ISI DISKUSI
1
PENDAHULUAN
Natural disasters are just natural phenomena They are neither good nor bad. If they happen to occur close to human settlements and the people are not equipped. A tragedy will occur A human Tragedy Natural disasters can neither be avoided nor can they be predicted effectively with present day technology. But they can be mitigated
Natural disasters are physical phenomena but change very fast into social problems. In developing countries they develop immediately into economic issues and could transform into political ones with fatal consequences
DEFENISI
PERKA BNPB NO. 02 TAHUN 2012, TENTANG PEDOMAN UMUM PENGKAJIAN RISIKO BENCANA Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Tingkat Ancaman adalah potensi timbulnya korban jiwa pada kondisi tertentu pada suatu daerah akibat bencana. Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu kawasan dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat. Kerentanan adalah suatu kondisi dari suatu komunitas atau masyarakat yang mengarah atau menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bencana. Kapasitas adalah kemampuan daerah dan masyarakat untuk melakukan tindakan pengurangan Tingkat Ancaman dan Tingkat Kerugian akibat bencana.
BANJIR
Flooding is a result of heavy or continuous rainfall exceeding the absorptive capacity of soil and the flow capacity of rivers, streams, and coastal areas. Banjir adalah aliran air yang berlebihan yang melampui batas penahan, baik alamiah ataupun buatan. Air akan menyebar di atas daerah dataran yang umumnya dimanfaatkan oleh manusia. Banjir dapat menyebabkan terjadinya konflik.
2
BANJIR GENANGAN
3
BANJIR ROB/ BANJIR TSUNAMI
4
BANJIR BANDANG
1. BANJIR KIRIMAN
CURAH HUJAN KHARAKTERISTIK SUNGAI TOPOGRAFI GRADIEN SUNGAI KONDISI WILAYAH PENGIRIM DAN PENERIMA
BANJIR KIRIMAN
WILAYAH PENGIRIM HULU
KONDISI WILAYAH
KONDISI TOPOGRAFI:
BAGIAN TIMUR ADALAH PEGUNUNGAN TERJAL BAGIAN BARAT PEDATARAN RENDAH PENDANGKALAN DASAR SUNGAI
GRADIEN SUNGAI
100
50
1000
2000
3000
7000
8000
9000
Faktor pertama: gradien sungai, panjang gradien sungai Faktor kedua: air pasangsurut air laut, Topografi dasar laut (batimetri) Faktor ketiga kondisi muka airtanah
Ketinggian (m)
Ketinggian (m)
50
2500
5000
7500
10000 12500 15000 17500 20000 22500 25000 27500 30000 32500 35000 37500 40000 42500 45000 47500 50000 52500 Jarak hilir -hulu (meter)
HUTAN ALAMI
PERKEBUNAN SAWIT
ENDAPAN SEDIMEN
DAS RONGKONG ( 136.775 Ha ); DAS BALIASE : ? RATA-RATA CURAH HUJAN DAS RONGKONG : 2.723 mm/thn (Stasiun Malangke) - 3310 mm/thn (stasiun Sabbang). INTENSITAS HUJAN TINGGI : APRIL S.D MEI DEBIT BULANAN S RONGKONG ; 499 - 516 m3/dt (Maret April) TOPOGRAFI DATARAN RENDAH (< 2 m d.p.l) KERUSAKAN EKOSISTEM DI HULU DAS RONGKONG. ALIRAN AIR PERMUKAAN S.RONGKONG BERPINDAH-PINDAH
BANJIR KIRIMAN
(di Minahasa 19-23 Feb 2006)
Elbe-Flood 2002
Main station Dresden Road near Bitterfeld
2. BANJIR GENANGAN
CURAH HUJAN TINGGI LAJU INFILTRASI JENIS TANAH/BATUAN: TINGKAT
KEJENUHAN TANAH/BATUAN TERHADAP AIR
mm/jam
200 150 100 50 0 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004
Tahun
Peta perubahan tutupan lahan Kota Makassar Tahun 1999 dan Tahun 2005
1999
2005
Penampang Pantai Kasoloang Jarak vertikal -60m, Jarak horisontal 908m H:V=1:2
-20
-40 -60 0
40
80
120
160
200
240
280
320
360
400
440
480
520
560
600
640
680
720
760
800
840
880
920
Penampang Pantai Pasangkayu Jarak vertikal -40m, Jarak horisontal 656m H:V=1:2 N324 E
0
-20
-40 0
40
80
120
160
200
240
280
320
360
400
440
480
520
560
600
640
680
BANJIR PASANG
Jakarta Fishing Port Case
4.BANJIR BANDANG
Dalam bahasa Inggrisnya dikenal dengan Flash Flood Adalah banjir yang mengalir dari hulu ke hilir sungai Ciri-cirinya:
Pidi, Aceh
Cepat sekali mempunyai daya rusak yang besar, cepat hilang membawa material lumpur yang banyak dan sering disertai dengan material pepohonan. Viskositas tinggi
FAKTOR PENYEBAB
DAM :
ALAMI (LONGSOR) BUATAN
TIGA SUNGAI MELUAP: S. Tangka (luapan/banjir relatif kecil) S. Mangottong (S. Sinjai), daerah Biringere dan sekitarnya S. Kalamisu (S. Baringeng) Longsor: Kompang (jalan poros Malino-Sinjai) Info dari Sungai Mangottong (S. Sinjai); kejadian Senin 19 Juni, air sungai mulai meluap (banjir) jam 11 siang, surut lagi. Jam 10 malam hujan terus, air mulai naik sampai jam 11; puncaknya jam 2 malam (Selasa 20 Juni), banjir besar sampai jam 7 pagi.
KEJADIAN DI HULU
Lokasi longsor di KM 149 (2 Km dari St.3 ke arah Malino), Kec Sinjai Tengah Di tebing bagian atas jalan terlihat material longsoran Tebing yang terjal, Kondisi vegetasi masih rapat, tidak terlihat adanya pembabatan hutan; di sekitar lokasi ada hutan lindung. Di bagian bawah jalan, satu rumah hancur tertimbun longsoran. semua penghuni rumah selamat, Diawali dengan suara batuan/material longsoran yang menimpa atap rumah, sehingga penghuni cepat mengetahui dan berlarian keluar rumah. Material longsoran termasuk bawaannya (vegetasi dan runtuhan bangunan) masuk ke sungai (S. Bihulo/S. Baringeng) Material longsoran ini yang menutup sementara sungai yang kemudian menyebabkan banjir bandang
Faktor2 pengontrol longsor (Karnawati, 2005): Geomorfologi (kelerengan yang terjal, sekitar dan lebih dari 40%; elevasi mencapai 300 m; hasil pengamatan lapangan dan peta dari REKTI/IKA): Geologi (Litologi, Batuan Gunungapi Lompobattang (Qvlb): breksi, lahar, tufa; dan Batuan Gunungapi Formasi Camba: bx, lava, konglomerat, tufa; hasil pengamatan lapangan di stasiun 4: litologi breksi dan tufa yang porous, rapuh/unconsolidated, dan banyak bukaan; Struktur, cukup rapat, arah dominan utara-baratlaut sampai utaratimurlaut; Sukamto & Supriatna, 1982). Tanah penutup: umumnya tipis (hasil pengamatan lapangan). Tataguna lahan: terjadi baik pada kawasan hutan yg bervegetasi lebat maupun yang jarang (kawasan perkebunan dan ladang). Faktor pemicu: curah hujan yang tinggi, infiltrasi air hujan intensif dengan durasi waktu yang lama (hujan selama 2 hari 19-20 Juni, data dari LAPAN). Berdasarkan hasil penelitian Geologi Terpadu Kab Sinjai (DPE, 2001), kawasan longsor yang terjadi di daerah ini secara keseluruhan termasuk dalam zona kerentanan gerakan tanah tinggi.
HULU
HULU
Longsor yang terjadi di jalan poros Malino Sinjai (Kompang) Kecamatan Sinjai Tengah. Material longsor masuk ke badan sungai, sebagai penyebab banjir bandang. Foto 13 Maret 2005.
Peristiwa longsor yang terjadi di Daerah Kompang Kecamatan sinjai Tengah. Longsor menutupi badan jalan dan rumah penduduk.
HILIR
HILIR
500 400 300 200 100 JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES
Bulan
Sumber: BMG Wilayah Sulsel
WILAYAH PENERIMA
WILAYAH PENGIRIM
HULU
HULU
Longsor yang terjadi di jalan poros Malino Sinjai (Kompang) Kecamatan Sinjai Tengah. Material longsor masuk ke badan sungai, sebagai penyebab banjir bandang. Foto 13 Maret 2005.
Peristiwa longsor yang terjadi di Daerah Kompang Kecamatan sinjai Tengah. Longsor menutupi badan jalan dan rumah penduduk.
HILIR
HILIR
Mnt Bawakaraeng
N
WHERE ?
Jeneberang River
Makassar City
FORT SOMBAOPU
EWTS-1
EWTS-2
EWTS-3
Keterangan Kondisi bahaya untuk anak-anak Kondisi bahaya untuk orang dewasa (termasuk jalan, kendaraan) Kondisi bahaya untuk daerah pemukiman
0,6 ~ >
2,0 2,0
Sedang Tinggi
>0,50 >0,50
Kuning Merah
KELAS BAHAYA JML. KAB/KOTA JIWA TERPAPAR (JUTA) TINGGI 42 15.2 SEDANG 228 108.8 RENDAH 189 105.6 TOTAL 453 229.56
Sulawesi
Jawa
Papua Barat
Terimakasih