Anda di halaman 1dari 7

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

JURUSAN SAINS

LAPORAN PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK

DAN SEDIMENTOLOGI

WAKTU : SABTU, 1 DESEMBER 2018

PRAKTIKAN : YOLA WULANDA MASRI (12117079)

KELOMPOK : 4

ASISTEN : FALAH FADJARIANSYAH KUSUMA KAUTSAR (12115031)

DOSEN : LUHUT PERDAMEAN SIRINGORINGO, S.T., M.T.

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

2018
STOP SITE 1

DELTA TELUK BETUNG

Pada stop site 1 daerah yang ditemui adalah daerah delta. Berlokasi di wilayah Teluk
Betung. Disebut delta karena pada daerah tersebut terdapat sungai yang bermuara langsung ke laut
atau pantai. Pada daerah x1 diketahui bahwa disana didominasi oleh pasir. Karena didominasi oleh
air laut maka materialnya lebih kasar dibandingkan material dominasi arus sungai.

Pada daerah x2 didominasi oleh campuran lempung dan pasir. Sedangkan pada daerah x3
merupakan daerah yang didominasi oleh lempung. Hal ini disebabkan wilayahnya lebih dekat
dengan sungai.

Pada daerah x4 kami melakukan penggalian untuk melihat perlapisannya. Dimana dapat
diketahui bahwa pada bagian atas dijumpai pasir halus sekitar 5 cm, selanjutnya pasir kasar 3 cm,
lalu dijumpai lagi pasir halus dengan tinggi lapisan 20 cm, dan terakhir dijumpai pasir yang
didominasi oleh kerang dan cangkang.

Terjadinya perlapisan yang berbeda disebabkan oleh berbagai faktor. Pada lapisan yang
mengandung cangkang. Dahulunya merupakan daerah yang selalu dialiri air laut. Lama kelamaan
air laut tersebut surut dan mengalami pengeringan sehingga menyebabkan cangkang tersebut
tertinggal di sana. Karena terjadinya pasang surut yang berkelanjutan. Maka daerah yang berisi
cangkang juga ditimpa oleh lapisan yang baru yaitu pasir halus. Pengendapan yang terjadi
berlangsung lama, diketahui dari tingginya lapisan pasir halus yaitu sekitar 20 cm. Selanjutnya
dijumpai pasir kasar. Mengapa pasir kasar? Karena pasir tersebut merupakan pasir yang dibawa
dari aliran sungai yang terendapakan di daerah tersebut. Selanjutnya juga terjadi pasang surut,
maka air laut akan membawa pasir lagi ke arah daratan dan ketika air tersebut surut maka dia hanya
meninggalkan material pasir-pasir halus. Dapat diketahui dari sini bahwa lapisan pada daerah delta
dipengaruhi oleh arus yang bekerja pada lingkungan tersebut.

STOP SITE 2

BUKIT KUNYIT

Posisi : LS 5° 24’ 45” – BT 105° 15’ 38”

Waktu : 11.00 WIB

Stop site 2 berlokasi di Bukit Kunyit Teluk Betung. Pada wilayah ini terdapat bukit yang
memliki perlapisan graded bedding. Dapat dilihat dari perlapisan yang menunjukkan perbedaan
warna antara warna coklat dan krem secara berkelanjutan. Jenis batuan yang terdapat pada bukit
ini adalah sedimen piroklastik. Batuan ini adalah batuan welded tuff. Dinamakan demikian karena
batuan ini merupakan batuan piroklastik yang harusnya terdiri dari tekstur yang mudah hancur.
Pada bukit ini berbeda, karena batuan piroklastiknya merupakan pemadatan yang diakibatkan oleh
suhu yang tinggi seperti proses pengelasan. Akan tetapi semakin ke bawah dari bukit tersebut
tekstur dari batuan semakin rapuh. Diakibatkan oleh kurang matangnya pemadatan yang terjadi
pada batuan. Dan batuan yang berada pada bagian bawah juga rapuh disebabkan pengaruh dari
serapan air terus menerus yang menyebabkan pelapukan pada batuan. Batuan memiliki ukuran
butir sekitar 1/256 mm dengan kebundaran baik (well sorted) serta memiliki kemas tertutup. Batuan
ini memiliki semen silika.

Pada bukit kunyit ini terdapat berbagai kenampakan struktur geologi seperti terdapat kekar
tektonik yaitu kekar gerus. Dapat dilihat dari bentuk batuannya. Pada bagian belakang bukit juga
terdapat berbagai macam singkapan. Seperti terdapatnya kekar. Pada setiap bagian kekar juga
dibatasi oleh zona tegasan.

Berdasarkan kondisi dan morfologi batuan sekitar. Potensi bencana yang terjadi yaitu
longsor. Longsor tersebut disebabkan oleh runtuhan dari batuan. Dimana batuan tersebut
merupakan batuan piroklastik yang mengalami pelapukan. Dilihat dari bentuk perlapisannya.
Batuan tersebut kompak dibagian bawah akan tetapi batuan yang bagian bawah mudah tergerus
diakibatkan kurang matangnya batuan. Sedangkan pada bagian atas, batuan terlihat rapuh.
Sehingga batuan memiliki potensi yang besar untuk terjadinya longsor.

STOP SITE 3

BUKIT PANJANG

Stop site 3 berlokasi di Bukit Panjang. Singkapan pada Bukit Panjang merupakan singkapan
batuan basalt. Batuan basalt merupakan batuan beku yang terbentuk dari proses pembekuan
magma. Namun batuan basalt pada lokasi ini banyak yang sudah mnegalami pelapukan.
Pada sebelah kiri dapat diketahui bahwa batuan tersebut telah mengalami pelapukan.
Batuan tersebut merupakan batuan basalt yang telah mengalai pelapukan. Sehingga menyebabkan
batuan bentuknya hancur dan tidak kompak. Batuan yang hancur tersebut disebabkan pelapukan
atau persebaran tektonik atau lebih dikenal pergeseran gaya internal atau endogen pada batuan.
Gaya tersebut memberikan tekanan sehingga menyebabkan batuan hancur.

Selanjutnya terdapat sesar yang dibatasi oleh zona tegasan. Pada bagian tersebut merupakan
sesar dapat diketahui dari batuannya yang semakin hancur yang berada pada zona lemah.
Dipastikan itu sesar karena batuan yang ditemukan adalah batuan breksi klastik.

Selanjutnya pada bagian yang bukit yang di tengah menunjukkan peristiwa alterasi. Secara
sekilas seperti peristiwa intruksi magma. Akan tetapi pada bagian ini merupakan peristiwa alterasi
karena telah terjadinya perubahan komposisi mineralogi batuan. Pada peristiwa alterasi magma
mineral awalnya batuan beku telah berubah menjadi mineral lempung karena adanya pengaruh
suhu dan tekanan yang tinggi dari peristiwa interaksi fluida panas.

STOP SITE 4

AIR TERJUN PANJANG

Stop site 4 berlokasi di air terjun Panjang. Pada stop site ini banyak yang bisa diamati.
Lokasi pertamanya merupakan bukit batuan. Bukit tersebut merupakan zona alterasi. Dapat
diketahui dari bentuknya seperti hasil peristiwa intruksi magma. Akan tetapi terdapat perbedaan
kandungan mineral yang telah berubah. Serta pada bukit ini juga terdapat mineral yang tumbuh.
Pada bukit ini juga terdapat perbedaan bentuk besar butir nya. Setiap perbedaan nya terdapat zona
tegasan.

Selanjutnya singkapan pada air terjun. Pada lokasi ini terdapat air terjun. Dimana air terjun
menunjukkan bahwasanya dahulu terdapat aliran sungai dibagian atas. Kemudian pada daerah
aliran sungai terbentuk rekahan. Rekahan tersebut diisi oleh aliran air sungai tersebut. Sehingga
saat diujung rekahan tersebut terbentuklah air terjun.

Batuan yang terdapat pada air terjun adalah batuan rijang. Hal ini menunjukkan bahwa
dahulunya daerah ini pernah dialiri oleh laut. Serta pada permukaan batuan rijang terdapat urat
(vein) yang diisi oleh mineral karbonat. Urat pada batuan ini menunjukkan indikasi bahwa dahulu
terdapat rekahan pada batuan tersebut. Kemudian rekahan tersebut diisi oleh mineral karbonat.
Munculnya mineral karbonat bisa disebabkan dari bawah permukaan bumi atau dari atas
permukaan bumi. Munculnya dari permukaan bumi yaitu dari dalam permukaan terdapat
kandungan mineral karbonat. Jadi ketika terdapat rekahan, maka mineral tersebut akan keluar dari
bawah permukaan. Sedangkan apabila mineral karbonat berasal dari luar permukaan, berarti
terdapat mineral yang perlahan lahan memasuki bidang rekahan tersebut. Jadi ketika rekahan
tersebut lama kelamaan menutup. Maka terbentuklah urat pada batuan tersebut. Dimana antara urat
dan batuan terdapat perbedaan komposisi. Pada batuan bersifat silica. Sedangkan pada urat bersifat
karbonat.
Selanjutnya adalah penampakan horizon pada air terjun. Pada singkapan ini hanya terdapat
dua lapisan yaitu horizon O dan horizon D atau R. Hal ini dapat dilihat dari singkapan. Pada lapisan
paling atas merupakan horizon O, dimana lapisan terdiri dari berbagai material organic seperti sisa
dedaunan. Pada lapisan ini juga menunjukkan tanah humus dimana tumbuhan dapat tumbuh di
atasnya.

Pada singkapan ini setelah horizon O langsung ke horizon D atau R. Karena setelah horizon
yang mengandung humus tidak terdapat tanah lagi melainkan langsung bertemu dengan batuan
yangs sangat padat, pejal, dan belum mengalami pelapukan. Dapat dilihat dari bentuk
singkapannya, setelah humus langsung bertemu dengan batu yang berbentuk lapisan dengan tekstur
yang padat dengan warna gelap (basalt), selanjutnya menjadi lapisan batuan yang berukuran lebih
besar. Akan tetapi masih dalam batuan yang sama. Selanjutnya pada bagian bawah merupakan
lapisan dengan ukuran yang lebih kecil tetapi memiliki keseragaman yang lebih rapat.

Anda mungkin juga menyukai