Anda di halaman 1dari 34

Materi Dasar Rafting

(Arung Jeram)

BAB I
SEJARAH ARUNG JERAM

Banyak orang menyebutkan arung jeram ( Rafting ) ditemukan di Amerika, dan


banyak pula menyebutkan arung jeramditemukan di Eropa. Terlepas dari itu
semua, yang pasti arung jeram timbul karena kebutuhan, kebutuhan pada
awalnya untuk menyelamatkan diri atau untuk menyerang orang lain, seperti pada saat
Perang Dunia II. Waktu itu tentara Amerika merancang suatu jenis perahu yang
bentuknya seperti keranjang untuk digunakan sebagai sarana perang. Perahu ini disebut
basket boat.

Di Indonesia, rafting sesungguhnya sudah ada sejak dahulu kala. Lihat saja
misalnya masyarakat tradisional yang hidup ditepi sungai-sungai besar. Penduduk telah
lama memanfaatkan rakit sebagai sarana angkutan untuk menyeberang sungai atau untuk
mengarungi sungai. Mengarungi di sini tentu dimaksudkan menjelajahi sungai dari hulu
di gunung atau pedalaman menuju hilir ataumuara tempat pemusatan kegiatan-kegiatan
yang lebih besar.Dewasa ini keinginan serta kesenangan manusia semakin meningkat dan
kompleks, khususnya dalam memanfaatkan alam.Kegiatan berupa sekedar kegiatan
angkutan konvensional lalu berkembang menjadi kegiatan wisata guna melayani
keinginan dankesenangan manusia untuk berpetualang atau untuk lebih dekat dengan
alam. Sarana berarung jeram pun meningkat, dari sekedar rakitrangkaian bambu menjadi
perahu karet ( raft ) yang menggunakan alat dan sarana serba canggih.

Sejak dipopulerkan di Amerika Serikat pada awal tahun 1970-an menjadi kegiatan
dan gaya hidup, baik sebagai wahana penelitian alam atau rekreasi, arung jeram
kemudian mewabah ke seluruh dunia. Di Indonesia sendiri olahraga ini masuk sejak
iderally sungai di Sungai Citarum dicetuskan, dengan bersaranakan perahu pendarat sisa
Perang Vietnam. Dari sini kegiatan arung jeramkemudian merambah ke sungai-sungai
lain di Nusantara

Semantara itu di Amerika sendiri berdiri AWA ( American White Water Afiliation
) yang menitikberatkan kegiatannya pada pengembangan standar keamanan dan aturan
operasi olahraga ini. Di Indonesia saat ini kegiatan arung jeram berkembang
secara“menebak-nebak” kepastian keamanan dan tujuannya. Kegiatan ini sempat diberi
sebutan “olahraga arus deras”,“petualangan sungai”,”wisata perahu karet”, ”susur
sungai” dan lain sebagainya. Operator komersial yang bercabang ke seluruh dunia juga
berperan dalam perkembangan arung jeram. Kini semua istilah dan tujuan tidak
lagimempunyai perbedaan yang berarti, khususnya setelah era Kejuaraan Nasional Arung
Jeram dimulai, pada akhir tahun 1994.
Sejak itu informasi mengenai standar keamanan dan kenyamanan disebarluaskan
dalam masyarakat.Sejak awal tahun 1990-an kegiatan arung jeram di Indonesia kembali
marak dengan terbakukannya river boat yang dibuatsecara profesional untuk kegiatan ini,
sejalan dengan mulai masuknya kegiatan komersial sebagai wisata alam. Pembakuan
yangdibuat AWA dan pelaksanaan operasi operator komersial kiranya telah menjadi
standar kegiatan ini di seluruh dunia. Imbas positif bagi petualang, pehobi ataupun bagi
kegiatan komersial adalah standar dan sarana memadai yang menjadikan kegiatan ini
dapat berlangsung secara aman, nyaman dan memuaskan, menjadi kenyataan.

BAB II
SEBELUM BELAJAR BERARUNG JERAM

Seperti kita ketahui, sudah cukup banyak korban kecelakaan arung jeram di
sungai-sungai di Indonesia baik yang dialamioleh perkumpulan penjelajah alam dan
pecinta alam maupun oleh operator-operator arung jeram. Kebanyakan kecelakaan itu
terjadi karena skill yang dimiliki sumber daya manusianya masih kurang, karena
kelelahan dan karena kecerobohan suber daya manusianya. Ada juga yang keberaniannya
cukup tinggi tetapi tidak diimbangi dengan kemampuan.

Beberapa tahun yang lalu peralatan untuk berarung jeram sangat sulit didapat di
Indonesia, dan kalaupun ada harganya sangat mahal. Oleh karena itu sering dalam suatu
pengarungan sungai peralatan yang dipakai hanya seadanya saja, seperti misalnya
menggunakan perahu yang bukan jenis river boat, pelampung yang seadanya atau
pelampung agin yang ditiup. Bahkan cukup banyak pengarung jeram yang tidak
memakai helm. Hal-hal tersebut ini sering berakibat fatal. Sebenarnya ada
kunci pokok untuk menghindari bahaya-bahaya tersebut, yaitu sebagai berikut :

1. SUMBER DAYA MANUSIA


Sumber daya manusianya harus mempunyai skill atau keahlian yang cukup baik
dalam mengemudikan perahu, tindak keamanan, penyelamatan, membaca situasi dan
kondisi alam, mampu mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang bisa
terjadi,mampu dan tegas dalam mengambil keputusan. Khususnya, seorang pemandu
arung jeram harus mampu memimpin dan memandu peserta yang ada dalam perahu.
Syaratnya adalah, sumber daya manusia yang terlibat dalam kegiatan arung jeram harus
mampu salingmemberi rasa aman dan nyaman serta kepuasan pada semua peserta arung
jeram.

Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk berarung jeram sekarang ini sudah semakin baik
dan modern. Peralatan arung jeram ada beberapa jenis dan ukuran, sesuai dengan
keinginan pemakai. Pada waktu ini sebenarnya tidak ada lagi alasan untuk menyalahkan
peralatan bila terjadi kecelakaan. Kriteria dan peralatan arung jeram yang layak pakai (
standard ) seperti pada bahasan “PengenalanPeralatan“
BAB III
PENGENALAN PERALATAN
PERALATAN PRIBADI

1. PELAMPUNG

Pelampung juga banyak macamnya, tetapi semua mempunyai fungsi yang sama.
Pelampung yang dipakai untuk arung jeram adalah pelampung dengan bahan baku di
dalamnya dari busa yang kedap air, busa bagian depan lebih tebal dari busa bagian
belakang, karena apabila seorang hanyut disungai dalam keadaan tidak sadar atau lemas,
maka otomatis orang tersebut akan terapung tengadah atau muka di permukaan air.

Fungsi pelampung adalah membantu peserta yang jatuh di air agar tetap terapung.
Fungsi sekundernya adalah sebagai pelindung / body protector terhadap benturan baik
berupa rintangan sungai, maupun (dayung) sesama peserta. Selain itu, ada juga
pelampung yang dilengkapi dengan pelindung kepala bagian belakang atau tengkuk.

Ketika menggunakan pelampung harus dikencangkan dengan memasang buckle-


buckle (gesper pengencang) dan mengencangkannya, karena jika pelampung terlalu
longgar dalam pemakaiannya, maka pelampung tidak berfungsi maksimal.

Jika pelampung terlalu longgar maka saat seseorang tercebur kedalam air
pelampung tersebut akan naik ketas sehingga akan mencekik orang tersebut dan akan
menyulitkannya untuk bergerak sedangkan jika pelampung terlalu kencang maka akan
menghambat jalur pernapasan seseorang. Oleh karena itu pakailah pelampung tidak
terlalu longgar dan tidak juga terlalu kencang.

2. HELM

Fungsi helm adalah untuk melindungi kepala peserta arung jeram apabila kepala
peserta terbentur batu atau benda keras di air.

Dalam menggunakan helm jangan terlalu kencang, karena pengarungan memakan


waktu yang cukup lama dan bisa mengakibatkan kepala sakit karena terjepit helm yang
terlalu kencang. Atau jangan terlalu longgar karena bisa mengganggu gerakan atau
pandangan dalam pengarungan. Biasanya untuk pengaturan kencang tidaknya helm maka
disisakan kira – kira dua jari supaya pemakaian helm menjadi optimal.

Ada beberapa macam helm ,diantaranya :

 Helm fiber glass sangat ringan tetapi bisa berbahaya. Apabila terbentur benda
keras, helm fiber glass mudah pecah, pecahnya sengat gampang melukai
apalagi jika helm pecah pada waktu dipakai.
 Helm plastik, lebih aman karena tidak mudah pecah seandainya pecah,
pecahannya tidak hancur. Biasanya helm plastik jika pecah hanya retak – retak
saja. Untuk saat ini para operator arung jeram kebanyakan memakai helm ini.

Dalam arung jeram usahakan memilih helm yang menutup hingga belakang
kepala karena helm ini lebih aman dibandingkan helm yang hanya menutup setengah
kepala saja. Namun saat ini helm tersebut jarang dijumpai di operator arung jeram.

3. DAYUNG

Ada beberapa jenis dayung yang bisa digunakan untuk arung jeram, antara lain :

1. Dayung kayu, lebih berat dan kekuatannya kurang dibandingkan dengan


dayung yang dibuat dari bahan lain.
2. Dayung fiber glass, dayung ini cukup ringan tetapi mudah pecah dan
pecahannya sangat tajam, bisa melukai pemakai atau orang disekitarnya.
3. Dayung aluminium dan plastik, dayung ini cukup ringan, terapung di air
dan lebih kuat dari dayung lainnya yang tersebut diatas. Saat ini para
operator arung jeram di seluruh dunia kebanyakan menggunakan dayung
ini.
Untuk pengarungan dengan perahu karet, berdasarkan pemakaiannya dikenal dua
macam dayung. Yaitu :

1. Dayung paddle

Dayung ini digunakan untuk pengarungan dengan perahu berawak banyak, jadi
masing-masing awak perahu menggunakan satu dayung. Ukuran panjang dayung
disesuaikan dengan ukuran tubuh dan kekuatan awak perahu serta ukuran perahu.
Panjang dayung umumnya berkisar antara 150 cm-170 cm.

2. Dayung OAR
Ukuran dayung OAR lebih panjang dari dayung paddle, hal ini dikarenakan
dayung OAR memerlukan rangka (frame) sebagai peganggannya. Rangka ini dipasang
melintang di atas tabung perahu. Sepasang dayung OAR (kanan-kiri) digerakkan oleh
satu orang.

4. SEPATU

Untuk melindungi kaki dari kemungkinan terluka, gunakan jenis sepatu yang
dapat melindungi telapak kaki, namun pergelangan kaki dapat tetap bergerak bebas,
termasuk memudahkan untuk berenang. Jenis sepatu yang digunakan biasanya jenis
sepatu dengan alas sepatu yang tipis namun cukup lentur untuk kaki bergerak. Dapat juga
menggunakan sandal gunung.

5. PAKAIAN

Pakaian yang tepat untuk berarung jeram adalah pakaian yang memungkinkan
kita tetap leluasa dalam bergerak. Jangan sekali – kali menggunakan celana jeans, karena
selain tidak mudah kering dan berat , celana jenis ini tidak memungkinkan kita untuk
bergerak dengan leluasa. Biasanya jenis celana dan baju yang digunakan adalah yang
berbahan parasut / berkain tipis.

6. FLIP LINE

Flip line adalah tali yang panjangnya kira-kira setengah meter sampai dua meter
dan kedua ujungnya disimpul dengan sebuah carabiner. Biasanya alat ini dipakai di
pinggang para rafter. Guna flip line adalah :

1. Alat bantu untuk melepaskan perahu yang tersangkut di batu.


2. Alat bantu untuk membalikkan perahu bila perahu terbalik
3. Alat bantu untuk melepaskan perahu dalam keadaan wrap ringan

7. PELUIT

Dalam pengarungan peliut banyak fungsinya, terutama sebagai alat komunikasi ke


perahu lainnya. Sinyal yang mesti diketahui dalam peluit yaitu :

1. Peluit 1 kali berarti perhatian


2. Peluit 2 kali berarti jalan
3. Peluit 3 kali berarti ada masalah atau minta pertolongan
8. SURVIVAL KIT

Perlengkapan survival, harus selalu melekat di badan, tetapi usahakan jangan


sampai mengganggu gerakan kita. Biasanya terdiri dari pisau lipat, korek api tahan air,
dll. Survival kit biasanya digunakan untuk perjalanan panjang, terutama pada sungai yang
belum pernah diarungi oleh para peserta atau pengarungan dalam rangka ekspedisi.
Sebagaimana disebut di atas, lamanya waktu mengarungi sungai juga mempengaruhi
barang yang harus dibawa.

9. Obat – obatan pribadi

pribadi harus dibawa oleh pengarung yang mempunyai penyakit yang diderita.

10. Peralatan tambahan, meliputi : topi, kaca mata, peralatan mandi, dsb.

Itulah beberapa peralatan pribadi yang harus dimiliki seoarang rafter saat akan
berarung jeram demi tercapainya prosedur keselamatan dalam kegiatan arung jeram.

BAB IV
MORFOLOGI SUNGAI

Pengetahuan tentang karakteristik sungai yang terdiri dari bentukan sungai, lebar
penampang sungai, arus dan bebagai element yang ada di sungai tersebut seperti batu-batuan
ataupun hambatan lainnya. Hal ini bertujuan untuk mendukung teknik pembacaan jeram ataupun
arus sehingga kita bisa mempersiapkan antisipasi dengan teknik-teknik khusus. Beberapa istilah
morfologi sungai yang sering kita temui antara lain :
1. Arus Utama (Mainstream)

Arus yang paling besar diantara arus-arus yang lain jika terdapat banyak arus. Pada aliran
sungai yang lurus arus utama biasanya ada di tengah sungai. Pada belokan ke kanan arus utama
ada pada bagian kiri luar belokan dan menabrak dinding sungai jika terdapat tebing dan biasanya
terdapat “undercut” pada dinding sungai yang ditabrak oleh arus utama tersebut. Dan sebaliknya
pada belokan ke kiri arus utama ada pada bagian kanan luar belokan

1. Gelombang Berdiri (Standing Wave)

Arus yang paling besar diantara arus-arus yang lain jika terdapat banyak arus.
Pada aliran sungai yang lurus arus utama biasanya ada di tengah sungai. Pada belokan ke
kanan arus utama ada pada bagian kiri luar belokan dan menabrak dinding sungai jika
terdapat tebing dan biasanya terdapat “undercut” pada dinding sungai yang ditabrak oleh
arus utama tersebut. Dan sebaliknya pada belokan ke kiri arus utama ada pada bagian
kanan luar belokan

Haystack bisa berakibat demikian

2. Arus Balik (Back Curling)

Suatu arus yang berputar keatas (vertical) dengan sendirinya karena adanya
perubahan bidang jatuh yang cukup drastis setelah arus melewati rintangan/batu (hole)
atau patahan sungai/dam (hydraulic) atau kemiringan dasar sungai yang cukup terjal
(back curling). Arus balik jika ukurannya besar dapat membalikkan perahu jika perahu
masuk miring atau menjatuhkan awak perahu yang kuda-kudanya tidak kuat (refleknya
tidak bagus).

3. Pusaran Air (Eddies)

Eddies adalah dimana air berhenti atau mengalir ke hulu (up stream) secara
horizontal yang terjadi karena adanya arus yang menabrak rintangan (batu/benda-benda
lain) dan arus tersebut tidak dapat melewati rintangan itu sehingga terjadi kekosongan
atau kekurangan air serta perbedaan tekanan air yang mengakibatkan air dari arah lain
akan mengalir ke atas (up stream) untuk menyamakan permukaan dengan daerah lain.
Eddies berfungsi untuk tempat berhenti (stop), mengurangi kecepatan (rem) dan
menolong untuk membelokkan perahu (manuver).

4. Hole

Hole adalah permukaan air yang berbentuk lobang dan ada sirkulasi air
dibelakang lobang tersebut. Hole terbentuk karena arus yang melintasi suatu rintangan
dan mengakibatkan terjadinya terjunan air. Terjunan air akan membentuk sirkulasi air
dan permukaan air terlihat seperti lobang. Hole yang terlalu besar akan sangat berbahaya
karena bisa membalikkan perahu atau perahu akan tertahan di hole tersebut. Hole yang
sangat besar dan sirkulasi air dari segala arah disebut toilet bowl, karena bentuk dan sifat
fisikanya seperti air kloset sewaktu di-flushing. Hole ini sangat berbahaya, karena perahu
atau awaknya yang terjatuh dan terperangkap didalamnya sangat sulit dikeluarkan.
Apabila tidak terlalu besar, hole berfungsi untuk mengurangi kecepatan (rem), membantu
manuver serta sangat bagus untuk dilintasi dan bisa juga untuk permainan seperti surf
boat.

Perahu terjebak hole, sebagian badan perahu sperti tenggelam


5. Pillow

Jika permukaan bebatuan dekat dengan permukaan air, maka sebagian dari arus
sungai yang bergerak ke arah hilir akan menaiki bebatuan ini dan melewati bagian
atasnya serta membentuk “benjolan air” yang disebut pillow. Pillow juga dapat menahan
gerak perahu baik di flat maupun di jeram.

6. Arus Belokan (bends)

Pada belokan sungai arus yang cepat dan aliran yang dalam (arus utama) terdapat
pada lingkaran luar belokan sungai, hal ini diakibatkan oleh adanya kekuatan sentrifugal,
sehingga aliran permukaan yang lebih cepat mengarah dan menumpuk sepanjang tepi
belokan bagian luar. Dan aliran arusnya lebih sempit dari bagian dalam dan alternatif
untuk melaluinya sebaiknya pada bagian dalam. Perahu yang terlanjur masuk aliran
bagian tepi luar belokan kemungkinan akan menabrak dan terhempas.
7. Lidah Air (Tongue of Rapid)

Jika dua alur yang terhambat batu dan membentuk huruf “V” yang mengarah ke
hilir akan terbentuk lidah air. Bila terdapat lebih satu lidah air maka yang terbesar
merupakan arus utama yang sebaiknya dipilih. Biasanya lidah air diikuti oleh gelombang
berdiri.

8. Batuan (boulders, stoppers)

Letak batuan atau tonjolan batu yang ada di sungai yang tidak beraturan akan
mengakibatkan turbulansi aliran sungai. Disamping itu letak batuan yang tidak beraturan
akan menyulitkan dalam melakukan pengarungan terutama dalam manuver. Banyaknya
batuan yang ada di sungai akan mengakibatkan laju perahu terhambat, perubahan arah
perahu yang tidak dikehendaki, bahkan dapat berakibat perahu tersangkut ( Wrap /
Entrapment ).

Aliran yang dangkal dipenuhi batu membuat prahu tersangkut

9. Penyempitan Penampang Sungai (Bottle Neck)

Adanya penyempitan lebar penampang sungai menyebabkan arus menjadi lebih


cepat. Hal ini juga menyebabkan laju perahu lebih cepat dari yang dikehendaki. Sehingga
jika setelah ada penyempitan ada suatu hambatan akan menyulitkan pengarungan.

10. Pendangkalan sungai (shallows)

Jika penampang sungai melebar akibatnya akan membuat permukaan air menjadi
turun. Jika terjadi pendangkalan yang dapat menyulitkan dalam pengarungan, maka yang
perlu diingat adalah permukaan air dengan ombak yang besar menunjukkan aliran sungai
yang dalam.
11. Hambatan (Strainer)

Hambatan yang dimaksud adalah suatu rintangan yang terjadi karena adanya
pohon tumbang yang menghalangi/melintang di atas aliran sungai. Keadaan ini perlu
dihindari dalam pengarungan, karena menyebabkan perahu akan tersangkut pada
hambatan tersebut.

12. Undercut (Lobang Maut)

Merupakan suatu bentukan yang terjadi karena terkikisnya dinding sungai hingga
membentuk rongga. Arus yang mampu membentuk rongga ini biasanya sangat kuat
sehingga jika perahu melewati arus ini akan menyebabkan awak perahu terbentur dinding
sungai atau perahu akan terbalik dan terjebak dalam rongga. Undercut sebisa mungkin
untuk dihindari, karena undercut adalah “ Momok “ yang paling menakutkan dalam
kegiatan arung jeram. Mau simulasi renang di undercut..??
BAB V
TEKNIK DASAR ARUNG JERAM

Ada 3 bagian dayung yaitu T Grip (pegangan berbentuk Huruf T), batang, dan
Blade. Cara memegang dayung jika anda duduk di sisi kiri prahu, genggam T grip dengan
tangan kanan anda dengan cara meletakkan keempat jari diatas bagian horisontal dan ibu
jari di bagian bawahnya. Kemudian tangan kiri memegang bagian batang tepat di tengah-
tengahnya. Teknik ini berfunsi untuk memaksimalkan power dan menjaga keamanan
ketika mendayung agar controling dayungan lebih baik.

Ada beberapa teknik dayungan yang masing-masing kegunaannya berbeda beda.

 Dayung Maju Yaitu ayun atau dorong dayung ke depan, kemudian masukkan
blade ke air (hingga 1/2 dari blade masuk) kemudian tarik kebelakang.
Hendaknya ketika mengayunkan blade ke depan posisi tangan juga lurus
kedepan dan saat menarik gunakan otot pinggang saat menariknya. Dayung
maju ini berfungsi untuk menambah kecepatan laju prahu.
r

 Dayung Mundur : Dayung mundur ini kebalikan dari dayung maju, yaitu
tarik dayung kebelakang diatas permukaan air kemudian masukkan blade
kedalam air dan dorong kedepan hingga tangan lurus ke depan. Dayung
mundur inti berfungsi untuk menahan laju prahu atau berjalan mundur jika
dibutuhkan.
 Dayung Tarik : Dayung tarik ini ada 2 macam yaitu "Kanan Tarik" dan
"Kiri Tarik". Kanan Tarik yaitu awak prahu yang duduk di sisi kanan
prahu melakukan dayungan kearah prahu. Caranya raihlah jangkauan
dayungan ke arah luar prahu sejauh mungkin,arahkan blade ke arah sisi prahu.
Masukan blade ke air dan tarikalah ke arah prahu. Dayungan kanan tarik ini
berfungsi untuk memberikan efek prahu bergeser ke kanan atau menahan
prahu agar tdak terbawa arus ke kiri. Kiri Tarik kebalikan dari kanan tarik
dengan cara awak prahu yang ada diseblah kiri melakukan cara yang sama
seperti kanan tarik. Dayungan kiri tarik ini berfungsi untuk memberikan efek
prahu bergeser kekiri atau menahan prahu agar tidak terbawa arus kearah
kanan.
Perhatikan awak prahu yang ada diseblah kanan, mereka sedang mlekukan
dayungan kanan tarik tepat di belokan sungai ke kiri. Ini dilakukan supaya prahu tidak
terbawa arus yang menabrak tebing di sisi kiri badan sungai. (foto:mapala unisi Latgab
lanjut FAJY)

 Dayung Pancung. Dayungan yang biasa dilakukan oleh para pendayung


depan apabila ingin melakukan manuver perahu. Jika perahu ingin berbelok
kekiri maka maka pendayung yang ada disebelah kan depan melakukan
dayungan dari depan perahu ditarik hingga ke samping kanan prahu, jalur
lintasan dayungan menyerupai huruf "C". Sebaliknya jika prahu ingin
berbelok ke kanan, pendayung yang ada di sebalah kiri depan melakukan
dayungan dari depan perahu ditarik hingga ke samping kiri prahu. Teknik
dayungan ini biasa dilakukan untuk manuver scara cepat guna menghindari
hambatan seperti batu atau pilow.

Aba-Aba

Dibutuhkan salah seorang yang bertindak sebagai kapten/pimpinan yang


mempunyai otoritas untuk mengambil keputusan, menyatukan tindakan seluruh awak,
serta memberi aba-aba. Kapten tidak mensyaratkan status tertentu, dia merupakan awak
perahu yang untuk sementara bertanggungjawab mengendalikan perahu melalui instruksi
maupun tidak.

Untuk keseragaman seluruh awak, harus ada komando yang jelas dan singkat.
Yang sering kita pergunakan adalah :

 Maju, yang berarti semua dayung maju


 Mundur, berati semua dayung mundur
 Belok kanan, yang berarti pendayung sebelah kiri dayung maju, sedangkan
sebelah kanan dayung mundur
 Belok Kiri, yang berarti pendayung kanan dayung maju, sedangkan sebelah
kiri dayung mundur
 Tarik Kanan, yang berarti pendayung kanan dayung tarik, pendayung kiri
dayung tolak
 Tarik Kiri, yang berarti pendayung kiri dayung tarik, pendayung kanan
dayung tolak
 Pindah Kanan, pendayung sebelah kiri berpindah ke kanan
 Pindah Kiri, pendayung sebelah kanan berpindah ke kiri
 Stop, semua pendayung berhenti mendayung

Teknik Dayungan Arung Jeram

Untuk dapat berarung jeram/mengendalikan perahu maka kita wajib menguasai


salah satu tekhnik dasar dalam berarung jeram yaitu tekhnik dayungan. Mendayung
dilakukan dengan tujuan untuk memindahkan perahu dari suatu posisi ke posisi yang lain.
Dalam berarung jeram, dayungan dikomando oleh seorang skipper.

Beberapa tekhnik dayungan yang wajib dikuasai jika kita ingin berarung jeram
diantaranya sebagai berikut:

1. Dayung Maju (Forward paddle/forward stroke) Tujuan dari dayung


maju ini adalah untuk menggerakkan perahu kearah depan (maju).
Caranya yaitu dengan cara menancapkan dayung didepan kemudian
ditarik kebelakang sampai sejajar dengan pantat. Angkat bilah dayung
ulangi ke posisi semula dan seterusnya.
2. Dayung Mundur (Back Paddle/Back Stroke) Tujuan dari dayung
mundur ini adalah untuk menggerakkan perahu kebelakang ataupun
untuk memperlambat laju perahu. Caranya yaitu kebalikan dari dayung
maju yaitu dengan menancapkan bilah jauh dibelakang posisi badan
kita kemudian tarik kedepan sampai posisi awal dayung maju. Hal
yang perlu diperhatikan dalam mendayung yaitu usahakan jangan
hanya menggunkanan kekuatan tangan akan tetapi dibantu dengan otot
perut sehingga dayungan yang dihasilkan akan lebih kuat.

3. Dayung Tarik (Kanan) Tujuan dari dayung tarik ini yaitu untuk
menggeser perahu kearah kanan. Dalam berarung jeram biasanya
digunakan untuk menghindari batu ataupun rintangan yang terletak
disebelah kiri perahu sehingga tidak terjadi benturan dengan perahu.
Caranya yaitu awak yang terletak disebelah kanan menancapkan
dayung jauh kesamping dan menariknya kearah perahu sedangkan
awak yang terletak disebelah kiri manancapkan dayungnya tegak lurus
mendekati lambung perahu dan ditolak menjauhi perahu. Dalam
dayung tarik ini, usahakan posisi dayung tetap tegak lurus (900)
terhadap permukaan air.
4. Dayung Tarik (kiri) Dayung tarik (kiri) ini berlawanan dengan dayung
kanan tarik. Tujuan dari dayung tarik ini yaitu untuk menggeser
perahu kearah kiri. Caranya yaitu awak yang terletak disebelah kiri
menancapkan dayung jauh kesamping dan menariknya kearah perahu
sedangkan awak yang terletak disebelah kanan manancapkan
dayungnya tegak lurus mendekati lambung perahu dan ditolak
menjauhi perahu.
5. Dayung Pancung (kanan) Tujuan dari dayung Pancung Kanan ini yaitu
untuk membelokkan perahu kearah kiri. Caranya yaitu awak dalam
perahu yang terletak paling depan, sebelah kanan mengambil
dayungan dari arah depan perahu ditarik kearah samping kanan perahu
sedangkan awak yang terletak disebelah kiri mengambil dayungan dari
samping kiri perahu digeser sampai depan perahu. Dayung pancung ini
sering digunakan ketika dalam jeram untuk menghindari batu atau
rintangan yang terletak didepan perahu yang dapat menyebabkan Wrap
(Perahu Tersangkut).

6. Dayung Pancung (Kiri) Dayung Pancung Kiri ini berlawanan dengan


Pancung kanan, tujuannya yaitu untuk membelokkan perahu kearah
kanan. Caranya yaitu awak dalam perahu yang terletak paling depan,
sebelah kiri mengambil dayungan dari arah depan perahu ditarik
kearah samping kiri perahu sedangkan awak yang terletak disebelah
kanan mengambil dayungan dari samping kanan perahu digeser
sampai depan perahu.
Manuver Perahu
1. Ferry
Merupakan manuver dasar dalam melewati arus dengan menghadapkan perahu dalam
posisi 450 terhadap arus utama

2. Pivot dan Back Pivot


Teknik memutar perahu dengan cepat saat memasuki riam dengan haluan menghadap ke
hilir (pivot) atau haluan menghadap ke hulu (back pivot)

3. Portegees
Merupakan manuver yang dipergunakan para pelaut portugis dengan mengarahkan
perahu langsung ke sasaran yang dituju. Ini membutuhkan kekuatan merengkuh dayung
yang sangat kuat.
4. Keluar dan Masuk ke Eddies Yang harus diperhatikan adalah kecepatan dan sudut masuk
perahu. Besar sudut dan kecepatan perahu harus disesuaikan dengan besar kecilnya
eddies dan kecepatan arus.
Safety/Keselamatan

Untuk menjaga keselamatan seluruh awak, maka safety prosedur yang ada harus
kita upayakan sedini mungkin, yang meliputi :

1. Penggunaan peralatan standar


2. Penguasaan dan pemahaman teknik-teknik dan pengetahuan tentang ORAD
3. Persiapan fisik dan mental
4. Mengetahui batas kemampuan

Tetapi meskipun kita telah mengupayakan hal tersebut secara maksimal, kita tetap
harus mempersiapkan diri menghadapi keadaan darurat, seperti :

1. Terlempar dari Perahu


Jika terjadi usahakan berteriak agar diketahui oleh awak lainnya sehingga dapat
diusahakan pertolongan secepatnya dan apabila mungkin diusahakan jangan melepas
dayung agar dapat memperpanjang jangkauan dan dapat dipergunakan sebagai alat bantu
renang. Apabila ternyata jauh dari jangkauan usahakan jangan panik
dan melihat situasi serta berenang ke arah tepi sungai atau perahu.

Cara berenang yang benar yakni dengan posisi terlentang dan kaki berada di
depan kita seolah-olah kita dapat melihat ujung kaki kita. Apabilka masuk ke dalam
sebuah hole, usahakan berenang ke arah samping atau masuk ke dasar sungai dan
sekalian mengikuti arus bawah ke depan.

2. Menabrak Batu (Boom)


Jika tidak dapat dihindarkan, biarkan perahu moncongnya tetap mengarah ke batu
sehingga perahu akan terhenti sesaat dan berputar mengikuti arus di sekitar batu dan
usahakan awak tetap dalam kondisi mendayung serta penumpang bagian belakang pindah
ke tengah agar tidak terpental dan perahu tidak terbalik atau tersangkut pada batu
tersebut.
3. Perahu Terbalik
Usahakan segera menjangkau ke arah perahu dan naik lewat buritan dan
membalikkannya sebelum bahaya lain menunggu di depan. Apabila terjebak dalam
perahu usahakan segera keluar untuk menghindari benturan batu. Apabila tidak
memungkinkan untuk membalik, maka kendalikan perahu dalam kondisi terbalik dan
tunggu sampai kita dapati daerah yang tenang dan memungkinkan untuk membalikkan
perahu.
4. Menempel Batu (Wrapped)
Saat perahu bagian tengah menabrak perahu usahakan secepatnya seluruh awak
berpindah ke tempat dimana paling dekat dengan batu untuk menghindari terjadinya
wrapped. Apabila terjadi wrapped usahakan segera naik ke atas batu dan berenang ke
pinggir untuk melepas perahu yang melekat di batu tersebu.

Teknik terbaru adalah ‘z-drag’, yakni teknik melepaskan perahu dengan membuat
bentuk tali menyerupai huruf z dengan bantuan carabiner dan pulley.

Penyelamatan

Ditujukan untuk penyelamatan diri sendiri atau teman kita. Disamping itu bisa ditujukan ke
perahu atau awak perahu.

 Penyelamatan dengan tali


Digunakan jika ada awak perahu yang terlempar dari perahu dan hanyut terbawa
arus, yan dilakukan dari darat dengan cara melempar tali (throwing bag). Sebelum
melempar tali usahakan agar korban mengetahui tali itu dilempar untuk
penyelamatannya, dengan posisi pelempar pada 45 derajat dari korban sehingga dengan
dorongan arus posisi korban berada di depan pelempar.

 Penyelamatan perahu
Apabila terjadi wrapped maka teknik ‘z-drag’ seperti di atas dapat kita pakai,
tetapi apabila ada awak yang terjepit perahu, maka penanggulangan secepat mungkin
dibutuhkan untuk penyelamatan nyawa awak, yakni dengan mengurangi tekanan udara
perahu dengan cara merobek perahu sehingga awak perahu yang
terjepit dapat segera keluar dari himpitan.
BAB VI
TEKNIK PENGARUNGAN

A. RIVER RUNNING SYSTEM

System pengarungan ini biasanya diterapkan pada pengarungan sungai yang


berklasifikasi tiga atau lebih. Diusahakandalam satu pengarungan diturunkan minimal
dua atau lebih perahu, maksudnya perahu yang satu dengan yang lain saling
menjaga.Cara ini juga merupakan suatu persyaratan dalam melakukan suatu ekspedisi di
sungai-sungai yang dianggap berbahaya. Tetapi kalausungai berklasifikasi tiga dan sudah
sering diarungi atau sudah dikenal benar karakternya, maka sungai itu bisa diarungi
dengan satu perahu, tetapi di dalam perahu harus ada satu orang atau lebih sebagai
rescuer.
Dalam suatu pengarungan ada dua perahu yang mempunyai peranan penting, yaitu :

1. PERAHU PERTAMA ( LEAD BOAT )

Perahu ini dikemudikan oleh pemandu yang cukup bagus karena pemandu ini
mempunyai tugas untuk menjaga perahuyang ada di belakangnya. Bila perahu mengalami
kecelakaan atau ada peserta yang jatuh, pemandu ini biasanya sudah cukup mahir
melakukan penyelamatan meskipun peserta yang ada di dalam perahu sendiri yang
terjatuh. Pemandu itu sendiri sudah mampu dengancepat melakukan penyelamatan.

2. PERAHU TERAKHIR ( SWEEP BOAT )

Perahu ini dikemudikan oleh pemandu yang terbaik dan pemandu ini juga disebut
trip leader. Trip leader memimpin pengarungan. Ia bertanggung jawab atas semua
kejadian atau masalah-masalah yang terjadi dalam pengarungan. Pemandu ini pula yang
membawasemua peralatan penting dalam pengarungan, seperti pompa, kotak PPPK,
repair kit dan sebagainya. Peralatan yang lain, seperti rescuekit dan dry bag harus dibawa
oleh masing-masing pemandu.

Maksud dari sweep boat harus membawa peralatan itu adalah karena pemandu
sweep boat adalah perahu terakhir, jadi kalau ada masalah, misalnya perahu kempes atau
bocor, ada peserta yang terlukadiperahu yang lain dan sebagainya, perahu yang
menghadapi masalah dapat menunggu perahu terakhir karena peralatan ada di perahu
terakhir.

Kalau peralatan ditempatkan di perahu yang lain dan ada masalah dengan salah
satu peserta, maka perahu terakhir akan kesulitan untuk mendapatkan atau memberikan
pertolongan kepada peserta tersebut karena harus mengejar perahu yang membawa
peralatanyang diperlukan.atau ada peserta yang jatuh, pemandu ini biasanya sudah cukup
mahir melakukan penyelamatan meskipun peserta yang adadi dalam perahu sendiri yang
terjatuh. Pemandu itu sendiri sudah mampu dengan cepat melakukan penyelamatan.

B. SALING MENUNGGU
Maksud dari saling menunggu adalah untuk memastikan bahwa perahu yang di
belakang ada yang menjaga. Dalam suatu pengarungan sungai yang belun pernah
diarungi atau suatu ekspedisi, harus selalu berhenti sebelum jeram untuk scouting
danmerencanakan pengarungan dan berhenti pula di sesudah jeram untuk menjaga perahu
yang lain yang akan mengarungi jeram tersebut.Biasanya pemandu yang menjaga ini
akan mnghentikan dan menambatkan perahunya di tepi sungai, kemudian mengambil
peralatan penyelamatan dan mencari tempat untuk menjaga keamanan perahu yang akan
mengarungi jeram. Begitu pula dengan perahu yanglain, bila telah melewati jeram, selalu
melakukan hal seperti itu.

BAB VII
KOMUNIKASI

Komunikasi merupakan hal yang paling penting dalam melaksanakan kegiatan


pengarunagan sungai, baik untuk mencegahkejadian yang tidak diinginkan ataupun mengatasi
sutau kejadian yang telah terjadi.Ada beberapa hal yang dapat dipakai untuk berkomunikasi,
seperti :1. Suara yang besar dan lantang.2. Pluit/whistle/siulan.3, Signal ( hand signal atau
dengan peralatan lain ).Untuk dapat menggunakan signal-signal tersebut di atas, harus ada
hukum atau patokan yang sama bagi setiap anggotateam. Hukum atau patokan signal tersebut
haruslah mudah dilakukan dan mudah dimengerti.Sesuai dengan pedoman buku-buku rescue
atau penyelamatan dan perkembangan ilmu rescue, signal-signal itu berbeda- beda. Yang
penting, signal dapat dimengerti oleh semua anggota team. Jadi ada kemungkinan signal tidak
dimengerti oleh team lain,atau team yang satu tidak mau signalnya diketahui oleh team yang
lain.

Contoh Pluit Signal ( Whistle )Bunyi pluit satu kali berarti perhatian.Bunyi pluit dua kali
berarti go ( mulai atau melanjutkan perjalanan ).Bunyi pluit tiga kali berarti need help atau butuh
pertolongan. Semua pemandu yang mendengar signal ini harus berhenti danmenambatkan
perahu, kemudian mendatangi tempat pluit berbunyi dengan membawa peralatan penyelamatan (
rescue kit ).Dalam mengunakan sehari-hari hand signal tidak berfungsi kalau tidak diawali
dengan signal pluit atau suara keras, karena tidak mungkin memberikan hand signal kepada
orang yang tidak melihat.Contoh beberapa bentuk Hand Signal:

Eddy Out
Tangan dijulurkan keatas dengan telunjuklurus ke atas dandigerakan berputar.Jika
diperlukantunjukan tempat eddyout tersebut

Stop
Kedua tangan direntangkan kesamping atau dayungdipegang horisontal di atas kepala

O.K.
Satu tangan dengantelapak tangan terbukadigerakkan naik turunmenyentuh kepala di ataskepala.
Perahu Wrap
Kedua tangan di ataskepala disatukan,yang satu terkepal,yang satunya lagimembungkus kepalan
tangan tersebut.

Perahu Flip
Satu tangan di atas kepaladengan telapak tangan menghadap ke atas dibolak-balik,diulang
beberapa kali sampaiorang lain mengerti.

Perlu P3K
Kedua tangan tergenggam dan disilangkan diatas kepala.

Perlu Pompa
Kedua telapaktangan ditumpukdi atas kepaladan digerakkannaik turun,seperti gerakan
memompa.
Jalur kanan dan kiri
Satu tangan menunjukkan signal “”atau signal “” dan tangan yangsatunya menunjukkan arah
yang harusdilalui. Ok go.
Komunikasi merupakan hal yang paling penting dalam melaksanakan kegiatan
pengarunagan sungai, baik untuk mencegahkejadian yang tidak diinginkan ataupun
mengatasi sutau kejadian yang telah terjadi.

Ada beberapa hal yang dapat dipakai untuk berkomunikasi, seperti :


 Suara yang besar dan lantang.
 Pluit/whistle/siulan.
 Signal ( hand signal atau dengan peralatan lain ).

Untuk dapat menggunakan signal-signal tersebut di atas, harus ada hukum atau
patokan yang sama bagi setiap anggota team. Hukum atau patokan signal tersebut
haruslah mudah dilakukan dan mudah dimengerti.

Sesuai dengan pedoman buku-buku rescue atau penyelamatan dan perkembangan


ilmu rescue, signal-signal itu berbeda- beda. Yang penting, signal dapat dimengerti oleh
semua anggota team. Jadi ada kemungkinan signal tidak dimengerti oleh team lain,atau
team yang satu tidak mau signalnya diketahui oleh team yang lain.

Contoh Pluit Signal ( Whistle ) :


 Bunyi pluit satu kali berarti perhatian.
 Bunyi pluit dua kali berarti go ( mulai atau melanjutkan perjalanan ).
 Bunyi pluit tiga kali berarti need help atau butuh pertolongan.

Semua pemandu yang mendengar signal ini harus berhenti dan menambatkan
perahu, kemudian mendatangi tempat pluit berbunyi dengan membawa peralatan
penyelamatan ( rescue kit ).Dalam mengunakan sehari-hari hand signal tidak berfungsi
kalau tidak diawali dengan signal pluit atau suara keras, karena tidak mungkin
memberikan hand signal kepada orang yang tidak melihat.

Contoh beberapa bentuk Hand Signal :


 Stop
Kedua tangan direntangkan kesamping atau dayung dipegang horisontal di atas kepal
 Eddy Out
Tangan dijulurkan keatas dengan telunjuk lurus ke atas dan di gerakan berputar.Jika
diperlukan tunjukan tempat eddy out tersebut
 O.K.
Satu tangan dengantelapak tangan terbuka di gerakkan naik turun menyentuh kepala di
atas kepala.
 Perahu Wrap
Kedua tangan di atas kepala disatukan,yang satu terkepal,yang satunya lagimembungkus
kepalan tangan tersebut.
 Perahu Flip
Satu tangan di atas kepala dengan telapak tangan menghadap ke atas dibolak-
balik,diulang beberapa kali sampaiorang lain mengerti.
 Perlu P3K
Kedua tangan tergenggam dan di silangkan diatas kepala.
 Perlu Pompa
Kedua telapak tangan di tumpuk di atas kepala dan di gerakkan naik turun,seperti gerakan
memompa.
 Jalur kanan dan kiri
Satu tangan menunjukkan signal “Go”atau signal “Ok” dan tangan yangsatunya
menunjukkan arah yang harus di lalui.
 Hilang Peserta
Signal berenang dan di lanjutkn dengan acungan tangan tergenggam beberapa kali sesuai.
 Orang Berenang
Gerakan tangan sepertiberenang di atas kepala.
 Jalan Cepat
Kedua tangandikepalkan di ataskepala dandigerakkan berputar seperti mengayuhsepeda.
 Go
( memulai perjalanan atau melanjutkan perjalanan )Tangan atau Paddle lurus ke atas
 Pelan-pelan
Satu tangan menjulur kedepan digerakkan ke atasdan ke bawah berulang kali.

BAB IX
RESCUE

SELF-RESCUE

Dalam kegiatan arung jeram, keselamatan setiap peserta adalah hal yang utama.
Banyak faktor yang harus diperhatikan dalam melakukan kegiatan arung jeram ini.
Namun peserta harus selalu menyadari, kegiatan arung jeram tidak akan pernah lepas dari
segala resiko dan bahaya; baik oleh faktor manusia, peralatan, maupun faktor alam yang
menyertainya.

Meski begitu, anda tidak perlu cemas, karena justru di sinilah letak salah satu
kegembiraan yang akan anda rasakan saat bermain-main dengan air.

Self rescue atau tindakan penyelamatan diri saat melakukan kegiatan arung jeram
ini perlu anda cermati betul. Walaupun anda dipandu skipper yang berpengalaman, ia
tetap memiliki keterbatasan. Sehingga hal terbaik yang harus anda lakukan adalah
melakukan tindakan penyelamatan diri sebelum datang tim rescue yang akan membantu
anda.

Prinsip setiap tindakan penyelamatan dalam kegiatan arung jeram, adalah


menyelamatkan diri sendiri sebelum melakukan tindakan penyelamatan terhadap orang
lain. Si penyelamat harus benar-benar berada dalam kondisi yang aman dalam melakukan
tindakan penyelamatan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari resiko lainnya dan
kemungkinan bertambahnya korban.

Berikut dijelaskan hal apa saja yang harus anda lakukan dalam self rescue:

1. Swimmer
Adalah istilah yang digunakan oleh kalangan boater untuk menyebut orang yang
terlempar keluar dari perahu saat berarung jeram. Jika anda belum pernah
mengalaminya, percayalah suatu saat anda akan mengalaminya. Bagi anda yang baru
kali pertama melakukan kegiatan arung jeram, tidak perlu khawatir.

Banyak peserta yang kali pertama mengikuti kegiatan arung jeram mengalami hal
ini dan tidak terjadi apa-apa dengan mereka. Bahkan menjadi cerita menarik bagi rekan-
rekannya dan menimbulkan kesan tersendiri bagi yang mengalami. Namun tak sedikit
pula peserta yang tidak mengalaminya dalam setiap kegiatan yang diikuti.

Hal pertama yang harus anda lakukan jika mengalami swimmer: Jangan panik!

Mengapa jangan panik? Karena jika terjadi kepanikan, anda tidak akan tahu apa
yang harus anda lakukan untuk tindakan self rescue. Setelah anda dapat mengatasi rasa
panik, selanjutnya anda harus menyadari dan mengetahui situasi di sekeliling anda.

2. Teknik berenang di arus


a. Defensive swimming position

Defensive swimming position adalah berenang mengikui arus dalam posisi


terlentang, kaki dalam keadaan rapat dan selalu berada di atas air untuk
menghindari foot entrapment. Defensive swimming dilakukan pada arus deras
dengan pandangan terarah ke hilir. Gunakan tangan sebagai pengatur
keseimbangan atau untuk menuju pinggiran sungai dan menghindari berbagai
rintangan lainnya.

Ingat … walaupun tidak terjadi sesuatu selama anda melakukan defensive


swimming dan anda mulai menikmatinya, anda tidak dalam posisi yang benar-
benar aman. Berusahalah untuk menggapai tepian sungai dan segera keluar dari
air. Jangan mencoba berdiri, meskipun pada daerah dangkal sekalipun, sebelum
anda mencapai tepian sungai atau berada pada arus yang cukup tenang.

b. Aggressive swimming position

Aggressive swimming position adalah berenang dengan cara melawan


arus. Dilakukan pada arus yang relatif tenang dengan posisi menghadap ke hulu.
Tujuannya, untuk mendekati perahu penolong, menghindari strainer, sieves,
undercut, dan untuk menyeberang ke sisi tepian sungai yang lain dengan cepat.
Ingat, aggressive swimming ini hanya efektif dilakukan pada arus sungai yang
relatif tenang. Jika anda lakukan ini pada arus deras, tenaga anda akan terbuang
percuma; anda akan tetap terseret arus deras.

Berikut ini beberapa pertanyaan yang dapat membantu anda mendefinisikan


situasi di sekeliling anda saat anda mengalami swimmer dan menentukan tindakan apa
yang harus anda lakukan:

 Apakah di belakang anda terdapat perahu? (Baik perahu yang melemparkan anda ataupun
perahu lain)

Jika ya, berusahalah mendekatinya dari arah samping pada arus yang relatif
tenang dengan aggressive swimming position. Jangan lakukan ini dari arah depan karena
anda dapat terseret perahu. Jika telah dekat, gapai dan peganglah boat line pada perahu.
Tunggu sampai rekan anda menarik dan menaikkan anda ke atas perahu kembali dengan
cara menarik bahu pelampung yang anda kenakan.

Jika tidak, lakukan aggressive swimming ataupun defensive swimming menuju


tepian sungai.

 Apakah di dekat anda terdapat tim rescue yang akan melemparkan throw bag/rescue
rope?

Jika ya, raih throw bag/rescue rope yang dilemparkan. Pegang erat pada bagian
tali, jangan pada bagian kantong tali. Pegang dengan tetap melakukan teknik defensive
swimming sambil tim rescue menarik anda ke tepian sungai.

Jika tidak, lakukan aggressive swimming ataupun defensive swimming menuju


tepian sungai.

 Apakah di dekat anda terdapat rintangan atau obstacle (bebatuan, dahan/ranting, atau
pohon tumbang)?

Jika ya, hindari daerah tersebut baik dengan aggressive swimming ataupun
defensive swimming.

Jika tidak, lakukan aggressive swimming ataupun defensive swimming menuju


tepian sungai.

 Apakah di dekat anda terdapat undercut, strainer, dan sieves?

Jika ya, hindari daerah tersebut secepat mungkin dengan aggressive swimming.
Jika tidak, lakukan aggressive swimming ataupun defensive swimming menuju
tepian sungai.
 Apakah anda berada di bawah perahu terbalik?

Jika ya, segeralah keluar dari bawah perahu dengan cara menyelam ke arah hulu
atau ke samping. Jangan menyelam ke arah hilir karena anda akan tetap terperangkap di
bawah perahu.

Jika tidak, lakukan aggressive swimming ataupun defensive swimming menuju


tepian sungai.

 Apakah anda berada di dalam hole/hydraulic (arus berputar-putar)?

Jika ya, lakukan aggressive swimming dengan mengikuti putaran arus ke arah luar
yang menuju hilir. Atau dapat juga dilakukan dengan menyelam pada bagian tengah
pusaran dengan posisi berdiri sampai kaki menyentuh dasar sungai; lalu tolakkan kaki
anda sekuat mungkin ke arah hilir.

Jika tidak, lakukan aggressive swimming ataupun defensive swimming menuju


tepian sungai.

KLASIFIKASI TINGKAT KESULITAN SUNGAI

Tak disangsikan lagi, arung jeram telah menjadi suatu kegiatan yang sangat
populer dibandingkan dengan kegiatan kepetualangan lainnya. Arung jeram dapat
dinikmati beramai-ramai tanpa memandang usia, status sosial, tingkat pendidikan, dan
profesi seseorang.

Saat ini telah banyak sungai yang dapat diarungi serta dikelola secara profesional
oleh beberapa operator arung jeram. Mereka menawarkan berbagai paket kegiatan
dengan tingkatan umur dan kemampuan calon kunsumennya. Mulai dari sungai dengan
tingkat kesulitan mudah, sampai sungai yang menjanjikan tantangan dan petualangan.

Anda mungkin juga menyukai