Anda di halaman 1dari 14

DIKTAT CAVING

Disusun oleh :

AFIFAT MAULANA

A.XXXVII.19.001

KORPS PECINTA ALAM ASTADEҪA POLITEKNIK NEGERI JAKARTA


Jl. Prof. DR. G. A. Siwabessy, Kampus UI, Depok
email: humastadecapnj@gmail.com

A. Penelusuran Gua
1. Pengertian

 umum
Penelusuran gua juga di kenal dengan sebutan caving. Caving berasal
dari kata Cave = Gua. Sedangkan orang yang menelusuri gua disebut
caver. Jadi caving bisa diartikan sebagai kegiatan penelusuran gua yang
mana merupakan salah satu bentuk kegiatan dari Speleologi.
 Menurut para ahli
Menurut R.K.T.ko (Speleologiawan) :
“Setiap ruang bawah tanah baik terang maupun gelap, luas maupun
sempit, yang terbentuk melalui system percelahan, rekahan atau aliran
sungai yang membentuk suatu lintasan aliran sungai dibawah tanah.”
Menurut IUS (International Union of Speleology) anggota komisi X UNESCO
PBB :
“Gua adalah setiap ruang bawah tanah yang dapat dimasuki orang”.
2. Sejarah Penelusuran Gua
Eksplorasi pertama tercatat dalam sejarah adalah tanggal 15
Juli 1780, ketika Louis Marsalliers menuruni gua vertikal Fairies di
Languedoc, Perancis.
Kemudian pada 27 Juni 1888, seorang ahli hukum dari Paris
bernama Eduard Alfred Martel mengikuti jejak Marssalliers.
Penelusurannya kali ini direncanakan lebih matang dengan
menggunakan peralatan lengkap seperti katrol, tangga gantung,
dan perahu kanvas yang pada waktu itu baru diperkenalkan oleh
orang-orang Amerika.
Pada rentang tahun 1888-1913. Prestasi Martel juga dalam hal
memetakan gua yang merupakan kewajiban seorang penelusur gua
ketika ia melakukan eksplorasi gua. Martel telah banyak
memetakan gua dalam setiap penelusurannya, ini digunakan untuk
kepentingan ilmiah, dan untuk merekam kedalaman serta panjang
gua-gua tersebut.
Pada tahun 1922, Casteret pertama kali menyelami lorong-
lorong yang penuh air di gua Montespan tanpa bantuan peralatan
apapun. Karangan-karangan Casteret antara lain “My Cave” dan
“Ten Years Under Ground”, yang kemudian menjadi buku pegangan
bagi para penggemar cave diving dan ahli speleologi.
Ketika perang dunia ke 2 telah selesai, Munculnya Robert de
Jolly dan Norman Casteret. De Jolly merupakan pembaharu di
bidang peralatan peralatan penelusuran gua, seperti tangga
gantung dari aluminium dan perahu kanvas yang lebih sempurna.
Penemuan ini menjadi standar bagi para penelusur gua sampai 50
tahun kemudian. Sedangkan Casteret menjadi pioneer di bidang
“cave diving”.

B. Speleologi
1. Pengertian
Speleologi secara morfologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu:
Spalion = Gua dan Logos = ilmu. Jadi, secara harfiah Speleologi adalah
Ilmu yang mempelajari tentang gua, tetapi karena perkembangan
speleologi itu sendiri, speleologi juga mempelajari tentang lingkungan
disekitar gua.
Dalam perkembanganya Ilmu Speleologi memiliki hubungan yang erat
dengan ilmu-ilmu yang lain diantaranya :
1. Klimatologi : Ilmu yang mempelajari tentang iklim
2. Geomorfologi : Ilmu yang mempelajari tentang bentuk
permukaan bumi
3. Antropologi : Ilmu yang mempelajari tentang kehidupan
manusia
4. Karstologi : Ilmu yang mempelajari tentang karst
5. Speleogenesis : Ilmu yang mempelajari tentang proses
terbentuknya gua
6. Hidrologi : Ilmu yang mempelajari tentang air
7. Geologi : Ilmu yang mempelajari tentang batuan
8. Biospeleologi : Ilmu yang mempelajari tentang kehidupan
di dalam gua
9. Arkeologi : Ilmu yang mempelajari tentang peninggalan
kebudayaan manusia masa lalu
10. Paleontologi : Ilmu yang mempelajari tentang fosil
binatang maupun tumbuhan masa
lalu

2. Perkembangan Speleologi di Indonesia


Di Indonesia, kegiatan caving pertama kali dikenalkan pada
tahun 1979 dengan terbentuknya klub speleologi dengan nama
specavina. Klub ini didirikan oleh Norman Edwin (alm) seorang
petualang dan dr. R.K.T. Ko seorang ahli kedokteran.
Karena perbedaan prinsip akhirnya klub ini pecah menjadi dua
yaitu Garba Bumi (pendiri Norman Edwin) dan Hikespi
(pendiri dr. R. K. T. Ko). Dr Ko adalah seorang ahli penyakit
kelamin yang tertarik pada lingkungan goa yang kemudian
menekuninya hingga beliau mendapat derajat diploma speleologi.
Hikespi ini diakui di tingkat internasional dibawah Union
Internationale de Spelelogie. Dan hingga sekarang masih aktif
membuka kursuskursus bagi para pencinta caving baik tingkat
pemula (dasar) hingga instruktur.
Sejalan dengan itu, di Indonesia juga bermunculan klub-klub
speleologi seperti BSC (Bogor Speleological Club), DSC (Denpasar
Speleological Club), SCALA (Speleo Club Malang), JSC (Jakarta
Speleological Club), ASC (Acintyacunyata Speleological Club
Yogyakarta). Hingga kini klub yang masih aktif adalah ASC di
Yogyakarta dan divisi Caving yang ada di Mapala (Mahasiswa
Pencinta Alam setingkat Universitas).

C. Biosperlogi

1. Jenis Gua

 Gua Fosil : Gua fosil adalah gua yang sudah tidak


mempunyai aliran sungai di dalam gua sehingga sepanjang lorong
gua sama sekali tidak ditemukan aliran sungai yang berasal dari
permukaan gua.
 Gua Aktif : Gua aktif adalah gua dimana ditemukan aliran air
dan pembentukan ornamen gua masih berjalan.

2. Berdasarkan Terbentuknya

 Gua Lava : Gua ini terbentuk dari rekahan dan larutan


magma yang meninggalkan lorong di bagian
dalam.

 Gua Batu Pasir : Gua ini terbentuk dari Lapisan batu pasir di
tengah lereng bukit yg terkikis air mengalir.

 Gua Laut : Gua ini terbentuk dari hantaman air laut pada
tebing karang

 Gua Abrasi : Gua yang terbentuk akibat dari proses erosi atau
abrasi.
Bisa terjadi pada berbagai batuan, tetapi
umumnya terjadi pada batuan keras dan padat
yang membentuk lereng- lereng terjal ditepi
pantai dengan gelombang besar.

 Gua Batu Gamping : Gua ini terbentuk dari Lapisan kulit bumi
yang mengandung kalium karbonat (CaC03) &
lainnya yang terlarut oleh air hujan sehingga
terbentuk lubang.

 Gua Lorong Gunung : Gua ini terbentuk oleh Aliran air yang
berasal dari gunung/bukit yang masuk ke
celah gunung/bukit yang gersang sehingga
membentuk lorong

 Gua Patahan : Gua ini terbentuk dari Patahan dua


permukaan yang membentuk ruang di bawah
tanah

3. Organisme Gua

 Ciri-ciri organisme gua


1. Tubuh tidak berpigmen
2. Waktu reproduksinya tertentu.
3. Mempunyai alat gerak yang ramping dan panjang (Jangkrik
gua mempunyai antena 20-21 mm).
4. Mempunyai alat indera (alat penggetar) yang sudah
berkembang.
5. Mata tereduksi atau hilang sama sekali.
6. Metabolismenya lamabat karena kurangnya suplai makanan.
7. Dapat beradaptasi dengan lingkungan kelembaban yang
tinggi.

 Organisme gua berdasarkan tingkat adaptasinya

1. Trogloxene : Trogloxene adalah organisme yang hidup di dalam


gua namun tidak pernah menyelesaikan seluruh siklus hidupnya
di dalam gua. Kelelawar salah satu contoh hewan trogloxene.
2. Troglophile : Troglophile adalah organisme yang menyelesaikan
seluruh siklus hidupnya di dalam gua, namun individu yang lain
dari jenis yang sama juga hidup di luar gua, seperti: salamander,
cacing tanah, kumbang dan crustacea .
3. Troglobite : Troglobite adalah organisme gua sejati dan hidup
secara permanen di zona gelap total dan hanya ditemukan di
dalam gua. Contoh : ikan Amblyopsis spelaeus, Puntius sp,
Bostrychus sp.

4. Lingkungan Gua

 Zona Terang : Zona terang/mulut gua merupakan daerah yang


menghubungkan luar gua dengan lingkungan gua dan masih
mendapatkan cahaya matahari dan kondisi lingkungannya masih
sangat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan luar gua.

 Zona Peralihan : Zona berikutnya adalah zona peralihan atau


zona remang-remang yang dicirikan dengan kondisi yang sudah
gelap namun masih dapat terlihat berkas cahaya yang memantul
dinding gua yang tergantung tipe gua.
 Zona Gelap : Zona gelap adalah daerah yang gelap total
sepanjang masa, kondisi temperatur dan kelembaban
mempunyai fluktuasi yang sangat kecil sekali.

 Zona Gelap Total/stagnan : Zona yang terakhir


adalah zona stagnant dimana sama sekali tidak
terdapat aliran udara kondisi temperatur dan
kelembaban mempunyai fluktuasi yang sangat
kecil.

5. Ornamen Gua

1. Flowstone
Adalah kalsit yang terdeposisi (diendapkan) pada
lorong gua.

2. Grous
Adalah kumpulan kalsit yang berkupul (terbentuk)
dialiran air atau kemiringan tanah. Aliran ini
banyak mengan dung carbon dioksida (CO2),
semakin CO2 menguap atau memuai, calsit yang terbentuk semakin
banyak.

3. Marble

Adalah batu gamping yang mengalami perubahan


bentuk dimetamorfasekan oleh panas dan tekanan, sehingga
merubah struktur yang unik dari batu tersebut.

4. Stalagtit
Adalah formasi kalsit yang menggantung.

5. Stalagmit

Adalah formasi yang menjulang keatas dibawah


atap stalagtit.
6. Soda straw

Bentuknya seperti stalagtit tetapi berdiameter


kecil, sebesar tetesan air, panjangnya 1-15 Cm.

7. Pearls
Adalah kumpulan batu kalsit yang berkembang
didalam kolam dibawah tetesan air, disebut
pearls karena bentuknya seperti mutiara.

8. Styalalite
Garis gelombang yang terdapat pada potongan
batu gamping.

9. Curtain
Endapan yang berbentuk seperti lembaran yang
terlipat, menggantung di langit-langit gua atau
di dinding gua.

10. Rimstone
Berbentuk seperti bendungan yang berbentuk
ketika terjadi pengendapan air, CO2-nya
menghilang dan menyisakan kalsit yang
bersusun-susun.

11. Gourdam

Berbentuk seperti terasering


12. Moon milk

Berada di dinding gua dan berwarna putih

13. Pilar/column
Merupakan gabungan antara stalaktit dan
stalakmit

14. Helaktit
Seperti soda straw namun ujungnya bergerigi

15. Canophi
Berada di dinding, berbentuk cekungan

16. Bacon
Berada di atas gua

17. Oolite
Seperti pearls namun dengan diameter kecil
6. KODE ETIK PENELUSUR GUA

1. TAKE NOTHING BUT PICTURE


(jangan mengambil apapun kecuali gambar)
2. LEAVE NOTHING BUT FOOTPRINT
(jangan meninggalkan sesuatu kecuali jejak)
3. KILL NOTHING BUT TIME
(jangan membunuh/memotong sesuatu kecuali waktu)

7. Kewajiban Penelusur Gua

1. Menjaga lingkungan baik kebersihan, kelestariannya, dan


kemurniannya
2. Konservasi lingkungan gua merupakan tujuan utama penelusur gua
3. Wajib memberi pertolongan kepada penelusur lain apabila
membutuhkan pertolongan sesuai dengan kemampuan
4. Menjaga sopan santun dengan penduduk sekitar
5. Izin resmi
6. Wajib memberitahukan kondisi berbahaya pada penelusur lain
tentang kondisi sekitar lingkungan goa atau di dalam gua
7. Senantiasa memperhatikan keadaan cuaca. Tidak memasuki gua
yang mudah kebanjiran pada musim hujan
8. Senantiasa menyadari, bahwa kegiatan penelusuran gua bukan
merupakan hak, tetapi wajib dianggap sebagai suatu anugrah,
rahmat, karunia dan berkah (privilege)
9. Bila mengalami suatu musibah, maka hal itu tidak boleh
dirahasikan. Wajib dilaporkan kepada penduduk dan pemerintahan
daerah setempat, kepada pengawas dan pengelola wilayah tersebut
dan semua penggiat penelusur gua yang dikenal, untuk
disebarluaskan, agar jangan sampai muzibah tersebut terulang
kembali

8. Bahaya Penelusuran Gua

1. Antroposentrisme : Anthroposentrisme adalah bahaya yang dapat


menimpa manusia sebagai pelaku kegiatan penelusuran gua,
terbagi lagi menjadi bahaya yang disebabkan oleh manusia itu
sendiri dan bahaya yang disebabkan oleh gua sebagai media
kegiatan penelusuran.

Beberapa bahaya dari sisi Antroposentrisme, yakni :


 Faktor Manusia : Ceroboh, nekad, Tersesat, Tenggelam, salah
pembagian tim, kurang persiapan.
 Faktor Peralatan : Aus, friksi, penggunaan tidak semestinya,
beban berlebihan
 Faktor Gua dan Alam : Banjir, tenggelam, runtuh, gempa, gas
berbahaya (O2 tipis, CO2 tinggi, nitrogen, sulfur, endapan
guano), tanaman berbahaya, hipotermia, dehidrasi, mistis,
legenda

2. Speleosentrisme : Pada dasarnya setiap kegiatan penelusuran dapat


mengakibatkan gangguan terhadap gua itu sendiri baik kerusakan
secara fisik maupun gangguan sistem dan ekosistem gua.
 Pengaruh terhadap bentukan di dalam gua : Perusakan oleh
penambangan didalam gua,perusakan sistem hidrologi &
kualitas air,perusakan ornamen gua,vandalism.
 Pengaruh terhadap ekosistem gua: akibat kunjungan
berlebihan,cahaya berlebihan,suara berlebihan,kotoran dari
luar gua.
 Pengaruh terhadap ekosistem karst : pengaruh ledakan
populasi hama akibat terganggunya biota gua
(walet,kelelawar,sriti), terusiknya binatang langka
(harimau,srigala,dll).

9. Antisipasi Bahaya Penelusuran Gua

1. Memberlakukan prosedur perizinan yang ketat


2. Menciptakan SDM yang standart untuk mengawasi atau
mengontrol gua yang sering dikunjungi
3. Memberdayakan dan melibatkan masyarakat setempat untuk
menjaga gua
4. Menjaga kepercayaan dan mengangkerkan gua tertentu untuk
tujuan konservasi
5. Mengangkat juru kunci khusus untuk gua tertentu

10. Peralatan dan Perlengkapan Penelusuran Gua

1. Kriteria pemilihan perlengkapan dan peralatan : sebelum


melakukan penelusuran gua kita wajib menggunakan peralatan
dan perlengkapan sesuai standarnya.

 Standar Keamanan (Safety)


UIAA (Union Internatiional des Associations d’ Alpinisme)
CE (Conformite aux Exigences)
EN (European Norm)
CEN (Comite Europeen de Normalisation)

2. Kekuatan dan daya tahan : Alat yang digunakan harus diketahui


kekuatan dan beban maksimal yang direkomendasikan. Tahan
terhadap situasi dan kondisi gua yang rentan terhadap abrasi,
air, lumpur, batuan kapur. Direkomendasikan telah melewati
“Individually tested” ditandai dengan beban maksimal “MAX”
dan beban aktif “USE”.

3. Fungsionalitas : Faktor yang perlu diperhatikan adalah “berat”,


hal ini berpengaruh terhadap daya tahan/stamina dari penelusur
gua. Perlu dipahami fungsi-fungsi tambahan pada alat, tepat
guna, dan sesuai dengan kebutuhan (simplicity).

11. Perlengkapan Gua


Hel Wearpa
ck Sepat
m
u

Peneranagan
Dry bag
( headlamp, senter,
lilin, ) ( medis, logistik,
penerangan )
12. Peralatan Gua

Tali Dinamis Webing Karabiner

13. SRT ( single rope Teknik ) Set

Croll Autostop, rack, Harness


bobin/simple

Mailon rapid cowstail Chest harness Footloop


14.
Rescue Set
Pulley Mini traxion Survival
blaket

Hauling set
Hauling set merupakan suatu
teknik yang digunakan dalam vertical rescue.

D. Teknik Penelusuran Gua Horizontal

1. Walking
(Jalan biasa)
2. Crouching
(Jalan bungkuk)
3. Duck Walking
(Jalan Jongkok)
4. Crawling
(Merangkak)
5. Belly Crawling
(Merayap)
6. Down Climbing
(Memanjat)
7. Chimneying

8. Diving
(Menyelam)

Anda mungkin juga menyukai