PENELUSURAN GUA
(CAVING)
A. SPELEOLOGI
Speleologi adalah ilmu yang mempelajari tentang gua. Diambil dari kata-kata yunani spelation =
gua dan logos = ilmu. Namun gua tidak bisa berdiri sendiri, tetapi terdapat struktur alam yang
melingkupi. Jadi speleologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari gua beserta lingkungannya.
Di indonesia ilmu ini berkembang tahun 1980-an. Sedangkan di inggris dan jerman sudah dipelajari secar
intensif mulai pertengahan abad 19. Sebelum membicarakan speleologi lebih lanjut, harus kita ketahui
defisi dari “gua “ itu sendiri,
- Menurut ius (internasional union of speology) yang berkedudukan di wina, austria. Gua adalah
setiap ruangan di bawah tanah, yang dapat dimasuki orang.
- Menurut dr Robby. K. T. Ko (ketua hikespi,1985). Gua adalah suatu lintasan sungai di bawah
tanah yang masih mengalirnya (khususnya daerah batu gamping)
Gua memiliki cirri khas dalam mengatur suhu udara di dalamnya, yaitu pada saat udara di luar
panas, maka udara di dalam gua akan terasa sejuk, begitu sebaliknya.
Sifat tersebut menyebabkan gua dipergunakan tempat berlindung. Jenis gua di indonesia kebanyakan
batuan gamping/karts.
Lahirnya ilmu speleologi
secara resmi ilmu speleologi lahir pada abad 19 an berkat ketekunan edward alferd martel,
sewaktu kecil ia memasuki gua hahn di belgia dengan ayahnya seorang ahli paleontologi, kemudian
mengunjungi gua pyrenee di swiss dan italia.
pada tahun 1888 ia memulai memperkenalkan
penelusuran gua menggunakan alat, pada musim panas ia dan
teman-temannya mengunjungi dengan membawa gerobak
yang isinya peralatan untuk penelusuran gua (martel, alat
pengukur, kompas, alat p3k dan makanan) karena kegigihan
dia dalam meneliti gua maka edward ini disebut barak
speleologi.
lahirnya speleologi di indonesia, berkembang pada
tahun 1980 dan olah raga alam ini masih tergolong baru
dibandingkan rafting, mountenering dan panjant tebing. Pada
tahun ini terdapat club yang berkecimpung masalah keguaan
yaitu specavina yang didirikan oleh norman edwin dan dr r.k.t
ko ketua hikepsi sekarang. Namun dengan perbedaan pendapat maka terpecahlah ada yang masih
mendirikan hekespi dengan ketuanya dr. R.k.t ko dan norman e mendirikan club yang berpusat di jakarta
yaitu garba bumi. Kemudian tahun tersebut muncul club-club penyusur gua diantaranya :
Penyusuran gua pertama kali dilakukan oleh John Beaumont, seorang ahli bedah dari Somerset,
England pada tahun 1674. namun penyusuran tersebut tidak dilandasi oleh tujuan yang jelas, sehingga
pelaksanaannya kurang matang.
Sedangkan orang yang berjasa dalam mendeskripsikan gua-gua dengan tujuan ilmiah adalah Baron
Johan Valsavor (Slovenia) sekitar tahun 1670 – 1680. Ia berhasil memasuki 70 gua, membuat peta,
sketsa dan menyusun buku setebal 2800 halaman.
Sedangkan penelusuran gua di Indonesia sendiri, mulai muncul pada tahun 1980 dengan berdirinya
“Specavina” oleh Norman Edwin dan Dr. R.K.T. Ko, yang selanjutnya bercabang menjadi “Gerba Bumi”,
yaitu sekelompok penelusur gua yang berkiblat ke petualangan dan olah raga, serta “Hikespi” yaitu
kelompok penelusur gua yang berakibat pada penelitian ilmiah dan konservasi.
Gua adalah bentukan lorong, sumuran, ruangan yang ada didalam tanah. Menurup IUS (International
Unio of Speleology) berkedudukan di Wina, Australia, gua adalah sebuah ruang di bawah tanah yang
bisa dimasuki oleh manusia.
Ilmu yang mempelajari tentang gua dan lingkungannya disebut speleology. Berasal dari bahasa
Yunani yaitu spelalion = gua, dan logos = ilmu, lingkungan sekitar gua dapat berupa aliran lava yang
membeku, batu pasir (sandstone), batu gamping (karts), gletser dan sebagainya.
Ada juga istilah spelunca (bahasa latin dari gua). Di Indonesia istilah yang paling sering dipakai adalah
penelusuran gua (caving) tanpa merujuk tujuannya masuk gua.
Menurut proses terbentuknya, gua dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
- Gua Lava, yaitu gua yang terbentuk akibat aktifitas vulkanik dari gunung berapi. Ketika terjadi
letusan, lava yang dimuntahkan mengalir kebawah membentuk alur-alur memanjang. Ketika
bagian atas/permukaan lava sudah membeku, laca yang dibawah permukaan masih mengalir
terus sehingga menimbulkan rongga atau lorong.
- Gua Littoral, yaitu gua yang terbentuk didaerah tebing pantai, akibat pengikisan yang dilakukan
oleh angin dan gelombang laut.
- Gua Kapur atau Limenstone, yaitu gua yang terjadi didalam daerah batuan kapur/limenstone,
akibat dari pengikisan air terhadap batuan kapur di dalam tanah. Gua kapur inilah yang menjadi
obyek penelusuran dan ekspoitasi bagi pecinta alam atau penelitian yang tidak habis-habisnya
oleh para ilmuwan. Hal ini disebabkan karena banyak daerah atau kawasan hunian yang
berstruktur batuan kapur, sehingga gua-gua yang ada disekitarnya, bagaimana pun juga
mempunyai pengaruh positif maupun negatif bagi masyarakat yang tinggal di daerah tersebut.
- Stalaktit, yaitu ornamen gua yang membetuk ujung tombak memanjang dan meruncing ke
bawah, menempel pada atap gua. Ini terjadi karena air yang mengandung larut yang tinggi
menetes melalui titik kecil pada atap gua. Sebelum air menetes jatuh, mengalami penguapan
sehingga larutan kapur yang terkandung di dalamnya menempel pada atap gua dan proses ini
berjalan terus-menerus hingga akhirnya menjadi bentukan yang menyerupai pipa kecil dengan
lubang straw. Pada tahap tertentu terjadi penyumbatan pada lubang-lubang sehingga air tidak
lagi mengalir melalui ujung pipa tersebut, tetapi kembali merembes melalui pangkal pipa dan
melewati bagian luar pipa menuju ujung pipa kembali dan menetes ke bawah. Akhirnya, bagian
luar dari daerah pangkal pipa paling banyak mendapat tumpukkan atu tempelan larutan kapur,
sehingga timbul bentukkan yang menyerupai kerucut terbalik (stalaktit).
- Stalakmit, terbentuk dari proses terjadinya stalaktit. Ketika air menetes jatuh ke lantai gua,
terjadi penguapan air, maka timbul penumpukkan larutan kapur yang membetuk kerucut
memanjang dan meruncing ke atas.
- Column, terbentuk dari proses Stalaktit dan stalakmit yang ujung-ujungnya menyatu,
menyerupai pilar/tiang.
- Drapery/korden, proses terjadinya hampir sama dengan stalaktit, hanya saja perembesannya
terjadi pada sebuah celah (crack) yang memanjang pada atap gua, sehingga bentukan yang
tumpul menyerupai tirai-tirai seperti korden jendela yang menggantung pada atap menuju ke
bawah dengan lekukan-lekukannya.
- Flowstone, terjadi karena penumpukkan larutan kapur pada celah memanjang yang horizontal
pada dinding gua, sehingga membentuk satu gundukan berbentuk separuh bola yang
permukaannya/lapisan luarnya seperti air mengalir.
- Gourdam (dam), bentuknya seperti kolam kecil yang saling menyambung dan menumbuk
sehingga membentuk jaringan persis daerah persawahan. Terjadi karena permukaan dari lantai
gua tidak rata, sehingga pada suatu tempat kapur yang terlarut air mengalir ke dasar gua
terhambat dan membentuk dinding sesuai dengan alur lantai yang menahannya dan terjadi
secara berulang-ulang.
D. Habitat Gua
Semua makhluk yang menghabiskan sebagian atau seluruh hidupnya di dalam gua disebut
troglodyte. Habitat troglodyte berdasarkan kondisi lingkungan yang mendukung kehidupan
komunitasnya dapat dibagi menjadi empat zon, yaitu :
Zona terang, daerah yang merupakan mulut gua, cahaya masih sama seperti di luar gua.
Zona senja, merupakan daerah di dalam gua dimana tumbuhan hijau masih bisa tumbuh. Cahaya pada
daerah ini pada senja hari.
Zona gelap dengan suhu berubah, merupakan daerah gelap total yang dicirikan dengan suhu dan
kelembaban yang masih bisa berubah setiap saat sesuai dengan perubahan keadaan cuaca luar.
Zona gelap dengan suhu tetap, merupakan daerah yang terjauh dari mulut gua dengan suhu dan
kelembaban yang selalu tetap.
Binatang dalam gua dapat dibagi menjadi tiga macam kelompok, yaitu :
a. Troglopile, yaitu binatang yang menyukai kegelapan, tetapi masih mencari makan di gua
tersebut. Contohnya ; kelelawar dan burung walet. Sekalipun tempat tinggal mereka
sudah termasuk dalam zona gelap total, tetapi fluktuasi suhu dan kelembaban masih
konstan. Jadi troghopile memanfaatkan gua sebagai tempat tinggal dan tempat
berlindung.
b. Trogloxine, yaitu binatang yang hanya secara kebetulan ada didalam gua, karena
sebenarnya binatang itu asing bagi kehidupan gua tersebut. Contohnya ; musang, ular,
dan sebagainya. Binatang ini biasanya terdapat pada mulut gua sampai zona senja.
c. Troglobion, yaitu binatang yang seluruh siklus kehidupannya sudah dilakukan di dalam
gua, sehingga memiliki sifat yang berbeda dengan binatang sejenisnya di permukaan
tanah. Contohnya ; seekor ikan yang sudah sekian lama hidup dan berkembang biak
dalam gua pada zona tertentu mengalami perubahan fisik menjadi tidak berpigmen,
penglihatan tidan berfungsi dan alat peraba menjadi lebih telanjang. Hal demikian dapat
terjadi setelah melalui waktu yang lama dan habitanya sudah benar-benar terisolasi dari
pengaruh luar.
E. Menagement Penelusuran
2. Selama penelusuran
Ada pembagian tugas dan wewenang dalam team selama kegiatan berlangsung
sehingga terkoordinir dengan baik.
3. Setelah penelusuran
Cheeking peralatan
Perawatan peralatan
Evaluasi kegiatan
Pembuatan laporan kegiatan
Perlengkapan Penelusuran Gua
1. Gua Horizontal
Medan pada gua horizontal sangat bervariasi, mulai pada lorong-lorong yang mudah ditelusuri
sampai lorong yang membutuhkan teknik khusus untuk melewatiya.
Lumpur Untuk lorong yang berlumpur dapat dilewati dengan berjalan biasa bila lumpurnya tidak terlalu
tebal. Bila lumpurnya tebal, misal sedalam lutut atau lebih, dapat dilalui dengan posisi seperti berenang.
Dengan posisi ini akan lebih mudah bergerak dan menghemat tenaga.
Air Dilorong yang berair, terutama gua yang belum pernah dimasuki dibutuhkan fasilitas pendukung
untuk bisa melewatinya karena kedalaman air tidak diketahui, demikian juga kondisi di bawah
permukaan air. Untuk keselamatan sebaiknya semua anggota team dibelay atau juga dengan moving
together dimana semua anggota team terhubung dengan tali. Pada kondisi tertentu, bila dibutuhkan
dan dimungkinkan dapat memakai pelampung atau perahu karet.
Pada lorong yang selurunya terisi air (sump), untuk melaluinya harus dengan menyelam (diving).
Penyelamatan di gua (cave diving) sangat berbahaya dan memiliki ratio kematian 60 %. Dengan ratio
sebesar ini sebaiknya tidak meneruskan penelusuran bila peralatan tidak standar.
Pembagian team untuk melewati medan air juga harus disesuaikan, misalnya leader tidak boleh
membawa beban berat karena harus membuat lintasan dan mempelajari kondisi medan.
Climbing Teknik climbing juga sering digunakan dalam penelusuran gua. Misalnya bila kita menemui
water fall, waktu lintasan (rigging), melewati calcite floor atau oolith floor.
2. Gua Vertikal
Single Rope Technique (SRT) adalah teknik untuk melewati lintasan vertikal, yang berupa atau
satu lintasan tali. Tekni ini digunakan untuk menelusuri gua-gua vertikal. Ada beberapa jenis teknik SRT
seperti Texas System, Rope Walker System, Mitchele System, Floating Cam System, Jumar System, Fro
Rig dan lain-lain. Namun di Indonesia khususnya di Yogyakarta memakai sistem frog rig, adapun
peralatan yang digunakan dalam sistem ini, yaitu seat harness, ascender (hand ascender dan chest
ascender), descender, mailon rapid (MR), chest harness, cowstail, foot loop dan kermantle rope.
Pengorganisasian SRT set pada sistem ini yaitu seat harness dihubungkan dengan MR delta atau
semu circular, didalam MR dirangkaikan peralatan lainnya, palang kiri cowstail yang dihubungkan
dengan jummar (hand ascender) dan foot loop pada cabang yang panjang, oval MR dihubungkan dengan
chest ascender terus descender, dan paling kanan carabiner bebas sebagai pengatur laju tali yang
melalui descender.
Karena lorong vertikal tidak merata dan berbeda-beda, maka untuk keselamatan dan
kemudahan saat melewati lintasan, maka ada beberapa variasi lintasan sebagai konsekuensinya, yaitu :
Lintasan lurus, yaitu lintasan yang mulus ke bawah tanpa ada gesekan lintasan dengan dinding gua.
Lintasan intermediate, bertujuan untuk menghilangkan gesekan tali dengan dinding gua, dengan
membuat anchor pada titik gesekan.
Lintasan deviasi, berguna untuk menghilangkan friksi tali dengan dinding gua, dibuat dengan cara
menarik tali kearah luar gesekan.
Lintasan sambungan, dipakai pada lintasan dimana satu buah tali terpaksa disambung untuk mencapai
dasar picth.
Kegiatan penelusuran gua adalah aktifitas yang mengandung resiko tinggi (right risk activity).
Hal itu disebabkan karena gua mempunyai medan yang berbeda dengan yang kita hadapi sehari-hari.
Bahaya penelusuran gua dapat dibagi menjadi :
- Antroposentrisme, yaitu bahaya terhadap manusia (penelusur gua). Dapat disebabkan oleh
faktor :
Faktor manusia, bahaya ini dapat berupa tergelincir, terjatuh, terantuk, kejatuhan, tersesat,
tenggelam, kedinginan, dehidrasi, gigitan binatang berbisa, dan lain-lain.
Perlatan yang digunakan, setiap penelusur gua harus terampil dalam penguasaan dan
penggunaan alat. Pemakaian peralatan merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan
setiap penelusur gua. Karena pemakaian peralatan dengan cara yang salah selain merusak
Kecelakaan lain yang sering terjadi adalah keracunan atau kekurangan oksigen (hipoksia). Tanda-tanda
kadar oksigen :
Kekurangan oksigen biasanya terjadi dilorong-lorong sempit, ducking, juga sump. Pemakaian obor dan
lampu petromak tidak dianjurkan karena menambah kadar karbondioksida (CO 2). Gas CO sangat
menghantui para cavers karena cepat mematikan, disamping itu tidak berbau dan tidak berwarna.
Gas CO dapat timbul akibat peledakan dinamit dan penyalaan api unggun pada gua, ketika bernafas
dapat menghisap asap diluar gua. Beberapa macam gas didalam gua, diantaranya :
- Gas Nitro, menyebabkan bibir dan kulit kebiruan, nyeri pada kepala dan tekanan darah menurun
drastis. Gas ini tidak berwarna hitam dan tidak berbau.
- Gas Sulfur, terdapat pada daerah gunung berapi (gua lava), berbau seperti telur busuk dan tidak
berwarna. Dapat diatasi dengan masker industri atau bauan kopi.
Udara gua yang penuh debu, membuat sesak nafas, sakit saat bernafas dan batuk kering. Dapat diatasi
dengan masker, biasanya terdapat pada gua-gua yang kering atau gua-gua yang tidak aktif lagi
pembentukkannya.
Udara gua yang mudah meledak atau terbakar, gas metan, gua ini sangat berbahaya jika menggunakan
lampu karbit atau korek api.
Setiap penelusuran gua menyadari bahwa gua merupakan lingkungan yang sangat sensitif dan
mudah tercemar, karena itu penulusur gua harus :
J. BIOSPEOLOGI
Biospeologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang kehidupan beserta kondisi lingkungan
hidup organisme di dalam gua. Aspek utama yang dipelajari dalam biospeologi meliputi studi tentang
organisme yang hidup di dalam gua, material organic dalam sedimen yang menyediakan makanan dasar
bagi organisme, variable lingkungan (temperatur, kelembaban yang mempengaruhi distribusi, dan
kelimpahan organisme), serta hubungan antar organisme atau organisme dengan lingkungan gua.
Meski di dalam gua kondisi lingkungan beragam, tetapi bila dibandingkan dengan kondisi fisik
lingkungan di luar gua akan mempunyai keragaman yang lebih
kecil. Beberapa parameter fisik yang berkaitan dengan kondisi
fisik gua antar lain :
a) Suhu di dalam gua mendekati rata-rata suhu tahunan
daerah di luar gua.
b) Kelembaban yang sangat tinggi mencapai lebih dari
90% dan jarang dibawah 80
c) Secara kimiawi air gua dicirikan dengan kadar alkali
dan pH yang relatif tinggi.
d) Pada aliran sungai di gua, kosentrasi oksigen biasanya
tinggi, tapi dalam kolom Rimstone yang airnya berasal
dari rembesan dan resapan, kandungan oksigennya
bisa rendah.
Perputaran makanan di dalam gua seringkali dikatakan sebagai Closed Ecologic System
( Ekosistem Tertutup). Dalam suatu system yang benar-benar tertutup, setiap organisme
pemakan organisme lain pada gilirannya akan dimakan oleh organisme lainnya dalam system
yang sama. Tetapi system ini tidak bisa terpelihara tanpa adanya bantuan secara tidak langsung
dari sinar matahari.
Di dalam gua tidak ada produsen primer kecuali beberapa bakteri Autotrof
Khemosintetic yang menggunakan besi dan sulfur sebagai donor elektron. Jadi secar umum
komunitas gua hanya terdiri dari dekomposer dan predator. Sumber makanan/energi untuk
biota gua berasal dari luar ekosistem gua , yaitu berupa :
- Faeces/kotoran (guano) dan sisa makanan dari kekelawar dan hewan trogloxene lain.
- Detritus/ sisa tumbuhan yang terbawa masuk pada gua yang mempunyai aliran sungai
Akar tanaman yang masuk melalui rekahan dinding gua yang mempunyai aliran sungai
organik dan mikroorganisme.
Dalam ekosistem gua dapat dibagi 2 komunitas yaitu komunitas langit(atas) dan komunitas lantai
(bawah). Komunitas langit terdiri dari kekelawar dan burung, komunitas ini penting artinya bagi
komunitas lantai karena merupakan sumber makanan utama (guano). Komunitas lantai terdiri dari
jamur, milipedes, jangkrik gua, dan amblyphygi serta hewan-hewan akuatik. Pada komunitas lantai
terjadi rantai makanan yang sesungguhnya, dimana terjadi proses makan dimakan dan predasi. Bangkai
dari bita gua akan menjadi sumber makanan baru daam jaring-jaring makanan gua (Whitten, 1996).
K. KARSTOLOGI
Karst merupakan batuan gamping yang telah mengalami proses pelarutan oleh asam karbonat
dan beberapa jenis asam lainnya sebagai hasil pembusukan sisa tananman di atas batu gamping. Batuan
gamping yang mengalami proses karstifikasi akan menunjukan morfologi yang unik baik dipermukaan
tanah yang disebut fenomena eksokartstik dan di bawah permukaan tanah yang disebut fenomena
endokartstik seperti timbulnya sistem aliran bawah tanah, gua-gua batu gamping dengan dekorasinya.
(speoleothom).
Doline
Adalah cekungan tertutup (Closed Depression) yang memiliki ke dalaman 2-100 meter dengan diameter
10-100 meter.
Uvala
Cvijik (1901) mendiskripsikan istilah slovenic / uvala ini untuk cekungan dan dasar yang luas dan tidak
rata sedangkan Lehmann (1970) mengartikan unyuk lembah menjang, kadang-kadang berkelok-kelok
dan biasanya dasar berbentuk cawan di daerah karst.
Singking Creek
Ialah sungai yang mengalir di daerah karts akn tetapi menghilang karena mengalir masuk ke aliran
bawah tanah.
Sink
Ialah tempat sungai permukaan itu lenyap, air menghilang secara defuse melalui material alluvium
Swallow Hole
Apabila permukaan sungai hilang melalui lubang yang nyata terlihat.
Poljes
Depresi di daerah karst yang luas areanya berkelok-kelok dan dasarnya tertutup depositalluvium atau
residu oleh pelapukan.
Danau Karst
Letaknya biasanya terdapat di cekungan, terbentuk karena adanya lapisan kedap air pada dasar danau,
akibat akumulasi dari Lumpur atau bahan residu pelapukan yang kedap air.
Natural Bridge
Suatu fenomena yang menyerupai jembatan di daerah karst.
L. SPELEOGENESIS
Batuan kapur dan marmer (batu kapur yang dikristalisasi dengan panas dan tekanan) yang
terdiri dari material kalsit (Ca 7 CO 3) merupakan batuan pembentuk gua. Batuan-batuan tersebut
terbentuk pada zaman lautan purba jutaan tahun yang lalu oleh tumbuhan dan hewan laut yang
mengekstraksi kalsium karbonat (Ca CO3) dari air laut. Butir-butir pasir yang mengandung fragment-
fragment dari organisme tersebut, bersama-sama dengan material hasil aktifitas mikroorganisme akan
memadatkan karena tekanan dan mengalami sementasi menjadi batuan padat. Akhirnya suatu kekuatan
dasyat mengangkat batuan sediment dari dasar laut ke daratan.
Umur suatu gua kecil hubungannya dengan umur dari batuan yang menutupinya. Kebanyakan
gua umurnya lebih muda dibandingkan umur batuannya. Pada umumnya umur batuan yang ada di dunia
ini sekitar ratusan juta tahun akan tetapi umur gua sendiri sekitar 10 juta tahun.
Goa batuan kapur terbentuk karena proses pengasanman batuan kalsium karbonat. Bahkan asam sangat
cair yang terdapat di dalam air permukaan tanah yang mebentuk goa jika diberi waktu cukup. Asam
yang sangat berperan dalam proses pelarutan batuan kapur secara alami untuk membentuk gua adalah
asam karbonat (H2CO3) yang dihasilkan dari penggabungan air dan CO 3.
Asam karbonat termasuk asam lemah walaupun berada dalam kondisi / kosentrasi maksimum.
Udara atmosfer hanya 0,03% CO 2, tetapi asam karbonat yang dihasilkan terlalu cair sehingga tidak
efektif dalam membentuk goa. Kebanyakan CO 2 yang berperan aktif dalam pembentukan asam yang
melarutan batuan kapur berasal dalam tanah, disana sebagai akibat pengurai humus dapat dihasilkan
H2CO3 dalam jumlah yang banyak dan kosentrasi tinggi. CO 2 dan air (H2O) bersama-sama mengubah
batuan kapur dengan reaksi ganda sebagai berikut :
Karbon dioksida bersama air membentuk asam karbonat yang kemudian melarutkan kalsit dan
menguraikan menjadi ion-ion terlarut. 1 m 3 air yang dibiarkan di udara terbuka yang mengandung 10 %
CO2 dapat melarutkan ±250 gram kalsit.
M. SPELEOTHEM
Bentukan atau bangunan yang terbentuk dalam goa karena deposisi mineral-mineral sekunder
(stalaktit, stalakmit, dll) yang disebut speleothem. Di zona tanah, sisa-sisa tanaman dengan cepat
diuraikan . CO2 yang ada di udara tanah jauh lebih banyak sekitar 10-30 % dari pada yang ada di
Larutan kalsium
Bikarbonat
Proses di atas merupakan kebalikan dari proses pembentukan gua dari pelarutan batuan
gamping. Kehilangan CO2 tersebut di atas itulah , bukan penguapan air merupakan sebab utama
terbentuknya kalsit speleothem. Stalaktit dan speleothem lainnya hampir merupakan kalsit murni
(CaCO3) walaupun dari dalam air yang kemudian mengikat CO 2 menjadi kalsium karbonattersebut juga
terlarut material-material lainnya.
“Semoga bermanfaat”