Teori argumentasi mengembangkan kriteria dijadikan dasar untuk suatu argumentasi yang
jelas dan rasional .Isu utama adalah adakah kriteria universal dan kriteria yuridis yang spesifik
dan menjadikan dasar rasionalitas argumentasi hukum?. Suatu tradisi yang sudah sangat lama
dalam argumentasi hukum adalah pendekatan formal logis. Untuk analisa rasionalitas
proposisi dikembangkan 3 model logika : 1. Logika silogistis, 2. Logika proposisi , 3. Logika
predikat. Untuk analisa penalaran dikembangkan logika diontis
Diantara para penulis memang terdapat perbedaan pendapat mengenai peran logika formal
dalam argumentasi hukum , sperti contoh MacCormick , logika hanya mempunyai peran
terbatas, bahkan ada yang berpendapat logika tidak penting, seperti Perelman dan Toulmin.
Sama oleh R. G. Soekadijo, logika sebagai istilah ,suatu metoda atau teknik yang
diciptakan untuk meneliti ketepatan penalaran. Penalaran adalah bentuk pemikiran. Bentuk
pemikiran lain yang sederhana adalah konsep (conceptus, concept), pernyataan (propositio,
statement) penalaran (ratio cinium, reasoning).
2. Kesesatan (Fallacy)
Kesesatan (fallacy) dalam suatu penalaran dapat terjadi karena yang sesat itu, karena
sesuatu hal, kelihatan tidak masuk akal. Jika orang mengemukakan sebuah penalaran yang sesat
dan tidak melihat kesesatannya maka penalaran tersebut disebut paralogis. Dan jika penalaran
yang sesat itu dengan sengaja digunakan untuk menyesatkan orang lain, maka disebut sofisme.
Penalaran bias saja sesat karena bentuknya tidak valid, hal itu terjadi karena pelanggaran
terhadap kaidah-kaidah logika. Selain itu jika penalaran sesat karena tidak ada hubungan logis
antara premis dan konklusi disebut kesesatan relevansi. Menurut R.G. Soekadijoada, 5 kesesatan
hukum yaitu :
1. Argumentum ad ignorantiam
2. Argumentum ad verecumdiam
3. Argumentum ad hominem
4. Argumentum ad misericordiem
5. Argumentum ad baculum
Ilustrasi dari 5 kesesesatan juga dikemukakan oleh Irving M. Copy. Bila tepat dalam
penggunaanya justru bukan kesesatan dalam penalaran hukum yaitu :
1. Argumentum ad ignorantiam
Terjadi bila diargumentasikan suatu proposisi sebagai benar karena tidak terbukti salah
atau suatu proposisi salah karena tidak terbukti benar. Dalam hukum argumentum ad
ignorantiam terjadi bila dimungkinkan oleh hukum acara bidang tersebut.
2. Argumentum ad verecundiam
Menolak atau menerima suatu argumentasi karena orang yang mengemukakannyan adalah
orang yang berwibawa, berkuasa, ahli, dan dapat dipercaya bukan karena nilai
penalarannya. Argumentum ad verecundiam tidak sesat jika suatu yuirisprudensi menjadi
yurisprudensi tetap.
3. Argumentum ad hominem
Menolak atau menerima suatu argumentasi bukan karena penalaran tetapi keadaan
orangnya. Argumentasi seperti ini tidak sesat jika digunakan untuk mendiskreditkan
seorang saksi yang tidak mengetahui secara pasti kejadian yang sebenarnya.
4. Argumentum ad misericordiam
Argumentasi yang bertujuan untuk menimbulkan belas kasihan. Argumentasi ini tidak
sesat jika digunakan untuk memperoleh keringanan hukuman dan jika untuk pembuktian
tidak bersalah merupakan suatu kesesatan hukum.
5. Argumentum ad baculum
Menerima atau menolak suatu argumentasi karena suatu ancaman. Argumentasi ini tidak
sesat jika digunakan untuk mengingatkan seseorang tentang suatu ketentuan hukum.
Dalam kaitan ituada tiga lapisan hukum yang rasional (Drive niveaous van rationale
jurisdische argumentatie), yang meliputi :
a. Lapisan logika
Lapisan ini merupakan bagian dari logika tradisional dan untuk struktur intern dari
suatu argumentasi. Isi yang muncul disini berkaitan dengan premies yang digunakan
menarik suatu kesimpulan yang logis.
b. Lapisan dialetik
Di lapisan ini ada dua pihak yang beragumentasi yang bias saja pada akhirnya tidak
menemukan jawaban. Lapisan ini membandingkan argumentasi pro maupun kontra.
c. Lapisan procedural
Suatu dialog atau argumentasi harus berdasarkan pada aturan main yang sudah
ditetapkan dengan syarat-syarat prosedur yang rasional dan syarat penyelesaian
sengketa yang jelas.
Legal reasoning digunakan dalam dua arti, yaitu dalam arti luas dan sempit. Dalam arti
luas, legal reasoning berkaitan dengan proses psikologi yang dilakukan oleh hakim, untuk
sampai pada keputusan atas kasus yang dihadapi. Sedangkan dalam arti sempit berkaitan dengan
jenis-jenis argumentasi, hubungan antara reason ( pertimbangan dan alasan), dan keputusan, serta
ketepatan alas an atau pertimbangan yang mendukung keputusan.
Komentar :
Logika merupakan hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan
dalam bahasa, singkkatnya logika adalah cara berpikir benar. Banyak manfaat yang didapatkan
dari mempelajari logika yaitu :
Pelajaran logika menambah daya pikir abstrak dan ddengan demikian melatih dan
mengembangkan daya pemikiran dan menimbulkan disiplin intelektual.
Logika mencegah kita tersesat oleh segala sesuatu yang kita peroleh berdasarkan otoriti
1. Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis,
lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren.
3. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri.
4. Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-asas
sistematis.
Apabila sudah mampu berpikir rasional, kritis, lurus, metodis dan analitis sebagaimana tersebut
pada butir pertama maka akan meningkatkan citra dan kepercayaan diri seseorang. Tujuan logika
sebagai suatu studi ilmiah hanya untuk memberikan prinsip-prinsip dan hukum-hukum berpikir
yang benar. Akan digunakan atau tidaknya apa yang telah diperolehnya itu, bergantung kepada
pribadi masing-masing.
Kesimpulan :
Logika hukum adalah suatu hasil proses berpikir yang dibutuhkan oleh setiap ahli hukum,
calon ahli hukum atau penegak hukum. Mempunyai kompetensi untuk menerapkan atau
pembentuk hukum selalu memperhatikan antara pertimbangan hukum dan amar putusan.
Melakukan perumpamaan selama melakukan proses olah pikir dengan berargumentasi hukum
akan memudahkan pemahaman. Kesalahpahaman terhadap peran logika di dalam argumentasi
hukum yaitu :berkaitan dengan keberatan terhadap penggunaan logika silogistik (sylogistiche
logica). berkaitan dengan peran logika dalam proses pengambilan keputusan oleh hakim dan
pertimbangan-pertimbangan yang melandasi keputusan. berkaitan dengan alur logika formal
dalam menarik suatu kesimpulan.logika tidak berkaitan dengan aspek substansi dalam
argumentasi hukum menyangkut tidak adanya kriteria formal yang jelas tentang hakikat
rasionalitas nilai di dalam hukum.
Pertanyaan :
M. Hadjon
KELAS :B