Anda di halaman 1dari 2

PERDAMAIAN

Gugatan untuk penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara adalah gugatan ten- tang
sah atau tidak sahnya Keputusan Tata Usaha Negara yang menimbulkan akibat terjadinya
sengketa Tata Usaha Negara tersebut. Mengingat gugatan untuk penyelesaian sengketa Tata
Usaha Negara menyangkut tentang sah atau tidak sahnya Keputusan Tata Usaha Negara,
maka sebenarnya untuk penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara tidak dikenal adanya
perdamaian, yang terbukti dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 jo Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2004 jo Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 sendiri tidak ada ketentuan
tentang perdamaian seperti yang terdapat dalam penyelesaian perkara perdata.1

Oleh karena itu sudah tepat jika Mahkamah Agung,2 memberikan petunjuk bahwa
kemungkinan adanya perdamaian antara para pihak hanya terjadi di luar persidangan. Apabila
antara para pihak dalam sengketa Tata Usaha Negara di luar pemeriksaan sidang Pengadilan
sampai terjadi perdamaian, Surat Edaran Mahkamah Agung RI tersebut memberikan
petunjuk lebih lanjut sebagai berikut :

1. Penggugat mencabut gugatannya secara resmi dalam sidang terbuka untuk


umum dengan menyebutkan alasan pencabutannya.
2. Apabila pencabutan gugatan dimaksud dikabulkan, maka Hakim
memerintahkan agar panitera mencoret gugatan tersebut dan register perkara.
3. Perintah pencoretan diucapkan dalam persidangan yang terbuka untuk umum.

Adapun hal yang menarik perhatian dari petunjuk Mahkamah Agung tersebut adalah
pencabutan gugatan oleh Penggugat dalam sidang terbuka untuk umum, harus mendapat
persetujuan dari pengadilan. Maksudnya agar pengadilan dapat mengadakan penelitian
apakah dalam pencabutan gugatan oleh Penggugat terdapat unsur paksaan, kekeliruan atau
tipu daya yang dilakukan oleh Tergugat. Apabila dijumpai adanya unsur tersebut, maka
pengadilan tidak akan mengabulkan pencabutan gugatan yang akan dilakukan oleh
Penggugat.

1
Pasal 130 HIR, Pasal 154 RBg.
2
Lihat butir VIII pada Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 1991.
Petunjuk dari Mahkamah Agung RI tersebut dapat dimengerti, karena dalam
penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara, kedudukan Tergugat lebih dominan jika
dibandingkan dengan kedudukan Penggugat. Sebagai contoh dari penyelesaian sengketa Tata
Usaha Negara melalui perdamaian adalah sengketa Tata Usaha Negara dalam perkara Nomor
01/PTUN-JKT/1991 antara Paulus Djaja Sentosa melawan Walikota Jakarta Barat dengan
Akta Perdamaian tanggal 25 Maret 1991.3

3
O.C. Kaligis, Praktek-Praktek Peradilan Tata Usaha Negara di Indonesia, Buku Pertama, ...Op.cit, hlm. 6-11.

Anda mungkin juga menyukai