Anda di halaman 1dari 16

BAB II

PEMBAHASAN

5.1 Definisi
Dalam subbab ini, kita akan melihat bagaimana kuantor masuk kedalam definisi
matematika dan dengan cara tradisional definisi muncul sebagai sebuah implikasi. Tetapi
hati-hati dan ingat bahwa hanya dalam definisi suatu implikasi dapat dibaca dan
diinterpretasikan secara benar sebagai biimplikasi.

Contoh 5.1
Misalkan Semesta Pembicara (SP) terdiri dari semua segi empat dalam bidang dan ada
dua pendapat sebagai hasil identifikasi tentang bujur sangkar.
(a) “jika sebuah segi empat adalah bujur sangkar, maka segi empat tersebut mempunyai
empat tersebut mempunyai empat sudut yang sama.”
(b) “jika sebuah segi empat mempunyai empat sudut yang sama, maka segi empat
tersebut adalah bujur sangkar.”

Dalam hal ini, jika ditulis dalam pernyataan-pernyataan berkuantor dengan kuantor
universal adalah sebagai berikut:
P(x) : x adalah bujur sangkar
q(x) : x mempunyai empat sudut yang sama
Maka identifikasi (a) dan (b) dapat dituliskan sebagai
∀ x [ p ( x ) → q ( x ) ] dan ∀ x [q ( x ) → p ( x ) ]

Pernyataan (berkuantor) mana yang mengidentifikasi atau mendefinisikan bujur sangkar?


Tampak bahwa pernyataan yang satu adalah konvers dari pernyataan yang lain dan secara umum,
konvers dari sebuah implikasi tidak ekuivalen logis dengan implikasinya. Dalam hal ini, kit
harus memperhatikan apa yang dimaksud, bukan dari apa yang dikatakan masing-masing orang
atau ekspresi-ekspresi simbolik yang menyajikan pernyataan-pernyataan ini.

2
Dalam keadaan ini masing masing hasil identifikasi menggunakan sebuah implikasi dengan
mengartikan biimplikasi. Keduanya mempunyai maksud (gagasan yang tidak dinyatakan)

∀ x [ p ( x )↔ q ( x )]

Artinya, masing-masing mengatakan

“sebuah segi empat adalah bujur sangkar jika dan hanya jika

Segi empat tersebut mempunyai empat sudut yang sama.”

Contoh 5.2

Misalkan SP adalah semua bilangan bulat yang dapat dibedakan bilang bulat genap
dengan sifat tertentu dan didefinisikan sebagai berikut :

Untuk setiap bilangan bulat n kita sebut n genap jika n dapat dibagi 2.

(Ekspresi “dapat dibagi 2” dengan maksud “tepat dapat dibagi 2.”

Perhatikan kalimat-kalimat terbuka

P(x) : x adalah bilangan bulat genap

q(x) : x dapat dibagi 2.

Secara simbolik dapat ditulis sebagai

∀ x [q ( x) → p ( x)]

Dalam hal ini, pernyataan berkuantor merupakan implikasi. Secara sama seperti Contoh
5.1, defenisi dapat ditulis sebagai

∀ x [ p ( x )↔ q ( x )]

Artinya, “untuk setip bilangan bulat n, n disebut genap jika dan hanya jika n dapat dibagi
2.” Pernyataan majemuk “n =2k, untuk suatu bilangan bulat k.”

3
Contoh 5.3

Misalkan SP terdiri dari 13 bilangan 2, 4, 6, …, 24, 26.

Kita dapat mengatakan:untuk setiap x (artinya x = 2, 4, …, 26 ), x dapat ditulis sebagai


jumlahan kuadrat dari sebanyak banyaknya tiga bilangan berurutan.

Memberikan penjelasan kasus demi kasus yang menunjukan pernyataan (berkuantor)


bernilai BENAR.(Pernyataan ini disebut sebuah teorema).

2=1+1 12 = 4 + 4 + 4 22 = 9 + 9 + 4
4=4 14 = 9 + 4 + 1 24 = 16 + 4 + 4
6=4+1+1 16 = 16 26 25 + 1
8=4+4 18 = 16 + 1 + 1
10 = 9 + 1 20 = 16 + 4

5.2 BUKTI TEOREMA

Dalam hal ini, teorema dipandang sebagai pernyataan-pernyataan metematika yang diketahui
benar. Kadang-kadang istilah teorema digunakan hanya untuk mendeskripsikan hasil-hasil yang
besar dan banyak hasil sebagai akibatnya. Akibat-akibat langsung dari teorema diberi istilah
akibat (corollary).

5.2.1 Aturan Spesipikasi Universal

Jika sebuah kalimat terbuka menjadi benar untuk semua penggantian oleh anggota dalam
SP yang diberikan, maka kalimat terbuka tersebut benar untuk setiap individu tertentu anggota
dalam semesta. Secara simbolik, misalkan p(x) adalah kalimat terbuka untuk sebuh semesta yang
diberikan dan jika ∀ x p(x ) benar, maka p(a) benar untuk setiap dalam semesta.

Contoh 5.4

Misalkan SP terdiri dari semua orang, dan p(x) dan q(x) kalimat-kalimat terbuka

4
P(x) : x adalah dosen matematika

Q(x) : x telah belajar kalkulus

Perhatikan argument berikut:

Semua dosen matematika telah belajar kalkulus.

Atika adalah dosen matematika.

Jadi, Atika telah belajar kalkulus

Jika t menyatakan orang perempuan tertentu ini (dalam semesta ) bernama Atika, maka
kita dapat menulis argument ini dalam bentuk simbolik sebagai berikut:

∀ x [ p ( x) → q ( x ) ]

p(x )

∴ q(x )

Dua pernyataan di atas garis adalah premis-premis dari argumen (diasumsikan benar) dan
pernyataan q(t) di bawah garis adalah konsultasinya (juga benar).

Argumen ini adalah valid dengan penjelasan sebagai berikut:

Langkah Alasan

1) ∀ x [ p ( x ) → q ( x ) ] Premis
2) p(x ) Premis
3) p(t) → q(t ) Langkah (1) dan aturan Spesifikasi Universal
4) ∴ q(t ) Langkah (2),(3) dan Modus Ponens

Contoh 5.5

Misalkan SP terdiri dari semua segitiga dalam bidang dan kalimat-kalimat terbuka.

5
P(x) : x mempunyai dua sisi dengan panjang sama

q(x) : x adalah segitiga sama kaki

r(x) : x mempunyai dua sudut dengan besar sama.

Misalkan perhatian kita fokuskan pada salah satu segitiga spesifik yang tidak
mempunyai dua sudut berukuran sama. Segitiga ini akan disebut segitiga ABC dan
ditandai dengan c. selanjutnya perhatikan argumen:

- Dalam segitiga ABC tidak ada pasangan sudut berukuran sama.


- Jika sebuah segitiga yang mempunyai dua sisi dengan panjang sama, maka segitiga
tersebut sama kaki.
- Jika sebuah segitika sama kaki, maka segitika tersebut mempunyai dua sudut
berukuran sama.
Jadi, segitiga ABC tidak mempunyai dua sisi dengan panjang sama.
Secara simbolik, argument dapat dituliskan sebagai
¬ r (c )
∀ x [ p ( x) → q ( x ) ]
∀ x¿
∀ x [ p ( x) → q ( x ) ]
∴ ¬ p(c )

Argumen ini adalah valid dengan penjelasan sebagai berikut:

Langkah Alasan
1) ∀ x [ p ( x ) → q ( x ) ] Premis
2) P(c)→ q( c) Langkah (1) dan Aturan Spesifikasi Universal
3) ∀ x ¿ Premis
4) q (c) → r (c ) Langkah (3) dan aturan Spesifikasi Universal
5) p(c )→ r ( c) Langkah (2), (4) dan Hukum Silogisme
6) ¬ r (c) Premis
7) ∴ ¬ p(c ) Langkah (5), (6) dan Modus Tollens

6
Contoh 5.6

Misalkan SP adalah semua mahasiswa yang terdaftar dalam PS Matematika,

P(x) : x mahasiswa junior

q(x) : x mahasiswa senior

r(x) : x terdaftar di PS matematika.

Misalkan kita fokuskan perhatian pada tingkatan mahasiswa di PS Matematika.


Salah satu mahasiswa tertentu bernama Murni akan ditandai dengan. Perhatikan
argumen berikut:

Tidak ada junior dan senior yang terdaftar di PS Matematika.

Murni terdaftar di PS Matematika.

Jadi, Murni bukan senior.


Secara simbolik, argumen dapat dituliskan sebagai berikut:

∀ x [ p ( x ) ⋁ q ( x ) ] → ¬r ( x )

r ( m)

∴ ¬q (m)
Apakah argumen ini valid?

Penyelesaian:

Langkah Alasan

1)∀x[p(x)⋁q(x)]→¬r(x) premis

2)r(m) premis

3) (p(m) v q(m)→¬r(m) Langkah (1) dan Aturan Spesifikasi

7
Universal

4) r(m) → (p(m) v q(m)) Langkah (3), (s→t) ↔(¬t→¬s)

dan Hukum Negasi Ganda

5) r(m) → (¬ P(m)˄¬q(m)) Langkah (4) dan Hukum De Morgan

6) ¬p(m) ˄ ¬q(m) Langkah(2),(5)dan modus ponens

7) ∴¬q(m) Langkah(6)dan penyerhanaan konjungtif

Contoh 5.7

Misalkan SP terdiri dari semua poligon dalam bidang. Dengan SP ini,misalkan c menotasikan
sebuah poligon tertentu, yaitu segi empat EFGH dengan sudut E adalah 91○. p(x) dan (q)x
adalah kalimat-kalimat terbuka

P(x): x empat persegi.

qx): x mempunyai empat sisi.

Tunjukkan bahwa argumen berikut tidak valid (invalid).

-Semua empat perSegi mempunyai empat sis1.

-Segi empat EFGH mempunyai empat sisi.

-Jadi, segi empat EFGH adalah persegi.

Penyelesaian:
Secara simbolik argumen diterjemahkan sebagai berikut:

∀ x [ p(x )→ q ( x)]

q(c)

∴p(c)

Dalam hal ini,premis-premis adalah benar,tetapi konsklusi salah


(empat persegi tidak mempunyai sudut 91o).

8
Menggunakan aturan spesifikasi universal,argument tidak valid sebab:

p(c)→q(c)

q(c)

∴p(c)

Konklusi ini salah(konvers tidak ekuvalen dengan implikasi semua).

5.2.2 Aturan Generalisasi Universal

Jika sebuah kalimat terbuka p(x) terbukti benar apabila x diganti dengan sebarang elemen c yang
dipilih dari SP, maka pernyataan berkuantor universal ∀x p(x) adalah benar.Selanjutnya, aturan
ini dapat diperluas untuk kasus dua variabel,misalnya kalımat terbuka q(x, y) yang terbukti benar
apabila x dan y diganti dengan sebarang elemen yang dipilih dari SP Sama atau dari masing-
masing SP, maka pemyataan berkuantor universal ∀x ∀y q(x, y) atau[∀ x, y q( x, y) ]. Hasil
serupa berlaku untuk kasus tiga variabel atau lebih.

Contoh 5.8

Misalkan p(x), q(x) dan r(X) adalah kalimat-kalimat terbuka yang didefinisikan pada semesta
yang diberikan.

Tunjukkan bahwa argumen berikut adalah valıd.

∀x [p(x) →q(x)]|

∀x [q(x) →r(x)]

∴∀x [p(x) →r(x)]

Langkah Alasan
1) ∀x [p(x) →q(x)] Premis
2)p(c) →q(c) Langkah (1) dan aturan spesifikasi universal

3) ∀x [q(x) →r(x)] Premis


4)q(c) →r(c) Langkah (3) dan aturan spesifikasi universal

5) p(c) →r(c) Langkah(2),(4) dan hukum silogisme

6) ∴∀x [p(x) →r(x)] Langkah(5)dan aturan generalisasi universal

9
Misalkan semesta dari semua bilangan riil dan kalimat-kalimat terbuka

p(x):2x-5 =15

q(x): 2x = 20

r(x): x= 10.

Argumen berikut ini adalah valid (dari Contoh 5.8)

1) Jika 2r- 5 =15, maka 2x = 20 ∀x [p(x) →q(x)]

2) Jika 2x= 20, maka x = 10 ∀x [q(x) →r(x)]

3) Jadi, jika 2x -5=15, maka x = 10 ∴∀x [p(x) →r(x)]

Contoh 5. 10

Misalkan p(x), q(x) dan r(x) adalah kalimat-kalimat terbuka yang didefinisikan pada semesta
yang diberikan.

Tunjukkan bahwa argumen berikut adalah valid

∀x[p(x) v q(x)]

∀x [¬p(x)˄q(x)) →r(x)]

:. ∀x[¬r(x) →¬p(x)]

Penyelesaian:

Misalkan elemen C di SP Karena konklusi adalah implikasi dengan Kuantor universal, maka kita
asumsikan ¬r (c) sebagai premis tambahan.

Langkah Alasan

1) ∀x[p(x) v q(x)] Premis

2) p (c) v q(c) Langkah (1) dan Aturan

10
Spesifikasi Universal

3) [¬p(x)˄q(x)) →r(x)] Premis

4) [¬p(c)˄q(c)) →r(c)] Langkah (3) dan Aturan

Spesifikasi Universal

5) ¬r(c) →¬ [¬p(c)˄q(c)] Langkah (4) dan(s→t) ↔(¬t→¬s)

6) ¬r(c) → [p(c) v ¬q(c)] Langkah (5), Hukum De

Morgan dan Negasi Ganda

7) ¬r(c) Premis (diasumsikan)

8) p(c) v ¬q(c) Langkah (7), (6) dan Modus

Ponens

9) [p(c)v q(c)] ˄[p(c) v -q(c)] Langkah (2), (8) dan Kaidah

Konjungsi

10) P(c) V [q(c) ˄¬q(c)] Langkah (9), dan Hukum

Distributif

11) p(c) Langkah (10),q(c ) ˄¬q(c) ↔F0


P(c )v F0 ↔p(c )

12) :. ∀x[¬r(x) →¬p(x)] Langkah (11),(7) dan Aturan Generalisasi

Universal

Dalam subbab berikut akan dibahas tiga metode pembuktian baku untuk membuktikan teorema-
teorema tentang bilangan bulat yaitu: bukti langsung, bukti dengan kontraposisi dan buktl
dengan kontradiksi.

5.2.3 Bukti Langsung

Dalam pembuktian dengan bukti langsung, Jika sebuah teorema berbentuk ∀m [p(m→) q(m)],
pertama diasumsikan p(m)benar untuk sebarang m di SP. Kemudian ditunjukkan kebenaran dari
q(m).

11
Definisi 5.1

Misalkan n adalah bilangan bulat. n disebut bilangan bulat genap jika n dapat dibagi oleh 2,
artinya jika ada bilangan bulat r sehingga n=2r. Jika n tidak genap,maka disebut n bilangan bulat
ganjil dan dalam hal ada bilangan bulat s sehingga n= 2s +1.

Teorema 5.1
Untuk semua bilangan bulat m dan n, jika m dan n keduanya ganjil, maka m+n genap.

Bukti:

Karena m dan n ganjil, maka m = 2s +1 dan n = 2t +1 untuk


s, t ∈ Z (Definisi 5.1). Sehingga

m +n = (2s+ 1) +(2t+1) =2(s+t +1)

dengan Hukum Komutatif, Asosiatif dan Distributif terhadap penjumlahan (untuk bilangan-
bilangan bulat). Karena s, t ∈ Z maka s+t+1= c ∈ Z. Karena m +n= 2c dan dari Definisi 5.1
disimpulkan bahwa m +n adalah genap.

Teorema 5.2
Untuk semua bilangan bulat m dan n,jika m dan n keduanya ganjil, maka pergandaan mn juga
ganjil.

Bukti :
karena m dan n ganjil, maka m = 2s + 1 dan n = 2t + 1 untuk s, t ∈ Z ( Definisi 5.1 )

Sehingga

Mn = (2s + 1) (2t + 1) =4st + 2s +2t + 1 = 2(2st + s + t)+1

Dengan 2st + 2s + 2t bilangan bualat genap


Jadi, menurut definisi 5.1 disimpulkan bahwa mn ganjil.

Teorema 5.3
Jika m bilangan bulat genap, maka m+5 ganjil

Bukti
Karena m genap, maka m = 2s untuk s∈ Z.
Sehingga
m + 5 = 2s + 5 = 2s + 4 +1 = 2(s + 2) + 1

karena s + 2 bilangan bulat, maka m + 5 adalah bilangan bulat ganjil.

12
Jadi, menurut definisi 5.1 disimpulkan bahwa mn ganjil.
5.2.4 Bukti dengan kontraposisi
bukti dengan kontraposisi termasuk metode pembuktian tidak langsung. Jika sebuah
eorema berbentuk ∀ m [ p ( m ) → q ( m ) ]maka teorema dibuktikan menggunakan pernyataan yang
ekuivalen (kontraposisinya), yaitu : ∀ m [ ¬ q ( m ) → ¬ p ( m ) ] . Jadi, diasumsikan ¬ q(m) benar untuk
sebarang m di SP. Kemudian ditunjukkan kebenaran dari ¬ p ( m ) .

Contoh 5.11

Jika bilangan bulat genap, maka m + 5 ganjil

Bukti :
Andaikan m + 5 tidak ganjil (genap).
Maka m + 5 = 2t untuk t ∈ Z dan m = 2t – 5 = 2t – 6 + 1 = 2 (t-3) + 1 dengan t – 3 ∈ Z .Jadi,
ganjil.

Defenisi 5.2
Dua bilangan bulat m dan n dikatakan mempunyai paritas sama jika m dan n
keduanyaganjil atau genap.

Teorema 5.4
Jika m dan n bilangan-bilangan bulat dengan m+n genap, maka m dan n mempunyai
paritas sama.

Bukti:
Misalkan m dan n mempunyai paritas tidak sama (berlawanan). Dengan tidak mengurangi
keumuman, misalkan m genap dan n ganjil.
Maka terdapat s, t∈ Z sedemikian hingga m = 2s dan n = 2t + 1
Sehingga

M + n = 2s + ( 2t + 1 ) = 2 ( s + t ) + 1 dengan s + t ∈ Z.

Jadi, m + n ganjil.

5.2.5 Bukti dengan Kontradiksi


Bukti dengan kontradiksi termasuk metode pembuktian tidak langsung. Jika sebuah
teorema berbentuk ∀ m[ p ( m ) ⇒ q ( m ) ], maka teorema dibuktikan dengan mengasumsikan
pernyataan ∀ m[ p ( m ) → q ( m ) ] salah. Artinya, diasumsikan p(m) benar dan q(m) salah (atau
¬ q(m)benar). Kemudian menggunakan kebenaran dari p(m) dan ¬ q(m)diturunkan sebuah
kontradiksi.

Contoh 5.12
Jika m bilangan bulat genap, maka m + 5 ganjil

13
Bukti:
Misalkan m genap dan andaikan m + 5 genap.
Karena m + 5 genap, maka m + 5 = 2c untuk c∈ Z . Sehingga m = 2c – 5 = 2c – 6 + 1 = 2 (c – 3 )
+ 1 dengan c – 3 ∈ Z.
Ini berarti, m ganjil. Kontradiksi dengan pemisalan m genap.
Jadi, pengandaian salah dan yang benar m + 5 ganjil.

Teorema 5.5
Untuk setiap bilangan bulat n, jika n2 ganjil, maka n ganjil.

Bukti:

Misalnya n2 ganjil dan andaikan n genap

Karena n genap, maka n = 2t untuk t ∈ Z.

Sehingga n2 = (2t)2 = 4t2 = 2(2t2) dengan 2t2 ∈ Z.

Ini berarti, n2 genap. Kontradiksi dengan pemisalan n2 ganjil.

Jadi, pengandaian salah dan yang benar n ganjil.

Bukti menggunakan metode kontradiksi dan metode kontradiksi dalam pembuktian


Teorema 5.3 hampir sama. Secara simbolik, metode kontradiksi dan metode kontradiksi dapat
disajikan dalam Tabel 5.1 berikut:
Asumsi Hasil yang
Diinginkan

Metode Kontraposisi ¬ q(m) ¬ p(m)

Metode Kontradiksi P(m) dan ¬ q(m) Fo

Banyak teorema yang dibentuk ∀ m [ p ( m ) ↔ q ( m ) ] . Untuk membuktikan dua implikasi


∀ m[ p ( m ) → q ( m ) ] dan ∀ m [ q ( m ) → p ( m ) ] .

Algoritma pembagian
Jika n dan m bilangan-bilangan bulat, maka ada dua bilangan bulat q.
Dan r dengan 0 ≤ r <msedemikan hingga n = qm + r.

Teorema 5.6
Untuk setiap bilangan bulat n,
N tidak habis dibagi 3 jika dan hanya jika n2 – 1 habis dibagi 3.

14
Bukti:

(→ ¿ jika n tidak habis dibagi 3, maka n2 – 1 habis dibagi 3.

Menggunakan algoritma pembagian, n = 3q + r dengan r = 0, 1 atau 2.

Karena r = 1, maka n = 3q + 1

Sehingga n2 – 1 = (3q + 1 )2 – 1 = 9q2 + 6q = 3(3q2 + 2) habis dibagi 3.

Jika r = 3, maka n = 3q + 2.

Sehingga n2 – 1 = (3q + 2)2 – 1 = 9q2 + 12q + 3 = 3(3q2 + 4q + 1) habis dibagi 3.

(← ¿ Jika n2 – 1 habis dibagi 3, maka n tidak habis dibagi 3.

Misalkan n2 – 1 = (n – 1)(n + 1) habis dibagi 3. Maka 3 harus dapat membagi n – 1 atau n + 1.

Jika n – 1 = 3q, maka n = 3q + 1 tidak habis dibagi 3.

Jika n + 1 = 3q, maka n = 3q – 1 tidak habis dibagi 3.

15
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam subbab ini, kita akan melihat bagaimana kuantor masuk kedalam definisi
matematika dan dengan cara tradisional definisi muncul sebagai sebuah implikasi. Tetapi hati-
hati dan ingat bahwa hanya dalam definisi suatu implikasi dapat dibaca dan diinterpretasikan
secara benar sebagai biimplikasi.
Dalam hal ini, teorema dipandang sebagai pernyataan-pernyataan metematika yang diketahui
benar. Kadang-kadang istilah teorema digunakan hanya untuk mendeskripsikan hasil-hasil yang
besar dan banyak hasil sebagai akibatnya. Akibat-akibat langsung dari teorema diberi istilah
akibat (corollary).ada beberapa cara pembuktian yang pertama Aturan Spesipikasi Universal
yang mana Jika sebuah kalimat terbuka menjadi benar untuk semua penggantian oleh anggota
dalam SP yang diberikan, maka kalimat terbuka tersebut benar untuk setiap individu tertentu
anggota dalam semesta. Secara simbolik, misalkan p(x) adalah kalimat terbuka untuk sebuh
semesta yang diberikan dan jika ∀x p(x) benar, maka p(a) benar untuk setiap dalam
semesta.yang kedua Aturan Generalisasi Universal yang mana Jika sebuah kalimat terbuka p(x)
terbukti benar apabila x diganti dengan sebarang elemen c yang dipilih dari SP, maka pernyataan
berkuantor universal ∀x p(x) adalah benar.Selanjutnya, aturan ini dapat diperluas untuk kasus
dua variabel,misalnya kalımat terbuka q(x, y) yang terbukti benar apabila x dan y diganti dengan
sebarang elemen yang dipilih dari SP Sama atau dari masing-masing SP, maka pemyataan
berkuantor universal ∀x ∀y q(x, y) atau[∀ x, y q( x, y) ]. Hasil serupa berlaku untuk kasus tiga
variabel atau lebih. Yang ketiga Bukti Langsung Dalam pembuktian dengan bukti langsung, Jika
sebuah teorema berbentuk ∀m [p(m→) q(m)], pertama diasumsikan p(m)benar untuk sebarang
m di SP. Kemudian ditunjukkan kebenaran dari q(m). Bukti dengan kontraposisi bukti dengan
kontraposisi termasuk metode pembuktian tidak langsung. Jika sebuah eorema berbentuk ∀m
[p(m)→q(m)]maka teorema dibuktikan menggunakan pernyataan yang ekuivalen
(kontraposisinya), yaitu : ∀m[¬q(m)→ ¬p(m)]. Jadi, diasumsikan ¬q(m) benar untuk sebarang m
di SP. Kemudian ditunjukkan kebenaran dari ¬p(m).dan yang terakhir Bukti dengan Kontradiksi
Bukti dengan kontradiksi termasuk metode pembuktian tidak langsung. Jika sebuah teorema
berbentuk ∀m [ p(m)⇒q(m)], maka teorema dibuktikan dengan mengasumsikan pernyataan ∀m [

16
p(m)→q(m)] salah. Artinya, diasumsikan p(m) benar dan q(m) salah (atau ¬q(m)benar).
Kemudian menggunakan kebenaran dari p(m) dan ¬q(m)diturunkan sebuah kontradiksi.

17

Anda mungkin juga menyukai