat yang tidak
dapat dibagi lagi menjadi kalimat lain yang lebih kecil. Meskipun disamakan
tetapi sebenarnya berbeda, sebab tinjauan dari keduanya juga berbeda. Kalimat
sederhana ditinjau dari strukturnya sedangkan kalimat tunggal ditinjau dari segi
isinya. Adapun contoh kalimat sederhana adalah sebagai berikut.
Cute sedang menenun kain di rumahnya.
S P O Ket.  terdiri dari satu klausa

15
b) Kalimat luas
Kalimat luas (kalimat kompleks) adalah kalimat yang terdiri atas lebih dari
satu klausa. Kalimat luas ini sering disebut sebagai kalimat majemuk, yaitu
kalimat yang dapat dibagi lagi menjadi kalimat lain yang lebih kecil.
Kemudian berdasarkan hubungan gramatik antara klausa yang satu dengan
klausa yang lain, kalimat luas dipilah lagi menjadi 1) kalimat luas setara, 2)
kalimat luas tidak setara, dan 3) kalimat luas campuran. Ketiga kalimat tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut.
1) Kalimat luas setara
Kalimat luas setara adalah kalimat luas yang klausa-klausanya mempunyai
kedudukan yang setara atau sama. Semua klausa dalam kalimat setara merupakan
klausa inti (induk kalimat). Adapun contoh kalimat luas setara adalah sebagai
berikut.
Okta pergi ke perpustakaan dan mencari buku panduan.
S P Ket konj. P O
klausa 1(inti) klausa 2 (inti)  setara
2) Kalimat luas tidak setara
Kalimat luas tidak setara adalah kalimat luas yang klausa-klausanya
mempunyai kedudukan yang tidak setara atau tidak sama. Disebut tidak sama
sebab terdapat klausa yang menjadi bagian dari klausa lain. Klausa yang menjadi
bagian dari klausa lain itu disebut klausa bukan inti (anak kalimat). Adapun
contoh kalimat luas tidak setara adalah sebagai berikut.
Ketika Ika memasak sayur, Retno pulang dari kampus.
konj S P O S P Ket.
Klausa 1(bukan inti) klausa 2 (inti)  tidak setara
3) Kalimat luas campuran
Kalimat luas campuran adalah kalimat luas yang klausa-klausanya ada
yang mempunyai kedudukan setara dan ada yang mempunyai kedudukan tidak
setara. Hal ini menyebabkan kalimat luas campuran harus terdiri minimal dari tiga
klausa. Klausa yang setara dapat berupa klausa inti dan dapat pula klausa bukan
inti. Adapun contoh kalimat luas campuran adalah sebagai berikut.

16
Saya memancing di sungai depan rumahnya dan dia menyirami bunga
S P Ket konj S P O
Klausa 1 klausa 2
sambil bernyanyi.
Konj. P
Klausa 3
Kalimat di atas terdiri dari tiga klausa, di mana klausa pertama dan klausa
kedua memiliki kedudukan yang setara, ditandai dengan adanya konjungsi dan
sehingga keduanya menjadi klausa inti (induk kalimat). Sementara itu, klausa
ketiga merupakan klausa bukan inti (anak kalimat) yang ditandai dengan
digunakan konjungsi sambil.
9. Kalimat Berita, Kalimat Tanya, Kalimat Suruh, dan Kalimat Seru
Berdasarkan makna (isi), maka kalimat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu
kalimat berita, kalimat tanya, kalimat suruh, dan kalimat seru. Adapun keempat
kalimat tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
a) Kalimat berita
Kalimat berita adalah adalah kalimat yang mempunyai pola intonasi berita
dan ditandai pula dengan tidak digunakannya kata maupun tanda tanya,
persilahan, larangan, dan ajakan. Adapun pola intonasi kalimat berita adalah [2] 3
// [2] 3 2 // [2] 1# atau [2] 1# jika kalimat berstruktur inversi. Fungsi dari kalimat
berita pada umumnya adalah untuk memberitahukan informasi dari penutur
kepada pendengar. Adapun contoh kalimat berita adalah sebagai berikut.
- Okta sedang membuat buku kumpulan puisi.
- Es campur itu kelihatan sangat segar.
b) Kalimat tanya
Kalimat tanya adalah kalimat yang memiliki pola intonasi tanya serta ditandai
dengan adanya kata dan tanda tanya. Pada umumnya kalimat tanya digunakan
untuk menanyakan sesuatu kepada seseorang. Adapun pola intonasi kalimat tanya
adalah [2] 3 // [2] 3 2# atau [2] 3// [2] 1# jika kalimat tanya itu hadir partikel –kah
atau tanda tanya. Dalam bahasa tulis, pola intonasi kalimat tanya digambarkan
dengan digunakannya huruf besar di awal kalimat dan tanda tanya di akhir

17
kalimat. Partikel –kah dan kata bantu tanya apa, mengapa, siapa, dsb. Digunakan
untuk mempertegas atau memperhalus kalimat tanya itu.
Moeliono, dkk. (1988) menjelaskan lima cara membentuk kalimat tanya,
yaitu 1) dengan menambahkan kata apa(kah), 2) dengan membalikkan urutan
kata, 3) dengan menggunakan kata bukan atau tidak, 4) dengan mengubah intonasi
kalimat, dan 5) dengan menggunakan kata tanya. Adapun contoh kalimat tanya
adalah sebagai berikut.
- Dian itu yang memenangkan lomba cerdas cermat?
- Bukankah dia yang mengerjakan laporan itu?
- Apakah yang ditakutinya?
- Mahasiswa itukah yang mendapat IPK sempurna?
c) Kalimat suruh
Kalimat suruh atau kalimat imperatif adalah kalimat yang mengandung pola
intonasi imperatif atau suruh. Dalam bahasa tulis, pola intonasi kalimat suruh
digambarkan dengan digunakannya huruf besar di awal kalimat dan tanda seru di
akhir kalimat. Pola intonasi kalimat suruh adalah [2] 3 # atau [2] 3 3#. Di samping
itu, dalam kalimat suruh dapat pula ditambahkan partikel –lah atau kata-kata
hendaknya, jangan, dsb. Berdasarkan strukturnya kalimat suruh digolongkan
menjadi kalimat empat macam, yaitu 1) kalimat suruh sebenarnya, 2) kalimat
persilahan, 3) kalimat ajakan, dan 4) kalimat larangan. Keempat macam kalimat
suruh tersebut dijelaskan sebagai berikut.
1) Kalimat suruh sebenarnya
Kalimat suruh sebenarnya adalah kalimat yang ditandai pola intonasi suruh.
Apabila P kalimat tersebut berupa verba intransitif maka bentuk verba itu tetap
serta dapat diberi partikel –lah dan kata tolong untuk memperhalus perintah. S
yang berupa persona kedua dapat dilesapkan atau tidak. Apabila P-nya berupa
verba transitif, selain ditandai dengan pola intonasi suruh juga ditandai adanya
prefiks meN-. Kalimat suruh yang menggunakan meN- pada verbanya, selain
ditandai dengan intonasi suruh juga ditandai dengan wajib hadirnya partikel –lah.
Adapun contoh kalimat suruh sebenarnya adalah sebagai berikut.
- Kemarilah!
- Sapulah ruangan yang kotor itu!

18
- Tolong, hapus papan tulis itu!
2) Kalimat persilahan
Kalimat persilahan adalah kalimat suruh yang ditandai pula dengan adanya
penambahan penggunaan kata silahkan yang diletakkan di awa kalimat. S kalimat
persilahan dapat dilesapkan dan dapat pula tidak. Adapun contoh kalimat
persilahan adalah sebagai berikut.
- Silahkan pulang dan belajar di rumah!
- Silahkan menikmati hidangan ini!
3) Kalimat ajakan
Kalimat ajakan sedikit berbeda dengan kalimat suruh yang lain. Kalimat
ajakan menghendaki tanggapan berupa tindakan yang tidak hanya dilakukan oleh
orang yang disuruh, tetapi juga dilakukan oleh orang yang menyuruh. Selain
ditandai dengan pola intonasi suruh, kalimat ajakan juga ditandai dengan adanya
kata ajakan yaitu mari atau ayo di awal kalimat. Untuk memperhalus kalimat
ajakan digunakan partikel –lah. S kalimat boleh dilesapkan boleh tidak. Adapun
contoh kalimat ajakan adalah sebagai berikut.
- Ayolah kita pergi ke pasar besok pagi!
- Mari bekerja bakti membersihkan desa!
4) Kalimat larangan
Kalimat larangan adalah kalimat yang ditandai dengan adanya intonasi suruh
dan kata larangan, yaitu jangan. Untuk memperhalus kalimat larangan digunakan
partikel –lah. Adapun contoh kalimat larangan adalah sebagai berikut.
- Jangan mendekati kawasan longsor itu!
- Jangan pergi!
d) Kalimat seru
Kalimat seru adalah kalimat yang mempunyai pola intonasi seru. Dalam
bahasa tulis, pola intonasi kalimat seru adalah digambarkan dengan digunakannya
huruf besar di awal kalimat dan tanda seru di akhir kalimat. Pola intonasi kalimat
seru adalah [2] 3#, [2] 3 3#, atau [2] 3 3// [2] 1# apabila kalimat itu berklausa.
Pada umumnya kalimat seru ditandai dengan kata alangkah, bukankah, aduh,
wah, amboi,dsb. Pada umumnya kalimat seru digunakan untuk mengungkapkan
perasaan kagum. Adapun contoh kalimat seru adalah sebagai berikut.

19
- Amboi, cantiknya gadis itu!
- Betapa gantengnya laki-lak itu!

2.3 REALISASI MAKNA KALIMAT BERITA DAN KALIMAT TANYA


Secara teori, kalimat berita dan kalimat tanya memiliki fungsi tertentu yaitu
sebagai berikut. Kalimat berita atau kalimat deklaratif berfungsi untuk
memberitakan sesuatu kepada pembaca atau pendengar sehingga tanggapan yang
diperoleh berupa perhatian seperti tercermin pada pandangan mata yang
menunjukkan jawaban ya atau tidak. Sedangkan kalimat tanya atau kalimat
interogatif adalah kalimat yang isinya menanyakan sesuatu atau seseorang. Secara
teori fungsi dari kalimat berita dan kalimat tanya ini benar, tetapi pada
realisasinya terdapat perluasan fungsi kalimat berita dan kalimat tanya dalam
kehidupan sehari-hari. Adapun perluasan fungsi kalimat berita dan kalimat tanya
dalam realisasinya dapat dijelaskan sebagi berikut.
1. Realisasi makna kalimat berita
Fungsi utama kalimat berita adalah untuk memberitakan sesuatu kepada
pendengar atau pembaca yang nantinya hanya akan menimbulkan respon berupa
ya atau tidak, setuju atau tidak setuju. Namun, selain fungsi tersebut dalam
kenyataan sehari-hari kalimat berita juga memiliki fungsi suruhan, ajakan, dan
larangan sehingga menimbulkan respon tindakan. Adapun contoh penggunaan
kalimat berita sebagai suruhan, ajakan, dan larangan adalah sebagai berikut.
a. Ac ruangan ini menjadi tidak berfungsi karena pintunya terbuka.
Kalimat Ac ruangan ini menjadi tidak berfungsi karena pintunya terbuka.
berdasarkan strukturnya merupakan kalimat berita, yaitu kalimat yang ditandai
huruf kapital pada awal kalimat dan diakhiri dengan intonasi berita berupa tanda
titik (.). Meskipun bernada berita, tetapi makna dari kalimat ini belum tentu
bermakna berita tetapi bisa bermakna suruhan yaitu perintah untuk menutup pintu.
b. Papan tulis itu sudah penuh.
Kalimat Papan tulis itu sudah penuh. berdasarkan strukturnya merupakan
kalimat berita, yaitu kalimat yang ditandai huruf kapital pada awal kalimat dan
diakhiri dengan intonasi berita berupa tanda titik (.). Meskipun bernada berita,

20
tetapi makna dari kalimat ini belum tentu bermakna berita tetapi bisa bermakna
suruhan yaitu perintah untuk menghapus tulisan di papan tulis.
c. Besok ada karnaval akbar di Sawojajar.
Kalimat Besok ada karnaval di Sawojajar. berdasarkan strukturnya
merupakan kalimat berita, yaitu kalimat yang ditandai huruf kapital pada awal
kalimat dan diakhiri dengan intonasi berita berupa tanda titik (.). Meskipun
bernada berita, tetapi makna dari kalimat ini belum tentu bermakna berita tetapi
bisa bermakna ajakan yaitu ajakan untuk melihat karnaval.
d. Hari sabtu Rosa akan menyanyi di Graca, tetapi sekarang tiketnya sudah
hampir habis terjual.
Kalimat Hari sabtu Rosa akan menyanyi di Graca, tetapi sekarang
tiketnya sudah hampir habis terjual . berdasarkan strukturnya merupakan kalimat
berita, yaitu kalimat yang ditandai huruf kapital pada awal kalimat dan diakhiri
dengan intonasi berita berupa tanda titik (.). Meskipun bernada berita, tetapi
makna dari kalimat ini belum tentu bermakna berita tetapi bisa bermakna ajakan
yaitu ajakan untuk melihat konser Rosa di Graca dan segera membeli tiket.
e. Setelah hujan, jalanan akan menjadi licin dan berbahaya.
Kalimat Setelah hujan, jalanan akan menjadi licin dan berbahaya.
berdasarkan strukturnya merupakan kalimat berita, yaitu kalimat yang ditandai
huruf kapital pada awal kalimat dan diakhiri dengan intonasi berita berupa tanda
titik (.). Meskipun bernada berita, tetapi makna dari kalimat ini belum tentu
bermakna berita tetapi bisa bermakna larangan yaitu larangan untuk keluar setelah
hujan sebab jalanan menjadi licin dan berbahaya untuk pengendara.
2. Realisasi makna kalimat tanya
Fungsi utama kalimat tanya adalah untuk menanyakan sesuatu atau
seseorang. Namun, selain fungsi tersebut dalam kenyataan sehari-hari kalimat
tanya juga memiliki fungsi suruhan, ajakan, dan larangan. Adapun contoh
penggunaan kalimat tanya sebagai suruhan, ajakan, dan larangan adalah sebagai
berikut.
a. Apakah kamu sedang repot?
Kalimat Apakah kamu sedang repot? berdasarkan strukturnya merupakan
kalimat tanya, yaitu kalimat yang ditandai huruf kapital pada awal kalimat dan

21
diakhiri dengan intonasi tanya berupa tanda tanya (?). Meskipun bernada tanya,
tetapi makna dari kalimat ini belum tentu bermakna tanya tetapi bisa bermakna
suruh yaitu apabila ia tidak repot pasti si penanya akan meminta bantuan atau
menyuruh orang yang ditanya.
b. Kapan dia akan pergi ke apotek?
Kalimat Kapan dia akan pergi ke apotek? berdasarkan strukturnya
merupakan kalimat tanya, yaitu kalimat yang ditandai huruf kapital pada awal
kalimat dan diakhiri dengan intonasi tanya berupa tanda tanya (?). Meskipun
bernada tanya, tetapi makna dari kalimat ini belum tentu bermakna tanya tetapi
bisa bermakna suruh yaitu pergilah ke apotek dengan segera.
c. Enak bukan apabila berlibur ke pantai saat liburan semester?
Kalimat Enak bukan apabila berlibur ke pantai saat liburan semester?
berdasarkan strukturnya merupakan kalimat tanya, yaitu kalimat yang ditandai
huruf kapital pada awal kalimat dan diakhiri dengan intonasi tanya berupa tanda
tanya (?). Meskipun bernada tanya, tetapi makna dari kalimat ini belum tentu
bermakna tanya tetapi bisa bermakna ajakan yaitu ajakan untuk pergi berlibur ke
pantai liburan semester nanti.
d. Apakah tidak terlalu sore kamu pulang?
Kalimat Apakah tidak terlalu sore kamu pulang? berdasarkan strukturnya
merupakan kalimat tanya, yaitu kalimat yang ditandai huruf kapital pada awal
kalimat dan diakhiri dengan intonasi tanya berupa tanda tanya (?). Meskipun
bernada tanya, tetapi makna dari kalimat ini belum tentu bermakna tanya tetapi
bisa bermakna larangan yaitu larangan untuk pulang terlalu malam.
Dari contoh-contoh penggunaan kalimat berita dan kalimat tanya dalam
kehidupan sehari-hari maka dapat disimpulkan bahwa selain berfungsi untuk
memberitakan dan menanyakan sesuatu, kalimat berita dan kalimat tanya juga
memiliki fungsi yang lain, seperti suruhan, ajakan, dan larangan. Selain ketiga
fungsi tersebut, seiring perkembangan waktu tidak menutup kemungkinan kalimat
berita dan kalimat tanya akan memiliki fungsi-fungsi lain yang lebih luas.Oleh
karena itu, pendefinisian kalimat berita dan kalimat tanya berdasarkan maknanya
menjadi kurang mewakili (kurang tepat) sehingga lebih baik digunakan
pendifinisian berdasarkan bentuk atau strukturnya.

22
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kalimat merupakan satuan gramatik yang dibatasi oleh kesenyapan awal,
(yang dalam bahasa tulis berupa huruf kapital) dan kesenyapan akhir (yang dalam
bahasa tulis berupa tanda tanya, seru, atau titik) yang menandakan bahwa kalimat
itu sudah lengkap dan tidak memungkinkan adanya asimilasi (perpaduan) bunyi
lagi. Kalimat dapat diklasifikasikan berdasarkan dua hal, yaitu berdasakan struktur
dan berdasarkan makna. Berdasarkan struktur kalimat dibedakan menjadi dua
jenis yaitu kalimat berklausa dan kalimat tidak berklausa. Kemudian kalimat
berklausa masih dibagi lagi menjadi tujuh kategori yaitu berdasarkan struktur
intern, urutan S dan P, kategori frasa yang menjadi P, wajib hadir tidaknya O, ada
tidaknya unsur negasi yang menegatifkan P, peran fungtor, dan jumlah klausa.
Sedangkan berdasarkan makna, kalimat dibagi menjadi empat jenis yaitu kalimat
berita, kalimat tanya, kalimat suruh, dan kalimat seru.
Berdasarkan maknanya, kalimat berita dan kalimat tanya biasanya berisi
pemberitahuan dan pertanyaan. Tetapi dalam realisasinya dalam kenyataan
ternyata selain berfungsi untuk memberitakan dan menanyakan, kedua kalimat
tersebut juga bisa berfungsi lain, seperti suruhan, ajakan, larangan, dll. Oleh
karena itu, secara pendefinisian kurang tepat apabila kalimat berita dan kalimat
tanya didasarkan pada maknanya. Pendifinisian yang lebih mewakili adalah
berdasarkan strukturnya.
3.2 Saran
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat diketahui bahwa kalimat tidak
sesederhana yang kita pikirkan. Kalimat terdiri dari berbagai macam jenis, ada
kalimat berdasarkan struktur dan ada juga kalimat berdasarkan makna. Klasifikasi
kalimat berdasarkan makna ini, ternyata seringkali tidak mewakili definisi kalimat
itu sendiri, seperti yang terjadi pada kalimat berita dan kalimat tanya. Secara teori
kalimat berita berfungsi untuk memberitahukan sesuatu dan kalimat tanya
berfungsi untuk menanyakan sesuatu. Tetapi pada kenyataannya, fungsi tersebut
sekarang telah mengalami perluasan, menjadi suruhan, ajakan, larangan dll. Oleh

23
karena itu, mempelajari dan memahami kalimat beserta jenisnya menjadi hal yang
penting untuk dilakukan.

24
DAFTAR RUJUKAN

Sumadi. 2013. Sintaksis Bahasa Indonesia. Malang: A3.


Putrayasa, Ida Bagus. 2008. Analisis Kalimat : Fungsi, Kategori, Peran.
Singaraja: PT. Refika Aditama.
Chaer, Abdul. 2009. Linguistik Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sidu, L. Ode. 2012. Sintaksis Bahasa Indonesia. Kendari: Unhalu Press.

25

Anda mungkin juga menyukai