Anda di halaman 1dari 16

INTRODUKSI SPELEOLOGI

Oleh :
Herman Afkani

PENGERTIAN SPELEOLOGI Speleologi Adalah ilmu yang mempelajari tentang gua alam dan lingkungannya. Kata speleologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Spelaion yang berarti Gua dan Logos yang berarti Ilmu. Ilmu Speleologi bisa dikatakan ilmu yang cukup langka karna sampai saat ini pun banyak orang yang belum mengetahui tentang apa itu speleologi, bahkan dikalangan ilmuan dan akademisi masih tergolong jarang yang mengetahui. Ilmu Speleologi mulai berkembang sejak Abad 19 dibagian benua Eropa terutama Eropa Timur (Slovenia) dan Eropa Barat (Jerman, Inggris, Italia dan Prancis). Sedangkan di Indonesia Speleologi baru dikenal pada tahun 1979. Di Negara Negara Eropa Ilmu Speleologi sudah masuk dalam Kurikulum Pendidikan terutama ditingkat Perguruan Tinggi, sedangkan di Indonesia sendiri masih jarang sekali. Sampai saat ini masih banyak pemahaman yang berbeda tentang gua. Ada yang mengatakan semua lubang yang berada dibawah tanah baik yang terjadi secara alami maupun buatan manusia. Ada pula yang yang mengatakan kalau gua hanya lorong bawah tanah yang terbentuk secara alami sedangkan yang dibuat manusia (Bungker/ Tunel) tidak dapat disebut gua, dan masih banyak pemahaman pemahaman lain. Menurut UIS (Internasional Union Of Speleology) Gua adalah setiap ruangan bawah tanah yang dapat dimasuki oleh manusia. memiliki sifat yang khas dalam mengatur suhu udara di dalamnya, yaitu pada saat udara di luar panas maka di dalam Goa akan terasa sejuk, begitu pula sebaliknya. Gua dibagi dalam beberapa jenis sesuai dengan kondisi batuan pembentuknya, yaitu : Gua Karst : Gua yang terbentuk pada kawasan yang telah mengalami Karstifikasi atau pelarutan. Sekitar 70 % gua yang ada didunia terbentuk pada Kawasan Karst. Gua Lava : Terbentuk akibat pergeseran permukaan tanah akibat gejala keaktifan Vulkanologi atau akibat aktifitas Gunung Api.

By. Ophus

Gua Litoral

: Gua yang terbentuk pada daerah pantai, adapun terjadinya yaitu akibat adanya proses erosi dan pengikisan dari air laut terhadap batuan yang berbeda di pantai yaitu pada tebing yang curam, akibat adanya gaya mekanis air laut maka lama kelamaan batuan tersebut akan membentuk celah maka terjadilah Gua.

Ada pula gua yang sangat jarang sekali kita temukan, seperti Gua Es dan gua pasir yang jumlahnya hanya sekitar 5 % dari jumlah gua yang ada diseluruh dunia. Ada beberapa proses yang menjadi penyebab terbentuknya Gua Karst yaitu : Akibat Pelarutan secara kimiawi, Pengikisan Air, Amblesan, Runtuhan. Pada umumnya terbentuknya gua gua tersebut tergantung pada kondisi geologi, Hidrologi dan Litologi, seperti adanya Kekar, Sesar, Bedding Plane, Kontak Batuan dll. SEJARAH PENELUSURAN GUA DAN ILMU SPELEOLOGI Kegiatan penelusuran gua yang kita ketahui sudah dilakukan sejak jaman primitive dahulu, yang mana gua dijadikan sebagai tempat berlindung dan ritual adat atau pemujaan terhadap roh leluhur mereka. Ada beberapa sejarah tentang awal dari Ilmu Speleologi yaitu, pada tahun 1670 1680 Baron John Valsavor dari Slovenia yang pertama kali melakukan deskripsi terhadap 70 gua dalam bentuk laporan ilmiah lengkap dengan komentar, peta, dan sketsa sebanyak 4 jilid dengan total mencapai 2800 halaman, dan pada tahun 1674 seorang ahli Geologi amatir dari Somerset Inggris bernama John Beamont melakukan pencatatan laporan ilmiah penelusuran Gua sumuran (Potholing) yang pertama kali dan diakui oleh British Royal Society. Pada tahun 1818 Kaisar Habsburg Francis I menjadi orang yang pertama kali melakukan kegiatan wisata di dalam Gua yaitu saat mengunjungi Gua Adelsberg (sekarang Gua Pastonja di eks Yugoslavia). Kemudian Josip Jersinovic yaitu seorang pejabat di daerah tersebut tercatat sebagai pengolola Gua professional yang pertama dan pada tahun 1838 seorang pengacara bernama Franklin Golin sebagai tuan tanah yang memiliki areal Mammoth Cave di Kentucky AS (Gua terbesar dan terpanjang didunia) dan mengkomersilkan gua tersebut. Ia memperkerjakan seorang mullato bernama Stephen Bishop yang masih berumur 17 tahun untuk dijadikan budak penjaga gua tersebut. Dan karena tugasnya, Stephen Bishop dianggap Pemandu Wisata Professional pertama. Mammoth Cave sendiri terdiri dari ratusan lorong (Stephen Bishop menemukan sekitar 222 lorong) dengan panjang 300 mil hingga kini

By. Ophus

belum selesai ditelusuri dan diteliti. Tahun 1983 oleh usaha International Union of Speleology, Mammoth Cave diakui oleh PBB sebagai salah satu warisan Dunia (World Herritage). Secara resmi Ilmu Speleologi lahir pada abad ke -19 berkat ketekunan Eduard Alfred Martel. Sewaktu kecil ia sudah mengunjungi Gua Hahn di Belgia dengan ayahnya, seorang ahli Palenteologi, kemudian mengunjungi Gua Pyrenee di Swiss dan Italia. Pada tahun 1888 ia mulai mengenalkan penelusuran Gua dengan peralatan, pada setiap musim panas ia dan teman-temannya mengunjungi Gua-Gua dengan membawa beberapa gerobak penuh peralatan, bahan makanan dan alat Fotografi. Martel membuat pakaian berkantung banyak yang sering disebut Coverall (Wearpack). Kantung itu diisi dengan peluit, batangan magnesium, beberapa lilin besar, korek api, batu api, martil, beberapa pisau, alat pengukur, thermometer, pensil, kompas, buku catatan, kotak P3K, beberapa permen coklat, sebotol rum dan sebuah telepon lapangan yang digendong. System penyelamatannya dengan mengikatkan dirinya kalau naik atau turun dengan tali. Tahun 1889, Martel menginjakkan kakinya pada kedalaman 233 meter di Sumurun Ranabel, dekat Mersille, Perancis dan selama 45 menit tergantung kedalaman 90 meter. Ia mengukur ketinggian atap dengan balon dari kertas yang digantungi Spoon yang dibasahi Alcohol, begitu spoon dinyalakan balon akan naik ke atas sampai ke atap Gua. Hingga kini Edward Alfred Martel disebut Bapak Speleologi Dunia. Kemudian muncul seperti : Pornier, Jannel, Biret dan baru setelah Perang Dunia I Robert De Jolly Dan Nobert Casteret mampu mengimbangi Martel, Robert De jolly mampu menciptakan peralatan dari Alumanium Alloy, Nobert Casteret orang pertama melakukan Cave Diving pada tahun 1922, dengan menyelami Gua Monthespan yang di dalam Gua itu ditemukan patung-patung dan lukisan bison serta binatangbinatang lainnya dari tanah liat, yang menurut para ahli, itu sebagai acara ritual sebelum diadakan perburuan binatang ditandai adanya bekas-bekas tombak dan panah. Pada Perang Dunia II, Gua-gua digunakan sebagai tempat pertahanan karena di Gua akan sulit ditembus walaupun menggunakan bom pada waktu itu. Di Indonesia Speleologi mulai berkembang sekitar tahun 1979 dengan berdirinya sebuah klub yang bernama SPECAPINA yang didirikan oleh R.K.T.Ko (Speleogiwan) dan Norman Edwin (Almarhum) bersama beberapa orang lainnya pada waktu itu. Namun karena adanya perbedaan prinsip dari keduanya maka terpecah dan masing-masing mendirikan himpunan/

By. Ophus

Club Speleologi. Pada tanggal 23 Mei 1983 dr. R.K.T. Ko Mendirikan Himpunan Kegiatan Speleologi Indonesia (HIKESPI)/Federation of Indonesian Speleological Activities

(FINSPAC) yang kemudian diakui dan tercatat di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sebagai Organisasi Profesi Ilmiah yang menangani masalah gua dan lingkungannya (Surat Pernyataan LIPI No. 7530/SK/C.10/87) dan pada tahun 1985 menjadi anggota International Union of Speleology (IUS). Sedangkan Norman Edwin (Alm) Mendirikan Garba Bumi, beberapa tahun kemudian mulai bermunculan ClubClub Speleologi dibeberapa daerah di Indonesia. RUANG LINGKUP SPELEOLOGI Para peneliti berkesimpulan bahwa hubungan antara lingkungan gelap abadi/ dalam gua (disebut Endokarst) dengan dunia diatas permukaan tanah (Eksokarst) sangat erat sekali. Oleh karena itu Speleologi merupakan Ilmu yang didalamnya terdiri dari berbagai disiplin ilmu. Diantaranya adalah : Karstologi : Ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk kawasan kars.t

Geomorfologi Karst : Ilmu yang mempelajari tentang bentukan alam/ permukaan bumi didaerah kawasan karst khususnya. Hidrologi Karst : Ilmu yang mempelajari tentang tata air/ system aliran bawah tanah/ gua. Speleogenesis Biospeleologi : Ilmu yang mempelajari tentang proses terbentuknya gua. : Ilmu yang mempelajari tentang mahluk hidup/ Fauna/ Biota yang ada didalam gua. Arkeologi : Ilmu yang mempelajari tentang sejarah, kebudayaan dan peninggalan manusia pada masa lampau. Mikroklimatologi : Ilmu yang mempelajari tentang fluktuasi suhu dalam gua yang sering minim sekali, baik konstan maupun tidak konstan. Speleotourism : Ilmu yang mempelajari tentang wisata gua atau pada daerah karst.

By. Ophus

KARSTOLOGI DAN GEOMORFOLOGI KARST Kurang lebih 70 % gua yang ada didunia terbentuk pada daerah batu gamping yang telah mengalami karstifikasi. Karst adalah daerah yang telah mengalami pelarutan secara kimiawi atau telah mengalami proses karstifikasi. Karst berasal dari kata Krs atau Kras yang berasal dari bahasa Yugoslavia, yang merupakan nama suatu daerah di perbatasan Italia utara dan Yugoslavia, sekitar Timur Laut Kota Trieste, saat ini terletak di Negara Slovenia. Arti Krs atau Kras adalah Bebatuan, karena didaerah itu adalah daerah kawasan batu gamping yang dipermukaannya sangat gersang tanpa ditumbuhi satu pohon sekalipun akibat habis dimakan oleh ternak domba yang dibebaskan berkeliaran tanpa dikandangkan. Jadi pada awalnya pengertian karst merujuk pada bentang alam. Karst dalam bahasa Jerman dan Inggris disebut Karst, dalam Bahasa Italia disebut Carso dan dalam bahasa Slovenia disebut Kras. Dan sampai saat ini Karst menjadi sebuah istilah untuk daerah daerah yang telah mengalami pelarutan. Bentukan alam karst berbeda dengan bentuk alam lainnya (non karst), karena kawasan karst memiliki komponen diatas permukaan tanah atau disebut Eksokarst, dan komponen dibawah tanah yang disebut Endokarst. Fenomena endokarst adalah ruang lingkup ilmu speleologi, oleh karena itu para ilmuwan Karstologi tidak bisa terfokus pada eksokarst saja akan tetapi juga harus pada endokarst juga, karena antara eksokarst dan endokarst adalah dua fenomena yang saling berhubungan dan tak dapat dipisahkan. Bentuk lahan kawasan karst memiliki karakteristik berupa bentukan negative yang tertutup dengan berbagai ukuran dan susunan, pola drainase yang terputusputus, guagua dan aliran sungai bawah tanah. Bentukan alam permukaan kawasan karst sangat beragam dan tiap daerah memiliki ciri atau bentukan yang berbeda. Ada yang berbentuk seperti menara atau disebut Tower Karst, ada yang berbentuk Cawan Terbalik atau biasa disebut Conical Hill. Antara bukitbukit Karst Tower dan Conical bisa terlihat lembahlembah yang lebar atau sempit. Bukitbukit tersebut terkadang terpisah oleh suatu dataran yang luas akan tetapi terkadang juga ada yang saling berdempetan dengan bentuk yang simetris atau asimetris dengan tinggi yang relative hampir sama. Kawasan Karst yang belum dijamah oleh manusia (Agraris dan Pertambangan) biasanya masih tertutup Vegetasi yang lebat bahkan bisa tidak terlihat dari kejauhan bahwa daerah tersebut adalah daerah karst. Terkecuali Vegetasi tersebut telah dibabat oleh aktivitas manusia seperti, Pertanian, Pertambangan, Penebangan Liar. Vegetasi kawasan karst juga bisa habis akibat gerakan Gletser yang menerjang kawasan tersebut By. Ophus 5

beberapa juta tahun yang lalu. Akibat dari aktivitas tersebut maka timbullah penggundulan dan pengikisan permukaan karst. Ada beberapa factor yang mempengaruhi topografi karst sehingga kawasan karst yang satu dengan yang lainnya bisa berbeda. Adapun perbedaan tersebut ditimbulkan oleh : Perbedaan litologi atau susunan Batu Gamping. Ada yang tersusun 100 % dari mineral Kalsit (CaCO3), adapula yang tercampur dengan mineral lain seperti Dolomit (CaMGCO3), Gypsum (CaSO4.2H2O), Mangan, Aluminium atau kwarsa dll. Perbedaan Ketebalan lapisan Batu Gamping. Perbedaan Compactness (Kemampatan). Perbedaan system celah rekah yang ada sejak terbentuknya lapisan Batu Gamping. Pengaruh Intensitas curah hujan daerah sekitar. Pengaruh Jenis Vegetasi yang berbeda. Pengaruh Manusia yang membongkar Batu Gamping atau menanaminya setelah membabat habis Vegetasi Primer. Pengaruh titik elevasi kawasan atau ketinggian dari permukaan air laut. Pengaruh ketebalan lapisan tanah penutup (Top Soil) pada kawasan tersebut. Pengaruh Tektonisme terhadap bentuk fisik dan system celah rekah. Beberapa factor diatas sangat berpengaruh terhadap Intensitas dan kecepatan karstifikasi yang nantinya menjadi suatu Bantuk Lahan Karst (Karst Landform). Bentuk Lahan Karst tersebut ada dua yaitu Bentuk Lahan Mikro dan Makro. Morfologi Makro permukaan Karst meliputi beberapa bentukan negative dengan ukuran meter bahkan sampai kilometer seperti Dolina, Swallow Hole, Sink Hole, Vertical Shaft, Collaps, Cocpit, Polje, Uvala, Dry Valley, dll. Morfologi Mikro juga biasa disebut Karren (Bahasa Jerman) atau Lapies (Bahasa Prancis) atau juga Grike (Bahasa Inggris). Karren memiliki dimensi yang bervariasi antara 1 10 meter sedangkan Mikro Karren berdimensi kurang dari 1 Cm (Ford and William, 1996). Para peneliti karst mencoba menjelaskan variasi Bentukan/ Type Karst, dan secara umum dibagi menjadi tiga kelompok yaitu : 1. Klasifikasi berdasarkan perkembangan (Cvijic). 2. Berdasarkan Morfologi. 3. Klasifikasi berdasarkan Iklim (Sawicki, Lehman, Sweeting).

By. Ophus

Cvijic (1914) membagi Topografi Karst dalam 3 kelompok yaitu : Holokarst yaitu dimana Karst dengan perkembangan paling sempurna, baik dari sudut pandang bentuk lahannya maupun Hidrologi bawah permukaannya. Merokarst yaitu Karst yang perkembangannya kurang sempurna, hanya mempunyai sebagian Bentukan Lahan Karst. Karst Transisi yang terbentuk pada Batuan Karbonat yang cukup tebal bahkan sampai Karst Bawah Tanah. Secara umum bentukan alam Kawasan Karst yang terlihat mencuat keatas permukaan disebut Bentukan Karst Positif ( Positive Karst Landform). Begitu juga sebaliknya, bentuk yang terlihat kedalam bawah permukaan disebut Bentukan Karst Negative (Negative Karst Landform). Negative Karst Landform terlihat seperti cekungancekungan berdiamater kecil sampai berdiameter besar (ratusan meter bahkan sampai 1 km) yang disebut sebagai Dolina atau dalam bahasa Inggris disebut Sink Hole atau Closed Depression, bisa terbentuk akibat Runtuhan (Collapse) atau terbentuk akibat pengikisan. Beberapa Dolina yang berdekatan bisa menyatu dan disebut sebagai Uvala. Tetapi bila Dolina yang saling berdekatan tersebut tidak menyatu dan diantara batas dolina tersebut membentuk bukit-bukit terjal dan sempit maka disebut Cockpit Karst. Dolina yang terbentuk akibat runtuhan dan dibawahnya terdapat aliran sungai yang cukup deras dinamakan Collapse Sinkhole tipe Cvijik, sedangkan yang dasarnya kering/tidak dialiri lagi oleh air dikarenakan berpindahnya lintasan aliran sungai bawah tanah tersebut, maka bentukan seperti itu disebut Collapse Sink Hole type Trebic.

Dolina/ Sink Hole

Gua Lembah (terjadi akibat runtuhnya gua)

By. Ophus

HIDROLOGI KARST Sampai saat ini sering terjadi perbedaan pendapat antara pakar Speleologi dengan Geologi dalam hal penyebutan air pada Kawasan Karst, ada yang mengatakan air tanah dan ada yang sepakat bila disebut sebagai Air Karst. Grund (1903) berpendapat bahwa air tanah pada Batu Gamping mempunyai permukaan yang teratur yang berarti didalam lapisan Batu Gamping terdapat adanya pipapipa yang saling berhubungan. Pada fenomena bawah tanah sering kali kita jumpai adanya Aliran Sungai Bawah Tanah yang mengalir seperti halnya sungai-sungai yang ada dipermukaan bumi. Aliran sungai tersebut bisa berasal dari luar gua, yang dimana air permukaan yang berada di luar gua masuk kedalam Swallow Hole (Mulut Telan) dan muncul lagi ditempat yang lain bahkan biasanya sangat jauh dari lokasi Swallow Hole. Tempat keluarnya aliran sungai bawah tanah dikawasan Karst disebut Resurgence atau Karst Spring, jika kita interpretasi melalui Peta Topographi terlihat aliran sungai yang mengalir lalu menghilang/terputus. Aliran tersebut biasa disebut Vadose Stream/ Arus Vadose/ Sungai Vadose atau disebut juga aliran Allochthonous. Aliran pada sungai bawah tanah juga bisa berasal dari gua itu sendiri, dimana air yang berada di permukaan Kawasan Karst meresap masuk kedalam Kawasan Karst dan ketika didalam gua menjadi ribuan tetesan yang kemudian tertampung lalu mengalir dan membentuk sebuah aliran sungai. Aliran tersebut biasa disebut Percolation Water atau disebut juga aliran Autochtonous.

Swallow Hole

Resurgence
Cave/ Gua

Air Perkolasi

By. Ophus

Pada umumnya air yang mengalir didalam gua terdiri dari campuran Air Vadose dan Perkolasi. Air Perkolasi dan Air Vadose memiliki perbedaan dari segi kuantitas maupun kwalitas. Air Perkolasi pada umumnya banyak mengandung CaCO3, karena Air Perkolasi meresap dan merembes secara perlahan kedalam gua sehingga mineral pada batu gamping yang didominasi oleh Calsite (CaCO3) lebih banyak terbawa. Sedangkan Aliran Vadose sangat sedikit mengandung Calsite karena bentuk aliran yang hanya numpang lewat pada sungai bawah tanah sehingga sangat singkat bersinggungan dengan mineral Batu Gamping. Air Perkolasi juga dapat dilihat dari fluktuasi suhu yang konstan sepanjang hari bahkan sepanjang tahun, sedangkan Air Vadose berfluktuasi dengan suhu diluar gua. Air vadose juga pada umumnya keruh karena material yang berasal dari luar gua ikut hanyut kedalam alirannya seperti Lumpur, pasir dan kerikil. Sedangkan pada aliran Perkolasi cukup jernih karena proses perembesan tadi sehingga air tersebut tersaring pada poripori Batu Gamping (Lime Stone). Pada saat turun hujan, gua yang dialiri oleh Air Vadose akan lebih cepat bertambah debitnya dan ketika hujan berenti serentak debit airnya juga menurun sampai level air sebelum hujan. Berbeda dengan Air Perkolasi, ketika diluar gua terjadi hujan lebat, debit air bertambah secara perlahanlahan tidak secepat aliran Vadose dan ketika hujan berehenti debit air juga akan turun secara perlahanlahan. Kita dapat menentukan jenis lorong pada gua dari segi Hidrologi. Lorong tersebut dibagi dalam 3 jenis, yaitu : Lorong Fhareatik dimana pada Lorong Fhareatik ini kondisi lorong masih sepenuhnya ditutupi oleh air dan pada umumnya memiliki dinding gua yang relative halus. Pada kondisi lorong seperti ini hanya bisa ditelusuri dengan teknik Cave Diving. Lorong Vadose, yaitu Lorong yang sebagian dari lorong tersebut dialiri air, pada lorong ini pembentukan ornament biasanya baru terbentuk pada bagian atap gua. Lorong Fosile yaitu Lorong yang kering atau sudah tidak dialiri air lagi, kemungkinan adanya perubahan pola aliran air bawah tanah, pada lorong ini pembentukan ornament sudah mencapai nol.

By. Ophus

Swallow Hole

Collapse Lorong Vadose Lorong Fosil Lorong Fhareatic

Air Perkolasi

Air Perkolasi juga membantu dalam proses pembentukan Ornamen Gua, karena mineral yang dibawa oleh tetesan atau rembesan Air Perkolasi tidak semuanya ikut larut didalam air akan tetapi sebagian mampir dan mengendap pada atap, dinding atau lantai gua sehingga lama kelamaan akan terjadi sedimentasi mineral, maka terbentuklah ornamentornament yang terdapat pada atap gua seperti : Soda Straw, Stalagtite, Helektite, Deflected Stalagtite dan berbagai ornament yang menggantung diatap gua. Didinding gua terbentuk Drapery, Canopy dan dilantai terbentuk Gourdam, Kalsit Floor, Rim Stone, Stalagmite dan masih banyak lagi ornament lainnya yang terbentuk di plafon, dinding dan lantai gua yang sangat indah yang merupakan fenomena lingkungan gua yang tak dapat ditemukan dunia diluar. BIOSPELEOLOGI Dalam System lorong perguaan dibagi menjadi beberapa zona yang ditinjau dari pengaruh kondisi suhu dalam gua dan diluar gua, diantaranya : Twiligth Zone yaitu Zona yang berada dekat dengan mulut gua dan masih berpengaruh oleh sinar matahari dan fluktuasi suhu pada zona ini masih tinggi. Middle Zone yaitu daerah gelap total akan tetapi fluktuasi suhu tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Complatelly Dark Zone yaitu daerah gelap total dengan kelembaban suhu yang konstan. Pada lingkungan gua yang gelap abadi tidak dijumpai

By. Ophus 10

vegetasi tingkat tinggi yaitu tanaman yang berdaun dan berklorofil karena tidak adanya cahaya matahari yang berperan penting dalam proses Fotosintesa. Yang dapat berkembang hanyalah Jamur (Fungi) dan Algae (Lumut). Fungi dan Algae dapat berkembang biak jika ditempat tersebut terdapat Guano atau bahanbahan organik yang membusuk yang masuk kedalam gua karena terbawa arus dari sungai permukaan. Komposisi pada Guano bisa berbeda, Guano yang berasal dari hewan pemakan serangga biasanya bersifat kering, berbutirbutir dan tidak

mudah membusuk, Guano tersebut hanya dapat terurai oleh Bakteri. Sedangkan Guano dari hewan pemakan buah, Penghisap Nectar menghasilkan Guano yang bersifat basah, dengan volume yang besar, sangat berbau dan cepat mengalami proses peragian (berfermentasi) oleh jamur. Jangkrik pemakan Guano basah akan menghasilkan Guano yang lebih kering dan lokasi guanonya agak jauh dari lokasi tumpukan Guano basah Kelelawar tadi. Diatas guano jangkrik tersebut terdapat lagi ekosistem Mikro Guano Sekunder. Dalam Biospeleologi, biota gua dibagi menjadi 3 yaitu : Troglobion, Trogofil, dan Troglosen. Troglobion adalah hewan yang telah mengalami Regresive Evolution atau Evolusi Mundur, karena hidup digelap abadi sehingga tidak memiliki Pigmen Kulit dan Indera Penglihatan. Bianatangbinatang yang berasal dari luar gua dan terjebak kedalam gua (misalkan terbawa pada saat banjir) secara perlahan akan mengalami evolusi mundur. Ia akan membuang segala yang tidak berfungsi pada dirinya dan menggantikannya dengan yang baru yang lebih berfungsi didalam gua. Bentuknya juga akan lebih Primitive dan akan berbeda dengan binatang yang ada diluar gua karena ia berevolusi menjadi spesies baru. Makhluk hidup ini menggantungkan sepenuhnya kelangsungan hidupnya didalam gua. Contoh : Jangkrik gua, Labalaba dan beberapa jenis Antropoda lainnya. Biotabiota tersebut hidup pada Zona Gelap Total. Trogofil adalah hewan yang hidup didalam gua akan tetapi masih menggantungkan hidupnya pada kehidupan diluar gua. Contohnya : Kelelawar, Burung Walet dan beberapa Insekta lainya. Sedangkan Trogloxen adalah makhluk hidup yang dijumpai didalam gua akan tetapi tidak pernah hidup didalamnya. Mereka sering juga disebut binatang pendatang atau tamu. Mereka menjadikan gua sebagai tempat berlindung atau menjadikan tempat perlindungan dari serangan musuh mereka. Contoh hewan tersebut seperti : Landak, Ular, Biawak, Singa dll. Hewanhewan tersebut pada umumnya berada pada Zona Terang sampai Zona Tengah. Makhluk hidup sebagai mana dijelaskan diatas merupakan satu rantai yang takdapat dipisahkan, kehidupan

By. Ophus 11

mereka saling bergantung satu dengan lainnya. Oleh karena itu ada penjelasan tentang hubungan antara eksokarst dan endokarst. BEBERAPA NILAI STRATEGIS PADA KAWASAN KARST Di Negara-negara maju Kawasan Karst dianggap sebagai Sumber Daya Alam yang memiliki nilai strategis. Hal ini juga dianut oleh India, Korea Selatan, Australia, Syiria, Jepang dan Muangthai. Yang dimana industri pertambangan pada kawasan karst hanya boleh beroprasi pada areal yang terbatas. Berikut beberapa komponen ekosistem karst yang erat kaitannya dengan aktifitas manusia : Vegetasi : Aneka macam tumbuhan yang dijumpai pada Kawasan Karst pada umumnya bersifat endemis. Tumbuhan yang hanya hidup dengan baik disuatu kawasan karst merupakan penyaji substrat bagi makhluk lain yang bersifat endemis. Vegetasi karst merupakan tumbuhan yang mampu hidup dan menyesuikan diri dilingkungan kapur yang marginal. Beberapa tumbuhan yang bersifat ekonomis yang hidup di kawasan karst seperti : Kayu Cendana (Santalum Album), Kayu Jati (Tectona Grandis), Mahoni (Sweetenia Mahagoni), Kayu hitam dan beberapa tumbuhan yang dapat diolah sebagai bahan makanan dan tumbuhan yang berkhasiat obat. Mikrobiologi : Biota gua yang biasa dijumpai pada sediment gua perlu diteliti karena potensial untuk pemanfaatan komponen antibiotika (Actinomyces dan Auriomyces), sebagai Pengurai Besi (Ferrobacillus Ferroksidans) dan Belirang (Tiobacillus Tioksidans). Bahkan dilaporkan adanya mikro organisme gua karst yang secara potensia dikembangkan untuk mengurai genangan minyak akibat polusi laut. Kesemuanya telah dipatenkan oleh penemunya. Hidrologi Karst : Hidrologi Karst mencakup pola aliran dalam kawasan karst yang sangat ditentukan oleh tingkat Porositas (Kesarangan) dan

Permeabilitas (Kelulusan) kawasan tersebut.. Keadaan ini disebabkan oleh kemampuan suatu Kawasan Karst untuk berfungsi sebagai Reservoir/tendon air hujan. Contohnya pada daerah Maros - Pangkep :

By. Ophus 12

hampir keseluruhan masyarakat pada daerah ini menggunakan air karst seperti irigasi persawahan dan kebutuhan hidup lainnya. Dan masih banyak lagi daerahdaerah di Indonesia yang menggantungkan hidupnya pada persediaan air karst yang sampai saat ini masih banyak masyarakat awam bahkan pemerintah setempat pun kurang

memahami tentang hal tersebut. Kesehatan : Pemerintah perlu memperhatikan secara serius kualitas air bersih pada kawasan karst. Sumber air karst sangat mudah tercemar oleh tinja, sampah-sampah organic dan non organic, zatzat kimia akibat penggunaan Insektisida oleh para petani pada kawasan karst. Bahaya potensial yang dapat ditimbulkan akibat terkontaminasinya sumber air karst seperti penyakit Weil (Leptopirosis) atau Febris

Icterohemorrhagica. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri dari genis Leptospira yang berasal dari urine binatang yang terinfeksi dan terkontaminasi oleh air karst. Epidemic penyakit Hepatitis A, Disentria, dan Tifus bisa secara periodic melanda kawasan karst. Diluar negeri contohnya di kota Sarajevo (Yugoslavia) pernah diteliti sumber air minum yang terkontaminasi oleh tinja penderita aneka penyakit ini. Di Indonesia sendiri dari Departemen Kesehatan ternyata belum melakukan penelitian prevalensi aneka penyakit menuar akibat terkontaminasinya air minum kawasan karst.

By. Ophus 13

TERMINOLOGI TERMINOLOGI

Arrete Karst

: Penampakan berupa bukit bukit tegak, sempit dan terjal mirip kumpulan pedang yang mencuat keatas, terkadang sangat berdekatan.

Batu Gamping

: Disebut juga Lime Stone yaitu batuan yang mengandung minimal 80 % mineral karbonat yang berupa calsium carbonate atau magnesium carbonate. (Petijohn, 1957)

Bedding Spring

: Mata air yang terbentuk pada tempat dimana terjadi pelebaran bidang lapisan

Bell Holes

: disebut juga Ceiling Dents yaitu lekukan lekukan pada plafon gua akibat adanya Mixing Corrosion.

Blind Valley Cockpit

: Lembah Buntu : Bentukan topographi karst seperti wadah telur dengan bentuk kontur seperti bintang. Dimana pada daerah tersebut terdapat dolina dolina yang saling berdekatan tetapi tidak menyatu.

Collapse Contact Spring

: Runtuhan : Mata air yang terbentuk karena adanya kontak antara batu gamping dan batu lainnya yang impermiabel.

Dolina

: Bentukan negative seperti dengan bentuk depresi atau mangkuk yang berdiameter kecil dari 10 m sampai 1 km lebih (William B. White, 1988). Pembentukan dolin bisa dikarenakan Pelarutan (Solution Dolin), Runtuhan (Collaps Dolin), Amblesan

(Subsidence Dolin). Dry Valley Fracture Spring : Lembah pada kawasan karst yang tidak memiliki aliran air. : Mata air yang terbentuk pada tempat dimana terjadi pelebaran bidang rekahan. Geomorfologi : Sebuah studi ilmiah terhadap permukaan Bumi dan poses yang terjadi terhadapnya. Secara luas, berhubungan dengan landform (bentuk lahan) tererosi dari batuan yang keras, namun bentuk

By. Ophus 14

konstruksinya dibentuk oleh runtuhan batuan, dan terkadang oleh perolaku organisme di tempat mereka hidup. Karren : Rekah, celah, tonjolan, alur pada permukaan bongkahan batu gamping. Biasa juga disebut Microkarst Form. Labyrint karst : Merupakan karst yang dicirikan oleh koridor-koridor atau ngarai memanjang yang terkontrol oleh kekar atau sesar Lapies : Lapisan lapisan batu gamping yang terpisah, terbongkar, terbelah dan sering tampaksebagai bongkahan bongkahan batu gamping yang bergelimpangan diatas permukaan tanah yang terjadi akibat erosi mekanis dan gerakan tektonik. Litifikasi Mixing Corrosion : Perubahan sediment yang lentur menjadi batuan. : Dua aliran bawah tanah yang mengandung larutan batu gamping lewat jenuh yang bertemu dan berubah menjadi tidak jenuh yang nantinya dapat melarutkan lebih banyak lagi batu gamping. Mud Line : disebut juga garis Lumpur yaitu Garis atau batas atas tapak lintasan air yang terlihat sebagai garis horizontal berwarna kuning kecoklatan pada dinding gua. Percolation Water Permeabilitas Polje : Air yang ada didalam gua yang berasal dari tetesan tetesan air. : kemampuan batuan untuk meluluskan air melalui batuan tersebut. : Berupa Depresi Aksentip pada daerah karst, semua bagian sisinya tertutup, sebagian terdiri dari lantai yang rata, dengan batas batas terjal dibeberapa bagian dengan sudut yang nyata antara dasar/lantai. Ponor Porositas : Swallow Hole yang terdapat pada polje : Disebut juga kesarangan yaitu volume total volume dari ruang udara antar partikel dalam massa, biasanya dinyatakan dalam porsen Surface Run Of : Air larian permukaan yang dimana air hujan sebagian besar tidak dapat meresap dan tertahan oleh system tanaman dan akan mengalir bebas diatas permukaan tanah

By. Ophus 15

Swallow Hole

: Disebut juga mulut/lubang telan, bentukan dimana aliran air permukaan seluruhnya atau sebagian mulai menjadi aliran bawah tanah. Pengertian ini digunakan untuk menandai tempat aliran air yang menghilang dan masuk menuju bawah tanah (Marjorie M. Sweeting,1972)

Tanah Regolith

: Merupakan residu Pelarutan yang mengandung FeO2 pada lantai gua ataupun dasar Doline

Terra Rosa Uvala Vrulja Vertical Shaft

: Sedimen lempung berwarna merah hasil pelapukan batu gamping. : bantukan yang terjadi akibat beberapa dolina yang menyatu. : Mata air yang berada dibawah permukaan air laut. : Berupa silinder dengan dinding vertical yeng merombak perlapisan melawan inclinasi perlapisan (William B. White, 1988)

REFERENCE:
Ernst Bauer, The Mysterious World Of Caves, 1971 Dr. R.K.T.Ko, Introduksi Karstologi Dan Statusnya Di Indonesia, 2004 Dr. R.K.T.Ko, Identifikasi Aneka Nilai Yang Terkandung Dalam Kawasan Batu Gamping Dan Strategi Pendayaagunaannya Secara Berkelanjutan Untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. Eko Haryono, Geomorfologi Karst (Proses Pembentukan dan Macamnya) Makalah Gladian Nasional XI Yogyakarta, 1996 MAPALA UVRI Makassar, Diktat Speleologi, 2003

By. Ophus 16

Anda mungkin juga menyukai