Anda di halaman 1dari 9

PENDAHULUAN

Gua adalah bentuk alam yang tidak berdiri sendiri, tetapi terdapat struktur alam yang
melingkupinya, ilmu yang mempelajari hal tersebut adalah Speleologi. Speleologi diambil
dari kata yunani ; yakni, SPELION yang berarti gua, dan LOGOS yang berarti ilmu. Jadi
Speleologi adalah ilmu yang mempelajari gua dan lingkungan. Lingkungan tersebut dapat
berupa batu gamping, batu pasir, aliran lava yang membeku, batu garam, batu gips, gletser,es,
dsb.
Sejak beberapa ratus tahun yang lalu gua telah di selidiki, terutama di Jerman dan
Prancis, namun baru pertengahan abad ke-19 dijadikan obyek yang serius yang lebih di kenal
dengan nama speleologi.

SEJARAH DAN PERKEMBANGANNYA

Manusia mulai menelusuri gua sejak 200 tahun yang lalu. Eksplorasi pertama yang
tercatat dalam sejarah oleh Louis Marsalliers dengan meneruni gua vertical Fairies di
Languedoc, Prancis pada tanggal 15 juli 1780. Kemudian pada tanggal 27 juli 1888 Eduard
Alfred martel, ahli hukum dari Paris mengikuti jejak Marselliers. Namun kali ini
direncanakan lebih matang dengan menggunakan peralatan yang lebih lengkap, diantaranya
perahu kanvas, katrol, tangga gantung. Bahkan telepon digunakanya dalam tanah. Usaha ini
dianggap revolusi di dalam bidang penelusuran gua, sehingga ia di sebut Bapak Speleologi
modern.

Dapat dimengerti bahwa dunia gelap abadi yang penuh bahaya, seram dan asing,
didukung dengan gemerciknya air, gema suara dan jatuhnya batu-batuan, gemuruhnya air
terjun yang tidak terlihat, menganganya lantai yang menjadi jurang yang tidak terukur
dalamnya, menyempitnya lorong secara mendadak, semua ini akan menimbulkan pengaruh
emosional yang kuat bagi penjelajah gua yang awam, di zaman modern sekalipun. Tapi
mengapa penelusuran gua yang mereka masuki tidak ada ujungnya ? Mengharap belokan
yang mereka masuki belum pernah di lihat orang sebelumnya. Itulah kepuasaan yang tidak
terjawab bila lampu yang di bawanya menyoroti teka-teki alam gelap yang menakjubkan.

SEJARAH PERKEMBANGAN SPELEOLOGI DI INDONESIA

Di Indonesia speleologi relative sangat mudah dibandingkan dengan science yang


lain. Dan juga merupakan kegiatan alam yang masih baru, jika di bandingkan dengan
kegiatan petualangan yang lain. Speleologi baru berkembang sejak tahun 1980-an, dengan
berdirinya sebuah klub dengan nama “ SPECAVINA “ yang didirikan oleh NORMAN
EDWIN (alm) dan Dr. R.K.T. Ko Ketua HIKESPI sekarang. Namun karena ada perbedaan
prinsip dari keduanya maka terpecah menjadi himpunsan yang berbeda aliran :

Norman Edwin mendirikan klub yang di beri nama “ GARBA BUMI “. Klub yang
didirikan Norman Edwin berkiblat ke Petualngan, olah raga, publikasi. Garba Bumi berpusat
di Jakarta.

Dr.R.K.T. Ko pada tahun 1984 mendirikan dengan sifat yang berbeda, yang
merupakan satu Himpunan yang bernama “ Himpunan Kegiatan Speleologi Indonesia
(HIKESPI) “. Himpunan ini bertujuan : ilmiah, penelitian, konservasi, dll. HIKESPI berpusat
di Cisarua Bogor.
Dalam perkembanganya Ilmu Speleologi memiliki hubungan yang erat dengan ilmu-ilmu
yang lain diantaranya :

- Geomorfologi
- Klimatologi
- Hidrologi
- Geologi
- Biologi
- Antropolgi
- Arkheologi
- Palentologi.

PERMINTAKAT GUA

Berdasrakan intensitas cahaya, morfologi gua, dan kedalamannya, gua di bagi menjadi 4
mintakan /zona/daerah, yaitu :

1. Mintakat/zona terang, terdapat di mulut gua.

2. Mintakat/ zone senja (twiligt zone), dengan ciri-cirinya :


- Cahaya remang
- Suhu berfluktuasi

3. Mintakat peralihan, dengan ciri-cirinya :


- Gelap
- Suhu berfluktuasi

4. Mintakat gelap abadi, ciri-cirinya :


- Gelap total
- Suhu constant.
- Kelembaban constant.

Lingkungan inipun bagi organisme gua masih di stratifikasikn secara vertical menjadi :
- Lantai gua
- Dinding gua
- Atap gua.

Jenis organisme di kategorikan bersifat sesuai media hidupnya, yang tergolong :


- Organisme avia fauna : Paling leluasa berpindah tempat
- Organisme aqua fauna : Masih dapat berpindah tempat secara leluasa, terutama bila gua
tersebut di jumpai adanya aliran air, atau saat dilanda banjir.
- Organisme Terestrial fauna : Paling terikat habitatnya karena dibatasi oleh lantai, dinding,
atap gua juga genangan air.

Pembagian ini sangat penting bagi para peminat biospeologi karena artinya mengungkapkan
tabir system ekologi yang berlaku bagi organisme itu.
TEKNIK DALAM PENELUSURAN GUA

1. Gua Horisontal
Medan pada gua horizontal sangat bervariasi, mulai dari lorong kering yang sangat
mudah ditelusuri, sampai dengan lorong yang sangat membutuhkan teknik yang khusus untuk
dapat melewatinya.

Lumpur
Lorong yang berlumpur dapat dilewati dengan mudah kalau Lumpur tersebut tidak
terlalu tebal, tetapi dalam ketinggian Lumpur sampai di lutut atau bahkan sampai setinggi
perut kita tidak dapat dengan mudah melaluinya, kita harus dapat bergerak seperti berenang.
Dengan posisi ini kita akan lebih mudah bergerak dan menghemat tenaga.

Air.
Untuk lorong yang berair kita harus mengetahui seberapa dalam airnya. Kadang kita
harus berenang di dalam gua. Yang harus diingat berenang di dalam gua sangat berbeda
dengan berenang di kolam renang, Karena di dalam gua kita menggunakan pakaian lengkap
dengan sepatu lapangan bahkan kadang kala kita harus membawa perlengkapan seberat 10
kg.

Dalam kondisi ini pemakaian pelampung sangat berguna, selain untuk menghemat tenga juga
memudahkan dalam bergerak. Untuk gua yang airnya sangat panjang, melewatinya dapat di
gunakan perahu karet. Ada lagi lorong yang hampir di penuhi dengan air, hanya sedikit
ruangan yang tersisa. Untuk melewati lorong seperti ini kita harus melakukan DUCKING
yaitu kepala mengadap ke atas (tengadah keatap). Kadang–kadang kita melakukan ducking
ini sambil jongkok bahkan dengan berbaring, apabila badan kita tidak dapat masuk
seluruhnya.

Climbing
Dalam suatu penelusuran gua terkadang kita menjumpai air terjun ataupun lorong lain
yang terletak di atas. Untuk dapat melanjutkan penelusuran kita harus memanjat, seperti
menggunakan pengaman sisip, bor tebing untuk pemasangan lintasan.

Gua Tertutup Air.


Satu-satunya cara untuk melewati Sump adalah dengan melakukan diving (selam),
dengan set diving atau free diving.

2. Gua Vertikal
Biasanya untuk penelusuran gua vertical digunakan system SRT. SRT (Single Rope
ecnique) yaitu teknik untuk melintasi lintasan vertical yang berupa satu lintasan tali. Teknik
ini mengutamakan keselamatan dan kenyamanan saat melintasi tali.

Ada beberapa macam system SRT yang biasa digunakan orang :

1. Texas system
Menggunakan 2 hand Ascender yang dihubungkan dengan Cowstail yang ujung pendek di
posisi bawah di tambah foot loop, sedangkan yang lain dilewatkan ke dalam penyambung
chest harness dan dipegang tangan.
2. Frog Rig System
Sistem ini sering di sebut dengan sit and stand system, karena saat meniti tali digerakan
seperti orang berdiri lalu duduk, sampai saat ini cara ini paling banyak digunakan karena
kenyamanan, keamanan dan kecepatan.

Selain system tersebut masih ada lagi system yang lain, seperti :

- System Rope Walker


- Michele System
- Floting cam Sistem
- Jummar system

Lintasan Vertikal

Ada beberapa macam variasi lintasan yang dapat kita temui :

1. Intermediate

Lintasan ini bertujuan untuk menghindari friksi pada dinding gua dengan membuat anchor
pada titik gesekan. Dengan kata lain intermediate adalah stasiun tali utama yang kedua.
Karena kita tidak mungkin melakukan ascending, yang dikawatirkan tali utama akan
mengalami friksi yang sangat, dengan dinding gua. Berarti disini kita akan pindah lintasan ke
tali utama yang kedua.

Caranya seperti berikut.


1. Pasang Cowstail pendek pada anchor, pada saat posisi descender sejajar dengan anchor.
2. Turunkan lagi sampai beban badan ada pada cowstail pendek.
3. Pasang cowstail pada hanging belay, buka ascender yang sudah bebas beban.
4. Pasang tali bawah pada descender, jangan lupa membuat posisi terkunci pada descender.
5. Buka cowstail pendek, caranya dengan berdiri pada foot loop.
6. Buka kunci dan lanjutkan Ascending.

2. Deviasi

Lintasan ini juga untuk menghindari friksi tali dengan dinding gua dengan menarik tali ke
arah luar dari titik gesekannya.

Deviasi berfungsi hampir sama dengan intermediate, hanya dalam deviasi tidak bisa di
kenakan beban tubuh kita, karena hanya berfungsi sebagai pengaman tali agar tidak friksi
dengan dinding gua. Adapun teknik descending adalah sebagai berikut :

- Kunci descender pada saat descender menekan runner.


- Pasang Cowstail pada runner.
- Buka runner dan pasang di atas descendeer dan lanjutkan dengan ascending.

3. Lintasan Sambungan Tali

Rintangan ini berupa simpul yang menyambung 2 buah tali pada satu lintasan vertical.
Hal ini sering kali kita jumpai pada saat melakukan penelusuran gua bila tali utama tidak
cukup sampai ke dasar, kita harus menyambung tali. Cara ascending melalui sambungan tali
adalah sebagai berikut :

1. Pasang Cowstail pada safety loop figure of eight knot.


2. Pindahkan foot loop Jummar ke tali atas sambungan.
3. Buka descender dan pasang tali bawah ke descender dan buat poisi mengunci.
4. Buka croll dengan bantuan foot loop.
5. Lanjutkan dengan descending setelah melepas Cowstail dan foot Loop jummar

PERALATAN PENELUSURAN GUA

Peralatan Pribadi (Personal Equipment)


Adapun yang termasuk peralatan pribadi adalah :

1. Helm Speleo
Helm ini dirancang mampu menahan jatuhan dari berbagai sisi tertentu dan ketinggian
tertentu. Pada bagian depan terdapat tambahan peralatan yang berfungsi sebagai alat
penerangan.

2. Boom (Generator Karbit/Lampu Karbit)


Alat yang berupa tabung yang dihubungkan ke helm. Terdiri dari 2 bagian, tabung atas
berguna untuk menampung air, yang dilengkapi dengan regulator, saluran gas dan tempat
pengisian air. Tabung bawah di gunakan untuk mengisi karbit.

3. Alat Penerangan
- Elektrik : senter, head lamp
- Non Elektrik : karbit, lilin.

4. Cover All (Baju Lapangan).


Adalah sebuah pakaina khusus untuk penelusuran gua. Pakaian ini pada bagian atas dan
bawah tersambung, bagian atas berlengan panjang. Terbuat dari parasut yang tidak terlalu
tebal dengan bagian yang sering mendapatkan gesekan di buat dengan bahan yang lebih tebal.

5. Sepatu
Sepatu yang biasa digunakan adalah sepatu karet dan sepatu yang biasa digunakan oleh
militer.

6. Sarung Tangan
Berfungsi untuk melindungi tangan dari panas karena gesekan tali, maupun dari gesekan
dinding gua yang tajam dan kasar.

7. Pelampung
Digunakan pada penelusuran gua-gua berair.

8. Masker
Digunakan untuk menghindari/mengurangi terhirupnya gas-gas dan bahan-bahan beracun
yang kita temui di dalam gua.
9. Peralatan SRT
Peralatan ini menjadi peralatan pribadi untuk efisiensi tenaga dan efektifitas penelusuran,
Karena beberapa peralatan harus disesuiakan dengan ukuran tubuh kita. Dalam satu set SRT
terdiri dari :

10. Seat Harness


Digunakan untuk mengikat tubuh yang dipasang pada pinggang dan paha anda

11. Ascender
Digunakan untuk naik atau memanjat lintasan tali. Dibedakan menjadi hand ascender,
dipegang tangan dan chest ascender diikatkan di dada. Macamnya :
- Hand jummar
- Croll
- Basic jummar
- Jumar

12. Descender
Digunakan untuk menuruni lintasan tali. Macamnya :
- Capstand, terdiri dari dua jenis, yaitu ; simple stop (bobbin/non auto stop) dan auto stop.
- Racks, ada dua model, yaitu open dan close racks.
- Figure Of Eight.
- Millon Rapid (MR), ada 3 macam, yaitu :
- Delta MR, digunakan untuk menyambung 2 seat harness.
- Semi Circular MR, digunakan untuk menyambung seat harness.
- Oval MR, digunakan untuk menyambung chest ascender dengan delta MR atau semi
circular MR.
- Chest Harnest. Digunakan untuk mengikatkan seat harness dengan dada.
- Cowstail. Dibuat dengan tali dinamik yang disimpul dengan salah satu ujung tali lebih
pendek. Tali yang pendek digunakan sebagai pengaman/tambatan pengaman, sedangkan yang
panjang dihubungkan dengan Hand Ascender dengan tubuh.
- Foot Loop. Digunakan sebagai pijakan kaki dan dihubungkan dengan ascender.

Peralatan Team (Team Equipment)


Adapun yang termasuk peralatan team adalah sebagai berikut :

1. Carmantel Rope
Tali yang digunakan hampir sama dengan yang digunakan dalam panjat tebing, namun yang
paling baik adalah tali static.

2. Carabiner.
Digunakan sebagai alat pengait. Carabiner mempunyai beberapa macam bentuk sesuai
dengan kegunaan dan fungsinya. Macam-macam Carabiner :
- Carabinner Screw Gate
- Carabinner Oval
- Carabiner Non Screw Gate
- Delta Carabiner

3. Webbing
Digunakan untuk pemasangan tambatan.
4. Ladders
Atau sering di sebut tangga tali, biasanya terbuat dari kawat baja atau dari tali dengan
diameter tertentu. Digunakan pada pitch pendek dengan bentuk lintasan over hang.

5. Padding.
Digunakan untuk melindungi tali dari gesekan. Biasanya diguakan dari bahan terpal yang
kuat menerima gesekan.

6. Rope Protector.
Digunakan sebagai alas tali untuk menghindari gesekan.

7. Pengaman Sisip
Pengaman yang digunakan untuk membuat tambatan.
Macamnya sebagai berikut :
- Chock Stopper
- Hexentrik
- Friend
- Jummer Knot
- Bolts
- Paku Piton
- Cok ston
- Hanger

8. Peralatan Lainnya.
- Driver
- Spit
- Hammer
- Pulley
- Hammer
- Tacket Bag
- Bombement Deviatur
- Roll Medule

TEKNIK-TEKNIK PENAMBATAN TALI

Sering kita kesulitan menentukan daerah dan menentukan point untuk penambatan tali. Hal-
hal yang perlu di perhatikan untuk penambatan tali :

1. Cari daerah yang mudah untuk start untuk turun.


2. Cek dulu point yang akan dijadikan tambatan.
3. Tambatan tali utama harus di beck up.
4. Tali utama harus diberi ganjalan agar tida friksi dengan dinding gua.

Point yang bisa digunakan untuk penambatan tali :


1. Batu-batuan sekitar mulut gua.
2. Pohon-pohon sekitar mulut gua
3. Apa saja yang kita anggap kuat untuk tambatan.
TINGKAT KESULITAN GUA

Hal ini penting sekali, karena kita dapat melihat kemampuan yang kita miliki, apabila kita
tidak mampu hendaknya tidak memaksakan diri.

Klasifikasi derajat kesulitan gua :


1. Mudah.
Lorong horizontal, plafon tinggi, lorong tunggal.
2. Sedang.
Lorong horizontal, bercabang dan ada bagian lorong yang sempit, plafon agak rendah dan
dialiri air yang dapat diarungi tanpa berenang.
3. Sulit.
Lorong vertical dan horizontal tidak lebih dari 20 m, bercabang pada bagian sempit, palfon
rendah, air tenang dan agak sedikit berenang.
4. Sangat Sulit.
Lorong-lorong vertical lebih dari 20 m, harus berenang dengan arus agak berat, dan jeram 5
m tinggiya.
5. Luar Biasa.
Harus melalui jeram dan arus deras lebih dari 5 m tingginya.
6. Bahaya.
Adanya lorong-lorong penuh racun, sifon-sifon yang harus dilalui dengan teknik selam gua
(cave dinving).

PENCEGAHAN KECELAKAAN

Pada dasarnya keselamatan penelusuran gua tergantung pada dirinya sendiri. Tindakan
prefentif, ketramplan dan kesehatan fisik merupakan syarat mutlak. Untuk lebih mudah
diingat di buatkan ringkasan sebagai berikut :
K = Kemana anda memasuki gua, beri tahu kepada orang dekat anda, kapan pergi, kemana
dan kapan pulang.
E = Empat orang adalah jumlah minimal dalam penelusuran gua
A = Alat yang dibawah harus memadai dan menguasai penggunaannya.
M = Membawa 3 sumber cahaya lengkap dengan cadangannya.
A = Ajak selalu orang yang berpengalaman dan mengerti lingkungan dan berwibawa.
N = Nafas sesak dan tersengang itu tandanya banyak gas CO2, dan segera tinggalkan.
A = Akal sehat dan ketrampilan serta persiapan yang matang menjadi pegangan, bukan adu
nasib dan nekat.
N = Naluri yang ada di kembangkan, karena itu factor pengalaman yang paling ampuh.

ETIKA DALAM PENELUSURAN GUA

Setiap penelusur gua menyadari bahwa gua merupakan lingkunagn yang sangat sensitive dan
mudah tercemar. Karenanya penelusur gua harus :
- Tidak mengambil sesuatu kecuali potret.(take nothing but picture)
- Tidak meninggalkan sesuatu, kecuali meninggalkan jejak.( Leave nothing but footprint)
- Tidak membunuh sesuatu, kecuali waktu.(Kill Nothing but Time)
Setiap penelusur gua sadar, setiap bentukan alam di dalam gua di bentuk dalam kurun waktu
RIBUAN TAHUN. Setiap usaha merusak gua, mengambil/memindahkan sesuatu di dalam
gua tanpa TUJUAN JELAS dan ILMIAH SELEKTIF, akan mendatangkan kerugian yang
tidak dapat di tebus.

Setiap penelusur gua dan menelitinya, dilakukan oleh penelusur gua dengan penuh RESPEK,
tanpa menggangu dan mengusir biota di dalam gua.

Setiap penelusur gua menyadari bahwa kegiatan SPELELOLOGI, baik dari segi olah raga,
segi ILMIAH BUKAN MERUPAKAN USAHA YANG PERLU DIPERTONTONKAN
DAN TIDAK BUTUH PENONTON.

Dalam hal penelusuran gua, para penelusur harus bertindak sewajaranya. Penelusur gua tidak
memandang rendah ketrampilan dan kesanggupan sesama penelusur. Sebaliknya seorang
penelusur gua akan dianggap melanggar etika, memaksakan dirinya melakukan tindakan-
tindakan di luar kemampuan fisik dan tekniknya, serta kesiapan mentalnya.

Respek terhadap sesama penelusur gua, ditunjukan setiap penelusur gua dengan cara :
- Tidak menggunakan bahan/peralatan, yang ditinggalkan rombongan lain, tanpa ijin mereka.
- Tidak membahayakan penelusur lainnya, seperti melempar ke dalam gua, bila ada orang di
dalam gua, MEMUTUSKAN/MENYURUH memutus tali yang sedang digunakan
rombongan lain.
- Tidak menghasut masyarakat di sekitar gua untuk menghalangi/melarang rombongan lain
memasuki gua, karena tidak satupun gua di Indonesia milik perorangan, kecuali gua tersebut
di beli yang bersangkutan.
- Jangan melakukan peneletian yang sama, apabila ada rombogna lain yang diketahui sedang
melakukan penelitian yang sama dan MEMPUBLIKASIKAN NYA MEDIA
MASSA/MEDIA ILMIAH.
- Jangan gegabah mengangap anda penemu sesuatu, kalau anda belum yakin tidak ada orang
lain, yang telah menemukan pula sebelumnya, dan jangan melaporkan hal-hal yang tidak
benar demi SENSASI dan AMBISI PRIBADI, KARENA HAL INI BERARTI membohongi
diri sendiri dan DUNIA ILMU SPELEOLOGI.
- Setiap usaha penelusuran gua merupakan usaha BERSAMA. Bukan usaha yang dicapai
sendiri. Karenanya, setiap usaha mempublikasikan suatu hasil penelusuran gua, tidak boleh
dengan cara MENONJOLKAN PRESTASI PRIBADI.
- Dalam suatu publikasi, jangan menjelek-jelekan sesama penelusur. Walaupun si penelusur
itu mungkin berbuat hal-hal yang negative, kritik sesama penelusur.

Anda mungkin juga menyukai