BAB I
SPELEOLOGI
A. Pengertin Speologi
Speleologi adalah ilmu mempelajari goa-goa. Berasal dari bahasa Yunani, SPELAION =
Goa dan LOGOS = Ilmu. Namun karena goa merupakan suatu bentukan alam tidak berdiri
sendiri dan dipengaruhi oleh faktor struktur alam melingkupinya, maka speleologi adalah
ilmu mempelajari goa dan lingkungannya.
Ilmu terkait dengan Speleologi :
1. Geologi : Speleogenesis, Hidrogeologi, Struktur Geologi.
2. Geografi : Morfologi karst, Hidrologi permukaan.
3. Arkeologi : Penelitian Fosil, Prasejarah.
4. Biologi : Biospeleologi, Palinologi.
5. Kehutanan : Covered Karst, Hutan Kawasan karst
6. Pertanian : Pertanian karst, Irigasi tetes, Vertikultur.
7. Pariwisata : Wisata umum, Wisata minat khusus, Ekosistem.
8. Teknik sipil : Pemetaan goa, Konstruksi bangunan di kawasan karst.
9. Sosial, Ekonomi, Budaya, kesenian.
2. Medan Vertikal
Dalam penelusuran gua terkadang kita menjumpai lorong terletak di atas kita. Atau
bahkan entrance / mulut gua berupa sumuran. Untuk dapat meneruskan penelusuran kita
perlu menggunakan teknik-teknik Climbing. Seperti penggunaan pengaman sisip dan bor
tebing untuk membuat lintasan. membuat lintasan adalah Leader / Rigging man kemudian
anggota lain melewatinya dengan menggunakan SRT. Untuk melakukan free climbing
dilakukan pada kondisi medan seperti ;
a. Aliran air deras dan kita tidak mengetahui kedalamannya
b. Gua berbentuk celah dan menyempit pada bagian dasarnya (crack)
c. Sungai besar atau danau dalam
d. Pemasangan lintasan pada air terjun
e. Melewati Calcite Floor
Habitat Gua
Semua makhluk yang menghabiskan sebagian atau seluruh hidupnya di dalam gua disebut
troglodyte. Habitat troglodyte berdasarkan kondisi lingkungan yang mendukung kehidupan
komunitasnya dapat dibagi menjadi empat zona, yaitu :
a) Zona terang, daerah yang merupakan mulut gua, cahaya masih sama seperti di luar gua.
b) Zona senja, merupakan daerah di dalam gua dimana tumbuhan hijau masih bisa
tumbuh. Cahaya pada daerah ini pada senja hari.
c) Zona gelap dengan suhu berubah, merupakan daerah gelap total yang dicirikan dengan
suhu dan kelembaban yang masih bisa berubah setiap saat sesuai dengan perubahan
keadaan cuaca luar.
d) Zona gelap dengan suhu tetap, merupakan daerah yang terjauh dari mulut gua dengan
suhu dan kelembaban yang selalu tetap.
Binatang dalam gua dapat dibagi menjadi tiga macam kelompok, yaitu :
Troglopile, yaitu binatang yang menyukai kegelapan, tetapi masih mencari makan di
gua tersebut. Contohnya ; kelelawar dan burung walet. Sekalipun tempat tinggal
mereka sudah termasuk dalam zona gelap total, tetapi fluktuasi suhu dan
kelembaban masih konstan. Jadi troghopile memanfaatkan gua sebagai tempat
tinggal dan tempat berlindung.
Trogloxine, yaitu binatang yang hanya secara kebetulan ada didalam gua, karena
sebenarnya binatang itu asing bagi kehidupan gua tersebut. Contohnya ; musang,
ular, dan sebagainya. Binatang ini biasanya terdapat pada mulut gua sampai zona
senja.
2. Perlengkapan kelompok :
a. Logistik / makanan
b. Peralatan masak
c. Peralatan PPGD
d. Dokumentasi.
BAB II
MANAJEMEN PENELUSURAN GUA
A. Pengertin
Manajemen penelusuran gua adalah perencanaan kegiatan penelusuran gua baik
jangka panjang ataupun pendek.
Hal – hal Harus Diperhatikan Sebelum Penelusuran
a. Mempelajari Lingkungan Lokasi Goa
b. Mengumpulkan Informasi Lisan keadaan Lingkungan Goa
c. Perijinan
d. Transportasi
e. Jumlah personel
f. Keuangan dan Waktu Dibutuhkan
g. Peralatan dan Perlengkapan
h. Konsumsi.
i. Keharusan Mutlak Penelusuran
a) Meninggalkan pesan kepada di kantor/sekretariatan berisikan
1) Lokasi goa dan kondisi goa.
2) Jumlah personel akan berangkat
3) Lama penelusuran, kapan berangkat dan kapan akan pulang.
b) Melaporkan kepada Lurah/dukuh ataupun juru kunci goa
Hal-Hal perlu diperhatikan Dalam Pelaksanaan
1) Pembagian Kerja Dalam penelusuran
2) Packing Peralatan
3) Packing Perlengkapan
4) Konsumsi
5) Teknis Penelusuran
B. Jenis dan Tujuan kegiatan Penelusuran Goa
Pembagian tugas dan wewenang dalam Penelusuran dibagi sesuai dengan jenis dan
Tujuan kegiatan penelusuran, yaitu :
1. Penelusuran biasa
a. Rigging, Leader
b. Transport barang
c. Cleaning
2. Pemetaan Goa
a. Rigging
b. Leader
c. Mapping
1) Leader: Sebagai surveyor
2) Shooter : kompas, klino, meteran
3) Stasioner : ujung meteran
4) Pencatat data
5) Deskriptioner
d. Cleaning
3. Fotografi Goa
a. Rigging, Leader
b. Fotografer
c. Pemegang blitz
d. Cleaning
4. Penelitian Goa
Pembagian tugas dalam kegiatan penelitian, tergantung akan jenis penelitiannya.
1) Rigging, Leader
2) Pembagian sampel
3) Cleaning
1. Antroposentris
Bahaya diakibatkan kecerobohan atau kealfaan penelusur goa itu sendiri ,tersebut
ditimbulkan dari :
Terpeleset/jatuh. Karena keadaan goa gelap gulita, sehingga terjadi kesulitan
memprediksi goa. Untuk itu sebelum penelusuran perlu persiapan bener-benar matang
mulai informasi, fisik, teknik, perlengkapan, logistic.
Tenggelam Sering kali dijumpai sungai di dalam goa, untuk keadaan seperti ini
penelusuran goa di wajibkan membawa pelampung.
Tersesat
Bila memasuki goa panjang dan banyak cabangnya, harus berhati-hati dan dilakukan
perlahan-lahan sambil sambil mengingat-ingat berikut lorong dilalui diberi tanda, untuk
mencegah bahaya tersesat.
Kedinginan
Untuk goa berair, dimana seorang penelusur goa selama beberapa jam harus berendam
didalam air, hal ini biasanya disertai rasa lapar. Keadaan ini bila terus dibiarkan akan
menyebabkan kedinginan akibat kurangnya kalori dalam tubuh. Untuk mencegah bahaya
ini penelusur goa hendaknya membawa bekal cukup
Salah dalam pembagian tim penelusuran
Bisa di sebabkan karena penempatan anggota tim tidak sesuai kemampuan serta beban
tidak merata.
Bahaya teknis peralatan
3. Speleosentrisme
Bahaya dapat menimpa gua akibat dipergunakan sebagai media kegiatan penelusuran.
a. Pengaruh terhadap bentukan dalam gua
1) Pengotoran lingkungan gua
2) Perusakan ornamen gua
3) Perusakan oleh penambangan dalam gua, dsb
b. Pengaruh terhadap ekosistem gua
c. Pengaruh terhadap ekosistem karst
BAB III
SELF RESCUE
A. Penegrtian
Merupakan suatu tindakan penyelamatan dilakukan oleh anggota team penelusuran,
apabila terjadi suatu kecelakaan pada satu anggota team di dalam goa. Sampai datangnya
pertolongan dari luar. Seperti kasus bantuan dari luar tidak atau tidak dapat di hubungi.
Tujuan dari self rescue meminimalisasi insiden dapat terjadi selama kegiatan penelusuran
goa berlangsung.
1. Peralatan
a. Seat Harnest. Digunakan untuk mengikat tubuh dipasang pada pinggang kaki. Macam seat
harnest biasa dipakai :
Avanty
Croll
Rapid
Fractio
b. Ascender. Digunakan untuk menaiki lintasan dengan menggunakan tali. Ascender dibedakan
menjadi 2 :
Hand Ascender : penggunaan dengan dipegang di tangan. Misal : Jummar.
Chest Ascender : Digunakan dengan dipasang di dada. Macamnya :
Croll
Basic
Shunt
Gibs
3) Descender. Digunakan untuk menuruni lintasan. Macamnya :
Capstand, ada dua macam : Auto stop descender dan simple / non auto stop (bobin)
Racks, ada dua macam : Open Racks dan close racks
4) Mailon Rapid (MR). Ada tiga macam :
Delta MR, digunakan untuk menyambung dua loop seat harnest.
Semi Circulair. Secara fungsi sama dengan Delta MR
Oval MR. Digunakan untuk menyambung chest ascender dengan Delta / Semi Circulair
MR.
5) Chest Harnest. Digunakan untuk mengikat chest ascender dengan dada. Dapat diganti
dengan webing.
6) Cowstail. Kegunaan sebagai pengaman saat akan mulai dan selesai melintasi lintasan tali
atau berpindah lintasan. Cabang panjang digunakan untuk menghubungkan hand
ascender dengan tubuh.
7) Foot Loop. Digunakan sebagai pijakan kaki dan dihubungkan dengan ascender.
Beberapa sistem SRT lazim digunakan :
1. Texas System
Menggunakan dua hand ascender dihubungkan dengan cowstail pendek di posisi bawah
ditambah foot loop, sedang lain dilewatkan ke dalam penyambung chest harnest dan
dipegang tangan.
2. Rope Walker System
Menggunakan tiga buah Gibs, satu diikatkan di pundak, satu di tengah ditambah dengan
foot loop dan satu lagi di bawah diikatkan langsung di kaki.
3. MicheleSystem
Seperti texas system hanya ditambah Chest Box pada Chest Harnest, dan ascender atas
ditambah foot loop.
4. FloatingCamSystem
Menggunakan hand ascender dihubungkan cowstail dan foot loop. Foot ascender
dihubungkan cowstail dan diikatkan di kaki menggunakan chest harnest dan ascender atas
ditambah foot loop.
5. Jumar System
Menggunakan dua hand ascender dihubungkan dengan cowstail dan foot loop, dipegang di
kedua tangan tali dilewatkan di penghubung chest harnest.
6. Frog Rig System
7. Sistem paling banyak digunakan karena paling mudah serta nyaman di tubuh. Terdiri dari
satu hand ascender dihubungkan dengan foot loop, satu chest ascender.
BAB IV
PEMETAAN GUA (MAPPING)
A. Pengertian
Suatu gambaran proyeksi dua dimensi dengan skala lebih kecil, dari suatu bidang tiga
dimensi mempunyai batas-batas tertentu, Suatu gambaran proyeksi dengan skala lebih kecil
dari suatu gua.
Manfaat Pemetan Gua
i. Merupakan bukti otentik bagi penelusur gua sebagai penelusur pertama gua tersebut.
ii. Membantu para ahli dalam mempelajari biospeleologi, hidrologi, ataupun ilmu-ilmu
lainnya
iii. Untuk mencari korelasi dengan gua – gua sekitarnya
iv. Untuk memudahkan dalm usaha pertolongan / rescue
v. Kepentingan HANKAMNAS
vi. Di bidang pariwisata untuk memudahkan / menentukan perencanaan dalam
pengembangan gua sebagai obyek wisata.
vii. Sebagai data rekaman keadaan gua saat itu.
B. Peralatan digunakan
a) Kompas, alat untuk mengetahui derajat perbedaan arah lorong / jalan terhadap arah
utara.
b) Clinometer, untuk mengetahui kemiringan lorong terhadap sumbu horizontal, dalam
satuan derajat.
c) Topofil / Roll Meter, untuk mengukur jarak tiap stasiun, lebar gua serta tinggi atap.
d) Grade / Tingkatan Pemetaan
Grade 1, Hanya membuat sketsa dengan akurasi rendah, tanpa pengukuran.
Grade 2, Digunakan jika diperlukan,untuk menggambarkan perantaraan dalam akurasi
antara Grade 1 & grade 3
Grade 3,
Survei magnetik kasar. Sudut horizontal dan sudut vertikal diukur dengan peraltan,
derajat kesalahan + 2,5 0. Alat ukur jarak dengan kesalahan + 50 cm, kesalahan posisi
stasiun kurang dari 50 cm.
Grade 4, Dapat digunakan jika diperlukan, untuk menggambarkan survei tidak sampai
grade 5, tetapi lebih akurat dari grade 3.
Grade 5, Survei dengan peralatan magnetik. Akurasi sudut horizontaldan vertikal + 10.
Akurasi.pengukuran jarak + 10 cm. Kesalahan posisi stasiun kurang dari 10 cm.
Grade 6, Survei dilakukan dengan lebih akurat dari grade 5.
Grade X, Survei berdasarkan diutamakan menggunakan theodolite dengan sebagai
pengganti kompas.
C. Metode pengambilan data
Ada dua metode pengukuran :
Forward Method
Dimana surveyor dan pencatat berjalan berurutan (depan belakang) sampai stasiun
terakhir
Leapfrog Method
Surveyor dan pencatat saling bergantian depan belakang (seperti lompat katak).
Metode ini lebih teliti daripada metode di atas. Dan ada dua sistem pemetaan gua
berdasarkan arah survei :
1. Top To Bottom
Pengukuran dimulai dari entrance sampai ujung lorong/ dasar gua atau sampai stasiun
terakhir
2. Bottom To Top
Pengukuran dari ujung / dasar gua sampai ke entrance. Jadi merupakan kebalikan dari
sistem di atas.
D. Langkah – Langkah Dalam Pembuatan Peta
a) Pengumpulan Data
Dalam pengambilan data, idealnya dilakukan oleh 4 orang, dengan pembagian tugas :
I. Orang pertama sebagai leader bertugas menentukan titik stasiun setelah
mempelajari bentukan lorong serta memasang lintasan (rigging man) pada lintasan
vertikal.
II. Orang kedua lazim disebut stasioner sebagai stasiun pengukuran & pembawa ujung
meteran.
III. Orang Ketiga atau Shooter. Bertugas sebagai pembaca alat – alat ukur
(klinometer,kompas dan meteran). Tinggi badan antar shooter dengan stasioner
harus sama dengan tujuan untuk mendapatkan ketelitiandalam pengukuran
elevasi.
IV. Orang keempat (Descriptor). Sebagai pencatat semua data pengukuran lapangan
serta membuat sketsa lorong selama perjalanan.
Data-data diambil :
Sudut Clinometer : untuk mengetahui elevasi / sudut kemiringan lantai gua.
Sudut Kompas : untuk mengetahui arah lorong dan arah utama kompas.
Jarak miring : jarak antar stasiun pengukuran
Jarak kiri – kanan : jarak dinding kiridan kanan tiap stasiun pengukuran diukur dari
stasioner.
Tinggi atap : tinggi atap pada setiap stasiun pengukuran
Cross section : penampakan lorong gua
Sketsa lorong : sketsa lorong, dibuat sesuai dengan arah kompas, diisi dengan
keterangan-keterangan tidak dapat masuk dalam worksheet (kertas kerja). Misal :
simbol-simbol kondisi gua, ornamen, air dan lumpur.
b) Penggambaran Peta
Peta gua dapat digambarkan sebagai :
1. Plan section : Peta gua tampak atas
2. Extended section : Peta gua tampak samping tanpa proyeksi
3. Projected section : Peta gua tampak samping diproyeksikan dari plan section.
4. Peta gua tiga dimensi