saksikan dari berbagai bentuk dekorasi yang ada di dalamnya. Ada selendang, pilar, air
terjun beku, mutiara gua, stalagmit atau stalagtit. Sebenarnya, apa pengertian dari istilah-
istilah tersebut?
Seperti diketahui bahwa gua yang ada di bumi ini terbentuk oleh batuan kars (batu
gamping) yang terbentuk di dasar laut dalam kawasan yang luas. Ketebalan batu gamping
itu bervariasi hingga mencapai ratusan meter. Proses pembentukan memerlukan waktu
hingga ribuan tahun. Demikian pula dengan proses pemunculannya ke permukaan yang
berlangsung dalam waktu yang sangat lama. Gua dipelajari secara serius sejak
ditemukannya speleologi oleh Edward Alfred Martel pada abad ke 19. Sampai kini, ilmu
tersebut masih dipakai untuk mempelajari seluk-beluk gua. Speleolog menyebut dekorasi
gua dengan istilah speleothem.
Banyak dekorasi-dekorasi indah yang ada di dalam gua. Beberapa dekorasin gua yang
bisa Anda temui di gua-gua adalah sebagai berikut:
Stalagtit. Stalagtit itu tumbuh dari atap sebuah gua menuju ke bawah yang terbentuk
karena adanya rekahan kecil pada tubuh batu gamping yang memungkinkan terjadinya
tetesan air yang mengandung larutan kalsium karbonat. Di saat itu terjadilah presipitasi
sehingga terlepaslah karbondioksida dan terbentuk endapan bening yang disebut mineral
kalsit.
Stalagmit. Stalagtit akan mengeluarkan tetesan air. Tetesan yang berlebih dalam kurun
waktu ribuan tahun akan terakumulasi ke lantai dan membentuk dekorasi tersendiri.
Dekorasi yang terbentuk dari tetesan stalagtit inilah yang disebut dengan stalagmit.
Coloumn atau pilar. Pilar bisa terbentuk bila stalagmit dan stalgatit bersatu membentuk
sebuah dekorasi tersendiri.
Flowstone atau batu alir. Flowstone terbentuk dari milyaran tetesan air
Sejarah Penelusuran Gua
Sejarah penelusuran gua dimulai di Eropa sejak 200 tahun lalu. Eksplorasi pertama
tercatat dalam sejarah adalah tanggal 15 Juli 1780, ketika Louis Marsalliers menuruni gua
vertikal Fairies di Languedoc, Perancis. Kemudian pada tanggal 27 Juni 1888, seorang
ahli hukum dari Paris bernama Eduard Alfred Martel mengikuti jejak Marssalliers.
Penelusurannya kali ini direncanakan lebih matang dengan menggunakan peralatan
lengkap seperti katrol, tangga gantung, dan perahu kanvas yang pada waktu itu baru
diperkenalkan oleh orang-orang Amerika. Bahkan telephone yang baru diperkenalkan
digunakan untuk komunikasi di dalam tanah. Usaha Martel ini dianggap sebagai revolusi
di bidang penelusuran gua, sehingga ia disebut sebagai “Bapak Speleologi Modern”.
Prestasi Martel juga dalam hal memetakan gua yang merupakan kewajiban seorang
penelusur gua ketika ia melakukan eksplorasi gua ketika ia melakukan eksplorasi gua.
Antara tahun 1888-1913, Martel telah banyak memetakan gua dalam setiap
penelusurannya, ini digunakan untuk kepentingan ilmiah, dan untuk merekam kedalaman
serta panjang gua-gua tersebut.
Ketika Perang Dunia II selesai, kegiatan penelusuran gua memunculkan kembali dua
orang tokoh ; Robert de Jolly dan Norman Casteret. De Jolly merupakan pembaharu di
bidang peralatan peralatan penelusuran gua, seperti tangga gantung dari aluminium dan
perahu kanvas yang lebih sempurna. Penemuan ini mejadi standar bagi para penelusur
gua sampai 50 tahun kemudian. Sedangkan Casteret menjadi pioneer di bidang “cave
diving”. Usahanya ini dilakukan pada tahun 1922, ketika Casteret pertama kali
menyelami lorong-lorong yang penuh air di gua Montespan tanpa bantuan peralatan
apapun. Karangan-karangan Casteret antara lain “My Cave” dan “Ten Years Under
Ground”, yang kemudian menjadi buku pegangan bagi para penggemar cave diving dan
ahli speleologi.
Sejarah penelusuran gua sejalan dengan sejarah penelitian gua (speleologi), kedua
kegiatan ini tak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Hal inilah yang dilakukan oleh
Eduard Martel, Robert de Jolly, Norman Casteret dan banyak lagi penelusur gua di
seluruh dunia.
Dua unsur penting yang memegang peran terjadinya gua, yaitu rekahan dan cairan.
Rekahan atau lebih tepat disebut sebagai “zona lemah”, merupakan sasaran bagi suatu
cairan yang mempunyai potensi bergerak keluar. Cairan ini dapat berupa larutan magma
atau air. Larutan magma menerobos ke luar karena kegiatan magmatis dan mengikis
sebagian daerah yang dilaluinya. Apabila kegiatan ini berhenti, maka bekas jejaknya
(penyusutan magma cair) akan meninggalkan bentuk gua, lorong, celah atau bentuk lain
semacamnya. Ini sering disebut gua lava, biasanya di daerah gunung berapi.
Proses yang terjadi terhadap batuan yang dilaluinya, tidak hanya proses mekanis, tetapi
juga proses kimiawi. Karenanya, dinding celah atau gua, biasanya mempunyai
permukaan yang halus dan licin.
Pembentukan gua lebih sering terjadi pada jenis batuan gamping, karst, dengan
komposisi dominan Kalsium Karbonat (CaCO3), disebut gua batu gamping. Batuan ini
sangat mudah larut dalam air, bisa air hujan atau air tanah. Oleh karenanya, reaksi
kimiawi dan pelarutan dapat terjadi di permukaan dan di bawah permukaan. Tetapi sering
kali ditemukan juga mineral-mineral hasil reaksi yang tidak larut di dalam air, misalnya
kuarsa dan mineral ‘lempung’. Lazimnya bahan-bahan ini akan membentuk endapan
tersendiri. Sedangkan larutan jenuh kalsium, di tempat yang tidak terpengaruh oleh
tenaga mekanis, diendapkan dalam bentuk kristalin, antara lain berupa stalagtit dan
stalagmit, yang tersusun dari mineral kalsit, dan variasi-variasai ornamen gua lainnya
yang menarik untuk dilihat.
Air cenderung bergerak ke tampat yang lebih rendah. Sama dengan yang terjadi di bawah
permukaan. Sama dengan yang terjadi di bawah permukaan. Hal ini berakibat daya reaksi
dan pengikisan bersifat kumulatif. Tidak heran betapapun kecilnya sebuah celah tempat
masuknya air di permukaan dapat menyebabkan hasil pengikisan berupa rongga yang
besar, bahkan lebih besar di tempat yang lebih dalam. Rongga yang terbentuk mestinya
berhubungan pula, hal ini mungkin karena sifat air yang mudah menyusup ke dalam celah
yang kecil dan sempit sekalipun.
Ukuran besarnya gua tidak hanya tergantung pada intensitas proses kimiawi dan
pengikisan yang berlangsung, akan tetapi juga ditentukan oleh jangka waktu proses itu
berlangsung. Sedangkan pola rongga yang terjadi di bawah permukaan tidak menentu.
Seandainya ditemukan pola rongga yang spesifik (mengikuti arah tertentu) maka dapat
diperkirakan faktor geologi ikut berperan, misalnya adanya sistim patahan atau aspek
geologis lainnya.
Selain jenis lava dan batu gamping yang dapat menyebabkan terjadinya gua, jenis batu
pasir juga kadang-kadang memungkinkan terjadinya gua, demikian pula batuan yang
membentuk lereng curam di tepi pantai. Kedua jenis batuan yang terakhir ini, biasanya
mengakibatkan terjadinya gua yang tidak begitu dalam. Tenaga yang mempengaruhinya
adalah tenaga mekanis berupa hantaman air atau hempasan ombak. Gua yang terjadi di
sini disebut gua laut.
Di dalam proses pembentukan lorong ada banyak sekali kemungkinan bentuk, termasuk
juga pembentukan apa yang kemudian kita sebut sebagai ornamen gua atau speleothem,
beberapa ornamen yang memiliki sifat sama diberi nama; diantaranya;
Hal lain yang harus diperhatikan, yaitu membawa makanan dan minuman. Paling penting
kondisi badan harus selalu fit di saat melakukan penelusuran gua. Sikap yang baik,
menyadari kemampuan diri sendiri dan tidak memaksakan diri untuk menelusuri gua, jika
kondisi atau kemampuan tidak memungkinkan.
Satu hal yang harus diresapi dan disadari oleh setiap penelusur gua yaitu masalah
“konservasi”. Jangan mengambil apapun, jangan meninggalkan apapun dan jangan bunuh
apapun. Setiap buangan yang ditinggalkan akan merusak lingkungan biologis gua yang
sangat rapuh, misalnya sampah karbit. Bawalah semua sampah-sampah ke luar gua dan
buang ke tempat pembuangan sampah. Setiap kerusakan yang ditimbulkan oleh penelusur
adalah tindakan tercela, karena untuk merusakkan benda-benda dalam gua misalnya
stalagmit dan stalagtit hanya butuh beberapa detik saja, sedangkan proses pembentukan
benda-benda tersebut membutuhkan waktu ribuan bahkan jutaan tahun.
Jika prinsip-prinsip di atas disadari dan dilaksanakan oleh penelusur gua, maka
semboyan: take nothing but picture, leave nothing but footprint, kill nothing but time,
terasa semakin berarti.
Pada dasarnya setiap penelusur gua, harus memulai perjalanannya dalam kondisi tubuh fit
. Malah dalam sebuah buku teks disebutkan , apabila badan terasa kurang fit, sebaiknya
perjalanan eksplorasi gua dibatalkan (etika penelusuran gua). Hal ini disebabkan karena
udara di dalam gua sangat buruk, penuh deposit kotoran burung dan kelelawar, ditambah
kelembaban yang sangat tinggi. Mudah sekali dalam kondisi demikian seorang penelusur
gua terserang penyakit paru-paru, beberapa pioneer penelusur gua menghentikan kegiatan
eksplorasinya karena terserang penyakit ini.
Selain memerlukan kondisi tubuh yang baik, seorang penelusur gua sedikit banyak harus
harus memiliki kelenturan tubuh dan yang terpenting tidak cepat menjadi panik dalam
keadaan gelap dan sempit. Bentuk tubuh juga mempengaruhi kecepatan gerak seorang
penelusur gua. Penelusur Gua ideal adalah yang memiliki badan relatif kecil meskipun
belum tentu menjadi jaminan akan menjadi penelusur handal.
Dalam penelusuran horisontal, kita lakukan gerak, jalan membungkuk, merangkak,
merayap, tengkurap, dan kadang terlentang, menyelam serta berenang. Dengkul dan
ujung siku merupakan sisi penting buat seorang penelusur atau caver.
1. Helm
2. Caving sling
3. Cover all
4. Caving pack sack
1. Perahu karet
2. Tali
3. Kamera
4. Kompas
5. Topofil
Sampai dengan saat ini, ada beberapa sistem yang digunakan dalam penelusuran gua
vertikal. Yang dianggap terbaik karena efektifitasnya adalah Single Rope Technique
(SRT).
SRT hanya menggunakan satu tali tunggal, dan menggunakan prinsip pemindahan beban
ketika menaiki tali tersebut, sehingga menggunakan dua alat naik.
Disini hanya akan dibahas mengenai peralatan yang digunakan untuk keperluan SRT, dan
sedikit alternatifnya.
A. Peralatan Pribadi
2. Chest Jammer
Alat untuk naik yang prinsipnya hampir sama dengan Jumar, namun bentuknya lebih
ringkas (tidak ada pegangan untuk tangan), dan dihubungkan langsung dengan Sit
Harness dan Chest Harness, selain sebagai alat naik, juga berguna untuk menjaga agar
badan tetap sejajar dengan tali. Chest Jammer keluaran Petzl biasa disebut Croll yang
memang sudah dirancang untuk kepentingan SRT.
Jumar dan Croll merupakan dua alat utama yang digunakan dalam SRT, ketika badan kita
menggunakan Croll sebagai pengaman, dalam artian beban kita bergantung di Croll,
tangan kita dapat menggunakan Jumar untuk menambah ketinggian.
1. Figure Of Eight
Dapat digunakan sebagai alat turun, namun dalam SRT hal ini tidak dianjurkan,
mengingat Figure Of Eight mengandalkan friksi dengan tali dengan cara membelokkan
arah tali, sementara tali yang digunakan di SRT adalah Tali Statis yang akan lebih mudah
rusak apabila arah gayanya diubah.
2. Bobin Descender
Alat yang dikeluarkan Petzl ini, dikhususkan penggunaannya untuk menuruni tali pada
SRT, yang digunakan adalah Bobin Single Rope. Bobin digunakan oleh orang yang
sudah terbiasa menuruni tali dengan SRT, karena tidak memiliki kunci pengaman,
kontrol kecepatan diatur oleh tangan kita.
3. Rack
Rack memiliki batang-batang yang dapat dirubah posisinya, untuk mengatur friksi antara
alat dengan tali, hal ini akan mempengaruhi kecepatan. Rack akan relatif lebih dingin
setelah pengunaan jangka panjang.
Peralatan Penunjang
Merupakan peralatan yang juga harus dikenakan ketika melakukan SRT, yang
digambarkan disini adalah prinsip-prinsipnya, bisa digunakan benda lain dengan prinsip
sama
1. Sit Harness
Ada berbagai jenis Sit Harness, untuk keperluan SRT Petzl khusus mengeluarkan Avanti.
Sit Harness ini berbeda dengan harness untuk keperluan memanjat ataupun canyoning.
Avanti dapat diubah ukurannya sesuai dengan badan kita, karena dalam melakukan SRT,
ukurannya harus benar-benar tepat agar terasa nyaman.
2. Linking Maillon
Semacam karabiner tetapi tidak memiliki sebuah gate (pintu dengan per). Maillon sangat
kuat, terdiri dari berbagai tipe dan ukuran. Linking Maillon gunanya sebagai penghubung
foot-loop jammer dengan foot-loop dan safety link. Alternatif lain dapat menggunakan
small oval screwgate carabiner.
3. Foot Loop
Atau tangga, digunakan waktu naik meniti tali. Foot loop merk “Camp” dapat dipanjang
dan pendekkan sesuai dengan keperluan. Alternatif lain memakai etrier atau sling.
4. Security Link
Disebut juga “safety link”, gunanya sebagai safety pada waktu naik. Terbuat dari
Dynamic Climbing Rope, berdiameter 9mm. Panjangnya sejangkau tangan atau lebih.
Pada kedua ujungnya dibuat “figure of eight knot”. Ujung pertama di foot loop jammer
dan ujung lainnya di attachment pada sit harness. Bisa juga menggunakan webbing.
5. Chest Harness
Merupakan harness khusus di dada. Bentuknya seperti angka delapan. Chest harness
berguna untuk menempatkan “petzl croll” waktu naik, sehingga badan tetap sejajar
dengan tali. Figure of eight chest harness merupakan perlengkapan standar. Alternatif
lain memakai sling/chest strap.
6. Main Attachment
Delta maillon 10mm adalah main attachment. Terbuat dari baja (steel) atau aluminium.
Main attachment merupakan tempat utama untuk berbagai kaitan/sangkutan. Selain untuk
mengunci sit harness, delta maillon juga untuk mengkaitkan croll, security link, cow’s
tail dan descender. Untuk posisi main attachment tidak pernah digunakan carabiner.
7. Cow’s tail
Sebagai pengaman pada saat melewati sambungan tali dan pindah anchor, waktu
menuruni tali atau menaiki tali. Cow’s tail dapat dibuat dari “climbing rope 11mm”.
Panjangnya kemudian dilipat dua tidak sama panjang. Masing-masing ujungnya dibuat
figure of eight knot juga bagian tengahnya, bagian yang membagi dua. “loop” pada
bagian tengah ini dikaitkan pada delta maillon.
8. Karabiner
Oval karabiner digunakan untuk cow’s tail sedangkan oval screw gate karabiner untuk
descender. Pada umumnya dalam penelusuran gua vertikal digunakan ‘oval screw gate
carabiner’.
9. Helmet
Merupakan perlengkapan vital dan wajib dikenakan oleh para penelusur gua. Gunanya
untuk melindungi kepala dari kemungkinan terbentur atau tertimpa batu. ‘Petzl helmet’
diperlengkapi dengan lampu karbit.
B. Perlengkapan Tim
1. Tali
Tali yang dipakai dalam penelusuran gua vertikal, harus mempunyai karakteristik sebagai
berikut : kuat, memiliki daya tahan terhadap gesekan, daya lentur kecil dan dapat
menyerap kejut. Speleo rope memenuhi syarat ini. Biasanya, spleleo rope yang dipakai
berdiameter 9,5 mm sampai 11 mm.
Pemeliharaan :
Untuk memperpanjang umur tali, jauhkan dari asam (acid), alkali, hindarkan dari
kemungkinan gesekan dengan batu, atau gunakan “rope pad” (alas tali). Cucilah tali
setelah digunakan, tetapi jangan memakai sabun, pakailah sikat halus. Jemur tali di
tempat teduh da berangin, jangan sekali-kali menjemur di panas matahari.
2. Webbing
Disebut juga tape (pita) terbuat dari nilon. Digunakan untuk membuat harness, anchor,
dan lain-lain.
3. Perlengkapan lainnya
Perlengkapan lain yang diperlukan seperti tas untuk membawa tali (rucksack, tackle bag),
juga untuk membawa perlengkapan lainnya. Alat penerangan seperti lampu batre, lampu
karbit, atau lainnya. Sebaiknya membawa batre atau karbit cadangan. Untuk membawa
karbit dapat digunakan ban dalam mobil atau motor.
1. Bowline
Digunakan untuk membuat anchor karena sifatnya yang semakin mengikat apabila
mendapat beban. Bowline juga digunakan dalam teknik rescue. Waktu membuat simpul
ini, ujung tali harus overhand knot.
2. Figure of eight
Merupakan simpul yang paling penting karena sering digunakan. Mudah membuatnya
dan melepaskannya. Dipakai untuk membuat anchor, sebagai tali belay dan untuk
menyambung tali.
3. Tape knot
4. Butterfly knot
Berfungsi untuk mengikat tali yang patah sehingga tidak terbeban. Simpul ini untuk tali
dengan beban vertikal.
5. Prusik knot
Anchor merupakan sebuah “titik keamanan”. Anchor yang baik, menjamin keselamatan
penelusur gua, saat menuruni sumuran (potholing) maupun pada saat kembali naik.
Dalam verical caving dikenal sistim “back up” dengan menggunakan beberapa titik
(point). Selain untuk keamanan juga agar tali tergantung bebas (hang belay) , guna
menghindari gesekan batu.
Kegunaan lain anchor adalah , untuk membelay dan untuk keperluan tertentu, seperti
hauling, lowering, rescue dll.
Natural Anchor relatif sangat kuat, dengan memanfaatkan batu, pohon dan lain-lain.
Caranya dengan melingkarkan sling pada batu atau pohon. Dapat juga langsung
menggunakan tali, dengan simpul bowline.
2. Artificial Anchor
Dinding gua biasanya tidak mempunyai rekahan, polos dan licin. Karenanya dibuat
anchor buatan. Dalam vertikal caving, dapat menggunakan ‘bolt’, sedangkan piton dan
chock jarang digunakan. Dua hal yang sangat penting untuk diperhatikan :
2. 1 Posisi Anchor : Posisi yang benar akan menghindarkan tali dari gesekan batu
2.2 Periksa keadaan dinding gua sebelum dipasang anchor, dengan cara mengetukkan
hammer ke dinding gua. Bunyi gaung yang hampa menandakan batu yang rapuh.
Dengan sistem SRT, teknik menuruni menjadi sangat mudah dan nyaman, dibandingkan
dengan penggunaan tangga gantung yang rumit. Yang harus diingat ialah ketika
melakukan SRT badan kita harus selalu berada dalam kondisi aman, dalam artian ada
paling tidak satu buah pengaman yang menjaga apabila terjadi sesuatu. Dalam hal ini,
pengaman yang paling terakhir dilepas dan paling awal dipasang adalah Cow’s Tail.
Pertama pasang cow’s tail pada back up belay, kemudian pasang tali pada descender.
Setelah descender terpasang, lepaskan cow’s tail dan lakukan abseiling. Tangan kiri pada
descender, sedangkan tangan kanan memegang tali bawah sebagai kontrol laju pada
waktu turun.
Kecepatan waktu abseiling sebaiknya konstan, jangan terlalu cepat atau tersendat-sendat
selain berbahaya juga akan merusak tali. Untuk mengurangi laju percepatan gunakan
carabiner untuk menambah friksi. Carabiner ini dikaitkan pada main attachment. Sebelum
melakukan abseiling, jangan lupa membuat simpul pada ujung tali.
gambar 12. memasang dan mengunci autostop
Seringkali pada saat penelusuran gua harus memasang anchor lebih dari satu. Untuk
dapat melewati anchor waktu turun atau naik, diperlukan pengetahuan atau teknik pindah
anchor.
- Pasang cow’s tail pendek pada anchor, pada saat posisi descender sejajar dengan
anchor.
- Turun lagi sampai beban ada pada cow’s tail pendek, pasang cow’s tail panjang pada
hang belay, buka descender yang sudah bebas beban.
- Buka cow’s tail pendek dengan cara berdiri pada foot loop.
- Lanjutkan abseiling, lepaskan cow’s tail panjang dan lepas foot loop jammer.
Kadang-kadang tali yang digunakan untuk menuruni gua tidak cukup panjang dan harus
disambung dengan tali lain agar dapat mencapai dasar.
Yaitu bagaimana supaya penelusur gua dapat tiba kembali ke permukaan. Dalam vertikal
caving, telah dikembangkan berbagai teknik memakai tali dengan kelemahan dan
kelebihannya.
Ciri utama dari sistim ini adalah kedua kaki diikat pada ascender yang terpisah, sehingga
setiap kaki dapat bergerak dengan bebas. Gerakan yang terlihat seperti seorang yang
sedang menaiki tangga. Semakin tegak badan seseorang, semakin efisien sistim ini
berjalan. Rope walking system terdiri dari Floating system, Basis Mitchell system, Pigmy
system dan gabungan ketiganya.
2. Sit-stand system
Berbeda dengan rope walking system, pada sistim ini tidak menggunakan dua ascender,
tetapi cukup hanya satu ascender. Kedua kaki bergerak bersama, sehingga beban
ditopang bersama. Keuntungannya kaki tidak cepat capai dan mudah untuk istirahat. Sit
stand system terdiri dari frog system, inchworm system, texas system dan a one ascender
prusik system. Dari keempat sistim, frog system paling sering digunakan karena efisien
dan aman.
Frog system menggunakan satu jummar dan chest jammer croll di dada. Tangan kanan
mendorong jumar ke atas, sehingga kedua kaki dalam foot loop berada dalam posisi
terlipat. Pada posisi berdiri, croll ikut bergerak ke atas, sampai berada di bawah jummar.
Demikian seterusnya.
Seperti pada abseiling, teknik melewati anchor waktu naik tidak banyak berbeda. Teknik
melewati anchor :
Sebagian besar kecelakaan yang terjadi di dalam gua, berasal dari kesalahan si penelusur
sendiri. Dalam keadaan yang sangat gelap sering kali seorang penelusur melakukan
kesalahan dalam menaksir jarak, sehingga sebuah lubang yang cukup dalam, terlihat
dangkal. Tipuan ini menyebabkan ia merasa mampu untuk meloncat ke dalam lobang
tersebut. Etikanya tidak diperkenankan melakukan lompatan apapun di dalam gua.
Tertimpa batu, merupakan kejadian yang sering terjadi, karena runtuhan alami akibat
rapuhnya dinding gua atau akibat ketidaksengajaan si penelusur gua yang menyebabkan
jatuhnya batuan dan menimpa penelusur lain. Helm menjadi wajib dikenakan untuk
melindungi kepala.
Jenis kecelakaan yang lain, akibat buruknya atau tidak memenuhi syarat perlengkapan
yang dipakai, misalnya tali putus, ascender tidak berfungsi. Oleh karena itu perawatan
dan pemeliharaan alat-alat setelah digunakan mutlak dilakukan. Jangan ragu-ragu untuk
memotong tali pada bagian yang terkoyak akibat gesekan, misalnya.
Bahaya banjir merupakan faktor penyebab utama kecelakaan lainnya. Demikian pula
faktor suhu udara yang dingin, perlu diperhatikan terutama pada saat melakukan
eksplorasi di gua yang basah.
VI. PEMETAAN
Dalam kegiatan penelusuran gua, pemetaan merupakan suatu hal yang penting, bahkan
pemetaan dapat disebut sebagai aspek ilmiah dari suatu kegiatan yang bersifat
petualangan. Meskipun sebenarnya banyak penelitian ilmiah yang dapat dilakukan di
dalam gua, seperti penelitian Biologi, Geologi, Geomorfologi, Arkeologi, Hidrologi,
Geografi, dan lain sebagainya. Tetapi sebenarnya pemetaan menduduki posisi yang
paling penting. Boleh-boleh saja dalam penelusuran gua tidak melakukan penelitian
Biologi atau Geologi atau yang lainnya, tetapi pemetaan merupakan hal yang wajib
dikerjakan oleh seorang yang berpredikat ‘caver’.
Begitu penting pemetaan, sampai-sampai ada seorang teman dari jurusan Geografi yang
menyatakan bahwa “sebuah peta lebih mempunyai banyak arti daripada seribu kata-
kata”.
Pemetaan sebuah gua merupakan salah satu upaya untuk mendokumentasikan gua
tersebut, sehingga peta tersebut akan menjadi informasi untuk penelusur gua lainnya, ia
akan mengetahui denah guanya, ukurannya, ornamen yang menghiasinya, dan lain
sebagainya, jauh dari sebelum ia sendiri memasuki gua tersebut. Pemetaan juga
memberikan informasi ilmiah yang berguna bagi penelitian ilmu pengetahuan. Peta gua
juga berarti sebagai bukti seorang
Dalam penelusuran goa seorang caver wajib membawa perlengkapan-perlengkapan
caving yang dapat melindungi keamanan dirinya. Berikiut ini personal equipment yang
wajib dibawa seorang cavers:
A. Helm Speleo
Helm yang di rancang untuk mampu menahan benturan maupun jatuhan batru dari
berbagai sisi dan ketinggian tertentu. Mempunyai bagian yang berupa pita yang
adjustable digunakan untuk mengikatkan helm pada kepala kita.
B. Boom.
Alat ini berupa tabung yang di hubungkan dengan sebuah slang ke helm. Terdiri dari dua
bagian, tabung alas berguna untuk menampung air yang di lengkapi dengan regulator
saluran gas dan lobang tempat pengisian air. Tabung bawah di gunakan untuk mengisi
karbit.
C.Alat penerangan
D. Cover all
Adalah sebuah pakaian khusus untuk penelusuran gua. Pakaian ini pada bagian baju dan
celana tersambung jadi satu. Bagian atas berlengan panjang. Coverall terbuat dari parasut
yang tidak terlalu tebal. Pakaian ini berfungsi untuk melindungu tubuh kita dari gesekan
dan menahan panas tubuh kita pada gua yang berair.
E. Sepatu
Sepatu yang biasa di gunakan adalah sepatu karet dan sepatu yang biasa di gunakan
militer. Keduanya punya kelemahan dan kelebihan masing-masing.
F. Sarung tangan
Berfungsi untuk melindungi tangan dari panas karena gesekan tali ataupun melindungi
tangan dari gesekan dengan dinding gua yang tajam dan kasar.
G. Pelampung
H. SRT set
Selain keselamatan untuk gua, kita juga harus memperhatikan keselamatan diri kita
sebagai penelusur gua atau sebagai wisatawan karena kondisi lingkungan gua termasuk
lingkungan yang cukup ekstrim sehingga diperlukan persiapan baik mental maupun fisik
yang baik.
Standar keselamatan yang utama adalah, kita harus menggunakan peralatan minimal
untuk menelusuri gua. Alat yang yang harus kita perhatikan adalah:
Hal tersebut adalah peralatan yang harus diperhatikan jika kita ingin menelusuri gua baik
yang vertikal maupun horisontal.
Selain persiapan seperti diatas, kita juga harus melakukan persiapan seperti
mempersiapkan diri dengan ilmu yang kita miliki. Sebelum memasuki gua kita harus
memperhatikan musim, jangan melakukan penelusuran gua di musim hujan. Selain itu,
kita juga harus mencari informasi sejauh mana tingkat kesulitan gua yang akan kita
kunjungi seperti panjang gua, apakah ada lorong yang hiperventilasi (minim oksigen)
ataukah gua harus memerlukan peralatan menyusuri gua vertikal. Kalau kita sudah
memiliki ilmu dan pengetahuan untuk menyusuris gua, niscaya kita akan menikmati
keindahan kegelapan gua dengan tenang dan nyaman.
SRT merupakaan kepanjangan dari Single Rope Technique yang merupakan salah satu
teknik meniti tali tunggal. Ada beberapa macam sistem yang digunakan di dunia, namun
di Indonesia lebih banyak dipakai Frog Rig System.
Dalam bahasa sederhana sistem ini hanya berprinsip pada duduk dan berdiri secara
bergantian.
SRT set merupakan satu set peralatan yang meliputi dua bagian penting yaitu alat untuk
naik dan alat untuk turun dengan alat-alat pendukung keduanya.
1. Ascension (Jummar)
Ascension atau dikenal dengan jummar berfungsi untuk naik yang berfungsi sebagai
pegangan. Ascension ada dua macam yaitu tipe kanan untuk orang-orang yang
beraktivitas dengan tangan kanan dan tipe kiri untuk orang-orang yang lebih banyak
beraktifitas dengan tangan kiri.
Sedangkan batang secara umum berwarna hitam untuk tipe kiri dan berwarna abu-abu
untuk tipe kanan. Namun untuk seri sebelumnya, PETZL menggunakan warna biru untuk
tipe kanan dan warna kuning untuk tipe kiri.
Ascension tipe lama (Image from: www.adventureattic.com)
Kegagalan desain lama untuk ascension produk PETZL pernah dilaporkan disini.
Croll diletakan di bagian dada, dengan dikaitkan pada harness dan diikat pada bagian
dada dengan menggunakan tali webbing.
Croll ini berwarna kuning, dan mempunyai desain safety lock yang berbeda dengan
ascension.
Croll digunakan secara bergantian dengan ascension, dimana ketika beban ada di
ascension, croll tidak terbebani sehingga croll dapat digerakkan ke bagian atas dari tali.
Setelah itu, beban dipindahkan ke croll sehingga ascension terlepas dari beban dan
mudah untuk digerakkan ke atas.
Dengan bergantian memindahkan beban antara croll dan ascension dengan mudah kita
akan meniti tali menuju bagian yang lebih atas.
Peralatan untuk turun, menggunakan SRT Set hanya terdiri satu bagian utama yand
disebut dengan descender. Descender merupakan peralatan yang terdiri dari “dua roda”
statis yang dilekatkan pada dua lempeng logam tipis yang salah satunya bisa dibuka
tutup.
Untuk produk dari Petzl, terdiri dari dua jenis yaitu Simple Descender dan Auto Stop
descender.
Simple descender (Image from: rockclimbing.com)
1. Simple Descender merupakan tipe descender paling sederhana yang terdiri dari dua
roda statis dengan “gate” untuk membuka/menutup ketika dikaitkan pada carabiner
sehingga tali dengan mudah dapat dipasang pada descender. Simple descender biasanya
berwarna merah, dengan “gate ” berwarna perak untuk tipe yang lama dan berwarna
hitam dari semacam plastik untuk tipe yang baru.
Kelebihan: Jika kita menuruni gua yang sangat dalam, tangan kita tidak lelah untuk
turun karena kita tidak perlu menekan kunci pelepas, melainkan kita hanya perlu
memegang tali untuk mengendalikan kecepatan.
Kelemahan: Jika tangan terlepas dari tali, descender tidak otomatis mengunci melainkan
akan terus turun tergantung kedalaman tempat yang kita turuni.
2. Auto Stop Descender merupakan tipe descender yang menggunakan kunci otomatis
Kelebihan: ketika tangan kita terlepas dari descender, secara otomatis, descender tidak
akan turun dan relatif lebih aman dibandingkan simple descender.
Kelemahan Auto Stop, jika kita menuruni gua yang sangat dalam akan sangat berat
sekali karena kita harus selalu menekan kunci supaya kita bisa turun.
Auto Stop Descender
Ketiga alat tersebut merupakan alat yang utama untuk naik dan turun yang terdapat di
dalam SRT Set. Peralatan yang tidak kalah penting adalah meliputi beberapa alat seperti
harness, karabiner, MR Oval dan MR D-shaped/Delta, foot loop, chest harness dan cow’s
tail.
1. Harness
merupakan bagian yang vital karena alat inilah yang akan menjadi tempat badan
terhubung dengan alat-alat yang sudah disebutkan sebelumnya. Harness berperan sebagai
tempat duduk ketika kita meniti tali dan dikombinasikan dengan peralatan lain, harness
menjadi tempat badan bertumpu.
Harness ada bermacam-macam tergantung tujuannya, namun dalam hal ini akan lebih
banyak dibicarakan mengenai harness caving. Harness Caving berbeda dengan harness
climbing maupun harness canyoning karena masing-masing didesain untuk masing-
masing kegiatan.
Petzl mengeluarkan dua jenis haarness caving yaitu Fractio dan Super Avanti.
Fractio harness mempunyai dua sabuk pinggang sedangkan Super Avanti hanya
mempunyai satu sabuk pinggang sehingga lebih simple.
SuperAvanti (Image From: Egruta.com)
2. MR (D-shaped/Delta)
MR D-Shaped/Delta merupakan satu alat yang berguna untuk mengaitkan harness yang
biasnya berbentuk semi-circular atau segitiga. MR sendiri kepanjangan dari Maillon
Rapide yang merupakan salah satu merk terkenal untuk tipe alat ini. MR D-shaped/Delta
dihubungkan dengan ulir yang harus dibuka dengan cara diputar.
Pada MR inilah, semua alat terkait dari descender dan footloop sampai karabiner
tambahan. Alat ini mempunyai peran yang sangat vital sehingga sistem penguncinya
menggunakan sistem ulir atau screw sehingga tidak mudah terlepas.
Alat ini yang harus pertama kali dicek apakah sudah terkunci dengan baik dan benar.
Tipe-tipe MR
3. Carabiners
Carabiners yang dibutuhkan dalam satu SRT Set bervariasi tergantung keinginan maupun
kebiasaan, namun pada prinsipnya mempunyai jumlah minimal 4 carabiner dengan
berbagai macam tipe.
Carabiner pertama yang diperlukan adalah Tipe Oval/semi Oval/D Screw yang berfungsi
untuk mengaitkan Descender pada MR D-Shaped/Delta.
Karabiner berikutnya adalah karabiner J- atau D-Screw yang dikaitkan pada Ascension
dari footloop maupun dari cowstail tergantung kebiasaan atau jumlah karabiner yang
dipakai. Kalau sekiranya menggunakan 5 carabiner, karabiner J/D screw dikaitkan
dengan footloop, sedangkan satu karabiner J/D non screw dikaitkan pada cowstail
panjang. Namun jika menggunakan 4 karabiner J/D screw ini langsung dikaitkan dari
cow’stail ke Ascension.
Satu buah karabiner J-Non Screw digunakan untuk cowstail pendek dan satu buah
carabiner Oval atau D Non screw digunakan untuk pengaman tali yang dipasang di MR
Semi Circular/Delta disamping Descender.
4. MR Oval
5. Cow’s tail
Cow’s tail merupakan alat yang terbuat dari tali dynamic dengan diameter 8-9 mm yang
disimpul dengan menggunakan Figure 8 pada bagian tengah dan ujung dengan panjang
yang berbeda.
Cowstail Panjang digunakan untuk dikaitkan pada Ascension sedangkan Cow’s tail
pendek digunakan sebagai pengaman untuk memenuhi standar tambatan minimal dua
pengaman.
PETZL mengeluarkan salah satu produk yang berperan sebagai cowstail disebut dengan
Via Ferrata yang terbuat dari bahan semacam webbing.
6. Foot loop
Footloop merupakan satu alat yang dibuat dari tali static, yang dibentuk lingkaran
berguna untuk pijakan dan dikaitkan pada Ascension.
Footloop ini digunakan untuk berdiri ketika penelusur gua akan meniti tali dan
membebaskan Croll dari beban sehingga Croll dengan bebas dapat naik.
PETZL mengeluarkan dua produk yaitu FOOTAPE dan FOOTCORD dimana kedua tipe
tersebut mudah disesuaikan panjangnya sesuai kebutuhan.
7. Chest Harness
Chest harness bisa menggunakan weebing lunak yang dikaitkan pada croll dan
dilingkarkan pada punggung dan diikat sekencang mungkin.
Ulasan ini merupakan ulasan peralatan SRT SET yang jamak digunakan di Indonesia
oleh para penelusur gua di Indonesia dengan FROG RIG SYSTEM
Keindahan dan keajaiban alam tidak hanya yang ada di permukaan bumi. Di dalam bumi
pun, banyak sekali keindahan dan keajaiban alam yang bisa kita nikmati, dipersembahkan
khusu bagi anda yang senang bertualangan dan melakukan hal-hal baru.
Caving diambil dari kata “cave” yang berarti gua, dapat diartikan sebagai kegiatan atau
olah raga penelusuran gua. Caving sangat erat hubungannya dengan kegiatan ilmiah
dalam Speleologi (ilmu tentang gua). Itulah sebabnya caving dan speleologi merupakan
dua istilah yang tidak dapat dipisahkan.
Ornamen gua terbentuk akibat adanya endapan-endapan kalsium yang terjadi melalui
tetes-tetes air ataupun karena ter-erosi oleh aliran air. Pembentukan ornamen ini tidak
membutuhkan waktu yang cepat. Untuk itu perlu diperhatikan etika penelusuran gua :
Kami menyiapkan segala peralatan yang dibutuhkan untuk penelusuran Goa. Banyak
sekali alat yang diperlukan, karena setiap orang harus menggunakan 1set kelengkapan
caving. Tidak hanya itu, kami juga harus menyiapkan peralatan mendaki dan peralatan
climbing.
edikit.. tentang apa itu Goa
Pertama kali mendengar goa bayangan saya adalah sebuah ruang gelap di bawah tanah
yang biasanya dihuni oleh manusia purba dulu. Hmm.. memang benar sih.. tapi yang
cuma kebayang yaa… gelapnya itu aja.. soal medannya kek gimana dan cara turunnya
seperti apa masih buta sama sekali
Nah,, kali ini saya mau membahas sedikit pengetahuan dan pengalaman selama saya
menelusuri goa..
Oke, dimulai dari pengertian goa dulu ya..
Pengertian Goa
Goa itu adalah Setiap ruang dibawah tanah yang dapat dimasuki oleh orang.
Hmm,,, definisi inii.. berarti lobang kuburan juga termasuk goa donk? kan bisa dimasuki
orang? Huehehe… –> just 4 kidding
1. Goa Lava
–> terbentuk dari rekahan dan larutan magma yang meninggalkan lorong di bagian dalam
6. Goa Patahan
–> terbentuk dari Patahan dua permukaan yang membentuk ruang di bawah tanah
Nah.. Itu jenis-jenis dari goa.. yang biasanya saya datangi adalah goa Batu gamping, Laut
dan Batu Pasir. Yang Lava jarang… emang blom nemu n blom ada kesempatan kali yah..
pengen juga sih sekali-sekali.. abis kayanya Keren aja kalo bisa liat Goa Lava secara
langsung..
Ornamen Goa
Bingung ya? Sebenarnya kenapa sih orang mau masuk goa? emangnya ada apaan di Goa?
Hmm… kalo saya sih.. emang karena hobi jalan2 aj.. jadi sebenarnya emang ga ada yang
dicari.. kalopun ada yang dicari.. hmm… mungkin ‘penampakan’ kali yah.. huehehe!
ada beberapa ornamen goa yang patut kita lihat dan ketahui.. diantaranya adalah;
1. Column
dari namany aja udah ketahuan kalo ornamen ini berbentuk seperti kolom. Terbentuknya
karena bertemunya stalaktit (yg dari atas) dengan Stalakmit (yg dari bawah) sehingga
terbentuklah kolom di tengah (column)
2. Gours
Ini adalah kumpulan kalsit yang terbentuk di dalam aliran air atau kemiringan tanah.
Aliran ini mengandung banyak CO2. Semakin CO2 memuai (menguap), kalsit yang
terbentuk semakin banyak.
3. Pearl (Mutiara)
Kumpulan batu kalsit yang berkembang di dalam kolam di bawah tetesan air. Disebut
pearls karena bentuknya mirip mutiara
4. Rimestone
Berbentuk seperti bendungan yang berbentuk ketika terjadi pengendapan air, CO2-nya
menghilang dan menyisakan kalsit yang bersusun-susun
5. Flowstone
Kalsit (Calsite) yang terdeposisi (diendapkan) pada dinding lorong gua
6. Soda Straw
seperti stalactite tapi diameternya kecil, sebesar tetasan air
7. Bacon
sering banget ada. Dia mirip tulang punggung dinosaurus.. jadi klo saya & teman2 sering
menyebutnya “punggung dino”
8. Pop Corn
9. gourdam
10. Caulliflower
11. helektit
12. stalaktit
13. stalakmit
14. gorden
Untuk ornamen goa, saya cukupkan dulu..
selanjutnya saya akan membahas mengenai Penampakan ornamen Goa..
yang dimaksud dengan Penampakan Ornamen Goa disini adalah Bentuk-bentuk
Penampakan Goa yang ada di atas ..eh di bawah permukaan bumi. Hal ini dikarenakan
Bentuk-bentuk ruang bawah tanah yang tercipta itu ada bermacam-macam, sehingga
bentuk penampakan goa pun bisa diklasifikasikan berdasarkan hal itu…
1. Big Sinkhole
bentuk goa ini bisa dibedakan dari Letak mulut goanya. Mulut goa Big sinkhole biasanya
berupa lobang besar dengan reruntuhan batuan di dasar goa
2. Domepit
dinamakan dome, karena ada ruang ‘dome’ di bagian Lorong mulut goanya. Lorong ini
berbentuk kubah dengan lubang di atas dan reruntuhan batuan pada dasarnya
3. shaft chamber
Ga beda jauh sih sama domepit. Cuma bedanya dia ada lorong panjangnya Merupakan
pintu masuk goa berbentukdulu di bagian pintu masuk goanya. lorong vertikal dengan
ujung berupa ruangan besar
4. Dome
Langit-langit goa berbentuk kubah
5. Slope
Longsoran batu-batu dari dinding gua yang runtuh
6. Sump
Kolam air di ujung lorong goa dan biasanya ujung lorong lanjutannya terletak di
dalamnya serta hanya dapat dimasuki dengan menyelam
7. Lorong Phreatic
Lorong goa dengan aliran air yang kecil
8. Lorong Vadose
Lorong goa dengan air setinggi + 1 meter
9. Lorong Duck
Lorong goa yang berisi lebih banyak air dibanding ruang udaranya
10. Trench
Seperti lorong vadose, hanya penampang goa lebih sempit
Tahukan kalo caving itu adalah istilah yang dipakai untuk menelusur goa?
Nah, untuk menelusur goa ada beberapa poin penting untuk diperhatikan. Mengapa?
Karena sebenarnya ada etika dan teknik tertentu yang harus dilakukan dan dipakai oleh
cavers ketika memasuki goa. Tujuanny? Yaa.. Tentu saja untuk kebaikan bersama. Buat
kebaikan Goa, Lo, Kita, Kamyu, Akyu, Mereka, dan semuanyaa. Huehehee..
Okelah kalo begitu.. berikut ini akan dibahas dengan lebih lanjut.
Peralatan & Perlengkapan Caver
Untuk yang mau menelusur.. tolong diperhatikan beberapa hal penting dibawah ini..
3.Senter
Tanya kenapa? Ya karena Goa itu gelaap!! Makanya.. wajib, kudu, musti harus bawa
senter kalo mau masuk goa.
Nah itu cukup untuk perlengkapan pribadi dasar. Untuk perlengkapan dan peralatan tim..
itu bisa beda lagi.. yang paling menentukan dari hal ini adalah ke jenis goa apa medan
goa yang akan kita masuki. Kalo Masuknya ke goa horizontal, peralatan tim yang dibawa
ga terlalu banyak.. paling Cuma makanan, drybag, batere & Bola lampu cadangan,
tabung oksigen, helm boom, Pelampung, Lilin, Karbit dll. Sedangkan kalo masuk ke goa
vertical.. itu lebih banyak lagi bro..
Berikut ini, akan dijelaskan teknik penelusuran goa ke goa vertical.
Berhubung Goa Vertikal itu biasanya dalam.. (suka lebih dari 10 meter).. maka peralatan
yang dibawa juga lebih banyak. Teknik yang dipake untuk turun ke Goa Vertikal
dinamakan SRT (Single Rope Technique). Gerakan yang dipake dalam SRT adalah Naik
(Ascending) & Turun (Descending).
1. Seat harness, dipergunakan untuk mengikat tubuh dan alat-alat lain. Dipasang di
pinggang dan pangkal paha.
2. Chest harness, untuk melekatkan Chest Ascender agar lebih merapat ke dada. Sehingga
memudahkan gerakan sewaktu ascending normal, atau pada saat melewati sambungan
tali.
3. Chest Ascender( Kroll ), dipergunakan untuk memanjat (menaiki) lintasan atau tali
dipasang di dada. Dihubungkan ke Delta MR oleh Oval MR
4. Hand Ascender( Jummar), dipergunakan untuk memanjat (menaiki) lintasan atau tali di
tangan
5. Mailon Rapid,ada dua macam Mailon Rapid (MR), yaitu:
a. Oval MR untuk mengaitkan Chest Ascender kepada Delta MR.
b. Delta MR sendiri adalah untuk mengkaitkan dua loop Seat Harness dan tempat
mengkaitkan alat lain seperti Descender berikut Carabiner sebagai friksinya dan
Cowstail.
6. Foot loop , dicantolkan ke karabiner yang terhubung ke hand ascender. Berfungsi
sebagai pijakan kaki. Ukuran dari foot loop harus tepat.
7. Cows tail, memiliki dua buah ekor. Satu terkait di Hand Ascender, dan satu lagi bebas,
dipergunakan untuk pengaman saat melewati lintasan-lintasan intermediate, deviasi,
melewati sambungan, tyrolean, dan traverse.
Cara Ber-SRT (Ascending-Descending)
Gerakkan telapak kaki untuk menjepit tali dengan telapak kaki. Cara pertama adalah
menjepit tali menggunakan bagian dalam pergelangan kaki dengan bagian luar telapak
kaki. Cara kedua adalah menjepit tali dengan kedua telapak kaki ketika melakukan
gerakan berdiri. Ketika mengangkat kedua kaki, kedua telapak kaki dibuka.