Anda di halaman 1dari 31

Kata pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya, sehingga dapat
menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Makalah ini merupakan salah satu
syarat untuk menjadi AB (Anggota Biasa). Makalah ini berisikan tentang
“Sejarah caving dan ilmu penelusuran gua”. Diharapkan, setelah pembaca
makalah ini, bisa lebih memahami lagi tentang ilmu mengenai Caving.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, dan masih
belum lengkap. Semoga, diwaktu mendatang Saya bisa lebih menyempurnakan
informasi yang ada. Oleh karena itu, Saya membutuhkan kritikan & saran dari
anda semua. Dan Saya minta maaf jika ada kesalahan info/penulisan di dalam
makalah ini. Akhir kata, Saya ucapkan terima kasih kepada pembaca, yang
telah menyisihkan waktunya untuk membaca makalah ini.

Medan, 4 Desember 2022


Peserta Promosi

(Muhammad Alfarabi)
MUS.AM.PR

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................2
C. Tujuan Masalah..........................................................................................2

BAB II KAJIAN TEORI


A. Sejarah Caving di Eropa.............................................................................3
B. Sejarah Caving di Indonesia.......................................................................4
C. Spelelogi......................................................................................................5
D. Kode Etik Penelusuran Gua........................................................................7
E. Kewajiban Penelusuran Gua.......................................................................7
F. Teknik Penelusuran Gua.............................................................................8
G. Peralatan Dalam Penelusuran Gua.............................................................10
H. Simpul Dasar..............................................................................................17
I. Rigging.........................................................................................................17
J. Jenis – Jenis Ornamen..................................................................................20

ii
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................26
B. Saran...........................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................27

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Gua merupakan bentukan alami yang tidak biasa terlepas atau berdiri
sendiri dari linkungannya. Menurut IUS (International Union of Speleology),
cave atau gua yaitu setiap ruang bawah tanah yang berbentuk lorong-lorong
yang dapat ditelusuri/ dimasuki manusia. Oleh karena itu caving adalah suatu
kegiatan yang dilakukan oleh manusia terhadap gua dan lingkungannya. Ada
tiga istilah yang sering digunakan oleh para penelusur gua
yatu speleology (sering digunakan oleh orang Eropa), spelunking (oleh orang
Amerika) dan caving (oleh orang Inggris). Namun di Indonesia istilah yang
popular untuk sebutan penelusuran gua yatu caving sedangkan orang yang
berkecimpung dalamnya disebut caver.

Gua merujuk pada terowongan alami yang terbentuk ke dalam bukit


atau gunung yang disebabkan oleh erosi air atau sebagainya. Gua bisa jadi
hanya beberapa meter ke dalam atau dapat menjalar sejauh ratusan kilometer
dan terkadang sampai tembus ke pintu gua yang lain. Gua yang biasa di lihat
di bagian atas tanah, tetapi kadang-kala ada gua yang menjalar sampai di
bawah tanah, dan kadang-kala pula di bawah permukaan air, menyebabkan
gua tersebut berisi air.

Gua adalah ruang bawah tanah alami yang cukup besar bagi manusia. Gua
merupakan rongga alami yang memiliki keadaanyang gelap serta lembab.
Kata gua juga mencakup ruang yang lebih kecil seperti tempat penampungan
batu, gua laut, dan gua-gua. Ilmu pengetahuan gua adalah ilmu eksplorasi dan
studi dari semua aspek gua dan lingkungan yang mengelilingi gua-gua.
Pembentukan dan pengembangan gua dikenal sebagai speleogenesis. Gua
yang terbentuk oleh berbagai proses yang melibatkan kombinasi dari proses
kimia, erosi dari air, kekuatan tektonik, mikroorganisme, tekanan, pengaruh
atmosfer, dan bahkan penggalian.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah ilmu penelusuran gua?
2. Apa saja jenis-jenis ornamen gua?
3. Bagaimana cara mengantisipasi ketika terjadi Suatu hal Yang tidak di
inginkan?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui tentang sejarah dan ilmu penelusuran gua
2. Untuk mengetahui jenis-jenis ornamen gua
3. Untuk mengetahui cara mengantisipasi ketika terjadi suatu hal di goa

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Caving di Eropa


Sejarah penelusuran gua dimulai di Eropa sejak 200 tahun lalu
.Eksplorasi pertama yang tercatat dalam sejarah adalah tanggal 15 Juli 1780.
Ketika itu Louis Marsalliers menuruni gua vertikal Fairies di
Languedoe,Perancis. Kemudian pada tanggal 27 Juni 1888, seorang ahli
hukum dari Paris bernama Eduard Alfred Martel mengikuti jejak Marsalliers.
Penelusuran kali ini direncanakan lebih matang dengan menggunakan
peralatan lengkap , seperti katrol, tangga gantung dan perahu kanvas yang
pada waktu itu baru diperkenalkan oleh orang- orang Amerika. Bahkan
telepon yang baru diperkenalkan juga digunakan untuk komunikasi didalam
tanah. Usaha Martel ini dianggap sebagai revolusi dibidang penelusuran
gua,sehingga ia disebut sebagai " Bapak Speleologi Modern".
Prestasi Martel juga ,dalam hal memetakan gua yang merupakan
kewajiban seorang penelusur gua ketika ia melakukan eksplorasi gua. Antara
tahun 1888 sampai 1913 ,Martel telah banyak memetakan gua dalam setiap
penelusurannya.Ini digunakan untuk kepentingan ilmiah dan untuk merekam
kedalaman serta panjang gua2 tsb. Ketika perang dunia II selesai,kegiatan
penelusuran gua memunculkan kembali dua orang tokoh,Robert de Jolly dan
Norman Casteret.De Jolly merupakan pembaharu dibidang peralatan
penelusuran gua,seperti tangga gantung dari alumunium dan perahu kanvas
yang lebih sempurna.Penemuannya ini menjadi standar bagi penelusur gua
hingga 50 tahun kemudian.
Sedangkan Casteret menjadi pioner dibidang "cave diving". Usahanya ini
dilakukan pada tahun 1922 , ketika Casteret pertama kali menyelami lorong-
lorong yang penuh air di gua Montespan tampa bantuan peralatan

3
apapun.Dalam perjalanannya Casteret sempat menerbitkan karangan dalam
bentuk buku dengan judul " My Cave dan "Ten Years Under Ground",yang
kemudian menjadi buku pegangan bagi para penggemar cave diving dan ahli
speleologi.
Kebanyakan penelusur gua memulai kegiatannya sebagai pemanjat tebing,
karena kegiatan yang dilakukan hampir serupa. Para pemanjat tebing pula
yang memberikan inspirasi bagi perkembangan penelusuran gua. Frech
Alpine club, sebuah perkumpulan pendaki gunung ternama di Eropa telah
mengadakan ekspedisi bawah tanah, dan untuk pertama kalinya
menggunakan tali sebagai pengganti tangga gantung.Kelompok ini pula yang
menciptakan rekor penurunan gua sedalam 608 m.

B. Sejarah Caving di Indonesia


Caving atau penelusuran gua, boleh dibilang cukup lama dikenal
Indonesia. Aktivitas extreme ini sudah mulai populer sejak tahun 1980-an,
tepatnya ketika Persatuan Speleologi dan Caving Indonesia atau Specavina
dibentuk di Bogor. Lahirnya Specavina tentu saja tak lepas dari campur
tangan para tokoh di belakangnya, seperti dr. Ko King Tjoen, Norman Edwin
( alm ), Dr. Budi Hartono, dan Effendi Soleman. Mulailah dari sini kegiatan
yang jadi hobi baru kala itu menyebar, terutama di kampus - kampus.
Aktivitas extreme ini awalnya sulit mendapat perhatian karena tak hanya
mengandalkan keterampilan fisik saja, namun juga ada aspek ilmiahnya.
Peralatan keamanannya pun sangat langka dan terbilang mahal, sehingga
belum banyak yang mampu untuk membelinya kala itu. Namun, seiring
berjalannya waktu caving mendapat tempat istimewa di kalangan para
pencinta alam. Olahraga extreme ini menawarkan tantangan yang tidak
mudah dan sesuatu yang sangat indah.
Hobi ini agaknya susah di awal perkembangannya karena yang didalaminya
tak melulu keterampilan fisik saja, namun juga aspek ilmiahnya. Selain,
peralatan yang dibutuhkan pun sulit dibeli di sini. Specavina, ketika itu pula
agak selektif membagi ”ilmu” pada peminat. Hanya mereka yang memiliki

4
latar belakang keilmuan atau yang menyukai pengetahuan tentang speleologi
yang boleh bergabung. Specavina sebagai pelopor ketika itu sengaja lebih
menonjolkan unsur ilmiahnya ( speleologi ) ketimbang ”olahraganya”
( caving ).
Salah satu aspek yang harus diketahui penggemar caving adalah
pengetahuan dasar geologi. Terutama bagaimana awal gua itu terbentuk, di
daerah mana bisa ditemukan, sifat batuannya, jenis gua, dan sebagainya.
Dengan dasar pengetahuan ini, caver ( penelusur gua ) bisa dengan mudah
menemukan gua. Sebab, mereka hanya akan mendatangi wilayah yang
banyak terdapat batu gamping. Secara teori demikianlah adanya. Gua banyak
terdapat di kawasan batu gamping ( karst ). Berbekal pengetahuan itu pula
jika bisa membaca peta geologi, maka di mana saja sebaran daerah karst, di
sana tujuan yang tepat untuk perjalanan melakukan ekspedisi.
Aspek lain yang tak kalah penting adalah biologi gua ( biospeleologi ).
Memang tak harus menjadi ahli biologi dulu baru bisa menekuni caving. Tapi
paling tidak dengan modal ”baca - baca” dulu, penelusur gua bisa
membandingkan flora fauna antara gua yang satu dengan lainnya. Atau
mungkin dia menemukan spesimen baru yang bisa menambah khasanah
pengetahuan biologi gua di Indonesia. Dia pun menjadi tahu bagaimana cara
menyimpan koleksi itu dengan baik sebelum dibawa ke pakarnya untuk
diidentifikasi.

C. Speleologi

Speleologi secara morfologi berasal dari yunani yaitu : Spalion = Gua


dan Logos = ilmu. Jadi secara harfiah diterjemahkan ilmu yang mempelajari
tentang lingkungan di sekitar gua.
Menurut IUS (International Union of Speleology) anggota komisi X
UNESCO PBB yang berkedudukan di Wina, Austria: “Gua adalah setiap
ruangan bawah tanah yang dapat dimasuki orang”. Menurut R.K.T.Ko
(Speleologiawan): “Setiap lubang di bawah tanah baik terang maupun gelap,
luas maupun sempit, yang terbentuk melalui sistem percelahan, rekahan atau

5
aliran sungai yang kadang membentuk suatu lintasan air sungai bawah
tanah”. Menurut Thornbury (1954): “Gua adalah lubang alam yang kosong,
bentuknya bisa sederhana, bisa bercabang, dapat vertikal maupun horizontal
dan dapat memiliki satu tingkat atau lebih, baik ada atau tidak ada sungai di
dalamnya.
Beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa gua adalah
sebuah lubang di bawah permukaan bumi yang dapat dimasuki manusia baik
berbentuk vertikal atau horizontal, sempit atau lebar, dan gelap atau terang
yang terbentuk melalui sistem percelahan, rekahanserta ada atau tidak adanya
sungai atau aliran air di dalamnya.
Gua memiliki sifat yang khas dalam mengatur suhu udara di dalamnya, yaitu
pada saat suhu udara di luar panas maka di dalam gua akan terasa sejuk,
begitu pula sebaliknya. Sifat tersebut menyebabkan gua dipergunakan sebagai
tempat berlindung. Gua-gua yang banyak ditemukan di Pulau Jawa dan
pulau-pulau lainnya di Indonesia sebagian besar adalah gua batu gamping
atau gua karst. Gua merupakan suatu lintasan air dimasa lampau dan kini
kering (gua fosil) atau dimasa kini dan terlihat dialiri sungai (gua aktif).
Karenanya mempelajari gua tidak terlepas dari mempelajari hidrologi kars
dan segala fenomena karst di bawah permukaan (endokarst phenomena)
supaya memahami cara-cara gua terbentuk dan bagaimana memanfaatkannya
sebagai sumber daya alam yang mempunyai nilai estetika tinggi sebagai
objek wisata gua, atau sebagai sumber air tanpa mencemarinya.
Di dunia ini terdapat berbagai jenis gua alam yaitu:
1. Gua garam (NaCI) yaitu gua yang materi pembentuknya terdiri dari
garam.
2. Gua es yaitu gua yang meter pembentuknya terdiri dari es, akibat dari es
yang mencair sebagian.
3. Gua lava yaitu akibat aliran lava yang sudah mati, biasanya padan gunung
yang tidak aktif lagi.
4. Gua batu kapur yaitu gua materi pembentuknya terdiri dari batu kapur atau
batu gamping (CaCO3).

6
5. Gua gips yaitu gua yang materi pembentuknya terdiri dari bahan gips 90%
dari gua-gua di dunia adalah yang materi pembentuknya dari batu kapur.

D. Kode Etik Penelusuran Gua


1. Dilarang mengambil sesuatu, kecuali mengambil foto.
2. Dilarang meninggalkan sesuatu, kecuali meninggalkan jejak kaki.
3. Dilarang membunuh sesuatu, kecuali membunuh waktu.
Kode etik ini pertama kali dicetuskan oleh National Speleological Society
(Amerika Serikat ) karena mudah dipahami setiap penelusuran gua, maka
kode etik ini diterima secara internasional dan menjadi pegangan bagi
semua penelusur gua.

E. Kewajiban Penelusur Gua


1. Senantiasa memperhatikan keadaan cuaca. Tidak memasuki gua yang
mudah kebanjiran pada musim hujan.
2. Senantiasa menyadari bahwa kegiatan penelusuran gua bukan merupakan
hak, tetapi wajib dianggap sebagai suatu anugerah, rahmat, karunia, dan
berkah.
3. Memilih sebagai tujuan utama penelusuran gua seperti konservasi
(pencagaran) gua dan lingkungannya. Karena wajib menjaga kebersihan
gua dan lingkunganya.
4. Wajib memberi pertolongan sesuai dengan batas kemampuan, bila ada
penelusur gua dari rombongan lain yang membutuhkannya.
5. Bertindak sopan dan tidak boleh menyinggung perasaan mereka.
6. Mengikuti secara patuh dan seksama semua prosedur perizinan yang
dipersyaratkan dan memberi laporan kepada pemberi izin.
7. Wajib memberitahukan kepada sesama penelusur, bila dijumpai bagian-
bagian berbahaya dalam gua tersebut.
8. Bila mengalami suatu musibah, maka hal itu tidak boleh dirahasiakan.

7
9. Bila ada rencana menelusuri gua, wajib memberitahukan kepada keluarga
atau sesama anggota perkumpulan, penduduk, dan kepala desa terdekat,
dengan data sebagai berikut :
a. Maksud dan tujuan menelusuri gua, rencana waktu masuk, rencana
waktu keluar, daftar nama penelusur lengkap alamat dan nomor telepon.
b. Bila sampai terjadi musibah, atau belum keluar pada waktu yang sudah
ditentukan, siapa yang harus dihubungi dan dengan cara apa.
c. Wajib memilih dan patuh terhadap pimpinan penelusuran gua yang
kompeten, beribawa dan sudah berpengalaman. Khususnya dalam
menentukan kesiapan mental, fisik dan derajat keterampilan penelusuran
gua, yang wajib disesuaikan dengan derajat kesulitan gua.
10. Wajib mempelajari semua acuan yang dibutuhkan sebelum
memasuki gua: peta geologi, peta topografi, keadaan iklim, khususnya
curah hujan, peta-peta gua yang ada, litelatur terkait, menghubungi
narasumber, serta mengumpulkan dan menganalisa informasi penduduk
setempat atau juru kunci perihal gua tersebut.
11. Wajib mempersiapkan diri secara fisik, mental dan keterampilan
menggunakan semua alat atau perlengkapan yang harus tersedia secara
lengkap, sesuai kebutuhan.

F. Teknik Penelusuran Gua

1. Teknik Vertikal
a. Rappelling (Descending/Abseiling) dengan decender
b. Mengontrol kecepatan turun
c. Berhenti pada rapelling
d. Melintasi sambungan tali atau simpul
e. Memanjat tali menggunakan System Frog Rig
f. Teknik frog rig system
g. Teknik memanjat terbagi dalam 3
1) Dorong upper ascender setinggi mungkin.

8
2) Jaga tubuh dan kepala tetap lurus saat mendorong kaki ke bawah
dan belakang, dengan kaki yang bebas diletakkan di atas keduanya.
3) Mengunci tali dengan kedua kaki dan antara footloop dengan satu
kaki.
h. Melewati simpul

2. Teknik Horizontal
a. Penelusuran tanpa perlengkpan
Dalam lintasan horizontal, penelusuran biasanya membawa perlengkapan
personal dan barang dalam tas caving kecil. Paling mudah, serta cara paling
efektif dan dengan dampak minimal terhadap gua dalam lintasan jalan adalah
dengan mengikuti jalan yang sama dengan jalan yang di lewati oleh anggota
tim di depan, dengan hati-hati menghidari area sensitif (flowstone, stalatites,
stalagmites, rimstone). Jalan dengan santai dan hindari perubahan kemiringan
yang tidak perlu meskipun ini ditempuh dengan jarak yang lebih jauh. Ini
akan menghemat tenaga. Perhatikan pandangan di depan untuk membantu
menaruh pijakan kaki.
Jika ada anggota tim yang tertinggal di belakang, leader harus
meperlambat jalannya. Jika anggota yang paling lambat berhenti, leader
harus berhenti dan tidak melanjutkan jalannya seketika saat anggota paling
belakang sampai padanya, ini akan memberi waktu istiharat pada anggota tim
yang lain.
Beri waktu secara berkala, hal ini untuk memberikan tubuh kita waktu
untuk beradaptasi dengan lingkungan gua. Kondisi gua yang lembab dan
wearpack yang menangkap pengupan tubuh melalui keringat yang
menghalangi mekanisme pendinginan tubuh dan membuat kita menjadi
basah. Untuk mencegah hal ini, buka bagian atas wearpack ketika melewati
lintasan kering.

b. Lintasan merayap

9
Tergantung pada bawaannya, penelusuran dapat membawanya tasnya
dalam posisi diatas agar kita dapat memperkecil kelelahan dengan
memvariasikan gerakan saat berjalan.

c. Canyons dan Meanders


Lintasan canyons tinggi, lintasan sempit berkelok-kelok yang terkadang
membutuhkan tenaga ekstra saat menelusirinya.

G. Peralatan Dalam Penelusuran Gua

Kegiatan penelusuran gua di dukung oleh penguasaan teknik dan


peralatan yang memadai. Kriteria pemilihan perlengkapan dan peralatan.
1. Standar keamanan (safety)
a. UIAA (Union International des Associations d’Alpinisme)
b. CE (Conformite aux Exigences)
c. EN (Europen Nom)

d. CEN (Comite Europen de Normalisation)

2. Kekuatan dan daya tahan

Alat yang digunakan harus diketahui kekuatan dan beban maksimal yang
direkomnedasikan. Alat harus tahan terhadap situasi dan kondisi gua yang
rentan terhadap abrasi/gesekan,air, lumpur, batuan kapur. Peralatan gua
vertikal yang direkomendasikan yang telah melewati “individual tested” yang
ditandai dengan beban maksimal “MAX” dan di beban aktif “USE”.
3. Fungsionalitas

Pemilihan peralatan perlu diperhatikan fungsi alat, hal ini berkaitan dan
penggunaan yang efektif dan efisien. Selain dari fungsi dasar,perlu dipahami
fungsi-fungsi tambahan pada alat. Penggunaan alat akurat, tepat guna dan
sesuai kebutuhan. Faktor yang daya tahan/stamina dari penelusuran gua.

10
4. Peralatan Penelusuran Gua Personal
Uraian standard peralatan penelusuran gua personal:
a. Cover All
Fungsi : pakaian pelindung
Bahan : PVC, nylon, fabric
Keterangan :Melindungi dari gesekan, basah dan dingin

Gambar 1. Cover All


Sumber : https://www.tokopedia.com
b. Sepatu
Fungsi : Alas dan melindungi kaki
Jenis : Sepatu booth, PDL
Keterangan : Melindungu kaki terhadap gesekan, grip dll

Gambar 2. Booth
Sumber : https://padiumkm.id/

c. Helm
Fungsi : Melindungi kepala dari benturan
Jenis : speleo helmet

11
Keterangan :Bahan terbuat dari fiber carbon, Kevlar atau
polycarbonate. Helm di rancang mampu merendam benda yang jatuh
menimpa helm.

Gambar 3. Helm
Sumber : https://www.dreamstime.com

d. Pencahayaan
Fungsi : Memberikan penerangan
Jenis : Electrical lamp dan carabiner model

Gambar 4. Headlamp
Sumber : https://shopee.co.id

5. Peralatan Penelusuran Gua Vertikal


Uraian standar penelusuran gua vertikal:
a. Tali
Fungsi : Alat utama lintasan SRT

12
Jenis : Statis dan dinamis

Gambar 5. Tali Karamantel Dinamis


Sumber : https://biggo.id/

b. Peralatan Rigging
Fungsi : Untuk membuat anchor/tambatan
Jenisnya ada 2 yaitu :
1) Natural anchor : Webbing/sling (turbular dan flat)
2) Bolting anchor : Hammer, driver, spits, bolting bag, hanger, pyton.
c. Karabiner
Fungsi : sebagai penghubung atau pengait
Jenisnya ada beberapa yaitu :
1) carabiner snap
2) carabiner screw
3) auto lock
4) O carbiner screw gate
5) O carabiner non screw gate
6) Carabiner friksi
7) D screwgate
d. Single Rope Technical (SRT) set
Alat personal SRT set terdiri dari:
1) Harnest
Fungsi : penghubung utama badan dan alat

Jenis : sit harnest,body harnest

13
Gambar 6. Sit harnest

Sumber: https://www.tokopedia.com

2) Chest harnest
Fungsi : sebagai penghubung croll dengan badan

Jenis : webbing soft

Gambar 7. Chest harnest


Sumber: https://www.bergfreunde.eu

3) Maillon rapide 8 mm
Fungsi : penghubung harnest, alat ascending dan descanding

Jenis : Delta Maillon Rapide dan seni circular

14
Gambar 8. Delta
Sumber : https://r.search.yahoo.com/_

e. Cowstail pendek dan panjang


Fungsi : sebagai penghubung alat

Jenis : dynamic rope dan webbing (spelegyca)

f. Descender
Fungsi : alat turun

Jenis : Auto stop, rock, simple

Gambar 9. Auto Stop


Sumber : https://shopee.co.id

g. Ascender
Fungsi : Alat naik
Jenisnya antara lain :

15
1) Croll/ alat naik di dada
2) Jummar/alat naik di tangan

3) Basic jammer/alat naik di tangan

Gambar 10. Jummar


Sumber : https://biggo.id

h. Foot loop
Fungsi : Sebagai pijakan kaki

Jenis : static rope dan webbing

Gambar 11.Foot Loop


Sumber : https://www.tokopedia.com

i. Peralatan transport
Fungsi : alat tambahan untuk membawa peralatan dan logistik

Jenis : tackle bag, waterproff bag, perahu karet

j. Peralatan rescue
1) Pulley (single & tandem)

16
2) Houlling set terdiri dari : pulley, basic, 2 buah oval carabiner screwgate
3) Mini traxion/pro traxion
4) Survival blanket
H. Simpul Dasar
Simpul dasar yang baik untuk penelusuran gua vertikal dibagi 5 (lima)
kriteria, antara lain sebagai berikut :
1. Mudah dibuat
2. Mudah dilihat kebeneran lilitanya
3. Aman, dengan ikatan/lilitan tidak bergerak dan bergeser ataupun
tertumpuk pada saat dibebani
4. Mudah dilepas/diurai setelah dibebani

5. Mengurangi kekuatan tali seminimal mungkin

I. Rigging
Teknik pemasangan lintasan baik vertikal maupun horizontal yang
digunakan untuk melewati medan gua. Hal yang perlu diperhatikan dalam
rigging ialah :

1) Tidak merusak peralatan


2) Dapat dilewati oleh anggota tim
3) Siap digunakan untuk rescue
Tahapan rigging:
a. Persiapan
1) Memilih panjang tali
Jika terdapat suatu survey sistem perguaan dan kita bermaksud untuk
melaksanakan survey di kawasan tersebut,kita bisa melihat informasi rigging
yang tepat.
Namun, hal ini tidak berlaku apabila kita bermaksud untuk melakukan
survei di daerah yang baru atau untuk melanjutkan eksplorasi. Dalam hal ini
kita membutuhkan beberapa pengetahuan mengenai kawasan kars yang akan
kita survei, dan terutama informasi morfologi kawasan tersebut. Ini akan

17
membantu kita untuk menentukan jumlah tali yang haru dibawa. Jumlah juga
tergantung pada jumlah tim serta durasi eksplorasi yang direncanakan.
Ukuran tali tergantung pada kemampuan teknik tim serta frekuensi
penggunaanya.
2) Pengecekan awal
Kondisi semua tali harus dicek lagi sebelum atau ketika dimasukkan ke
dalam tas. Selama pemeriksaan ini, setiap tali harus dilepas ikatanya serta
dicek secara visual dan manual terhadap kemungkinan rusaknya mantel tali,
perbedaan diameter atau kekakuan yang mengindikasikan adanya kerusakan
pada inti tali.
3) Memberi simpul ujung
Simpul bisa berupa sebuah simpul delapan, tidak terlalu ketat,
ditempatkan kira-kira 1 meter dari ujung tali yang mana simpul ini bisa
disambung dengan tali yang lain ketika tali pertama sudah habis sebelum
dasar pitch tercapai. Pastikan semua tali yang akan digunakan sudah
tersimpul pada ujungnya.
4) Packing tali
Pertama adalah menempatkan simpul stopper pada ujung tali. Biarkan
simpul tergantung di luar tackle bag, kemudian masukkan sisa tali ke dalam.
Masukkam tali sejangkauan tangan dan tidak membuat gulungan pada tali
yang man tali terpelintir dan menyebabkan tali sukar diurailkan ketika keluar
dari tas.
b. Tambatan alami (natural anchors)
Cek setiap kali menggunakan natural anchors dengan menggunakan
hammer, harus tidak terdengar kosong ketika dipukul. Juga ratakan permukan
yang terlihat tajam.
Perhatikan arah lintasan, jangan biarkan sling lepas dengan sendirinya
ketika arah lintasan berubah. Gunakan simpul jangkar yang semakin
membelit ketika dibebani. Meskipun akan mengurangi kekuatan sling
sebesar 20%.
1) Pohon

18
Ketika kita menemukan posisi yang baik, pohon merupakan anchor yang
bagus untuk turun di entrance. Selama mereka hidup, tua, dan memiliki
perakaran yang bagus di tanah, mereka umumnya kuat. Sebuah pohon yang
kuat bisa digunakan sebagai double anchor.
2) Tonjolan batuan
Tonjolan biasanya kuat namun mereka biasanya memiliki sudut tajam
yang mana harus diratakan dengan hammer sebelum di rigging, namun
jangan meratakan keseluruhan dinding gua. Kurangi saja kemungkinan
merusak tali. Jika menggunakan anchor ini, gunakan sling untuk melindungi
tali utama dari gesekan.
3) Eyeholes dan jughandles
Frekuensi dan kekuatn eyehole sebagian besar tergantung pada sifat alami
batuan. Kita biasanya dapat menjumpai di lintasan sungai karena mereka
merupakan hasil dari proses korosi aktif bantuan. Jika mereka cukup kuat,
sangatlah praktis untuk menggunakan sling webbing atau tali.
4) Batuan dan chockstones
Selalu periksa kondisi batuan, jika terdapat di lumpur atau serpihan batu
yang tidak bisa menahan tarikan yang akan diberikan.Chockstone
yang terjepit diantara dua dinding akan stabil, pasang dengan sling.
5) Pemasangan Back Up Anchors
Slack atau panjang tali yang masih bisa diterima, namun akan terasa
hentakan yang tidak nyaman jika anchor primer jebol. Jika anchor utama
gagal, tegangan tali anatara P dan S menerima beban tanpa hentakan,
memastikan kenyamanan dan aman. Riging jenis ini mengantarkan baik tali
maupun caver pada fall factor 2 tidak bisa diterima.
Terdapat slack yang tidak perlu antara P dan S, meningkatkan jarak jatuh
dan beban hentakan, meski full factors masih di bawah 1 dan tidak mencapai
tingkat bahaya.
Dalam konfigurasi “false factor 2” ini, menempatkan simpul pada anchor
primer yang sejajar dengan anchor sekunder akan mengurangi potensi jatuh
pada nilai yang rendah. Pada konfigurasi ini, gagalnya anchor P akan

19
mencegah back up yang aman, atau jika gagalnya terjadi pada saat caver
mendekati anchor, dia akan terpelanting dengan keras ke dinding.
c. Y-Belay
Pengaturan ini akan membagi beban antara 2 poin anchor. Y-Belay
terutama digunakan dalam:
1) Di meander (anchor pada dinding sebelah), dimana ini akam mencegah
abrasi pada tali.
2) Jika dinding tidak memiliki overhag. Hanya Y-Belay atau deviasi yang
menyediakan sebuah free hang.
3) Riging ini membagi beban diantara kedua anchor, mencegah beban
hentakan jika salah satu anchor gagal.

Simpul yang digunakan ada beberapa macam, namun yang biasa


digunakan adalah double bowline on a bight dan double figure of eight on a
bight.

d. Rebelay
Meskipun sudah benar memasang lintasan di pitch atas dan tali bebas,
namun ada kemungkinan akan menyentuh batuan di bawah. Dalam hal ini
perlu untuk menginstal rebelay.

e. Deviasi
Seperti rebelay, deviasi juga menjaga tali dari titik gesekan.
Perbedaannya adalah deviasi tidak di anchor dengan loop. Tali hanya
dipasang karabiner dan sling yang dikaitkan pada dinding berlawanan dengan
titik gesek, membaikkan arah tali menjauhi batuan. Sudut yang dibentuk
biasanya rendah. Sling yang dipakai kecil dan tidak sekuat anchor rebelay.

J. Jenis - Jenis Ornamen Gua

1. Stalagtit

20
Stalagtit itu tumbuh dari atap sebuah goa menuju ke bawah yang
terbentuk karena adanya rekahan kecil pada tubuh batu gamping yang
memungkinkan terjadinya tetesan air yang mengandung larutan kalsium
karbonat. Di saat itu terjadilah presipitasi sehingga terlepaslah
karbondioksida dan terbentuk endapan bening yang disebut mineral kalsit.

Gambar Stalaktit

2. Stalagmit

Stalagtit akan mengeluarkan tetesan air. Tetesan yang berlebih dalam kurun
waktu ribuan tahun akan terakumulasi ke lantai dan membentuk dekorasi
tersendiri. Dekorasi yang terbentuk dari tetesan stalagtit inilah yang disebut
dengan stalagmit.

21
Gambar Stalakmit

3. Coloumn atau pilar goa

Pilar bisa terbentuk bila stalagmit dan stalgatit bersatu membentuk sebuah
dekorasi tersendiri.

Gambar Pilar

22
4. Flowstone atau batu alir

Flowstone terbentuk dari milyaran tetesan air yang mengalir dan


menyelubungi bongkahan batu atau tanah.

 
Flowstone Doc.Gova

5. Shawl atau Tirai goa

Bentuknya mirip selendang atau gordyn yang terbentuk dari tetesan air yang
mengalir melalui dinding goa. Kadang-kadang selendang itu tembus cahaya
dan berwarna-warni akibat mineral yang terkandung seperti mineral besi.

Tirai goa

23
6. Helectit

Ukuran helectit kecil dan tidak beraturan. Kadang-kadang bercabang dan


melintir ke segala arah. Helectit terbentuk dari tetesan air yang mengalir
melalui alur kecil sebagai akibat gaya kapiler. Pembentukan dekorasi itu
menyalahi gaya gravitasi.

Helectit

7. Cave Pearl atau mutiara goa

Mutiara goa terbentuk saat kerikil terselimuti oleh mineral kalsit pada lantai
sebuah goa. Sayang, dekorasi yang amat indah itu sulit Anda temui di sebuah
goa.

24
Mutiara Goa

8. Gourdam 

Berbentuk seperti bendungan mirip petak-petak sawah, yang terbentuk ketika


pengendapan air (H2O), zat asam arangnya (CO2) menghilang dan
menyisakan kalsit yang bersusun – susun.

Gourdam, bentuknya seperti petakan sawah

9. Soda Straw

25
Seperti stalactite tapi diameternya kecil sebesar diameter air

Cara mengantisipasi ketika terjadi suatu hal di dalam goa

1.Ketika terjadi kenaikan debit air di Goa cara mengantisipasinya yaitu


sebelum masuk Goa sebaiknya melakukan breafing terlebih dahulu dengan
anggota tim, usahakan sekitar 2 orang harus berada di luar Goa sebagai tim
resque atau pemberi informasi ketika cuaca hujan. Ketika kita masih berada
beberapa meter di dalam goa usahakan langsung keluar goa ketika terjadi
kenaikan air,ketika kenaikannya terjadi di pertengahan goa pijakan atau
segera keluar dari lubang atas goa, dan ketika terjadi kenaikan air mendekati
ujung goa segeralah bergegas keluar goa.

2.Ketika kita bertemu dengan hewan yang ada di dalam goa,diusahakan


jangan mengganggu ataupun menyentuh hewan tersebut agar tidak terjadi
sesuatu yang diinginkan

BAB III
PENUTUP

26
A. Kesimpulan
Gua adalah lubang alami yang berada dalam tanah dapat dimasuki
oleh manusia.Di Indonesia banyak terdapat gua. Kawasan-kawasan gua di
sebut kawasan karst. Ilmu Speleology yaitu ilmu yang mempelajari tentang
gua dan lingkungannya. Bagian dari ilmu Speleology salah satunya pemetaan
gua. Peta gua dapat memberikan informasi atau referensi bagi orang yang
menelusuri gua. Penelusuran gua tidak dapat di lakukan tanpa adanya suatu
alat penelusuran gua dan peta. Penelusuran di dalam gua juga memperhatikan
kode etik penelusuran gua agar tidak merusak kelestarian dan
memperpanjang usia gua tersebut. Penelusuran gua terdapat kode etik yang
harus dijaga dan dilestarikan sebisa mungkin kita tanamkan sejak dini karena
ini menyangkut jangka panjang umur gua tersebut agar tetap alami, kode etik
penelusurannya berisi jangan mengambil sesuatu kecuali gambar (Take
Nothing But Picture), jangan meninggalkan sesuatu kecuali jejak (Leave
Nothing But footprint), jangan membunuh apapun kecuali waktu (Kill
Nothing But Time).

B. SARAN

1. Sebelum melakukan penelusuran ada baiknya kita mengenali medan gua


terlebih dahulu.
2. Perlu memahami prosedur dan ilmu penelusuran gua yang baik guna
meminimalisir resiko, serta gunakan peralatan yang SOP.
3. Ikuti semua peraturan dalam penelusuran gua dan jangan melanggar kode
etik yang telah ditetapkan.

Daftar pustaka

 http://songa-rafting.com/berbagai-jenis-jeram-di-dunia-rafting/

27
 https://www.superlive.id/superadventure/in-depth/mengenal-caving-dari-
sejarah-tentang-speleologi-sampai-perkembangannya-
 http://baleadventure.blogspot.com/2012/09/sejarah-caving-penelusuran-
gua-di-eropa.html
 https://songaadventure.id/macam-macam-jeram-atau-riam/
 http://archidipalarafting.blogspot.com/2014/04/materi-arung-jeram-
archidipala.html?m=1
 https://teukumundasir.wordpress.com/2017/08/11/arung-jeram/
 https://rawayans.blogspot.com/2016/11/sifat-dan-jenis-arus

28

Anda mungkin juga menyukai