Anda di halaman 1dari 19

MATERI DIVISI ORAD

I. Pendahuluan

Olah Raga Arus Deras (ORAD) atau lebih dikenal dengan sebutan Arung Jeram dapat
dikategorikan sebagai olah raga petualangan, karena tidak saja mengandung unsur olahraga,
tetapi juga petualangan dengan berbagai resikonya. Tak ada persyaratan khusus untuk mengikuti
kegiatan ini, karena hampir semua orang dapat mencobanya. Mulai dari anak-anak, remaja
sampai dewasa, bahkan orang tua yang berumur 60 tahun sekalipun.

1. Sejarah Arung Jeram Dunia

Mayor John Wesley Powell seorang tentara Amerika disebut sebagai Bapak Arung Jeram Dunia.
Ia memperkenalkan arung jeram pertama kali dengan menyusuri sungai Colorado sejauh 250 mil
yang melintasi gugusan tebing raksasa, yang kemudian diberi nama Grand Canyon.

Pengarungan sungai telah sejak dulu dilakukan oleh manusia. Pengarungan ini dilakukan dengan
menggunakan batang-batang kayu yang dirangkai menjadi rakit dan digunakan sebagai alat
transportasi. Suku Indian di Canada telah memulai perkembangannnya. Lalu orang-orang Carib
Indian mengembangkannya dan menamakan Progue. Sedangkan orang primitif menyebutnya
dengan Out Canoe yang kemudian dikembangkan menjadi Bark Out Canoe. Perahu ini dibuat
dari tempelan papan kayu oleh orang Indian Amerika Utara. Sedangkan orang Eskimo
menciptakan Skin Corveal Craft, yaitu perahu yang dilapisi kulit binatang yang tidak tembus air.

Pada abad 19 seorang boyscout bernama Mc greegor membuat kendaraan air ini untuk rekreasi
dan olag raga air. Seiring dengan perkembangan zaman, maka meterial perahu pun berkembang
dan mulai beralih ke plastik, alumunium,fibberglass, dan karet.

Setelah Perang Dunia II selesai, perahu bekas Angkatan Laut Amerika mulai digunakan oleh
para petualang untuk mengarungi sungai. Arung jeram ini dilakukan dengan perahu bulat yang
disebut dengan Basket Boat, karena bentuknya mirip keranjang.

2. Sejarah Arung Jeram Indonesia


Negara kita yang sebagian besar terdiri dari air, maka tidaklah mengherankan jika sejak dulu
kala bangsa kita telah mengenal pengarungan sungai. Misalnya suku Dayak yang mengarungi
sungai Mahakam atau Kapuas dengan perahu Bidak yang terbuat dari batang pohon yang
dilubangi. Juga suku-suku pedalaman di Irian/Papua yang hidup di sungai Membramo.

Di Indonesia tahun 1970 dikenal “Olah Raga Arus Deras” (ORAD) yang dipelopori oleh
Wanadri (Mapala UI). Olah raga ini akhirnya menjadi hoby anak-anak pecinta alam dan pertama
kali di luncurkan sebagai lomba di Citarum Rally. Selang berganti waktu olah raga tersebut
berubah namanya menjadi “Arung Jeram”. Di Yogyakarta yang pertama kali melakukan kegiatan
arung jeram adalah anak-anak dari Palapsi (Mapala Psikologi UGM), yang beraksi di Progo
Bawah.

Pada tanggal 29 Maret 1996 berdiri Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI) yang dibidani oleh
30 klub arung jeram.

II . Pengenalan Alat-alat Arung Jeram

Perlengkapan merupakan salah satu persyaratan dalam kegiatan berarung jeram. Berikut ini
diuraikan beberapa peralatan yang umum digunakan :

1. Perahu Karet

Ukuran Perahu karet sangat bervariasi, dari 8 kaki. Yang biasanya dipergunakan untuk berarung
jeram antara 12 – 18 kaki, tergantung dari sungai yang akan diarungi.

Jenis-jenis perahu karet :

a) LCR (Landing Craft Rubber)

b) OVAL

Perahu dengan rancangan bagian buritan dan haluan dibuat agak mencuat agar air tidak mudah
masuk dan mampu menjaga kestabilan perahu ketika melewati jeram besar. Perahu dibagi atas
dua golongan yaitu:
a) Non self Bailing Floor

Perahu ini tidak dilengkapi dengan lubang-lubang pembuangan air, sehingga air yang masuk
kedalam perahu, karena itu perahu jenis ini harus dilengkapi dengan ember/gayung untuk
membuang air.

b) Self Bailing Floor

Perahu jenis ini adalah perahu jenis terbaru. Perahu jenis ini dilengkapi dengan lantai yang
dipompa dan lubang pembuangan air. Air yang masuk kedalam perahu otomatis akan keluar
dengan sendirinya.

Bagian-bagian yang terdapat pada perahu:


1. Bow and Stern (Haluan dan Buritan) (Bagian depan dan belakang)
2. Chamber atau biasa disebut Tube (Tabung) (Body yang diisi udara)
3. Floor (Lantai, juga diisi udara)
4. Thwart (Menggagalkan) (Penampang yang juga diisi udara)
5. Boat line (Tali Kapal) (Yang berada disepanjang body kapal)
6. D-Ring (Cincin Kait)
7. Handling Grip (Pegangan Penanganan)
8. Bilge Hole (self bailing) (Lubang)
9. Valve (Katup)

2. Dayung

Dayung sebagai alat kayuh pada olahraga arung jeram sedapat mungkin dibuat dari bahan yang
kuat tetapi ringan. Ada beberapa jenis dayung yang biasa digunakan untuk berarung jeram :

a) Dayung kayu

Dayung ini lebih berat dan kekuatannya kurang dibandingkan dengan dayung yang dibuat dari
bahan lain.

b)Dayung Fiberglass
Dayung ini cukup ringan tetapi mudah pecah dan pecahannya sangat tajam, bisa melukai
pemakainya.

c)Dayung Alumunium dan Plastik

Dayung ini cukup ringan, mudah terapung, lebih kuat dari dayung lainnya. Dayung jenis ini yang
lebih banyak dipakai berarung eram.

Dayung yang dipergunakan oleh awak perahu, panjangnya berkisar antara 4,5 – 6 kaki. Tetapi
umumnya adalah 5 – 5,5 kaki. Sesungguhnya faktor penentu ukuran panjang dayung ada tiga hal,
yaitu : besar badan dan kekuatan awak, diameter tabung perahu dan kelilingnya, sebagai
pendayung awak atau pendayung kemudi/kapten.

Setiap dayung terdiri dari tiga bagian, yaitu:

1) Pegangan, berbentuk huruf “T”, biasa disebut “T grip”.


2) Gagang, terbuat dari bahan alumunium.
3) Blade/bilah, terbuat dari bahan fiber dilapisi serat karbon yang ringan dan kuat. Namun
ada pula yang terbuat dari bahan campuran plastik.

3. Carbiner

Dalam kegiatan Arung Jeram sangat banyak gunanya, bisa dibuat untuk menggantungkan
barang-barang, berguna untuk alat rescue.

4. Pelampung

Ada dua jenis pelampung yang biasa digunakan yaitu pelampung padat dan pelampung tiup.
Jenis pelampung yang baik dan benar untuk berarung jeram adalah pelampung yang sesuai
dengan ukuran postur tubuh, berisi gabus tebal (dapat berfungsi sebagai penahan benturan
terhadap benda keras). Untuk kemungkinan menghadapi keadaan darurat , perlu
dipertimbangkan mengenai penggunaan pelampung dengan tambahan dibagian belakang kepala,
agar kepala tetap terapung tengadah, apabila tidak sadarkan diri.
 Cara pemakaian PFD/Pelampung:
1. Pilihlah PFD yang berwarna cerah. Pastikan tidak ada lubang atau jahitan yang terlepas
pada PFD tersebut, serta strap yang ada dapat dipasang dan dilepas dengan mudah. Bila
bagian perut anda lebih besar dari bagian dada, pilih dan pakailah PFD dengan ukuran
lebih besar.
2. PFD atau pelampung dipakai seperti menggunakan rompi/jaket. Pastikan setiap strap
terpasang dengan benar dan bantalan kepala berada di luar. Atur keeratan tali senyaman
mungkin, sehingga PFD yang anda gunakan tidak terlalu sempit atau longgar.
 Setelah anda selesai memakai PFD, lakukan gerakan berikut:
1. Pada posisi berdiri, putarkan badan anda ke kiri dan kanan. Pastikan PFD yang digunakan
tidak menghambat gerak tubuh anda dan tidak mengalami pergeseran/perubahan posisi.
Ini ditandai dengan letak strap tetap pada satu garis tegak lurus seperti posisi kancing
kemeja. Jika terjadi pegeseran, atur kembali keeratan tali pada setiap strap. Jangan malu
dan ragu untuk minta skipper/rekan membantu mengatur keeratan tali strap ini.
2. Pada posisi duduk kedua kaki diluruskan kedepan; putarkan badan anda ke kiri dan kanan
lalu lakukan gerakan membungkuk. Pastikan PFD yang digunakan tidak menghambat
gerak tubuh anda. Jika terjadi pegeseran, atur kembali keeratan setiap strap yang ada.
3. Masih dalam posisi duduk dan kedua kaki diluruskan ke depan, minta bantuan
skipper/rekan untuk menarik/mengangkat pelampung yang anda gunakan pada bagian
bahu dari arah belakang. Pastikan saat pelampung dan tubuh anda ditarik/diangkat, posisi
bahu pelampung tidak melebihi batas telinga anda. Jika ya, atur kembali keeratan setiap
strap yang ada.

5. Helmet

Helm mutlak digunakan. Tujuannya untuk melindungi kepala dari kemungkinan benturan benda
keras. Helm yang baik harus ringan, tahan air, dan tidak mengganggu pandangan maupun
gerakan. Pilihlah helm sesuai dengan ukuran kepala. Pastikan tidak ada keretakan pada helm
tersebut, serta semua tali dan strap masih dalam kondisi yang baik. Pakailah seperti pemakaian
helm pada umumnya. Atur strap senyaman mungkin, jangan terlalu sempit atau terlalu longgar
agar tidak mengganggu pandangan anda selama pengarungan. Sekali lagi, pastikan strap sudah
terpasang dan pada posisi yang benar.
6.Tali lempar (Throw Rope)

Panjangnya kurang lebih 30 meter. Tali ini digunakan untuk keadaan darurat dan dalam perahu
harus ada satu gulungan tali ini dari jenis kernmantel dinamis.

7. Tali untuk membalikan perahu (Flip Line)

Biasanya dikaitkan disamping perahu. Apabila perahu terbalik maka tali ini dapat digunakan
untuk membalikan perahu ke posisi semula.

8. Pompa

Pompa berguna untuk menjaga bila tabung perahu kempis. Sehingga alat tersebut sebaiknya
dibawa pada saat pengarungan. Selain pompa kaki (foot-pump), terdapat pula pompa yang two
barrel, artinya selain dapat memompa udara kedalam perahu, juga dapat menyedot udara dari
dalam perahu. Tidak disarankan memompa perahu dengan menggunakan kompresor, karena
udara yang keluar dari kompresor adalah udara panas. Hal ini dapat menyebabkan perahu pecah.

9. Peluit

Melakukan komunikasi lewat suara sangatlah sulit karena suara deru jeram sangatlah keras.
Untuk mengatasinya digunakan peluit, yang dibantu abab-aba dengan tangan atau dayung.

10. Dry Bag

Dry bag digunakan untuk menyimpan/membawa barang-barang yang tidak tahan air seperti
makanan, medical kit, dan lain-lain.

11. Perlengkapan P3K

Mutlak harus dibawa. Jenis obatnya dapat disesuaikan dengan kondisi medan dan kebutuhan
selama mengarungi sungai.

12. Prusik
Prusik yang kita bawa sebaiknya berukuran 50 – 60 % dari tali utama yang kita gunakan atau
sekitar 5 – 7 mm. Dengan memakai simpul Double Fisherman ikatlah kedua ujung prusik
menjadi loop (lingkaran). Sangat membantu saat menggunakan sistem C-Rig atau Z-Rig unutk
menarik perahu yang terjebak rintangan di tengah sungai.

13. Pulley

Bisa juga digunakan dengan carabiner untuk mengurangi friksi saat penggunaan tali dengan
menggunakan sistem C-Rig atau Z-Rig sehingga beban menjadi ringan saat di tarik. Diameter
Pulley adalah 2 inchi, berdasarkan bending radius yang paling ideal. Tetapi sebenarnya dengan
ukuran tersebut untuk rescue kit terlalu berat dan kurang efektif, karena itu sekarang terdapat
Pulley dengan material yang sama tetapi berukuran lebih kecil dengan kekuatan 3000 – 5000
pounds.

14. Pisau Saku (Pocket Knives)

Dengan ukuran yang relatif kecil sehingga efisien untuk dibawa, dimasukan ke dalam saku
pelampung. Gunanya banyak sekali selain untuk survival kit. Terdapat dua macam pisau yang
biasa digunakan untuk berarung jeram, yaitu single-blade dan double-blade. Hanya yang perlu
diingat cara menyimpannya agar tidak membahayakan diri sendiri.

15. Survival Kit

Mutlak harus dibawa sebuah kotak yang berisi peralatan survival seperti jenis dan jumlah
obatnya, jarum jahit, benang, cutter atau pisau lipat, P3K, korek api dan senter, dapat disesuaikan
dengan kondisi medan dan kebutuhan selama mengarungi sungai.

16. Repair kit

Ketika kita melakukan pengarungan dengan jarak yang jauh kita sebaiknya membawa repair kit
yang berisi lem perahu/lakban, bahan perahu untuk menambal, amplas, jarum, benang, gunting.

17. Logistik Pengarungan


Tak kalah penting, sebaiknya ketika berarung jeram bawalah makanan ringan dan minuman
untuk cadangan supply energy.

18. Alat pemetaan


Ketika kita melakukan ekspedisi ada baiknya membawa peta dan peralatan nafigasi guna
membantu kita dalam ormed atau scouting.

III. Pengenalan Prosedur Arung Jeram

A. Teknik Berarung Jeram

1. Posisi duduk di perahu

a) Cowboys Style

Posisi mendayung ini dilakukan dengan cara duduk ditabung perahu dan posisi kaki
direnggangkan untuk menjepit tabung yang berfungsi menjaga keseimbangan tubuh diperahu.
Kelemahan duduk di posisi ini adalah kaki yang ada diluar perahu bisa berakibat fatal karena
sebagian anggota tubuh kita berada diluar yang bisa terbentur dengan stopper ataupun tebing
yang ada disekitar sungai tersebut. Maka dari itu cowboy style biasanya diperagakan hanya pada
arus yang tenang.

b) Ladies style

Posisi ini digunakan dimana kedua kaki berada didalam perahu dan biasanya ujung kaki
diselipkan pada tempat yang telah disediakan. Posisi itu sangat nyaman karena jauh dari
benruran batu atau tebing.

2. Teknik mendayung

a) Teknik Oar
Dalam teknik ini pendayung haya satu orang dengan menggunakan dayung tipe oar yang
digunakan berpasangan. Cara ini sangat efisien dalam penggunaan tenaga pendayung, bila
dibandingkan dengan teknik paddle. Teknik ini membutuhkan suatu keterampilan tinggi dalam
membaca arus dan menentukan lintasan yang ada disungai arus deras.

b) Teknik Paddle

Teknik ini dilakukan oleh tiga orang atau lebih tergantung dari kapasitas perahu yang akan
digunakan dalam berarung jeram. Dayung yang digunakan ada dua jenis yaitu paddle berbilah
satu dengan ukuran panjang 150 – 160 cm dan berbilah dua dengan ukuran 162 cm dari kedua
bilah membentuk sudut 90 derajat.

B. Tehnik Dayungan Arung Jeram

Untuk dapat berarung jeram/mengendalikan perahu maka kita wajib menguasai salah satu
tekhnik dasar dalam berarung jeram yaitu tekhnik dayungan. Mendayung dilakukan dengan
tujuan untuk memindahkan perahu dari suatu posisi ke posisi yang lain. Dalam berarung jeram,
dayungan dikomando oleh seorang skipper. Beberapa tekhnik dayungan yang wajib dikuasai jika
kita ingin berarung jeram yaitu:

1. Dayung Maju ( Forward paddle/forward stroke )

Tujuan dari dayung maju ini adalah untuk menggerakkan perahu kearah depan (maju). Caranya
yaitu dengan cara menancapkan dayung didepan kemudian ditarik kebelakang sampai sejajar
dengan pantat. Angkat bilah dayung ulangi ke posisi semula dan seterusnya.

2. Dayung Mundur ( Back Paddle/Back Stroke)


Tujuan dari dayung mundur ini adalah untuk menggerakkan perahu kebelakang ataupun untuk
memperlambat laju perahu. Caranya yaitu kebalikan dari dayung maju yaitu dengan
menancapkan bilah jauh dibelakang posisi badan kita kemudian tarik kedepan sampai posisi awal
dayung maju.
Hal yang perlu diperhatikan dalam mendayung yaitu usahakan jangan hanya menggunkanan
kekuatan tangan akan tetapi dibantu dengan otot perut sehingga dayungan yang dihasilkan akan
lebih kuat.

3. Dayung Tarik ( Kanan )

Tujuan dari dayung tarik ini yaitu untuk menggeser perahu kearah kanan. Dalam berarung jeram
biasanya digunakan untuk menghindari batu ataupun rintangan yang terletak disebelah kiri
perahu sehingga tidak terjadi benturan dengan perahu. Caranya yaitu awak yang terletak
disebelah kanan menancapkan dayung jauh kesamping dan menariknya kearah perahu sedangkan
awak yang terletak disebelah kiri manancapkan dayungnya tegak lurus mendekati lambung
perahu dan ditolak menjauhi perahu. Dalam dayung tarik ini, usahakan posisi dayung tetap tegak
lurus (900) terhadap permukaan air.

4. Dayung Tarik ( kiri )

Dayung tarik (kiri) ini berlawanan dengan dayung kanan tarik. Tujuan dari dayung tarik ini yaitu
untuk menggeser perahu kearah kiri. Caranya yaitu awak yang terletak disebelah kiri
menancapkan dayung jauh kesamping dan menariknya kearah perahu sedangkan awak yang
terletak disebelah kanan manancapkan dayungnya tegak lurus mendekati lambung perahu dan
ditolak menjauhi perahu.

Dayung tarik ( kiri ) ini berlawanan dengan dayung kanan tarik. Tujuan dari dayung tarik ini
yaitu untuk menggeser perahu kearah kiri. Caranya yaitu awak yang terletak disebelah kiri
menancapkan dayung jauh kesamping dan menariknya kearah perahu sedangkan awak yang
terletak disebelah kanan manancapkan dayungnya tegak lurus mendekati lambung perahu dan
ditolak menjauhi perahu.

5. Dayung Pancung ( kanan )

Tujuan dari dayung Pancung Kanan ini yaitu untuk membelokkan perahu kearah kiri. Caranya
yaitu awak dalam perahu yang terletak paling depan, sebelah kanan mengambil dayungan dari
arah depan perahu ditarik kearah samping kanan perahu sedangkan awak yang terletak disebelah
kiri mengambil dayungan dari samping kiri perahu digeser sampai depan perahu.

Dayung pancung ini sering digunakan ketika dalam jeram untuk menghindari batu atau
rintangan yang terletak didepan perahu yang dapat menyebabkan Wrap ( Perahu Tersangkut ).

6. Dayung Pancung ( Kiri )

Dayung Pancung Kiri ini berlawanan dengan Pancung kanan, tujuannya yaitu untuk
membelokkan perahu kearah kanan. Caranya yaitu awak dalam perahu yang terletak paling
depan, sebelah kiri mengambil dayungan dari arah depan perahu ditarik kearah samping kiri
perahu sedangkan awak yang terletak disebelah kanan mengambil dayungan dari samping kanan
perahu digeser sampai depan perahu.

IV. Aba- aba dan komunikasi diatas perahu

Dalam berarung jeram langkah pertama yang dilakukan sebelum melakukan pengarungan adalah
menunjuk seorang trip leader atau kapten. Kapten inilah yang nantinya memberikan aba-aba
kepada awak lainnya. Aba-aba yang diinstruksikan antara lain :

a) .Aba–aba maju digunakan untuk mempercepat laju perahu kedepan dengan cara semua awak
perahu mendayung bersamaan sedangkan skipper tetap mempertahankan sudut arah perahu
ketempat yang akan dituju.

b) Aba–aba kuat digunakan untuk menambah kecepatan maksimal perahu kedepan dengan cara
mendayung dengan seluruh tenaga dan bilah dayung dibuang jauh kedepan lalu ditarik
kebelakang dengan interval waktu yang cepat dan biasanya dikenal dengan dayung pancung

c) Aba–aba kiri mundur digunakan untuk membelokan sudut arah perahu kearah kiri, dengan
cara awak perahu yang duduk disebelah kanan mendayung maju sedangkan awak perahu
disebelahkiri mendayung mundur.
d) Aba–aba kanan mundur digunakan untuk membelokan sudut arah perahu ke arah kanan
dengan cara awak perahu bagian kiri mendayung maju dan awak perahu bagian kanan
mendayung mundur.

e) Aba–aba stop digunakan bukan berarti unutk menghentikan laju perahu melainkan
memberhentikan gerakan mendayung dari awak perahu. Fungsinya untuk mempermudah
pemandu atau skipper unutk melakukan manuver terutama di arus deras atau bermanfaat
mengistirahatkan awak perahu apabila sudah terlihat kelelahan.

f) Aba-aba pindah kiri atau pindah kanan digunakan oleh para pemandu untuk menghindarkan
dari perahu terbalik (flip) atau menempel di batu (wrap). Caranya bila kapten menginstruksikan
untuk pindah kiri maka awak perahu yang disebelah kanan harus pindah ke sebelah kiri perahu
begitu juga sebaliknya. Instruksi ini harus dilakukan dengan gerakan yang cepat karena kalau
terlambat akan menyebabkan perahu terbalik.

Bentuk aba-aba yang singkat

 Maju : Semuanya mendayung kedepan


 Mundur : Semuanya mendayung kebelakang
 Kanan Kuat : Awak bagian kanan mendayung dengan kuat dan awak bagian kiri
mendayung biasa
 Kiri kuat : Kebalikan dari kanan kuat
 Kanan Balik : Arah perahu dibelokan ke kanan, awak bagian kanan mendayung balik, awak
bagian kiri mendayung maju
 Kiri Balik : Kebalikan kanan kuat
 Geser Kanan : Awak bagian kanan mendayung ambil dan awak sebelah kiri mendayung
buang
 Geser Kiri : Kebalikan dari geser kanan
 Berhenti : Semua awak berhenti mendayung dan kemudian dipegang oleh kapten/dua orang
yang ada di belakang
4. Padlle Manuver

Dasar utama melakukan paddle manuver yaitu dengan ferrying. Caranya arahkan sudut perahu
kesebelah kiri atau kesebelah kanan dengan membentuk sudut 45 derajat arah arus lalu diikuti
oleh awak perahu dengan mendayung kedepan secara bersamaan atau disebut juga ferrying 45
yang fungsinya menghindari stopper atau batu dijeram.

Ada dua jenis padlle manuver, yaitu :

a) Up Stream Ferrying artinya gerakan laju perahu kehulu sungai.

b) Down Stream Ferrying artinya gerakan perahu menuju hilir sungai. Pada intinya sama
dengan Up Stream namun bedanya ini menuju ke hilir.

5. Scouting

Adalah pengamatan awal sebelum mengarungi riam.Scouting dilakukan dengan dua cara
yaitu scouting darat dan scouting diatas perahu.

a) Scouting darat

Scouting ini didarat dimana perahu kita hentikan terlebih dahulu dan berjalan kaki menyusuri
sungai Sambil mengamati jeram-jeram yang akan dilalui. Scouting ini dilakukan bila riam yang
ada didepan kita tidak terlihat sama sekali karena terhalang oleh batu, belokan atau permukaan
sungai yang tiba-tiba hilang.

b) Scouting diatas perahu

Scouting ini dilakukan diatas perahu tanpa menghentikan laju perahu terlebih
dahulu. Scouting ini digunakan bila seorang kapten ragu untuk mengambil suatu keputusan
dalam memasuki suatu jeram. Scoutingini biasa juga disebut dengan istilah “Read and Run”.

Morfologi Sungai
Arus sungai (main stream) dibagi menjadi tiga bagian yaitu Hulu (Atas), Peralihan, Hilir
(Bawah). Keadaan air pada bagian Hulu biasanya terdapat Air terjun, medannya sempit, curam,
dan tidak safetyuntuk melakukan kegiatan Arung jeram. Pada bagian Peralihan biasanya terdapat
pada Dataran tinggi dan Dataran rendah, sikap waspadalah dan disinilah para pecinta Arung
Jeram beraksi. Pada bagian Hilir, arusnya landai dan medannya luas sehingga kurang bergairah
untuk digunakan dalam Arung Jeram.

Macam-macam arus sungai (Main Stream) :

1. Lidah Air (the tongue) : berbentuk “V”, dan untuk memudahkan bergeraknya perahu maka
pilihlah lidah air yang lebih besar.
2. Standing Wave : membentuk obak, apabila lebih dari 3 meter disebut haystacks dan
tidak safetyuntuk dilewati.
3. Arus Balik (Reverse Stream) : arus berputar ke atas karena perubahan bidang.

Rintangan – rintangan yang harus dikenali :

1. Longsoran / runtuhan, berupa pecahan batu besar dari runtuhan atau longsoran tebing
sungai dan menciptakan lorong lorong di bawah air.
2. Strainer, adalah sesuatu yang berada tidak jauh dari permukaan air. Biasanya terdapat di
lembah yang sempit.Misalnya, pohon tumbang.
3. Undercut, biasanya terdapat pada tebing di kelokan sungai berupa rongga di bawah air.
Orader yang terjebak di dalam undercut ini sangat sulit untuk keluar karena tertahan oleh
arus yang sangat kuat.
4. Entrapman, Terjepitnya kaki di sungai dangkal berarus deras.
5. Tongue (lidah air), merupakan awal dari suatu riam sebagai pecepatan arus yang bertuknya
kalau dilihat dari atas menyerupai huruf V.
6. Standing wave (gelombang tegak), gerakan air yang membentuk barisan gelombang,
dimana gelombang pertama paling besar.
7. Hole, stoper ini terjadi akibat adanya batu besar di dasar sungai yang menghalangi aliran
sungai di bawah permukaan.
8. Stoper (gelombang balik), gelombang yang berputar vertikal atau berbalik ke hulu yang
disebabkan oleh penurunan dasar sungai.
9. Eddies (arus balik), arus sungai yang seakan2 berhenti dan berbalik ke arah hulu sungai.
10. Bend, arus sungai yang keras dan membentur dinding dan pada suatu belokan sebelah luar.
11. Shallows (pendangkalan), aliran sungai yang menjadi lebih cepat dikarenakan adanya
pendangkalan dasar sungai, biasanya ditandai oleh riak2 kecil.
12. Hydraulic : arus air yang turun secara vertikal menyebabkan arus berputar di bawah dan dia
putarannya lebih besar.
13. Back Curling : dasar sungai yang cukup terjal, menyebabkan a rus sungai menjadi sangat
kuat.
14. Bottleneek : penyempitan dinding sungai, dapat menyebabkan arus mengalir lebih cepat.
15. pilou : batuan yang ditutupi air.
16. bolder : batuan yang tampak pada permukaan air tapi lebih kecil dari stopper.

Rafting Self Rescue

I. Self Rescue (Tindakan Penyelamatan Diri)

Dalam rafting atau arung jeram, masalah yang tak ingin di temui adalah terlempar dari perahu
atau harus berenang di derasnya arus sungai. Bila itu semua terjadi, langkah utama adalah
dilarang panik, bagi yang terlempar ke sungai maupun untuk yang masih berada di dalam perahu.
Dan berikut ini tips self rescue dalam kondisi kecelakaan di arus deras dalam arung jeram.

Swimmer
Adalah istilah yang digunakan oleh kalangan boater untuk menyebut orang yang terlempar
keluar dari perahu saat berarung jeram.
Hal pertama yang harus anda lakukan jika mengalami swimmer: Jangan panik!
Mengapa jangan panik? Karena jika terjadi kepanikan, anda tidak akan tahu apa yang harus anda
lakukan untuk tindakan self rescue. Setelah anda dapat mengatasi rasa panik, selanjutnya anda
harus menyadari dan mengetahui situasi di sekeliling anda.

Teknik berenang di arus


a. Defensive swimming position
Adalah berenang mengikui arus dalam posisi terlentang, kaki dalam keadaan rapat dan selalu
berada di atas air untuk menghindari foot entrapment. Defensive swimming dilakukan pada arus
deras dengan pandangan terarah ke hilir. Gunakan tangan sebagai pengatur keseimbangan atau
untuk menuju pinggiran sungai dan menghindari berbagai rintangan lainnya. Ingat … walaupun
tidak terjadi sesuatu selama anda melakukan defensive swimming dan anda mulai menikmatinya,
anda tidak dalam posisi yang benar-benar aman. Berusahalah untuk menggapai tepian sungai dan
segera keluar dari air. Jangan mencoba berdiri, meskipun pada daerah dangkal sekalipun,
sebelum anda mencapai tepian sungai atau berada pada arus yang cukup tenang.
b. Aggressive swimming position
Adalah berenang dengan cara melawan arus. Dilakukan pada arus yang relatif tenang dengan
posisi menghadap ke hulu. Tujuannya, untuk mendekati perahu penolong, menghindari strainer,
sieves, undercut, dan untuk menyeberang ke sisi tepian sungai yang lain dengan cepat. Ingat,
aggressive swimming ini hanya efektif dilakukan pada arus sungai yang relatif tenang. Jika anda
lakukan ini pada arus deras, tenaga anda akan terbuang percuma; anda akan tetap terseret arus
deras.
Berenang di Jeram Hal yang perlu diingat dan dilakukan saat sedang berenang di jeram,yaitu
1. Tenang. Yakinkan diri bahwa pelampung kuat mengangkat tubuh anda ke permukaan air
secepatnya.
2. Jika anda muncul di bawah perahu, gunakan tangan anda untuk menggeser badan ke arah
samping perahu.
3. Jika kesulitan untuk naik ke atas perahu jangan ragu minta bantuan pada anggota tim lain yang
berada diatas perahu untuk membantu.
4. Jika tidak dapat kembali ke perahu secepatnya berenang dengan posisi duduk atau telentang,
dengan kaki di usahakan sedekat mungkin dengan permukaan air, badan menghadap ke arah hilir
sungai.
5. Jika ada batu di depan, sambut dengan kaki, badan kemungkinan akan terputar. Setelah itu
kembali ke posisi semula.
6. Bila melihat jeram mulai kecil dan sedikit, berenanglah segera menuju ke tepi sungai atau bila
ada eddies, berenaglah menuju ke eddies. Kemudian tunggulah hingga dijemput anggota tim
lainnya.
Posisi telentang menghadap ke arah hilir sungai dengan kaki tetap berada di atas permukaan air
dan pandangan selalu mengarah kedepan dimaksudkan agar kita dapat mengetahui rintangan
yang ada di depan kita seperti batu strainer dan lain – lainnya, juga untuk menghindarkan diri
dari kaki terjepit di celah batu. Hal lainnya yaitu juga untuk membantu kita mengorientasi bagian
depan sungai untuk antisipasi tindakan penyelamatan.
B. Perahu Terjebak ( Wrap )
Perahu wrap di batu atau di dinding sungai yaitu keadaan dimana perahu terbentur batu /
dinding, sedangkan arus kuat mendorong dari arah berlawanan. Jika sisi bagian hulu tertekan air
dan tenggelam maka perahu akan melekat di batu / dinding. Cara melepaskan diri yaitu dengan
teknik ‘Filp Line’ ( jika Wrap ringan ) yaitu dengan mendorong atau menarik perahu ke arah
bagian batu yang tidak menyebabkan wrap, cara lain yaitu dengan teknik ‘Z-Drag’ ( bila wrap
berat ) yaitu dengan mengempiskan salah satu katup tabung perahu.
Keadaan wrap ini dapat dihindari jika pada saat perahu akan membentur batu atau dinding
anggota tim pindah posisi ke sisi yang berada pada sisi perahu yang akan menabrak batu /
dinding. Akibatnya sisi bagian hulu ( sisi perahu yang dikosongkan ) akan terangkat sehingga
arus kuat melewati bagian bawah perahu.

C. Perahu Terbalik Keadaan ini bisa disebabkan ketika melewati dam, hole ataupun saat masuk
eddies yang kuat dan besar. Teknik dalam membalikkan perahu :
1. Bagi tugas anggota tim yang naik ke perahu yang terbalik dengan yang tetap berada di air
sambil memegang erat perahu ( pada D-ring atau pada Toat perahu ) Anggota tim yang diatas
perahu memasangkan carabiner ke D-rig lalu mengikatnya dengan tali / webbing ( sisi yang akan
dibalik ).

Lakukan pembalikkan perahu dengan menarik tali atau dengan bantuan T-grip dayung ( terlebih
dahulu dikaitkan dengan tali ). Posisi pembalik perahu berada di bagian sisi yang menjadi
tumpuan atau lawan dari sisi yang akan ditarik. Anggota tim dibawah bersiap – siap ( memegang
erat toat perahu ). Perahu dibalik dengan cara tali ditarik ke arah belakang yang didahului dengan
hentakan keras hingga perahu oleng terbalik kembali.
4. Setelah perahu terbalik seperti semula, posisi anggota tim yang tadinya diatas perahu terbalik
kini berada dibawah dan sebaliknya dengan anggota tim yang dibawah kini berada diatas perahu.
5. Anggota tim yang kini diatas membantu menaikkan anggota tim yang berada dibawah.
6. Selama dalam pembalikkan perahu diusahakan agar barang – barang tidak boleh hilang
contohnya dayung.

Penggunaan peralatan penyelamat dan tali – temali ( rescue rope )

Dalam self rescue juga digunakan alat bantuan dalam penyelamatan misalnya menggunakan
rescue rope atau tali lempar ketika ada peserta yang hanyut, tertahan di hole, terperangkap di
jeram, di atas batu, di eddies, ketika ada perahu yang wrap atau terjepit diantara batu.

Jeram

Bagian dari sungai dimana air mengalir dangan deras dan bertaburan diantara banyak batu dari
beragam ukuran dan terdapat arus balik.

4 faktor utama terjadinya jeram :

1. Volume air
2. Tingkat kecuraman sungai
3. Tonjolan dasar sungai
4. Penyempitan leher penampang sungai, makin sempit makin deras arusnya

Tingkat Kesulitan Sungai

Menurut American white water (AWWA), Tingkat kesulitan sungai terdiri dari beberapa grade:

 Kelas I (Easy)

Air sungai relatif mengalir tenag dan kadang2 diiringi riam kecil. Jarang dijumpai rintnagan
seperti batu, pusaran air atau air terjun.

 Kelas II (Novice)
Arus sungai dengan beberapa ombak kecil yang tidak lebih dari 50 cm. Jarak antar batu
besar agak renggang.

 Kelas III (Intermadiate)

Riam2nya diiringi gelombang2 yang tidak terduga. Manuver dibutuhkan untuk dapat
menghindari batu dan hole.Scouting (pengamatan) perlu dilakukan untuk menentukan
lintasan mana yang akan dilalui.

 Kelas IV (Advanced)

Jeramnya sulit dan sambung menyambung. Gelombang air pecah tinggi 2 m dengan variasi
kelokan cukup tajam dan arusnya lebih liar.Scouting dan manuver cepat dan terlatih sangat
diperlukan, karena medan seperti ini potensial untuk kecelakaan..

 Kelas V (Expert)

Tingkat kesulitan tinggi. Mempunyai riam2 yang panjang, liar dan sambung menyambung.
Arus lebih deras dengan jeram berbahaya ditambah batu2 besar. Dibutuhkan manuver rumit
agar dapat melaluinya. Bila terjadi kecelakaan sangat sulit untuk diselamatkan oleh team
rescue.

 Kelas VI (Extrem)

Kelas ini memiliki tingkat kesulitan dan bahaya yang sangat extrem. Secara umum, kelas ini
tidak dianjurkan untuk diarungi.

Anda mungkin juga menyukai