Disusun oleh :
Kelompok IV
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hanson dalam buku Legal Method, Skills, and Reasoning, menyatakan bahwa studi
hukum secara kritis dari sudut pandang logika, penalaran hukum, dan argumentasi hukum
dibutuhkan karena pemahaman hukum dari perspektif semacam ini berusaha menemukan,
mengungkap, menguji akurasi, dan menjustifikasi asumsi-asumsi atau makna-makna yang
tersembunyi dalam peraturan atau ketentun hukum yang ada berdasarkan kemampuan rasio
(akal budi) manusia.
Kemampuan semacam ini tidak hanya dibutuhkan bagi mereka yang berkecimpung
dalam bidang hukum melainkan juga dalam seluruh bidang ilmu dan pengetahuan lain di
luar hukum. Harus diakui bahwa konsep, pemahaman, dan studi tentang logika, penalaran,
dan argumentasi hukum meskipun sering didiskusikan dalam hukum tetapi jarang
dijelaskan, dielaborasi, dan ditelaah secara memadai.Mahasiswa hukum sering dituntut
untuk berpikir seperti seorang ahli hukum, “to think like a lawyer”.Mereka diharapkan kelak
mampu menganalisis kasus hukum melalui medium penalaran hukum dalam kasus-kasus
hukum entah dalam wilayah publik, akademik, atau pengadilan.Di samping itu mahasiswa
pun diharapkan mampu memahami secara kritis, rasional, dan argumentatif teori, rumusan
undang-undang, opini, maupun pendapat hukum.
Tidak dapat disangkal bahwa logika dan penalaran hukum (legal reasoning) sering
ditolak.Sebagian pendapat menyatakan bahwa hukum berurusan dengan data, fakta, atau
pengalaman praktis dan bukan pemikiran abstrak, rasional atau logis.Penalaran hukum lalu
dianggap tidak perlu diajarkan kepada mereka yang mempelajari hukum karena tidak
“membumi”.Hukum harus dipelajari melalui pengalaman konkret saja 1.
B. Rumusan Masalah
1
Urbanus Ura Weruin, Logika, Penalaran, dan Argumentasi Hukum, FH Universitas Tarumanagara Jakarta : 2017,
Jurnal Konstitusi, Volume 14, Nomor 2, hal 375-376.
BAB II
PEMBAHASAN
2
W. Pespoprodjo dan T. Gilareso. Logika Ilmu Menalar: Dasar-Dasar Berpikir Tertib, Logis, Kritis, Analitis,
Dialektis. Bandung: Pustaka Grafika, 2011.
termantara tidak lagi berfungsi sebagai term-antara dan tidak lagi menghubungkan
(memisahkan) subyek dan predikat. Misalnya: Banyak orang kaya yang kikir Si
Fulan adalah orang kaya Jadi, Si Fulan adalah orang yang kikir 3.
b. Mengangkut keputusan-keputusan.
1) Jika kedua premis (yakni major dan minor) afirmatif atau positif, maka
kesimpulannya harus afirmatif dan positif pula.
2) Kedua premis tidak boleh negatif, sebab term-antara (M) tidak lagi berfungsi sebagai
penghubung atau pemisah subyek dan predikat. Dalam silogisme sekurang-
kurangnya satu, yakni subyek atau predikat, harus dipersamakan dengan term-antara
(M): Misalnya: Batu bukan binatang Kucing bukan batu Jadi, kucing bukan
binatang.
3) Kedua premis tidak boleh partikular. Sekurang-kurangnya satu premis harus
universal. Misal: Ada orang kaya yang tidak tenteram hatinya Banyak orang yang
jujur teteram hatinya Jadi, orang-orang kaya tidak jujur.
4) Kesimpulan harus sesuai dengan premis yang paling lemah. Keputusan particular
adalah keputusan yang ‘lemah’ dibandingkan dengan keputusan yang universal.
Keputusan negatif adalah keputusan yang ‘lemah’ dibandingkan dengan keputusan
afirmatif atau positif. Oleh karena itu:
a. Jika satu premis partikular, kesimpulan juga particular.
b. Jika salah satu premis negatif, kesimpulan juga harus negative.
c. Jika salah satu premis negatif dan partikular, kesimpulan juga harus negatif
dan partikular. Kalau tidak, ada bahaya ‘latius hos’ lagi. Misalnya: Beberapa
anak puteri tidak jujur Semua anak puteri itu manusia (orang) Jadi, beberapa
manusia (orang) itu tidak jujur 4.
1. M – P
2. P – M
3. M – P
3
Ahmad Taufiq MA, Modul Ilmu Mantiq/Logika.
4
Ibid.
4. P – M, S – M, S – M, M – S, M – S, S – P, S – P, S – P, S – P
Semua ini merupakan susunan yan paling sempurna dan tepat sekali utuk suatu
eksposisi yang positif. - Syarat-syaratnya ialah: premis minor harus afirmatif dan premis
major universal. - Karena itu kombinasi-kombinasi yang mungkin ialah: AAA, EAE,
dan EIO (AAI dan EAO tidak lazim). Contohnya :
a. AAA : Semua manusia dapat mati Semua orang Indonesia adalah manusia
Jadi, semua orang Indonesi dapat mati
b. AAI : Semua manusia dapat mati Semua orang Indonesia adalah manusia
Jadi, beberapa orang Indonesia dapat mati
c. EAE : Semua manusia tidaklah abadi Semua orang Indonesia adalah manusia
Jadi, semua orang Indonesia tidaklah abadi
d. EAO : Semua manusia tidaklah abadi Semua orang Indonesia adalah
manusia Jadi, beberapa orang Indonesia tidaklah abadi
e. AII : Semua kucing mengeong Ciro adalah kucing Jadi, Ciro mengeong EIO
: Tidak ada seorang manusia pun yang adalah seekor kucing Beberapa hewan
adalah manusia Jadi, beberapa hewan bukanlah kucing Susunan yang kedua:
P - M S - M S - P - Susunan ini tepat sekali untuk menyusun sanggahan.
Susunan ini juga dapat dijabarkan menjadi susunan yang pertama. Syarat-
syaratnya ialah: sebuah premis harus negatif, premis major harus universal. -
Karena itu, kombinasi-kombinasi yang mungkin ialah: AEA, AEE, EIO, dan
AOO (EAO dan AEO tidak lazim). Misalnya :
a. EAE: Tidak ada kucing yang mempunyai sayap Semua burung
mempunyai sayap Jadi, tidak ada burung yang adalah kucing
b. EAO: Tidak ada kucing yang mempunyai sayap Semua burung
mempunyai sayap Jadi, seekor bukanlah kucing
c. AEE: Semua manusia berakal budi Kera tidak berakal budi Jadi, kera
bukanlah manusia
d. AEO: Semua manusia berakal budi Kera tidak berakal budi Jadi, seekor
kera bukanlah manusia
e. IEO: Semua manusia yang normal bukanlah ateis Beberapa orang
Indonesia adalah ateis Jadi, beberapa orang Indonesia bukanlah manusia
yang normal
f. AOO: Semua ikan dapat berenang Beberapa burung tidak dapat berenang
Jadi, beberapa burung bukanlah ikan5.
a. AAI : Semua manusia berakal budi Semua manusia adalah hewan Jadi, beberapa
hewan berakal budi
b. IAI : Beberapa murid nakal Semua murid adalah manusia Jadi, beberapa manusia
adalah nakal
c. AII Semua mahasiswa adalah manusia Beberapa mahasiswa adalah pandai Jadi,
beberapa mansia adalah pandai
d. EAO Semua manusia bukanlah burung Semua manusia adalah hewan Jadi, beberapa
hewan bukanlah burung
e. OAO Beberapa ekor kuda tidak ada gunanya Semua kuda adalah binatang Jadi,
beberapa binatang tidak ada gunanya
f. EIO Tida ada seorang manusia pun mempunyai ekor Beberapa manusia berbadan
kekar Jadi, beberapa manusia yang berbadan kekar tidak mempunyai ekor
Susunan yang keempat: P - M M - S S - P - Susunan ini tidak lumrah dan hampir tidak
pernah dipakai. Karena itu susunan ini sebaiknya disingkirkan saja.Susunan ini dengan mudah
dapat dijabarkan menjadi susunan yang pertama.Syarat-syaratnya ialah: Apabila premis major
afirmatif, premis minor harus universal; Apabila premis minor afimatif, kesimpulan harus
particular; dan Apabila salah satu premis negative, premis major harus universal. - Karena itu
kombinasi-kombinasi yang mungkin ialah: AAI, AEE, IAI, EAO, dan EIO (AEO tidak lazim).
Misalnya :
a. AAI Semua manusia adalah hewan Semua hewan dapat mati Jadi, beberapa yang dapat
mati adalah manusia
b. AEE Semua orang sombong adalah keras kepala Tidak ada orang yang keras kepala pun
disenangi orang Jadi, yang tidak disenangi orang adalah orang yang sombong
c. IAI Beberapa orang kaya adalah licik Semua yang licik adalah manusia Jadi, beberapa
manusia adalah orang kaya
d. EAO Tidak ada pencuri yang disayangi Semua yang disayangi adalah yang baik budinya
Jadi, beberapa orang yang baik budinya bukalah Pencuri
e. EIO Tidak ada mahasiswa bodoh yang lulus Beberapa yang lulus adalah rajin Jadi,
beberapa yang rajin bukanlah mahasiswa yang bodoh
5
Ibid.
6
W. Pespoprodjo dan T. Gilareso. Logika Ilmu Menalar: Dasar-Dasar Berpikir Tertib, Logis, Kritis, Analitis,
Dialektis. Bandung: Pustaka Grafika, 2011.
f. AEO Semua orang yang cinta tanah air Indonesia adalah cinta akan Pancasila Tidak ada
seorang pun yang cinta akan Pancasila mempropagandakan kekerasan Jadi, beberapa
orang yang mempropagandakan kekerasan tidak cinta akan tanah air Indonesia 7.
Dalam definisi di atas jelaslah bahwa silogisme kategorik harus terdiri atas 3 term, hal
ini merupakan suatu prinsip sehingga silogismenya disebut dengan silogisme beraturan. Jadi
silogisme beraturan adalah hanya terdiri atas tiga term. Dengan memperhatikan kedudukan term
7
Ibid.
pembanding, dalam premis pertama maupun dalam premis kedua maka silogisme kategorik
dapat dibedakan antara empat bentuk atau empat pola, yaitu berikut ini :
1. Silogisme Sub-Pre: Suatu bentuk silogisme yang term pembandingnya dalam premis
pertama sebagai subjek dan dalam premis kedua sebagai predikat.
2. Silogisme Bis-Pre: Suatu bentuk silogisme yang term pembandingnya menjadi
predikat dalam kedua premis.
3. Silogisme Bis-Sub: Suatu bentuk silogisme yang term pembandingnya menjadi
subjek dalam kedua premis.
4. Silogisme Pre-Sub: Suatu bentuk silogisme yang term pembandingnya dalam premis
pertama sebagai predikat dan dalam premis kedua sebagai subjek 8.
Silogisme tidak beraturan ada empat macam, yaitu entimema, epikirema, sorites, dan
ada juga yang disebut dengan polisilogisme. Semua ini akan dibicarakan satu per satu secara
jelas. Penalaran bentuk entimema hanya menyebutkan premisnya saja tanpa ada kesimpulan
karena dianggap sudah langsung dimengerti kesimpulannya atau sudah disebutkan terlebih
dahulu.Dan sering juga menyebutkan premis pertama dengan kesimpulan atau premis kedua
dengan kesimpulan.Semua ini menunjukkan bahwa dalam penalarannya itu ada proposisi yang
diperkirakan atau tidak dinyatakan.
9
Ibid.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Demikian makalah ini kami susun, tentunya makalah ini jauh dari kata sempurna. Karena
keterbatasan pengetahuan dan referensi buku yang diperoleh. Untuk itu penulis berharap
pembaca memebrikan masukan dan saran agar adanya perbaikan dalam penulisan makalah
selanjutnya. Dan semoga makalah ini dapat membantu dan bermanfaat untuk para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Urbanus Ura Weruin, Logika, Penalaran, dan Argumentasi Hukum, Jurnal Konstitusi,
Volume 14, Nomor 2, FH Universitas Tarumanagara Jakarta : 2017
W. Pespoprodjo dan T. Gilareso. Logika Ilmu Menalar: Dasar-Dasar Berpikir Tertib, Logis,
Kritis, Analitis, Dialektis. Bandung: Pustaka Grafika, 2011