PEMBAHASAN
5.1 Definisi
Dalam subbab ini, kita akan melihat bagaimana kuantor masuk kedalam definisi
matematika dan dengan cara tradisional definisi muncul sebagai sebuah implikasi. Tetapi
hati-hati dan ingat bahwa hanya dalam definisi suatu implikasi dapat dibaca dan
diinterpretasikan secara benar sebagai biimplikasi.
Contoh 5.1
Misalkan Semesta Pembicara (SP) terdiri dari semua segi empat dalam bidang dan ada
dua pendapat sebagai hasil identifikasi tentang bujur sangkar.
(a) “jika sebuah segi empat adalah bujur sangkar, maka segi empat tersebut mempunyai
empat tersebut mempunyai empat sudut yang sama.”
(b) “jika sebuah segi empat mempunyai empat sudut yang sama, maka segi empat
tersebut adalah bujur sangkar.”
Dalam hal ini, jika ditulis dalam pernyataan-pernyataan berkuantor dengan kuantor
universal adalah sebagai berikut:
P(x) : x adalah bujur sangkar
q(x) : x mempunyai empat sudut yang sama
Maka identifikasi (a) dan (b) dapat dituliskan sebagai
∀ x [ p ( x ) → q ( x ) ] dan ∀ x [q ( x ) → p ( x ) ]
2
Dalam keadaan ini masing masing hasil identifikasi menggunakan sebuah implikasi dengan
mengartikan biimplikasi. Keduanya mempunyai maksud (gagasan yang tidak dinyatakan)
∀ x [ p ( x )↔ q ( x )]
“sebuah segi empat adalah bujur sangkar jika dan hanya jika
Contoh 5.2
Misalkan SP adalah semua bilangan bulat yang dapat dibedakan bilang bulat genap
dengan sifat tertentu dan didefinisikan sebagai berikut :
Untuk setiap bilangan bulat n kita sebut n genap jika n dapat dibagi 2.
∀ x [q ( x) → p ( x)]
Dalam hal ini, pernyataan berkuantor merupakan implikasi. Secara sama seperti Contoh
5.1, defenisi dapat ditulis sebagai
∀ x [ p ( x )↔ q ( x )]
Artinya, “untuk setip bilangan bulat n, n disebut genap jika dan hanya jika n dapat dibagi
2.” Pernyataan majemuk “n =2k, untuk suatu bilangan bulat k.”
3
Contoh 5.3
2=1+1 12 = 4 + 4 + 4 22 = 9 + 9 + 4
4=4 14 = 9 + 4 + 1 24 = 16 + 4 + 4
6=4+1+1 16 = 16 26 25 + 1
8=4+4 18 = 16 + 1 + 1
10 = 9 + 1 20 = 16 + 4
Dalam hal ini, teorema dipandang sebagai pernyataan-pernyataan metematika yang diketahui
benar. Kadang-kadang istilah teorema digunakan hanya untuk mendeskripsikan hasil-hasil yang
besar dan banyak hasil sebagai akibatnya. Akibat-akibat langsung dari teorema diberi istilah
akibat (corollary).
Jika sebuah kalimat terbuka menjadi benar untuk semua penggantian oleh anggota dalam
SP yang diberikan, maka kalimat terbuka tersebut benar untuk setiap individu tertentu anggota
dalam semesta. Secara simbolik, misalkan p(x) adalah kalimat terbuka untuk sebuh semesta yang
diberikan dan jika ∀ x p(x ) benar, maka p(a) benar untuk setiap dalam semesta.
Contoh 5.4
Misalkan SP terdiri dari semua orang, dan p(x) dan q(x) kalimat-kalimat terbuka
4
P(x) : x adalah dosen matematika
Jika t menyatakan orang perempuan tertentu ini (dalam semesta ) bernama Atika, maka
kita dapat menulis argument ini dalam bentuk simbolik sebagai berikut:
∀ x [ p ( x) → q ( x ) ]
p(x )
∴ q(x )
Dua pernyataan di atas garis adalah premis-premis dari argumen (diasumsikan benar) dan
pernyataan q(t) di bawah garis adalah konsultasinya (juga benar).
Langkah Alasan
1) ∀ x [ p ( x ) → q ( x ) ] Premis
2) p(x ) Premis
3) p(t) → q(t ) Langkah (1) dan aturan Spesifikasi Universal
4) ∴ q(t ) Langkah (2),(3) dan Modus Ponens
Contoh 5.5
Misalkan SP terdiri dari semua segitiga dalam bidang dan kalimat-kalimat terbuka.
5
P(x) : x mempunyai dua sisi dengan panjang sama
Misalkan perhatian kita fokuskan pada salah satu segitiga spesifik yang tidak
mempunyai dua sudut berukuran sama. Segitiga ini akan disebut segitiga ABC dan
ditandai dengan c. selanjutnya perhatikan argumen:
Langkah Alasan
1) ∀ x [ p ( x ) → q ( x ) ] Premis
2) P(c)→ q( c) Langkah (1) dan Aturan Spesifikasi Universal
3) ∀ x ¿ Premis
4) q (c) → r (c ) Langkah (3) dan aturan Spesifikasi Universal
5) p(c )→ r ( c) Langkah (2), (4) dan Hukum Silogisme
6) ¬ r (c) Premis
7) ∴ ¬ p(c ) Langkah (5), (6) dan Modus Tollens
6
Contoh 5.6
∀ x [ p ( x ) ⋁ q ( x ) ] → ¬r ( x )
r ( m)
∴ ¬q (m)
Apakah argumen ini valid?
Penyelesaian:
Langkah Alasan
1)∀x[p(x)⋁q(x)]→¬r(x) premis
2)r(m) premis
7
Universal
Contoh 5.7
Misalkan SP terdiri dari semua poligon dalam bidang. Dengan SP ini,misalkan c menotasikan
sebuah poligon tertentu, yaitu segi empat EFGH dengan sudut E adalah 91○. p(x) dan (q)x
adalah kalimat-kalimat terbuka
Penyelesaian:
Secara simbolik argumen diterjemahkan sebagai berikut:
∀ x [ p(x )→ q ( x)]
q(c)
∴p(c)
8
Menggunakan aturan spesifikasi universal,argument tidak valid sebab:
p(c)→q(c)
q(c)
∴p(c)
Jika sebuah kalimat terbuka p(x) terbukti benar apabila x diganti dengan sebarang elemen c yang
dipilih dari SP, maka pernyataan berkuantor universal ∀x p(x) adalah benar.Selanjutnya, aturan
ini dapat diperluas untuk kasus dua variabel,misalnya kalımat terbuka q(x, y) yang terbukti benar
apabila x dan y diganti dengan sebarang elemen yang dipilih dari SP Sama atau dari masing-
masing SP, maka pemyataan berkuantor universal ∀x ∀y q(x, y) atau[∀ x, y q( x, y) ]. Hasil
serupa berlaku untuk kasus tiga variabel atau lebih.
Contoh 5.8
Misalkan p(x), q(x) dan r(X) adalah kalimat-kalimat terbuka yang didefinisikan pada semesta
yang diberikan.
∀x [p(x) →q(x)]|
∀x [q(x) →r(x)]
Langkah Alasan
1) ∀x [p(x) →q(x)] Premis
2)p(c) →q(c) Langkah (1) dan aturan spesifikasi universal
9
Misalkan semesta dari semua bilangan riil dan kalimat-kalimat terbuka
p(x):2x-5 =15
q(x): 2x = 20
r(x): x= 10.
Contoh 5. 10
Misalkan p(x), q(x) dan r(x) adalah kalimat-kalimat terbuka yang didefinisikan pada semesta
yang diberikan.
∀x[p(x) v q(x)]
∀x [¬p(x)˄q(x)) →r(x)]
:. ∀x[¬r(x) →¬p(x)]
Penyelesaian:
Misalkan elemen C di SP Karena konklusi adalah implikasi dengan Kuantor universal, maka kita
asumsikan ¬r (c) sebagai premis tambahan.
Langkah Alasan
10
Spesifikasi Universal
Spesifikasi Universal
Ponens
Konjungsi
Distributif
Universal
Dalam subbab berikut akan dibahas tiga metode pembuktian baku untuk membuktikan teorema-
teorema tentang bilangan bulat yaitu: bukti langsung, bukti dengan kontraposisi dan buktl
dengan kontradiksi.
Dalam pembuktian dengan bukti langsung, Jika sebuah teorema berbentuk ∀m [p(m→) q(m)],
pertama diasumsikan p(m)benar untuk sebarang m di SP. Kemudian ditunjukkan kebenaran dari
q(m).
11
Definisi 5.1
Misalkan n adalah bilangan bulat. n disebut bilangan bulat genap jika n dapat dibagi oleh 2,
artinya jika ada bilangan bulat r sehingga n=2r. Jika n tidak genap,maka disebut n bilangan bulat
ganjil dan dalam hal ada bilangan bulat s sehingga n= 2s +1.
Teorema 5.1
Untuk semua bilangan bulat m dan n, jika m dan n keduanya ganjil, maka m+n genap.
Bukti:
dengan Hukum Komutatif, Asosiatif dan Distributif terhadap penjumlahan (untuk bilangan-
bilangan bulat). Karena s, t ∈ Z maka s+t+1= c ∈ Z. Karena m +n= 2c dan dari Definisi 5.1
disimpulkan bahwa m +n adalah genap.
Teorema 5.2
Untuk semua bilangan bulat m dan n,jika m dan n keduanya ganjil, maka pergandaan mn juga
ganjil.
Bukti :
karena m dan n ganjil, maka m = 2s + 1 dan n = 2t + 1 untuk s, t ∈ Z ( Definisi 5.1 )
Sehingga
Teorema 5.3
Jika m bilangan bulat genap, maka m+5 ganjil
Bukti
Karena m genap, maka m = 2s untuk s∈ Z.
Sehingga
m + 5 = 2s + 5 = 2s + 4 +1 = 2(s + 2) + 1
12
Jadi, menurut definisi 5.1 disimpulkan bahwa mn ganjil.
5.2.4 Bukti dengan kontraposisi
bukti dengan kontraposisi termasuk metode pembuktian tidak langsung. Jika sebuah
eorema berbentuk ∀ m [ p ( m ) → q ( m ) ]maka teorema dibuktikan menggunakan pernyataan yang
ekuivalen (kontraposisinya), yaitu : ∀ m [ ¬ q ( m ) → ¬ p ( m ) ] . Jadi, diasumsikan ¬ q(m) benar untuk
sebarang m di SP. Kemudian ditunjukkan kebenaran dari ¬ p ( m ) .
Contoh 5.11
Bukti :
Andaikan m + 5 tidak ganjil (genap).
Maka m + 5 = 2t untuk t ∈ Z dan m = 2t – 5 = 2t – 6 + 1 = 2 (t-3) + 1 dengan t – 3 ∈ Z .Jadi,
ganjil.
Defenisi 5.2
Dua bilangan bulat m dan n dikatakan mempunyai paritas sama jika m dan n
keduanyaganjil atau genap.
Teorema 5.4
Jika m dan n bilangan-bilangan bulat dengan m+n genap, maka m dan n mempunyai
paritas sama.
Bukti:
Misalkan m dan n mempunyai paritas tidak sama (berlawanan). Dengan tidak mengurangi
keumuman, misalkan m genap dan n ganjil.
Maka terdapat s, t∈ Z sedemikian hingga m = 2s dan n = 2t + 1
Sehingga
M + n = 2s + ( 2t + 1 ) = 2 ( s + t ) + 1 dengan s + t ∈ Z.
Jadi, m + n ganjil.
Contoh 5.12
Jika m bilangan bulat genap, maka m + 5 ganjil
13
Bukti:
Misalkan m genap dan andaikan m + 5 genap.
Karena m + 5 genap, maka m + 5 = 2c untuk c∈ Z . Sehingga m = 2c – 5 = 2c – 6 + 1 = 2 (c – 3 )
+ 1 dengan c – 3 ∈ Z.
Ini berarti, m ganjil. Kontradiksi dengan pemisalan m genap.
Jadi, pengandaian salah dan yang benar m + 5 ganjil.
Teorema 5.5
Untuk setiap bilangan bulat n, jika n2 ganjil, maka n ganjil.
Bukti:
Algoritma pembagian
Jika n dan m bilangan-bilangan bulat, maka ada dua bilangan bulat q.
Dan r dengan 0 ≤ r <msedemikan hingga n = qm + r.
Teorema 5.6
Untuk setiap bilangan bulat n,
N tidak habis dibagi 3 jika dan hanya jika n2 – 1 habis dibagi 3.
14
Bukti:
Karena r = 1, maka n = 3q + 1
Jika r = 3, maka n = 3q + 2.
15
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam subbab ini, kita akan melihat bagaimana kuantor masuk kedalam definisi
matematika dan dengan cara tradisional definisi muncul sebagai sebuah implikasi. Tetapi hati-
hati dan ingat bahwa hanya dalam definisi suatu implikasi dapat dibaca dan diinterpretasikan
secara benar sebagai biimplikasi.
Dalam hal ini, teorema dipandang sebagai pernyataan-pernyataan metematika yang diketahui
benar. Kadang-kadang istilah teorema digunakan hanya untuk mendeskripsikan hasil-hasil yang
besar dan banyak hasil sebagai akibatnya. Akibat-akibat langsung dari teorema diberi istilah
akibat (corollary).ada beberapa cara pembuktian yang pertama Aturan Spesipikasi Universal
yang mana Jika sebuah kalimat terbuka menjadi benar untuk semua penggantian oleh anggota
dalam SP yang diberikan, maka kalimat terbuka tersebut benar untuk setiap individu tertentu
anggota dalam semesta. Secara simbolik, misalkan p(x) adalah kalimat terbuka untuk sebuh
semesta yang diberikan dan jika ∀x p(x) benar, maka p(a) benar untuk setiap dalam
semesta.yang kedua Aturan Generalisasi Universal yang mana Jika sebuah kalimat terbuka p(x)
terbukti benar apabila x diganti dengan sebarang elemen c yang dipilih dari SP, maka pernyataan
berkuantor universal ∀x p(x) adalah benar.Selanjutnya, aturan ini dapat diperluas untuk kasus
dua variabel,misalnya kalımat terbuka q(x, y) yang terbukti benar apabila x dan y diganti dengan
sebarang elemen yang dipilih dari SP Sama atau dari masing-masing SP, maka pemyataan
berkuantor universal ∀x ∀y q(x, y) atau[∀ x, y q( x, y) ]. Hasil serupa berlaku untuk kasus tiga
variabel atau lebih. Yang ketiga Bukti Langsung Dalam pembuktian dengan bukti langsung, Jika
sebuah teorema berbentuk ∀m [p(m→) q(m)], pertama diasumsikan p(m)benar untuk sebarang
m di SP. Kemudian ditunjukkan kebenaran dari q(m). Bukti dengan kontraposisi bukti dengan
kontraposisi termasuk metode pembuktian tidak langsung. Jika sebuah eorema berbentuk ∀m
[p(m)→q(m)]maka teorema dibuktikan menggunakan pernyataan yang ekuivalen
(kontraposisinya), yaitu : ∀m[¬q(m)→ ¬p(m)]. Jadi, diasumsikan ¬q(m) benar untuk sebarang m
di SP. Kemudian ditunjukkan kebenaran dari ¬p(m).dan yang terakhir Bukti dengan Kontradiksi
Bukti dengan kontradiksi termasuk metode pembuktian tidak langsung. Jika sebuah teorema
berbentuk ∀m [ p(m)⇒q(m)], maka teorema dibuktikan dengan mengasumsikan pernyataan ∀m [
16
p(m)→q(m)] salah. Artinya, diasumsikan p(m) benar dan q(m) salah (atau ¬q(m)benar).
Kemudian menggunakan kebenaran dari p(m) dan ¬q(m)diturunkan sebuah kontradiksi.
17