Anda di halaman 1dari 18

KEGIATAN LAPANGAN MENGENAL BATUAN DAN PEMANFAATANNYA

Kegiatan I

PENDAHULUAN

Negara Indonesia memiliki sumber daya manusia yang banyak. Patut dibanggakan jikalau
semua potensi sumber daya manusia Indonesia mampu menjadi sumber daya unggul dalam
kualitas. Kedepannya dapat berfungsi sebagai penerus bangsa untuk menciptakan Indonesia yang
lebih baik, dapat bersaing di era globalisasi dan diterima di dunia dalam rangka melaksanakan
tujuan nasional. Berbagai bentuk jenjang pendidikan dan pelatihan untuk mebentuk sumber daya
manusia yang unggul, seperti sekolah, perguruan tinggi, balai latihan kerja dan wahana lain yang
dapat menunjang ilmu, kreatifitas, dan kemampuan sumber daya manusia. Salah satu kegiatan
yang bermanfaat bagi mahasiswa adalah melalui kegiatan lapangan. Kegiatan lapangan ini
bertujuan untuk memberikan wawasan dan tambahan ilmu yang tidak didapatkan di dalam
perkuliahan umum dan memahami secara langsung ilmu yang sudah diperoleh dalam kelas.
Kegiatan lapangan ini mengambil lokasi Bayat, Gua Seropan, dan Museum Karst Wonogiri.
Museum Karst Wonogiri dipilih karena di dalam museum terdapat koleksi-koleksi batuan
terlengkap di Indonesia.

HARI KE-1
Lokasi 1 (Timur Gunung Pendul)

Lokasi
Gn Pendul

Masjid

1
STA 1 LP1
Pada STA 1 LP 1 terdapat batuan beku yang terlapukkan. Jenis lapukan pada batuan itu adalah
pelapukan membola. Pelapukan membola adalah pelapukan pada batuan yang berbentuk bulat
seperti permukaan bola, sehingga disebut Spheroidal Weathering. Pelapukan ini disebabkan oleh
aktivitas kimiawi dari air hujan.

Faktor – faktor yang menyebabkan terjadinya pelapukan membola adalah:

1. Terdapat kekar gerus (kekar berpasangan) yang intensif. Banyaknya kekar gerus
menyebabkan air mudah masuk. Namun, karena rekahan pada kekar gerus hanya terdapat
pada permukaan, maka air masuk perlahan kedalam batuan dan hanya melapukkan bagian
pinggir batuan sehingga membentuk pelapukan membola.

2. Banyaknya kandungan feldspar dalam batuan beku. Hal ini menyebabkan batuan menjadi
lebih mudah lapuk karena mineral feldspar (plagioklas) adalah mineral yang tidak resisten
terhadap pelapukan.

3. Curah hujan yang banyak pada daerah tersebut sehingga pelapukan berjalan intensif.

Gambar 1. 1 Pelapukan membola pada STA1 LP1

2
STA 1 LP 2
STA 1 LP 2 Berada sekitar 200 meter di sebelah utara STA 1 LP 1. Pada LP 2 terdapat batuan
berupa batulempung. Mula-mula pada lokasi LP 2 merupakan sebuah Gunung Purba hasil dari
intrusi batuan beku. Hal ini diketahui dari adanya efek bakar pada batuan sedimen yang
mengindikasikan bahwa umur batuan beku lebih muda dari batuan sedimen. Intrusi tersebut
mencapai permukaan sehingga menutup sebagian tubuh batuan sedimen saat itu. Terdapat struktur
sesar yang berarah N247oE pada LP 2. Struktur sesar membuat zona lemah pada suatu tubuh
batuan. Sehingga intensitas erosi pada daerah sesar sangat tinggi. Hal ini membuat sebagian tubuh
batuan beku menghilang sehingga tersingkap batuan sedimen yang berada pada lokasi LP 2
(Gambar 1.2).

Gambar 1. 2 Ilustrasi sesar pada ST1 LP2

Tersingkapnya batuan-batuan di daerah Bayat memiliki mekanisme yang berbeda dengan


batuan di pegunungan selatan. Pegunungan selatan lebih dokontrol oleh adanya struktur sesar,
sedangkan di daerah bayat lebih dikontrol oleh adanya intrusi pendul (Gambar 1.3). Intrusi pendul
diperkirakan terjadi pada 25 jt tahun yang lalu. Intrusi ini menerobos batuan basement, formasi
wungkal gamping dan formasi Kebo-butak yang telah terbentuk sebelum adanya intrusi tersebut.

3
Gambar 1. 3 Perbedaan penyebab tersingkapnya pegunungan selatan dengan batuan di Bayat

Lokasi 2 (Gua Seropan)

Gua Seropan adalah salah satu gua yang ada di kawasan kars Kabupaten Gunung Kidul,
Daerah Istimewa Yogyakarta, tepatnya di Desa Gobang Kecamatan Semanu. Di dalam gua
terdapat sungai bawah tanah. Sungai ini sangat potensial untuk dikembangkan dan dimanfaatkan
oleh masyarakat di sekitarnya. Menurut Puslitbang SDA (2009), debit aliran sungai ini sekitar 600
– 800 liter per detik pada musim kemarau.

Panjang gua sampai saat ini yang diketahui sekitar 888 meter dengan kedalaman mencapai
62 meter dari permukaan. Pintu gua terletak pada dasar dari sebuah cekungan tertutup. Jalan yang
menuju ke pintu gua sudah dibuat tangga dari beton, sekaligus untuk perawatan instalasi yang
sudah terpasang di dalam gua. Lorong awal beratap rendah sampai pada suatu ruangan yang lebih
besar. Bagian lorong berikutnya dapat diakses dengan berjalan kaki. Panjang lorong dari mulut
gua sampai ke badan sungai bawah tanah sekitar 211 meter.

Gambar 1. 4 Benduangan yang berada di dalam Gua Seropan

4
Lokasi 3 (Museum Karst Indonesia)

KARST merupakan istilah bahasa Jerman yang diadopsi dari bahasa Slovenia yang berarti lahan
gersang berbatu. Istilah aslinya adalah ‘krst / krast’ yang merupakan nama suatu kawasan di
perbatasan antara Yugoslavia dengan Italia Utara, dekat kota Trieste. Pada khasanah pustaka saat
ini, kars ditakrifkan sebagai bentangalam yang terbentuk akibat pelarutan batuan (umumnya
batugamping, dan atau dolomite) oleh air. Selain itu, pembentukan kars dipengaruhi oleh faktor
struktur geologi, relief, iklim dan waktu.

Di Indonesia perhatian terhadap kawasan kars telah berlangsung sejak lama namun perhatian
terhadap kawasan ini lebih terasa menonjol sejak dilaksanakan lokakarya nasional pengelolaan
kawasan kars di kabupaten Wonogiri yang diprakarsai oleh departemen energy dan sumber daya
mineral. Pada acara tersebut dibuatlah gagasan untuk memiliki museum kars di Indonesia.

Museum kars (gambar 5) ini terletak di desa Gebangharjo kecamatan Pacimantoro kabupaten
Wonogiri Jawa Tengah sekitar 2 Km dari pusat kota Pracimantoro. Lokasi museum kars berada
pada kawasan kars yang di konservasikan, hal ini sesuai dengan fungsi museum sebagai salah satu
sarana untuk mengkonservasi keberadaan kars di Indonesia. Berdirinya Museum Kars Indonesia
ini didasari oleh kenyataan bahwa bentang alam kars tersebar hampir di semua pulau di Indonesia.
Di dalam bentang alam kars terdapat artefak kehidupan masa lampau dengan sosio-budaya yang
khas sesuai dengan ekosistem Kawasan kars. Selain itu juga disadari bahwa kawasan kars
merupakan fenomena alam yang memiliki keaneka-ragaman hayati dan nir hayati. Selama ini
belum ada media informasi yang memadai tentang kars untuk Masyarakat. Kawasan Museum Kars
Indonesia mempunyai luas 24,6 HA yang membentuk lembah diantara bukit bukit kars yang
dikelilingi oleh beberapa situs gua dan luweng.

Museum Kars Indonesia memiliki 3 lantai utama, pada loby terdapat poster yang menggambarkan
filosofi dan hasta brata yang berupa wejangan yang harus dilaksanakan oleh seseorang yang hidup
di dunia agar memperoleh kesempurnaan budi yang terkandung dalam cerita pewayangan. Setelah
melewati loby akan diinformasika denah isi museum pada kiri kanan tangga serta disuguhkan
ornament stalaktit dan stalakmit. Didalam museum, akan disuguhi tentang berbagai gambar
(contoh gambar 6 dan 7), diorama film dan informasi tentang Kars dari seluruh dunia. Berbagai
foto tentang isi dalam perut bumi dalam goa-goa, batu-batu stalagmit, dan berbagai macam bentuk
satwa yang mendiami isi dalam goa-goa tersebut. Sebelum memasuki museum, kita akan melihat
sebuah goa. Goa ini didanamakan sebagai Goa Tembus, karena goa ini menembus sebuah bukit,
dan disebelah ujung tembusannya, kita langsung dapat melihat museum ini berdiri dengan
megahnya. Selain Goa Tembus, di sekitar museum Kars ini juga di kelilingi oleh goa-goa alam
lain diantaranya adalah gua Merica, gua Sodong, gua Gilap, gua Bunder, gua Potro, dan gua Sonya
ruri.

5
Gambar 1.5. Museum Karst Indonesia

Gambar 1.6 Tipe karst di Gunungkidul dan gambaran stalaktit dan stalakmit

6
Gambar 1.7. Kapak batu dari karst

Proses pembentukan karst

Daerah karst terbentuk oleh pelarutan batuan terjadi di litologi lain, terutama batuan karbonat lain
misalnya dolomit, dalam evaporit seperti halnya gips dan halite, dalam silika seperti halnya
batupasir dan kuarsa, dan di basalt dan granit dimana ada bagian yang kondisinya cenderung
terbentuk gua (favourable) (gambar 8). Daerah ini disebut karst asli. Daerah karst dapat juga
terbentuk oleh proses cuaca, kegiatan hidrolik, pergerakan tektonik, air dari pencairan salju dan
pengosongan batu cair (lava). Karena proses dominan dari kasus tersebut adalah bukan pelarutan,
kita dapat memilih untuk penyebutan bentuk lahan yang cocok adalah pseudokarst (karst palsu).
Ciri-ciri daerah karst antara lain :

 Daerahnya berupa cekungan-cekungan


 Terdapat bukit-bukit kecil
 Sungai-sungai yang nampak dipermukaan hilang dan terputus ke dalam tanah.
 Adanya sungai-sungai di bawah permukaan tanah
 Adanya endapan sedimen lempung berwama merah hasil dari pelapukan batu gamping.
 Permukaan yang terbuka nampak kasar, berlubang-lubang dan runcing.

7
Gambar 1.8 Profile daerah Karst

Proses Terbentuknya Gua

Gua terbentuk pada dasarnya karena masuknya air ke dalam tanah. Berikut ini tahapan
proses terbentuknya gua :

o Tahap awal, air tanah mengalir melalui bidang rekahan pada lapisan batu gamping menuju
ke sungai permukaan. Mineral-mineral yang mudah larut dierosi dan lubang aliran air tanah
tersebut semakin membesar.

8
o Sungai permukaan lama-lama menggerus dasar sungai dan mulai membentuk jalur gua
horisontal.
o Setelah semakin dalam tergerus, aliran air tanah akan mencari jalur gua horisontal yang
baru dan langit-langit atas gua tersebut akan runtuh dan bertemu sistem gua horisontal yang
lama dan membentuk surupan (sumuran gua).

Ornamen dan Keindahan Gua

Bentuk ornamen-ornamen gua merupakan keindahan alam yang jarang dijumpai di alam terbuka.
Di tengah kegelapan abadi proses pengendapan berlangsung hingga membentuk ornamen-
ornamen gua (speleothem). Proses ini disebabkan karena air tanah yang menetes dari atap gua
mengandung lebih banyak CO2 daripada udara sekitarnya. Dalam rangka mencapai
keseimbangan, CO2 menguap dari tetesan air tersebut. Hal ini menyebabkan berkurangnya jumlah
asam karbonat, yang artinya kemampuan melarutkan kalsit menjadi berkurang. Akibatnya air
tersebut menjadi jenuh kalsit (CaCO3) dan kemudian mengendap. Berikut ini adalah reaksi kimia
pada proses pelarutan batu gamping:

CaCO3 + CO2 + H2O = Ca2 + 2HCO3


Berbagai ornamen gua yang sering di jumpai (gambar 9 dan 10):
Stalaktit (stalactite )
Terbentuk dari tetesan air dari atap gua yang mengandung kalsium karbonat (CaCO3 ) yang
mengkristal, dari tiap tetes air akan menambah tebal endapan yang membentuk kerucut
menggantung dilangit-langit gua.
Stalakmit (stalacmite )
Merupakan pasangan dari stalaktit, yang tumbuh di lantai gua karena hasil tetesan air dari
atas langit-langit gua.
Tiang (Column )
Merupakan hasil pertemuan endapan antara stalaktit dan stalakmit yang akhirnya
membentuk tiang yang menghubungkan stalaktit dan stalakmit menjadi satu. Irisan geoode
memperlihatkan lingkaran-lingkaran pertumbuhan mineral kuarsa hasil pengendapan air
tanah dalam sebuah rongga batuan :

Gambar 1.9. Bentuk Stalaktit, Stalakmit dan Tiang

9
Tirai (drapery)
Tirai (drapery) terbentuk dari air yang menetes melalui bidang rekahan yang memanjang
pada langit-langit yang miring hingga membentuk endapan cantik yang berbentuk lembaran
tipis vertikal.
Teras Travertin
Teras Travertin merupakan kolam air di dasar gua yang mengalir dari satu lantai tinggi ke
lantai yang lebih rendah, dan ketika mereka menguap, kalsium karbonat diendapkan di lantai
gua.
Geode
Batu permata yang terbentuk dari pembentukan rongga oleh aktifitas pelarutan airtanah.
Kemudian dalam kondisi yang berbeda terjadi pengendapan material mineral (kuarsa, kalsit
dan fluorit) yang dibawa oleh air`tanah pada bagian dinding rongga.

Gambar 1.10. Bentuk Tirai, Teras dan Geode

Daerah karst di Indonesia

Kawasan karst di Indonesia mencakup luas sekitar 15,4 juta hektare dan tersebar hampir
di seluruh Indonesia. Perkiraan umur dimulai sejak 470 juta tahun lalu sampai yang terbaru
sekitar 700.000 tahun. Keberadaan kawasan ini menunjukkan bahwa pulau-pulau Indonesia
banyak yang pernah menjadi dasar laut, namun kemudian terangkat dan mengalami pengerasan.
Wilayah karst biasanya berbukit-bukit dengan banyak gua. Tipe Kars di Indonesia ada 3 yaitu:
a). Tipe Menara, b). Tipe Kerucut, c). Tipe Kokpit:

Berikut adalah wilayah karst di Indonesia :

 Gunung Leuser (Aceh)


 Perbukitan Bohorok (Sumut)
 Payakumbuh (Sumbar)
 Bukit Barisan, mencakup Baturaja (Kabupaten Ogan Kombering Ulu)
 Sukabumi selatan (Jabar)
 Gombong, Kebumen (Jawa Tengah)
10
 Pegunungan Kapur Utara, mencakup daerah Kudus, Pati, Grobogan, Blora dan Rembang
Jawa Tengah)
 Pegunungan Kendeng, Jawa Timur
 Pegunungan Sewu, yang membentang dari Kabupaten Bantul di barat hingga Kabupaten
Tulungagung di timur.
 Sistem perbukitan Blambangan, Jawa Timur
 Perbukitan di bagian barat Pulau Flores, tempat lokasi banyak gua, salah satu di antaranya
adalah Liang Bua (Nusa Temggara Timur, NTT)
 Perbukitan karst Sumba (NTT)
 Pegunungan karst Timor Barat (NTT)
 Pegunungan Schwaner (Kalbar)
 Kawasan Pegunungan Sangkulirang - Tanjung Mangkaliat seluas 293.747,84 hektare,
memiliki gua-gua dengan lukisan dinding manusia purba (Kalimantan Timur)
 Perbukitan Maros Pangkajene, terletak di Kabupaten Maros dan Kabupaten Pangkep
Sulawesi Selatan, seluas 4.500 hektare dan beberapa di antara gua-gua yang ada memiliki
lukisan purba
 Kawasan karst Wowolesea, memiliki sistem air asin hangat (Sulawesi Tenggara)
 Pulau Muna
 Kepulauan Tukangbesi
 Pulau Seram (Maluku)
 Pulau Halmahera (Maluku Utara)
 Kawasan karst Fakfak (Papua Barat)
 Pulau-pulau Biak dan Pegunungan Tengah dan Pegunungan Lorentz (Papua)

Kawasan Pegunungan Sewu, Pegunungan Maros, dan Pegunungan Lorentz telah diusulkan ke
UNESCO untuk menjadi Kawasan Warisan Dunia.

Pegunungan Sewu

Pegunungan Sewu adalah nama untuk deretan pegunungan yang terbentang memanjang di
sepanjang pantai selatan Daerah Istimewa Yogyakarta, Kabupaten Wonogiri (Jawa Tengah)
bertipe Kerucut, hingga Kabupaten Tulungagung (Jawa Timur) di Pulau Jawa. Tipe ini hadir
berupa kawasan kars yang luas dan dicirikan bukit gamping berbentuk kerucut (konical) dan kubah
yang jumlahnya ribuan (gambar 11). Selain itu di dapati adanya lembah dolin dan polje diantara
bukit-bukit tersebut. Di dalam dolin didapati adanya terrarosa yang menahan air sehingga tidak
bocor ke dalam tanah. Terrarosa juga digunakan untuk lahan pertanian. Sungai-sungai yang
mengalir masuk kebawah permukaan tanah melalui mulut-mulut gua maupun dari sink yang ada.
Sungai-sungai yang mengalir di bawah tanah akan bergabung membentuk sistem besar. Arah
aliran sungai umumnya dikendalikan oleh struktur geologi. Tipe ini berkembang di sepanjang jalur
pegunungan selatan dari Jawa Timur hingga Yogyakarta. Deretan pegunungan Sewu terbentuk

11
karena pengangkatan dasar laut ribuan tahun silam. Batuan kapur menjadi ciri khas pegunungan
ini. Pegunungan ini memiliki bentang alam kawasan karst yang sangat unik, hal tersebut dicirikan
dengan adanya fenomena di permukaan (eksokarst) dan bawah permukaan (endokarst). Fenomena
permukaan meliputi bentukan positif, seperti perbukitan karst yang jumlahnya ± 40.000 bukit yang
berbentuk kerucut. Bentukan negatifnya berupa lembah-lembah karst dan telaga karst. Fenomena
bawah permukaan meliputi goa-goa karst yang berjumlah tidak kurang dari 119 goa yang memiliki
stalaktit dan stalakmit, dan semua aliran sungai bawah tanah. Karena keunikan ekosistemnya,
maka tahun 1993 International Union of Speleology mengusulkan agar Kawasan Karst
Pegunungan Sewu masuk ke dalam salah satu warisan alam dunia.

Gambar 1.11. Tipe Karst pegunungan Seribu dan potensi sumber daya alamnya.

Potensi Kawasan Karst


Kawasan karst merupakan bentang alam yang unik dan langka. Karena terbentuk dengan proses
yang berlangsung lama dan hanya di jumpai pada daerah-daerah tertentu, sudah barang tentu
kawasan karst menjadi obyek eksplorasi dan eksploitasi manusia yang tidak pernah merasa puas.
Secara umum kawasan karst mempunyai berbagai potensi yang bermanfaat antara lain :

- Potensi Ekonomi
Semakin meroketnya jumlah penduduk tak ayal lagi membuat manusia berusaha untuk bertahan
hidup. Gua yang umumnya di jumpai dikawasan karst sudah lama dijadikan manusia sebagai
hunian. Selain sebagai hunian, kawasan karst juga tempat untuk pertanian/peternakan, perkebunan,
kehutanan, penambangan batu gamping, penambangan guano (kotoran kelelawar), penyediaan air
bersih, air irigasi dan perikanan, serta kepariwisataan. Salah satu pemanfaatan yang merugikan
adalah penambangan batu gamping. Dengan menggunakan bahan peledak akan menganggu hewan
didalamnya (kelelawar, burung walet). Pemanfaatan yang baik untuk kelestarian kawasan karst

12
adalah pariwisata yang selalu berusaha untuk mempertahankan keaslian dan keunikan kawasan
karst tersebut.

- Potensi Sosial
Nilai sosial-budaya kawasan karst selain menjadi tempat tinggal juga mempunyai nilai
spiritual/religius, estitika, rekreasional dan pendidikan. Banyak tempat di kawasan karst yang
digunakan untuk kegiatan spiritual/religius. Banyak aspek hubungan antara manusia dikaitkan
dengan hal-hal yang bersifat spiritual khususnya dengan keyakinan masyarakat dengan fenomena
alam di sekitarnya seperti halnya gua. Hubungan antara manusia dan alam disekitarnya pada
dasarnya akan memberikan pelajaran kepada manusia bagaimana melestarikan alam dan dekat
dengan Sang Penciptanya.

- Potensi Ilmu Pengetahuan


Kawasan karst dapat menjadi obyek kajian yang menarik bagi berbagai disiplin ilmu antara lain:
geologi, geomorfologi, hidrologi, biologi, arkeologi dan karstologi. Masing-masing disiplin ilmu
tersebut mempunyai ketertarikan terhadap kawasan karst karena kandungan fenomenanya sangat
berbeda dengan kawasan lain di permukaan bumi ini. Fenomena abiotik, biotik di atas permukaan
dan di bawah permukaan kawasan karst masih belum banyak yang terungkap. Kawasan karst
masih mengandung berbagai tantangan ilmiah dari berbagai sudut ilmu pengetahuan.

13
HARI KE-2

Lokasi 4

Lokasi 4 berada di sungai yang terletak pada koordinat 110o10’56” BT dan 7o46’11.2”
LS. Sketsa lokasi dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1.12 Lokasi pengamatan

Pada lokasi 4 terdapat batuan breksi andesitik. Batuan breksi tersebut memiliki ukuran fragmen
yang bervariasi dari 2-50cm. Terlihat adanya pola dimana ukuran fragmen semakin kecil ke arah
selatan. Hal ini mengindikasikan energi pengendapan yang semakin kecil ke arah selatan. Hingga
pada akhirnya tidak lagi dijumpai fragmen batuan beku. Pada sisi selatan daerah penelitian hanya
dijumpai batuan karbonatan yang. Hal ini diketahui karena batuan tersebut bereaksi (Ngejos) oleh
larutan CaCo3 . Pada sisi sebelah selatan jembatan batuan breksi memiliki struktur matriks
supported dimana fragmen pada batuan ini dipisahkan oleh adanya matriks. Berbeda dengan
struktur batuan breksi yang berada di bagian utara jembatan. Struktur batuan ini adalah fragmen
supported dimana fragmen-fragmen pada batuan ini saling bersinggungan. Matriks mengisi ruang
di sela-sela fragmen.

14
Lokasi 5 (Tambang Rakyat)

Lokasi 5 merupakan tambang emas yang berada di daerah Kulon Progo. Tambang tersebut dikelola
oleh masyarakat sekitar. Masarakat membuat sumur-sumur galian untuk mencari endapan emas
tersebut (Gambar 1.13)

Gambar 1.13 Sumur galian tambang

Endapan emas pada lokasi ini termasuk dalam endapan epitermal. Endapan epitermal didefinisikan
sebagai salah satu endapan dari sistem hidrotermal yang terbentuk pada kedalaman dangkal yang
umumnya pada busur vulkanik yang dekat dengan permukaan (Simmons et al, 2005 dalam
Sibarani, 2008). Penggolongan tersebut berdasarkan temperatur (T), tekanan (P) dan kondisi
geologi yang dicirikan oleh kandungan mineralnya. Secara lebih detailnya endapan epitermal
terbentuk pada kedalaman dangkal hingga 1000 meter dibawah permukaan dengan temperatur
relatif rendah (50-200)0C dengan tekanan tidak lebih dari 100 atm dari cairan meteorik dominan
yang agak asin (Pirajno, 1992).

Tekstur penggantian (replacement) pada mineral tidak menjadi ciri khas karena jarang terjadi.
Tekstur yang banyak dijumpai adalah berlapis (banded) atau berupa fissure vein. Sedangkan
struktur khasnya adalah berupa struktur pembungkusan (cockade structure). Asosiasi pada
endapan ini berupa mineral emas (Au) dan perak (Ag) dengan mineral penyertanya berupa mineral
kalsit, mineral zeolit dan mineral kwarsa. Dua tipe utama dari endapan ini adalah low sulphidation
15
dan high sulphidation yang dibedakan terutama berdasarkan pada sifat kimia fluidanya dan
berdasarkan pada alterasi dan mineraloginya.

Endapan epithermal umumnya ditemukan sebagai sebuah pipe-seperti zona dimana batuan
mengalami breksiasi dan teralterasi atau terubah tingkat tinggi. Veins juga ditemukan, khususnya
sepanjang zona patahan., namun mineralisasi vein mempunyai tipe tidak menerus (discontinuous).

Pada daerah volcanic, sistem epithermal sangat umum ditemui dan seringkali mencapai
permukaan, terutama ketika fluida hydrothermal muncul (erupt) sebagai geyser dan fumaroles.
Banyak endapan mineral epithermal tua menampilkan fossil ‘roots’ dari sistem fumaroles kuno.
Karena mineral-mineral tersebut berada dekat permukaan, proses erosi sering mencabutnya secara
cepat, hal inilah mengapa endapan mineral epithermal tua relatif tidak umum secara global.
Kebanyakan dari endapan mineral epithemal berumur Mesozoic atau lebih muda.

Mineralisasi epitermal memiliki sejumlah fitur umum seperti hadirnya kalsedonik quartz, kalsit,
dan breksi hidrotermal. Selain itu, asosiasi elemen juga merupakan salah satu ciri dari endapan
epitermal, yaitu dengan elemen bijih seperti Au, Ag, As, Sb, Hg, Tl, Te, Pb, Zn, dan Cu. Tekstur
bijih yang dihasilkan oleh endapan epitermal termasuk tipe pengisian ruang terbuka (karakteristik
dari lingkungan yang bertekanan rendah), krustifikasi, colloform banding dan struktur sisir.
Endapan yang terbentuk dekat permukaan sekitar 1,5 km dibawah permukaan ini juga memiliki
tipe berupa tipe vein, stockwork dan diseminasi.

Dua tipe utama dari endapan ini adalah low sulphidation dan high sulphidation yang dibedakan
terutama berdasarkan pada sifat kimia fluidanya dan berdasarkan pada alterasi dan mineraloginya
(Hedenquist et al., 1996:2000 dalam Chandra,2009).

Dibawah ini digambarkan ciri-ciri umum endapan epitermal (Lingren, 1933 dalam
Sibarani,2008)):

 Suhu relatif rendah (50-250°C) dengan salinitas bervariasi antara 0-5 wt.%

 Terbentuk pada kedalaman dangkal (~1 km)

 Pembentukan endapan epitermal terjadi pada batuan sedimen atau batuan beku, terutama yang
berasosiasi dengan batuan intrusiv dekat permukaan atau ekstrusif, biasanya disertai oleh sesar
turun dan kekar.

 Zona bijih berupa urat-urat yang simpel, beberapa tidak beraturan dengan pembentukan
kantong-kantong bijih, seringkali terdapat pada pipa dan stockwork. Jarang terbentuk
sepanjang permukaan lapisan, dan sedikit kenampakan replacement (penggantian).

 Logam mulia terdiri dari Pb, Zn, Au, Ag, Hg, Sb, Cu, Se, Bi, U

16
 Mineral bijih berupa Native Au, Ag, elektrum, Cu, Bi, Pirit, markasit, sfalerit, galena,
kalkopirit, Cinnabar, jamesonite, stibnite, realgar, orpiment, ruby silvers, argentite, selenides,
tellurides.

 Mineral penyerta adalah kuarsa, chert, kalsedon, ametis, serisit, klorit rendah-Fe, epidot,
karbonat, fluorit, barite, adularia, alunit, dickite, rhodochrosite, zeolit

 Ubahan batuan samping terdiri dari chertification (silisifikasi), kaolinisasi, piritisasi,


dolomitisasi, kloritisasi

 Tekstur dan struktur yang terbentuk adalah Crustification (banding) yang sangat umum, sering
sebagai fine banding, vugs, urat terbreksikan.

 Karakteristik umum dari endapan epitermal (Simmons et al, 2005 dalam Sibarani, 2008)
adalah:

 Jenis air berupa air meteorik dengan sedikit air magmatik

 Endapan epitermal mengandung mineral bijih epigenetic yang pada umumnya memiliki
batuan induk berupa batuan vulkanik.

 Tubuh bijih memiliki bentuk yang bervariasi yang disebabkan oleh kontrol dan litologi
dimana biasanya merefleksikan kondisi paleo-permeability pada kedalaman yang dangkal dari
sistem hidrotermal.

 Sebagian besar tubuh bijih terdapat berupa sistem urat dengan dip yang terjal yang terbentuk
sepanjang zona regangan. Beberapa diantaranya terdapat bidang sesar utama, tetapi biasanya
pada sesar-sesar minor.

 Pada suatu jaringan sesar dan kekar akan terbentuk bijih pada urat.

 Mineral gangue yang utama adalah kuarsa sehingga menyebabkan bijih keras dan realtif tahan
terhadap pelapukan.

 Kandungan sulfida pada urat relatif sedikit (<1 s/d 20%).

17
Setelah batuan yang mengandung emas ditambang, langkah selanjutnya adalah mengolah
batuan tersebut untuk memisahkan antara emas dan batuan pembawanya. Untuk memisahkan emas
tersebut batuan terlebih dahulu dihancurkan dengan menggunakan mesin pada gambar 1.14. Mesin
tersebut berfungsi menghaluskan batuan sehingga emas terlepas dari batuan pembawanya. Setelah
batuan tersebut cukup hancur, selanjutnya pada wadah alat tersebut dimasukkan merkuri sehingga.
Penambahan merkuri tersebut dimaksudkan untuk mengikat emas yang terkandung dalam batuan
tersebut.

Gambar 1.14 Alat untuk memisahkan emas dengan batuan pembawanya

18

Anda mungkin juga menyukai