Anda di halaman 1dari 38

MATERI DASAR

RAFTING
ARUNG JERAM

150122147/PU
ARUNG JERAM

Arung Jeram atau bahasa kerennya : Rafting adalah sebuah aktifitas yang memadukan
unsur petualangan adventure, edukasi, olahraga, dan rekreasi dengan mengarungi alur sungai
yang ber ‘jeram’ menggunakan media boat karet, dayung, kayak, dan kano. Selain menguji nyali,
aktifitas rafting juga beresiko namun asal setia mengikuti aba-aba yang diberikan pemandu,
maka semua akan aman-aman saja.

Sejarah Arung Jeram Di Indonesia

Sejarah petualangan sungai di Indonesia dimulai sekitar awal tahun 1970-an dengan
istilah olah raga arus deras (ORAD). Dipelopori oleh rekan-rekan pecinta alam dari Bandung dan
Jakarta, olah raga ini kemudian menjadi salah satu olah raga petualangan yang paling diminati
para pecinta alam.
Sekitar tahun 1975, kelompok pencinta alam mengembangkan juga olah raga ini dengan
ekspedisi melintas Sungai Mahakam dan Sungai Barito, serta juga melaksanakan ekspedisi ke
Sungai Alas.

Peralatan Dan Perlengkapan Arung Jeram

1. Perahu karet ( River boat)


Perahu yang digunakan dalam rafting bisa muat 4 – 10 orang tergantung besar kecilnya
boat tersebut,  perahu karet dibuat dengan bahan khusus yang sangat kuat dan
berkualitas. Ada dua tipe perahu yang digunakan yaitu Non self Bailing, boat jenis ini
tidak memiliki lubang pembuangan air, sehingga perlu disediakan ember untuk
membuang air yang masuk, berikutnya boat jenis Self Bailing yang dilengkapi dengan
lubang-lubang pada perahu karet untuk pembuangan air.

150122147/PU
2. Dayung (paddle)
Seperti namanya digunakan untuk mendayung boat, dayung tersebut berfungsi
untuk mengatur laju boat baik untuk maju, belok, mundur ataupun berhenti. Kekuatan
termasuk berat dayung tersebut sangat penting. Dayung biasanya terbuat dari kayu, fiber,
plastik dan aluminium. Yang terbaik adalah dayung aluminium dan plastik, karena ringan
dan bisa terapung dalam air. Pegangan pada ujung dayung berbentuk hurup T dan
gagangnya terbuat dari aluminium. Panjang dayung antara 150 -170 meter disesuaikan
dengan peserta rafting.

3. Pelampung (Life jacket)


Baju pelampung ini sangat penting, baju tersebut bisa membantu anda jika
terjatuh ke air, sehingga memungkinkan peserta terapung sehingga mempermudah
menyelamatkan diri, selain untuk pelampung, baju tersebut juga cukup ampuh untuk
perlindungan tubuh saat terjadi benturan dengan benda lain. Pelampung tersebut ada yang
dilengkapi pelindung tubuh sampai ke tengkuk leher. Jadi menggunakan pelampung
tersebut pastikan tidak terlalu longgar dan tidak terlalu kencang, itu penting untuk
keamanan dan kenyamanan.

4. Helm
Peralatan ini sangat penting untuk digunakan, karena berfungsi melindungi kepala
dari benturan benda-benda keras, tidak hanya saat terjatuh karena aliran sungai pada
umumnya terdapat bebatuan tetapi juga benturan dengan peserta lainnya. atur
kekencangan sesuai kenyamanan, kalau terlalu kencang, kepala juga tidak akan terasa
nyaman, sisakan kelonggaran tali sekitar dua jari dari dagu.

150122147/PU
5. Tas kedap air (Dry bag)
Peralatan tas ini disediakan oleh provider rafting, tas tersebut biasanya dikaitkan
pada bantalan perahu. Tas tersebut digunakan untuk menyimpan benda-benda yang tidak
boleh basah, seperti perlengkapan P3K, repair it, kamera, hp dan juga dompet milik
peserta rating. Agar lebih aman peralatan yang tidak perlu dibawa dititipkan ke petugas.

6. Tali Lempar (trow bag)


Perlengkapan ini penting terdapat dalam boat, karena sewaktu-waktu mungkin
saja dibutuhkan, karena tali lempar tersebut berfungsi untuk penyelamatan, disaat
peserta terjatuh ke sungai dan terasa susah untuk menyelamatkan diri, tali tersebut
dilemparkan ke peserta untuk dipegang dan mempermudah penyelamatan.

7. Pompa (pump)
Boat atau perahu karet yang didalamnya berisi udara tersebut, mungkin saja
tekanan udaranya menurun, apabila terasa berkurang, guide atau pemandu akan
melakukan pengisian dengan pompa yang sudah dilengkapi dalam setiap perahu, pompa
manual terebut cara pemakaiannya ada yang diinjak atau dipompa dengan tangan.

150122147/PU
Peralatan tambahan yang harus dimiliki guide atau pemandu arung jeram seperti :

Peluit flip line first aid (P3K) Pisau lipat

Peralatan individu yang harus ada :


Alas kaki
Berfungsi langsung untuk keamanan pengarung baik diatas perahu, diair dan didarat.

Sepatu air Sendal Gunung

150122147/PU
INSTRUKSI DALAM PENGARUNGAN

Ketika anda telah terbiasa dengan cara memegang dayung, selanjutnya anda kan diberikan
instruksi menggunakan dayung yang disebut dengan “paddle command”. Prinsip yang digunakan
ketika mendayung pada kegiatan arung jeramyakni tenaga akan disalurkan pada kedua lengan
yang menggerakan dayung, fungsinya untuk mengatur dan mengarahkan perahu saat mengikuti
kegiatan arung jeram. Berikut adalah instruksi dasar teknik mendayung ketika melakukan
kegiatan atau olahraga arung jeram :

Teknik Dayung

1. Dayung Maju (Forward)

Untuk instruksi maju dilakukan oleh seluruh peserta yang mengikuti kegiatan arung
jeram dengan menarik bilah dayung yang berada di air kearah belakang searah dengan perahu.
Pada saat mendayung kedepan atau maju posisi bilah dayung tegak lurus terhadap permukaan air
dan pada saat keluar dari air posisi bilah dayung ditempatkan sejajar dengan permukaan air
sungai dan kegiatan ini Anda dilakukan berulang kali.

2. Mundur (Backward)

Untuk instruksi mundur di lakukan juga oleh seluruh peserta yang mengikuti
kegiatan arung jeram dengan cara menarik bilah dayung yang berada di dalam air ke arah depan
searah dengan perahu dan kegiatan ini dilakukan secara berulang-ulang.

150122147/PU
3. Dayung Tarik/Draw (Kanan)

Tujuan dari dayung tarik ini yaitu untuk menggeser perahu kearah kanan. Dalam
berarung jeram biasanya digunakan untuk menghindari batu ataupun rintangan yang
terletak disebelah kiri perahu sehingga tidak terjadi benturan dengan perahu. Caranya
yaitu awak yang terletak disebelah kanan menancapkan dayung jauh kesamping dan
menariknya kearah perahu sedangkan awak yang terletak disebelah kiri manancapkan
dayungnya tegak lurus mendekati lambung perahu dan ditolak menjauhi perahu. Dalam
dayung tarik ini, usahakan posisi dayung tetap tegak lurus (900) terhadap permukaan air.

4. Dayung Tarik/Draw (kiri)

Dayung tarik (kiri) ini berlawanan dengan dayung kanan tarik. Tujuan dari dayung tarik
ini yaitu untuk menggeser perahu kearah kiri. Caranya yaitu awak yang terletak disebelah
kiri menancapkan dayung jauh kesamping dan menariknya kearah perahu sedangkan
awak yang terletak disebelah kanan manancapkan dayungnya tegak lurus mendekati
lambung perahu dan ditolak menjauhi perahu.

5. Berhenti (Stop)
Instruksi yang akan diberikan untuk menghentikan dayungan adalah “semua dayung tidak berada
dalam air, dayung dipegang dengan posisi diatas pangkuan”

150122147/PU
MORFOLOGI DAN KLASIFIKASI SUNGAI

A. LATAR BELAKANG

Air adalah media untuk berarung jeram. Sungai merupakan tempat dimana air
mengalir dengan tenang. Perpaduan antara air dan kondisi sungai merupakan suatu
persekutuan yang tidak dapat dipisahkan. Oleh banyak orang perpaduan tersebut dapat
dilukiskan sebagai seorang manusia yang merupakan perpaduan antara jasmani dan rohani.
Jasmani merupakan morfologi atau bentuk dari sungai dan air yang mengalir dapat
diumpamakan sebagai rohani dalam diri manusia. Sehingga sungai itu dapat dikatakan
sebagi seorang manusia yang pada kondisi tertentu dapat tenang, beriak dengan arus yang
deras, berbelok arah, pusaran air yang membahayakan dan mempunyai sifat yang
menghancurkan bila tidak terkendali. Sungai dan alirannya juga merupakan suatu nuansa
keharmonisan antara tantangan dan kedamaian yang diwujudkan dalam bentuk aliran dan
jeram-jeramnya. Oleh karenanya, aliran sungai merupakan suatu siklus yang tiada hentinya
dan selalui ditandai oleh perubahan dari aliran yang tenang menuju jeram-jeram yang
menakutkan dan akan kembali menuju air yang tenang. Siklus inilah yang menyebabkan
para pengarung jeram mengatakan bahwa " Sungai seperti manusia yang tidak dapat
diketahui bentuk perubahannya dari waktu ke waktu".

B. ANATOMY DARI SUNGAI

Pada hakekatnya aliran sungai terbentuk oleh adanya sumber air baik dari hujan,
mencairnya es, ataupun munculnya mata air dan adanya relief dari permukaan bumi. Dalam
sejarah hidupnya sungai melewati periode-periode Muda (Youth), Dewasa (Mature), Tua
(Old). Sungai Muda dicirikan dengan kemampuan mengikis alurnya. Hal ini terjadi jika
gradien sungai cukup terjal sehingga mampu membawa beban yang terbawa oleh cabang-
cabang sungai. Sungai muda biasanya sempit, dengan tebing terjal dan terdiri dari batuan
dasar. Sungai menutupi seluruh dasar lembah, tanpa dataan banjir, sering menunjukkan air
terjun atau percepatan (rapids) karena melewati massa batuan yang keras dan tak
beraturan. Aliran sungainya cepat dan airnya umumnya jernih. Sungai Dewasa telah
mengalami pengurangan gradien sungai sehingga kecepatan alirannya berkurang. Daya
erosi ke dalam berkurang dan terjadi pengendapan. Dasar sungai melebar oleh pergeseran

150122147/PU
lateral sungai dan terbentuk dataran banjir. Pada umumnya sungai yang dipakai untuk
pengarungan sungai adalah Sungai Muda-Dewasa, dimana gradien sungai, volume dan
batuan yang ada mempengaruhi kondisi jerm-jeram yang ada disungai tersebut.

Secara garis besar ada 4 faktor utama yang sangat mempengaruhi kondisi dari jeram-jeram
yang ada disungai:

1. Gradient Sungai: yang dimaksud dengan gradient disini adalah kemiringan dari dasar
sungai atau dengan kata lain ratio/perbandingan antara perubahan ketinggian secara
vertical terhadap jarak horisontal. Sebagai contoh, sungai dengan aliran sepanjang 500
m dengan perubahan ketinggian mencapai 30 m maka dapat dipastikan sungai ini
mempunyai gradien yang cukup besar dan menantang untuk diarungi.
2. Bentuk dari permukaan dasar sungai yang dipengaruhi oleh batu-batuan yang ada di
permukaan dasar sungai tersebut.
3. Pernyempitan dari morfologi sungai. Hal tersebut menyebabkan terrkumpulnya sejumlah
massa air yang menyebabkan semangkin kerasnya arus.
4. Volume air yang mengalir di sungai tersebut.

Ke empat hal tersebut diatas merupakan faktor utama terjadinya perubahan dalam tingkat
kesulitan jeram-jeram yang ada. Faktor-faktor tersebut bukanlah suatu paramater yang
absolut dan dapat berubah-ubah dengan adanya perubahan volume air. Oleh karenanya,
setiap pengarung sungai tidak boleh untuk mengingat cara melalui suatu jeram. Pengarung
sungai harus membaca dan menganalisa setiap bentuk perubahan tersebut.

Untuk mendukung dalam menganalisa suatu jeram maka diperlukan pengetahuan tentang
anatomi dari jeram-jeram tersebut.

1. Lidah (Tongue) : di setiap awal dari suatu percepatan air (rapid) ada sebuah lidah dari
arus air yang cepat. Bentuk dari lidah air ini seperti huruf 'V" dan arah dari huruf 'V' ini
menunjukkan arah arus utama dari rapid tersebut.
2. Channel : Arus bawah dari suatu aliran biasanya diikuti oleh beberapa channel dengan
ukuran yang bervariasi dan berbagai kesulitan. Idealnya, channel utama akan mengalir

150122147/PU
dari atas ke bawah dari sebuah rapid. Namun, suatu aliran yang besar akan mengalir
dari atas ke bawah dan menutupi suatu batuan (boulder). Hal tersebut akan
menyebabkan terjadinya perubahan arus air yang harus bisa diantisipasi dan dapat
dipergunakan dengan baik untuk kemudahan dalam mengendalikan suatu perahu.
3. Haystacks: Suatau aliran air yang kencang mengalir ke arah air yang relatif tenang yang
akan menghasilkan suatu kumpulan standing wave yang disebut haystacks.
4. Eddies : Sebuah eddy adalah tempat dimana aliran sungai berhenti atau mengalir arah
sebaliknya (flow upstream) yang disebabkan oleh adanya batu yang menghalangi aliran
atau kelokan sungai. Garis batas antara aliran sungai dengan eddy ditandai dengan
adanya gelembung dan pembelokan arus ke arah eddy.
5. River Bends (Kelokan Sungai) : Pada kelokan yang cukup tajam air yang mengalir
mempunyai energy yang kuat pada bagian luar dari kelokan. Bagian dalam dari kelokan
sungai tersebut mempunyai arus yang jauh lebih lemah (kemungkinan besar eddy) dan
lebih dangkal. Oleh karenanya, channel terdalam dan air yang tercepat ada di bagian
luar dari kelokan sungai tersebut.
6. Reversals : reversal adalah tempat dimana aliran air yang mengalir berlawanan arah
dengan arus utama dan menghasilkan turbulensi. Hal ini disebabkan terjadinya
perubahan gradien sungai yang sangat drastis. Ini merupakan salah satu tempat yang
paling berbahaya dalam suatu jeram. Banyak orang menyebutnya dengan Hole. Biasanya
ini terbentuk karena sebuah batu dengan air mengalir menutupinya dan aliran air jatuh
secara tiba-tiba dibalik batu besar tersebut dengan perubahan muka air yang drastis.
Bentuk lain dari reversal dapat ditemukan pada bagian dasar dari sebuah patahan (air
terjun kecil vertikal). Ini akan menghasilkan suatu energy hydraulic yang besar yang
dapat menahan pengarung sungai bila terjatuh kesini di dalam arus hydraulicnya.

150122147/PU
Dengan mengetahui dan memahami dari anatomi jeram dan sungai, seorang pengarung
dapat membaca, menganalisa dan menentukan arah perjalanan yang jauh lebih aman.
Setiap pengarung juga disarankan untuk selalu melihat jauh ke depan dan sekitarnya untuk
menghindari segala rintangan yang ada atau mengantisipasi hal-hal yang akan terjadi
dengan adanya perubahan arus air. Pengarung sungai juga diwajibkan untuk
memperkirakan kedalaman air di setiap bagian dari jeram, efek dari jeram tersebut ke
perahu dan adanya perubahan arus yang tiba-tiba yang dapat mempengaruhi keselamatan
dari pengarung sungai. Keahlian dalam mengendalikan perahu bukan tergantung dari
tenaga si pengarung tetapi bagaimana si pengarung sungai dapat menemukan arus yang
sesuai dengan arah tujuan dan meletakkan perahu di atas arus tersebut sehingga perahu
dapat bergerak mengikuti arah aliran tersebut.

Beberapa point penting dalam mengendalikan perahu untuk melewati jeram yang ada:

1. Posisi masuk ke jeram adalah hal yang terpenting. Arah lidah air menunjukkan channel
yang terdalam.
2. Hindari reversal. Jika harus melewati, lewati dengan tenaga yang penuh.

150122147/PU
3. Lewati Haystack tepat ditengah- tengah. Biasanya bagian tengah lebih dalam dan bebas
dari batu-batuan.
4. Gunakan eddy untuk istirahat atau scouting.
5. Posisi masuk ke kelokan sungai sebaiknya dari bagian dalam karena dari posisi ini akan
lebih mudah untuk bergerak ke bagian luar dari kelokan.
6. Memilih route perjalanan dalam memasuki suatu jeram juga dipikirkan alternatif dari
rencana tersebut.

C. KLASIFIKASI TINGKAT KESULITAN SUNGAI


Tingkat kesulitan untuk sungai-sungai di Indonesia belum mempunyai standard yang
baku menurut federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI) atau badan-badan yang
berkepentingan lainnya. Untuk hal ini, klasifikasi tingkat kesulitan dari sungai masih
mengacu kepada klasifikasi sungai di Amerika Serikat yang dikeluarkan oleh American
Whitewater Association (AWA). Namun klasifikasi ini juga tidak dapat dipakai secara absolut
ke sungai-sungai yang ada di Indonesia ataupun dinegara lainnya karena
pengklasifikasiannya masih secara subjektif dan dapat menimbulkan perbedaan yang cukup
menyolok dari antara para penggemar olahraga arus deras ataupun para guide komersial.

Kesulitan di setiap sungai dapat berubah sewaktu-waktu yang disebabkan oleh naik
turunnya permukaan air, perubahan rintangan alam yang terdapat disungai tersebut dan
perubahan perubahan lainnya yang disebabkan oleh faktor alam seperti gempa tektonik,
banjir besar dan lainnya. Oleh karena itu pengklasifikasian sungai di bawah ini banyak
mengacu ke AWA.

Klasifikasi sungai berdasarkan AWA dapat dikategorikan menjadi 6 kelas.

Class 1: Easy

Arus air yang cukup kuat dengan riffles (riak air) dan gelombang yang kecil (small
waves). Adanya beberapa rintangan
disungai yang dapat dihindari dengan
mudah tanpa perlu adanya keahlian dan
latihan yang khusus. Resiko untuk para
pengarung jeram bila berenang di jeram ini
sangat kecil dan self-rescue dapat dilakukan dengan mudah.

150122147/PU
Class 2:Novice

Jeram dengan rapid yang tidak terlalu besar dan tanpa manuver yang berarti untuk
melewatinya dan dapat dilalui tanpa
melakukan survey (scouting) terlebih
dahulu. Manuver dari perahu tetap
diperlukan dengan rintangan batu yang
tidak terlalu besar dan dapat dilalui dengan mudah oleh para pengarung jeram yang cukup
terlatih. Bila terjatuh di jeram ini, pengarung sungai dapat berenang dengan baik dan jarang
yang terluka.

Class III: Intermediate

Jeram dengan ukuran sedang dan tidak beraturan yang cukup sulit untuk dihindari.
Manuver-manuver yang sulit di arus yang
kuat dan kendali dari perahu yang seksama
sangat dibutuhkan untuk melewati jeram-
jeram class ini. Pusaran air yang kuat (eddy)
dan arus air yang keras dapat ditemui
terutama ketika permukaan air semangkin tinggi dari kondisi normal. Survey pendahuluan
(scouting) sangatlah disarankan kepada para pengarung sungai yang kurang terlatih. Self-
rescue biasanya dapat dilakukan tetapi bantuan dari rekan-rekan yang lain sangat
dibutuhkan untuk menghidari berenang lebih lama di jeram. Luka berat akibat terjatuh pada
jeram untuk kelas ini sangatlah jarang.

Class IV: Advance

150122147/PU
Arus yang sangat kencang dengan jeram yang masih dapat diperkirakan arah
alirannya dan pengendalian perahu yang
sangat seksama sangat dibutuhkan dalam
melewati jeram ini. Arus turbulent yang kuat
juga mendominasi jeram tersebut. Jeram
yang termasuk dalam ketgori ini juga
ditentukan oleh morfologi dari sungai tersebut dimana gelombang yang besar (standing
wave) dan holes ( arus turbulent akibat perubahan gradien secara tiba-tiba) disertai dengan
manuver yang sulit sangat mempengaruhi penetuan klasifikasi dari jeram-jeram tersebut.
Pembelokan secara tiba-tiba ke arah arus putar (eddy) sangat diperlukan untuk melakukan
survey (scouting) dari jeram yang berikutnya ataupun untuk beristirahat. Scouting sangat
disarankan untuk yang pertama kali mengarunginya. Resiko bagi para pengarung sungai
yang terjatuh pada jeram-jeram tersebut sangat bervariasi dari sedang sampai sangat
membahayakan dan self-rescue hanya dimungkinkan dengan pertolongan dari jeram itu
sendiri. Bantuan dari rekan-rekan yang lain sangat dibutuhkan tetapi juga dengan keahlian
khusus.

Class V: Expert

Jeram dalam kategori ini sangat panjang, banyak rintangan, baik batu ataupun
benda-benda lainnya seperti pohon yang
melintang disertai dengan pusaran air akibat
pertemuan beberapa aliran yang sangat tidak
beraturan yang dapat membawa para
pengarung dalam kondisi yang sangat
membahayakan. Arus turbulent yang disebabkan oleh holes sangat kuat dengan gradien
sungai yang tinggi dan semua rintangan tersebut tidak dapat dihindari oleh para pengarung.
Pengarung sungai juga dituntut untuk mempunyai tingkat kebugaran yang baik sebelum
mengarungi sungai tersebut. Eddies yang tersedia untuk beristirahat atau scouting tidaklah
memadai dan sangat sulit untuk dicapainya. Scouting adalah merupakan mandatory
(kewajiban) bagi setiap pengarung sungai untuk melewati jeram ini. Bila terjatuh di jeram
ini, pengarung sungai yang berenang sudah dalam kondisi yang sangat berbahaya dan regu
penyelamat juga sangat sulit untuk melakuakn pertolongan.

150122147/PU
Class VI: Extreme

Sungai pada kategory ini biasanya tidak diarungi karena kondisi dari jeram sangat
sulit untuk dilalui dengan arah arus dan pusaran air yang lebih tidak beraturan dari kategory
sebelumnya. Konsekwensi bila pengarungan dilanjutkan tidak dapat diperkirakan dan
penyelamatan oleh regu penyelamat sangat tipis keberhasilannya. Jeram yang termasuk
kategory ini bukannya tidak mungkin untuk diarungi tetapi tergantung dari kondisi air pada
saat-saat tertentu.

Pengklasifikasian sungai tersebut sangatlah subyektif dan penentuan dari suatu


jeram untuk termasuk dalam class tersebut diatas tidak dapat ditentukan oleh seorang
pengarung sungai. Pada umumnya jeram -jeram dapat ditentukan class-nya apabila diarungi
secara bersama-sama oleh para pengarung sungai yang terlatih dan mereka yang dapat
menentukan kategori dari jeram tersebut dengan memperhitungkan berbagai aspek yang
ada dan pengalaman dari masing-masing pengarung sungai tersebut.

Penentuan kategori jeram-jeram tersebut juga banyak dipengaruhi oleh tingginya


permukaan air dan cuaca keitka diarungi. Di iklim tropis seperti di Indonesia, jeram-jeram
tersebut tidak dapat dikategorikan dalam satu kelas karena tinggi permukaan air di
Indonesia tidak dapat diperkirakan secara seksama. Oleh karena itu disarankan untuk
melakukan beberapa kali pengarungan dengan tinggi muka air yang berbeda untuk
penentuan dari kategori sungai atau jeram tersebut.

Pada umumnya sungai - sungai yang mempunyai jeram dengan class II-III dapat
digunakan untuk tujuan pariwisata dengan aman terutama untuk para wisatawan yang baru
mencoba pertama kali olah raga ini. Untuk Class yang lebih lanjut dapat juga digunakan
untuk tujuan pariwisata dengan syarat-syarat khusus bagi para wisatawan dan
pemandunya.

Kecelakaan yang terjadi dalam pengarungan sungai umumnya terjadi karena kurang
memahami perubahan perubahan yang terjadi pada jeram-jeram tersebut. Dari berbagai
data yang dikumpulkan, penyebab kecelakaan yang mengakibatkan kematian bagi para
pengarung adalah:

1. Terjebak dibawah batu besar dimana anggota tubuh dari korban terjepit.
2. Terjebak di pohon-pohon yang melintang di sungai
3. Masuk ke dalam hole
4. Terbawa arus dan terserang penyakit secara mendadak.

150122147/PU
Oleh karena itu setiap pengarung sungai terutama para pemandu wisata untuk
mengetahui sifat-sifat dari setiap jeram yang dilewatinya dan mencatat setiap adanya
perubahan baik akibat dari naik turunya permukaan air juga adanya perubahan dari
rintangan yang ada dijeram terutama setelah terjadinya banjir di sungai tersebut.

Di Indonesia

Negara kita yang hampir sebagian besar terdiri dari air tidaklah mengherankan kalau sejak
dahulu kala bangsa kita telah mengenal pengarungan sungai. Misalnya di pulau Kalimantan
suku-suku Dayak telah sejak lama mengarungi Sungai Mahakam atau Kapuas dengan
perahu biduk, yang juga terbuat dari batang pohon yang dilubangi, juga suku-suku di
pedalaman Irian, yang hidup di sekitar aliran Sungai Mamberamo. Dan suku lainnya di
pelosok nusantara ini.

Sedangkan kegiatan pengarungan sungai berarus deras dengan menggunakan perahu karet
yang tercatat dalam sejarah adalah tatkala diselenggarakannya Lomba Arung Sungai
Citarum I yang diadakan oleh kelompok pendaki gunung dan penempuh rimba Wanadri,
Bandung, yang juga mendapat dukungan dari angkatan laut kita.

Momen tersebut boleh dikatakan sebagai titik tolak dari perkembangan arung jeram di
Indonesia. Para aktivis kegiatan ini sebagian besar adalah club-club pencinta alam seperti
Wanadri dan Mapala UI yang kemudian mengadakan serangkaian kegiatan ekspedisi. Tanpa
disadari, walaupun tidak terlalu pesat, arung jeram telah mulai berkembang di Indonesia.
Sebagian besar penggelutnya menggunakan sarana perahu karet dan beberapa club di
Yogya dan Bandung juga mengembangkan kegiatan kayak dan canoe.

Ekspedisi Internasional pertama dalam bidang arung jeram dilakukan oleh club Aranyacala
Trisakti yang mengarungi sungai-sungai di negara bagian California, Oregon dan Idaho, USA
pada tahun 1992. Ekspedisi ini dilanjutkan dengan tim wanitanya yang berangkat
mengarungi Sungai Zambezi, Zimbabwe di tahun 1994.

Jika sebelumnya perahu karet yang digunakan sebagian besar bukan untuk berarung jeram,
melainkan perahu bekas angkatan laut, perahu karet khusus arung jeram mulai banyak
digunakan di Indonesia bersamaan dengan masuknya arung jeram komersil di tahun 90 an.
Arung jeram komersil ini mulai dipelopori oleh beberapa staff dari organisasi arung jeram
internasional, Sobek Expedition yang setelah membuka Sungai Alas di Aceh Tenggara,
secara pribadi mereka memulai arung jeram komersil di Sungai Ayung, Bali.

Melihat perkembangan yang sangat pesat dari kegiatan ini pada era 90 an, beberapa
pegiatnya mulai membutuhkan suatu wadah komunikasi bagi para pegiat kegiatan arung

150122147/PU
jeram di Indonesia. Pada tanggal 29 Maret 1996, berdiri Federasi Arung Jeram Indonesia,
yang dibidani oleh 30 club arung jeram baik komersil maupun amatir. Ini adalah satu titik
tolak menuju perkembangan orde baru dalam dunia arung jeram Indonesia.

I. KARAKTERISTIK SUNGAI
Jeram

Jeram merupakan terjemahan dari kata ‘rapid’ dalam Bahasa Inggris yaitu bagian dari
sungai dimana air mengalir dengan deras dan bertaburan di antara banyak batu dari
beragam ukuran dan juga terdapat arus balik. Rapid juga sering diartikan sebagai aliran air
yang cepat/berbahaya. Ada empat faktor utama yang membuat terjadinya jeram yaitu:

 Volume air
Ukuran jumlah air yang melewati suatu titik tertentu sungai dalam satuan waktu tertentu yaitu cfs
(cubic feet per second = kubik feet per detik). Mengetahui volume air sangat penting, bilamana
volume air tinggi atau rendah, sehingga kita dapat memastikan apakah saat tersebut sungai dapat
diarungi atau tidak. Turun naiknya volume air juga dapat mempengaruhi besar kecilnya resiko dan
tingkat kesulitan sungai. Umumnya bila volume air naik, tingkat kesulitan akan bertambah, akan
tetapi tidak selalu hal ini benar, karena di sungai-sungai tertentu justru akan bertambah sulit bila
volume air menurun.

Volume air dapat dihitung dengan cara menghitung rata-rata luas penampang sungai pada suatu
bagian tertentu dikalikan dengan kecepatan arus pada bagian tersebut. Besarnya volume air
berbeda-beda disepanjang sungai.
Tinggi Muka Air (TMA) lebih praktis untuk dijadikan patokan daripada menghitung volume air. Di
beberapa sungai tertentu TMA dapat dilihat pada bangunan pengukur tinggi muka air.

 Tingkat kecuraman sungai (gradient)


Menunjukkan nilai rata-rata penurunan dalam suatu jarak tertentu. Setiap sungai pada jarak
tertentu mempunyai tingkat kecuraman yang berbeda. Kadang-kadang tajam dan sebaliknya
mendatar. Kecuraman atau kemiringan sungai dapat dianggap sebagai petunjuk kasar tingkat
kecepatan dan kesulitan alur aliran sungai.
Gradien dapat dihitung dari peta topografi. Besarannya dinyatakan dalam m/km. Besarnya gradien
sungai untuk kegiatan arung jeram berkisar antara 10 sampai 20 m/km.

 Tonjolan dasar sungai (Roughness)


Letak batuan atau tonjolan di dasar sungai yang tak beraturan mengakibatkan turbulensi aliran
sungai. Semakin tidak beraturan letak batu di dasar sungai, semakin besar pusaran airnya.

150122147/PU
Terjadinya sebuah jeram sangat ditentukan oleh bentuk atau tataletak dari batu atau benda di
bawah permukaan air.

 Penyempitan lebar penampang sungai (Constriction)


Penampang sungai tidak selalu sama lebarnya. Semakin sempit penampag sungai, semakin deras
arusnya. Biasanya setelah penyempitan akan terbentuk ombak beruntun.

Rintangan-rintangan yang harus dikenali

Ada beberapa rintangan yang akan ditemui jika kita berarung jeram. Rintangan ini ada yang
membahayakan dan harus dihindari, tapi ada juga yang dapat menjadi ‘teman’ dalam
berarung jeram. Jenis rintangan ini dijabarkan sebagai berikut:

 Holes
Orang awam biasanya akan sulit mengerti bahwa tidak semua air sungai mengalir dari hulu kehilir.
Bentuk dasar sungai tertentu dapat membuat arus
balik, arus balik yang tidak terlalu kuat dapat kita
manfaatkan untuk manuver atau bermain, tetapi
ada arus balik yang sangat kuat, perahu seperti
menabrak dinding, dan dapat membuat perahu
terbalik, terputar-putar tertahan ditempat seperti
kotak korek api. Inilah yang disebut holes.
Kekuatan holes ini berubah-ubah tergantung dari
tinggi muka air.

Gambar 2.1. Holes disebabkan oleh air yang mengalir di atas batu.

 Undercut & Potholes

Undercut biasanya terdapat pada tebing dikelokan sungai,


terjadi oleh karena pengikisan air membuat rongga dibawah air.
Perahu atau orang berenang dapat terhisap kedalam Undercut
dan terperangkap didalamnya.

150122147/PU
Lebih berbahaya lagi jika rongga ini tembus menjadi seperti lorong dibawah air. Biasanya didalam
tempat ini bisa juga ada batang pohon dan sampah yang ikut terjebak. Sampah dan batang pohon
ini menjadi seperti saringan, dan dapat menyebabkan manusia terperangkap diantaranya.

Gambar 2.2. U n d e r c u t

 Entrapment

Bahaya utama yang sering terjadi disungai dangkal berarus deras adalah kaki terjepit. Bagi pemula
biasanya pada waktu berenang di sungai deras cenderung mencari tempat berpijak dan berusaha
berdiri. Pada dasar sungai banyak sekali
celah antara dua batu yang
memungkinkan kaki terjepit, sedangkan
arus kuat mendorong dari belakang
sehingga badan akan terdorong ke
depan, sementara kaki terjepit.

Gambar 2.3. E n t r a p m e n t

 Dam, tiang, jembatan

Hati-hati dengan apa saja yang dibuat oleh manusia !


Dam adalah salah satu musuh utama pengarung jeram, dam menciptakan arus balik sangat kuat,
dilihatnya tidak terlalu menakutkan. Kadang mudah dilewati oleh perahu. Tapi jika membuat
kesalahan dan ada penumpang
yang tumpah, atau perahu
tersedot ditempat ini jalan
keluarnya sangat sulit, dam
harus dihindari. Karena banyak
memakan korban di Amerika
dam dijuluki ‘Drowning
Machines’ atau mesin
pembunuh.

150122147/PU
Gambar 2.4. D a m

 Strainers

Rintangan ini terbentuk dari pohon tumbang atau ranting-ranting kayu yang ada didalam air.
Biasanya tidak begitu kelihatan. Rintangan ini dapat menjebak perahu dan orang ke dalam air.
Umumnya terdapat dilembah yang sempit. Rintangan ini
sangat berbahaya, harus dihindari.

Gambar 2.5. St ra iners

 Longsoran / Runtuhan.
Tebing yang longsor kedalam air, tanahnya terbawa air, yang tertinggal pecahan batu-batu besar,
menciptakan lorong-lorong dibawah air.

 E d d i e s

Eddies sangat banyak manfaatnya untuk pengarung jeram. Bisa dipergunakan untuk manuver
perahu, jika ada yang berenang selalu berusaha masuk ke eddies untuk menepi. Ada tiga macam
eddies, disebelah kiri sungai, tengah sungai dan kanan sungai.

150122147/PU
Gambar 2.6. Eddies

Sumber Pustaka

1. ‘Kayaking Whitewater and Touring Basics’ by Steven M Krauzer - introduction by John


Viehman, 1995
2. ‘Adventure Connection Manual’ for whitewater course, 1995
3. ‘Dasar-dasar geomorfology’ oleh DR. Sampurno, ITB

A. MODUL PELAKSANAAN KEGIATAN

I. PENGARUNGAN

A. PERENCANAAN PENGARUNGAN
Sebelum melakukan pengarungan dapatkan informasi sebanyak-banyaknya ( khusus
sungai yg baru diarungi ) seperti :

 Sungai yang akan diarungi.


 Tingkat kesulitan berapa sungai yang akan diarungi pada musim ini?
 Tingkat Kesuliatan bila air naik / normal / musim hujan / kemarau ?
 Di mana tempat awal pengarungan & akhir pengarungan?
 Berapa jarak tempuh dan waktu tempuh? P
 Di bagian mana jeram-jeram besar dan tempat berbahaya?
 Jika terjadi kecelakaan adakah jalur evakuasi?
 Hitungkan juga cadangan waktu jika ada kejadian yang tidak diinginkan.
 Dimana perkampungan ?
 Adakah signal untuk menggunakan handphone ? Provider apa saja ?
 Dimana rumah sakit dan kantor polisi terdekat?

150122147/PU
 Nomor teleponnya berapa?
 Apakah ada peta topografi untuk daerah yang kita datangi?

Dalam menentukan tim kita harus bersikap tegas. Jika ada teman yang kita anggap tidak
mampu, lebih baik ditolak sewaktu masih dikota ketimbang sudah tiba disungai. Jika ada
peserta yang tidak kita kenal sebaiknya didekati dan ditanya mengenai: sudah tahu resiko
kegiatan ini? Jika keadaan darurat sudah tahu apa yang harus dilakukan? Bisakah
menyelamatkan diri sendiri?

Jika kita tiba ditempat start, air sungai dalam keadaan banjir, sedangkan kondisi
perlengkapan dan personil tidak siap untuk menghadapi tingkat kesulitan sungai yang
ternyata meningkat. Kita harus segera memutuskan untuk mencari alternatif lain. Di
antaranya adalah :

 Bagian sungai mana yang masih layak diarungi?


 Apakah ada sungai lain yang tidak jauh dari tempat ini yang bisa diarungi?
 Kalau terpaksa harus mengarungi sungai yang tingkat kesulitannya bertambah kita
harus menyeleksi ulang personil yang akan turun.
 Atau pengarungan yang kita rencanakan berbulan-bulan ini batal.
 Masalah ini tidak mudah dilakukan.

B. PEMBENTUKAN TIM
Pada keadaan darurat setiap orang mempunyai reaksi yang berbeda. Jika
dikelompokan ada dua kelompok sebagai berikut:

Kelompok pertama adalah orang-orang yang terlatih dan berpengalaman, mereka sudah tahu
apa yang harus diperbuat, dan bisa menebak kira-kira apa yang akan terjadi, selanjutnya
mereka akan bergerak cepat dan tepat.

Kelompok kedua adalah orang yang masih awam, mereka hanya bisa berdiri dengan mulut
terbuka, mata melotot, berteriak memberi instruksi tidak jelas, dan yang lebih parah lagi
mereka akan bereaksi terlalu cepat, tidak didukung oleh kemampuan yang cukup, sehingga
menambah buruk keadaan.

Untuk kelompok kedua ini dapat dimengerti, kita tidak dilahirkan langsung menjadi ahli
disungai.

Keahlian itu muncul dari latihan dan pengalaman yang harus terus menerus dikembangkan.
Mengerti tentang perlengkapan, mempelajari bahaya-bahaya disungai, kerja sama tim, jam
terbang dan lain-lain. Sebagian besar kecelakaan disungai disebabkan oleh persiapan yang
kurang matang, perlengkapan yang tidak memadai, tidak mengerti akan arung jeram.

150122147/PU
C. BRIEFING & SAFETY TALK SEBELUM PENGARUNGAN

Briefing adalah penting untuk dilakukan sebelum dimulainya pengarungan untuk


memberikan informasi :

 Sungai , panjang pengarungan & jumlah jeram ( bila sudah diketahui )


 Rencana Pengarungan dan durasinya serta tempat istirahat.
 Berlatih / pemanasan untuk melihat kesiapan tim memulai pengarungan.

Di ingatkan pula akan :

 Sepakat untuk tidak mengambil resiko yang tidak perlu.


 Semua barang-barang harus terikat, tali-tali dalam keadaan tergulung rapih
 Sepakat untuk tidak melepaskan pelampung dan helm pada waktu pengarungan dan
disekitar sungai.
 Pembagian penanggung jawab P3K, alat recue, makanan, tim darat, perahu pertama,
perahu terakhir, alat reparasi, pompa, juru foto / video, radio komunikasi,kapten
ditiap perahu dan lain-lain.
 Menghindari tempat berbahaya, misalnya, air terjun, dam, jeram besar dan lain-lain.

Safety Talk adalah kebutuhan dan kewajiban yang dilakukan kepada anggota pengarung ,
baik yang sudah pengalaman / belum. Yang harus disampaikan adalah :

 Sistim lalu lintas pengarungan seperti adanya tim rescue, sweeper dan TL.
 Keamanan di dalam perahu terhadap respon memasuki jeram yang besar, pegangan
dayung agar tidak mengenai kepala/ muka sesamanya.
 Keamanan di sungai, menyangkut apabila terjadi terjatuh ke sungai. Posisi self
rescue, ketenangan, memegang peralatan bila bisa, berenang ke arah tepian yang
arusnya lemah.
 Keamanan di darat, ketika kita akan keluar dari perahu dan berjalan / beristirahat di
tepian sungai.

Tujuan paling penting adalah semua anggota tim sudah mengerti apa yang mereka harus
lakukan.Pada saat darurat mereka harus siap. Pengarahan ini biasanya dilakukan oleh
pimpinan pengarungan ( Team Leader ).

D. RUNNING SYSTEM PENGARUNGAN


Didalam sebuah pengarungan adalah penting untuk menjaga keamanan &
keselamatan seluruh tim pengarungan dengan menjaga lalu lintas sesamanya. Hal ini
penting untuk tercapai maksud & tujuannya pengarungan, apakah itu ekspedisi, rekreasi,
adventure atau penelitian.

150122147/PU
Running System – Sistem Pengaturan Pengarungan adalah cara cara pengamanan
selama pengarungan dari awal hingga akhir perjalanan . Hal hal yang di atur di antaranya
adalah :

1. Perlengkapan & Logistik yang standar operasional pengarungan.


2. Team Leader yang mengatur dan memimpin lalu lintas pengarungan dengan
berkoordinasi dengan tim rescue dan para skeeper untuk perencanaan pengarungan,
memulai, mengistirahatkan , pengaturan formasi pemberangkatan , dan tindakan
menghadapi masalah darurat dll.
3. Skeeper/Kapten/Guide – penentuan kekuatan diperahu perahu yg beragam anggota
pendayung.
4. Tim rescue – tim yang memiliki kemampuan pisik, ketrampilan, pengalaman dan
mentalitas yang kuat dan stabil yang bekerja berdasarkan River Rescue Management.
5. Komunikasi dengan Handy Talky, Peluit & Body Signal.
6. Jarak antar perahu dalam pengarungan – komunikasi teriakan masih terdengar jelas .
7. Mengatur kecepatan pergerakan dan menahan pergerakan pengarungan.
8. Pemilihan untuk istirahat mobile ( diperahu ) di eddy’s yang bisa mencukupi ruang &
arus .
9. Memastikan kesehatan & keamanan dan keselamatan anggotanya baik kondisi pisik,
mentalitas dan pola pikirnya.
10. Pengawasan terhadap kondisi cuaca di hulu dan lintasan bertebing kiri kanan yang
diperlukan untuk akses keluar atau masuk.
11. Menentukan pengarungan dilanjutkan / distop / portaging / lining berhubungan
dengan keamanan & keselamatan dari pengaruh jeram2 yang besar, gangguan pisik
anggotanya/skeepernya, TMA air meningkat, hujan besar & banyak petir.
12. Melakukan scouting baik on spot ( mobile / read & run ) atau scouting darat dari
berbagai sisi untuk mendapatkan kepastian dan berdasarkan diskusi bersama /
persetujuan bersama atas jalur / lintasan yang diambil dan tindakan berikutnya.
13. Melakukan komunikasi dan koordinasi dengan tim darat tentang keberadaannya dan
kondisi tim pengarungan sehingga tim darat mengetahui dan bisa melakukan dukungan
terhadap kebutuhan tim sungai.

Pemilihan TL, Skeeper/Kapten/Guide dan Tim Rescue tentunya berdasarkan kriteria


yang berbeda tetapi mempunyai jenjang ketrampilan yang bertahap dan benar. Khususnya
TL tidak harus yang memiliki kriteria sempurna tetapi bisa saja masuk skala baik ditambah
kemampuan memenej, dewasa dan berkemampuan tinggi mengambil keputusan yang
cepat, tepat dan benar.

Secara individu, harus mampu mengukur kemampuan terhadap Skala Kesulitan


Rencana Pengarungan ( khususnya dalam pengarungan sungai untuk kegiatan adventure )
agar tidak terjadi masalah bagi dirinya dan tim setelah berada di sungai. Adalah salah kalu
kita menomor satukan ”Rasa Ego” karena khawatir dengan ejekan orang lain. Katakan
”TIDAK” bila ada rasa tidak aman & nyaman secara insting apalagi disertai berbagai fakta di
depan mata. TIDAK untuk anda bisa menikmati lagi kegiatan tsb dalam jangka panjang.

150122147/PU
150122147/PU
I. KOMUNIKASI DARURAT

Komunikasi merupakan hal yang paling penting dalam melaksanakan kegiatan pengarungan
sungai, baik untuk mencegah kejadian ataupun mengatasi suatu kejadian yang telah
terjadi.

Ada beberapa hal yang dapat dipakai untuk berkomunikasi seperti :

 Suara yang besar dan lantang.


 Pluit/whistle/siulan
 Signal (hand signal atau dengan peralatan lainnya )

Untuk dapat menggunakan signal signal tsb di atas, harus ada hukum atau patokan yang
sama bagi setiap anggota team. Hukum atau patokan signal tsb haruslah mudah dilakukan
dan mudah dimengerti.

Sesuai dengan pedoman buku buku rescue dan perkembangan ilmu rescue, signal signal itu
berbeda beda. Yang penting, signal dapat dimengerti oleh semua anggota team. Jadi
kemungkinan signal tidak dimengerti oleh team lain atau team yang satu tidak mau
signalnya diketahui oleh team yang lain.

PLUIT SIGNAL / WHISTLE

Bunyi pluit 1x berarti perhatian

Bunyi pluit 2x berarti go (mulai / melanjutkan perjalanan).

Bunyi pluit 3x berarti butuh pertolongan/ada masalah yang perlu segera dilakukan /
dibantu.

Semua pemandu atau penggiat yang mendengar signal itu harus segera berhenti dan
menambatkan perahu, kemudian mendatangi tempat pluit berbunyi dengan membawa
peralatan keamanan ( rescue kit ).

Dalam menggunakan hand signal dalam keseharian kalau tidak di awali dengan signal pluit
atau suara keras, karena tidak mungkin memberikan hand signal kepada orang yang tidak
melihat.

150122147/PU
Beberapa bentuk Hand Signal adalah :

1. STOP
Kedua tangan direntangkan ke samping atau dayung dipegang
horisontal di atas kepala

1. EDDIE OUT
Tangan dijulurkan ke atas dengan telunjuk ke atas dan digerakan berputar. Jika
diperlukan tunjukan tempat Eddy Out tersebut.

2. OK
Satu tangan dengan telapak tangan terbuka digerakan naik turun
menyentuh kepala di atas kepala.

3. PERAHU WRAP
Kedua tangan di atas kepala disatukan yang satu terkepal
yang satunya lagi membungkus kepalan tangan tersebut.

4. PERAHU FLIP
Satu tangan di atas kepala dengan telapak tangan menghadap ke atas
dibolak dibalik , diulang beberapa kali sampai orang lain mengerti.

5. PERLU P3K
Kedua tangan tergenggam dan disilangkan di atas kepala.

150122147/PU
150122147/PU
6. PERLU POMPA
Kedua telapak tangan ditumpuk di atas kepala dan digerakan naik
turun seperti gerakan memompa.

7. JALUR KANAN DAN KIRI


Satu tangan menunjukan signal OK atau signal GO dan tangan
yang satunya menunjukan arah yang harus dilalui.

8. ORANG BERENANG
Gerakan tangan seperti berenang di atas kepala.

9. HILANG PESERTA
Signal berenang dan dilanjutkan dengan acungan kepalan
tangan beberapa kali dengan jumlah peserta yang hilang.

10. JALAN CEPAT


Kedua tangan dikepalkan di atas kepala dan digerakan
berputar seperti mengayuh sepeda.

11. GO
memulai perjalanan atau melanjutkan perjalanan , tangan
atau paddle diangkat lurus ke atas.

150122147/PU
12. PELAN PELAN
satu tangan menjulur ke depan digerakan ke atas dan ke bawah
berulang kali.

13. TANYA WAKTU


Tunjukan pergelangan tangan.

14. HILANG DAYUNG / ALAT ALAT LAIN


Ambil barang barang yang hilang dan diacungkan dengan satu tangan
dan ditunjukan dengan tangan yang satun

150122147/PU
15. ADA MASALAH
Tangan atau dayung harus keatas dan digerakan kekanan dan kekiri
berulang kali.

Pemandu yang menerima signal signal tsb harus membalas atau menjawab dengan signal
yang sama terkecuali signal :

HILANG PESERTA

Penerima signal ini akan membalas dengan signal OK dan dilanjutkan dengan acungan
tangan tergenggam beberapa kali sesuai dengan berapa perenang yang dapat diselamatkan
oleh penerima signal tsb.

TANYA WAKTU

Penerima signal ini akan membalas dengan signal yang sama dan dilanjutkan dengan signal
jalan cepat kalau perjalanan pengarungan sudah terlalu lama atau dilanjutkan dengan
signal pelan pelan kalau perjalanan pengarungan terlalu cepat.

Di samping hal tsb, komunikasi dalam bentuk lain seperti pemberian informsi kepada
peserta tentang sesuatu yang mungkin terjadi adalllah sangat penting untuk mencegah
terjadinya masalah daripada menanggulangi masalah yang sudah terjadi.

150122147/PU
B. MODUL PENANGANAN KEADAAN DARURAT

I. RESCUE – MASALAH DI PENGARUNGAN

PRIORITAS RESCUE

1. Keselamatan diri sendiri ( self rescue )


2. Keselamatan setiap orang yang terlibat dalam tindakan rescue
3. Keselamatan peralatan

PERIODE RESCUE

1. Analisa situasi, kondisi dan tempat kejadian.


2. Rencana tindakan
3. Komunikasi
4. Pelaksanaan rencana
5. Kembali kerencana berikutnya – Plan B

A. SELF RESCUE & TEAM RESCUE

SELF RESCUE

Masalah yang paling sering terjadi adalah salah seorang terlempar ke air dan berenang
dijeram. Semua anggota tim sudah harus tahu apa yang harus dilakukan jika hal ini terjadi.

Pertama yang harus dilakukan adalah JANGAN PANIK.

Yang harus diingat pada waktu kita sedang berenang dijeram:

 Tenang. Yakinkan pelampung akan mengangkat badan anda ke permukaan


secepatnya.
 Jika anda muncul dibawah perahu, pergunakan tangan untuk menggeser badan
kearah samping perahu.
 Jika kesulitan untuk naik keperahu jangan ragu-ragu untuk minta tolong pada yang
sudah ada di atas perahu.
 Jika anda tidak dapat segera kembali
keperahu, secepatnya berenang pada posisi
duduk, kaki usahakan sedekat mungkin
dengan permukaan air, badan menghadap
ke hilir.
 Jika ada batu di depan segera sambut
dengan kaki, badan kemungkinan akan
terputar, setelah itu kembali ke posisi
semula.
 Jangan berusaha untuk berdiri terutama diarus kuat.
 Hindarkan posisi di antara perahu dengan batu atau tebing, anda bisa terjepit.
 Perhatikan jalur yang kira-kira akan anda lewati, apakah ada undercut, hole, pohon
tumbang, hindarkan.

150122147/PU
Berenang di Hole

Satu waktu mungkin kita terpaksa berenang di hole. Jika tidak mengetahui teknik berenang
di Hole, kita dapat terus tertahan dan terputar-putar di hole. Cara berenang supaya kita
dapat keluar hole adalah dengan merubah
posisi renang, peluk kedua dengkul,
tundukan kepala, buat badan seperti bola.
Dengan posisi ini biasanya akan lebih mudah
terlepas. Jika sudah terjebak di hole,
berenang sekuatnya kearah kiri atau kanan,
manfaatkan arus kuat kehilir.

Ada jenis hole yang jalan keluarnya adalah


kita harus berenang mengikuti arus balik
kembali menabrak arus kuat kehilir.Badan
beberapa detik akan dibawa kedalam air dan
didorong keluar beberapa meter setelah
hole.

Gambar 5.2. Berenang di hole.

Berenang di Undercut

Terjepit di undercut adalah mimpi buruk bagi pengarung jeram. Cara keluar dari undercut
tersebut adalah dengan berenang sekuat tenaga untuk menjauhi undercut, empat puluh
lima derajat melawan arus, arah kiri atau kanan, tergantung dimana posisi undercut. Jika
sudah terlalu dekat, balik badan pada posisi terlentang, angkat kaki tinggi-tinggi, jauhi
tubuh dari dinding dengan menendang-nendang kedinding, arahkan tubuh empat puluh
lima derajat keluar.

Jika tidak berhasil dan setengah badan sudah tersedot, biasanya bagian kaki, gunakan
tangan untuk mendorong supaya tetap ada diluar, atau jika ada pegangan yang kokoh
segera bertahan untuk menunggu bantuan dari rekan lain.

Kalau badan seluruhnya sudah masuk ke dalam undercut, segera peluk kedua dengkul,
tundukan kepala, tunggu beberapa detik, jangan melawan dengan harapan badan kita tetap
diarus utama dan terseret keluar.

150122147/PU
Jangan menutup mata karena untuk mengetahui kita ada didalam undercut yang gelap.
Tetap tenang untuk merasakan badan kita terjepit atau terputar-putar didalam undercut.

Jika badan terjepit, pelajari keadaan, lepaskan diri, cari tempat bepijak, tendang sekuatnya
dan dibantu berenang kearah tempat yang utama adalah pertahankan kesadaran.

Cari eddies terdekat, berenang masuk ke-eddies. Setelah berhasil mengamankan diri, kalau
masih sanggup langsung bersiap untuk menolong rekan lain atau barang, kalau-kalau ada
yang hanyut.

Berenang melewati Strainer (pohon tumbang)

Pohon tumbang biasanya sejajar dengan permukaan air, sedangkan bagian bawahnya ada
dahan dan ranting yang akan menyerupai saringan menahan apa saja yang hanyut. Jika
badan atau perahu terjebak ditempat ini sangat
berbahaya. Cara berenang melewati pohon
tumbang adalah, rubah posisi tubuh seperti
berenang gaya bebas kehilir sekuatnya,
manfaatkan dorongan arus kearah batang pohon,
raih batang pohon tersebut, angkat badan kita
melewati bagian atas. Kesulitannya adalah arus
kuat akan menarik bagian kaki kita pada saat
setengah badan berada diatas batang pohon,
kekuatan arus ini harus dilawan dengan
menjatuhkan badan bagian atas melewati pohon.

Gambar 5.3 Menghadapi Strainer

150122147/PU
Perahu Wrap

Bagian sisi dari perahu terbentur batu atau dinding, sedangkan arus kuat mendorong dari
arah berlawanan, jika sisi bagian hulu tertekan air dan tenggelam maka perahu akan
melekat kebatu atau dinding. Karena
dorongan air yang kuat perahu ini seakan
sedang membendung air sungaiJika Wrap
ringan masih dapat dilepaskan dengan Flip
Line. Tapi jika Wrap berat harus dilepaskan
dengan mempergunakan Z-Drag. Atau jalan
terakhir dengan mengempiskan salah satu
bagian tabung. Air akan masuk kedalam
tabung dan mengeluarkannya sulit dan makan
waktu yang cukup lama.

Kejadian ini bisa dihindari jika pada waktu perahu membentur batu atau dinding
secepatnya penumpang yang berada dibagian lain pindah kearah sisi yang menempel dibatu
atau dinding. Sisi bagian hulu akan terangkat sehingga arus kuat melewati bawah perahu.

Perahu Wrap di Under Cut

Kejadiannya mirip seperti Wrap didinding, tapi dinding ini


mempunyai ceruk, perahu bisa masuk kedalam dan hilang
kedalam air. Cara mengeluarkannya lebih sulit dari Wrap
didinding, karena kita harus menyelam diarus kuat untuk
memasukkan Carabiner ke D ring atau mencari pentil untuk
mengempiskan perahu.

Gambar 5.4. W r a p.

Perahu di Hole.

Hole dapat mehisap perahu. Perahu serasa


menabrak dinding, biasanya akan segera
terputar. Sisi perahu akan terdorong arus dari

150122147/PU
hulu dan tenggelam, sedangkan sisi bagian lainnya akan terangkat dan perahu akan
terbalik.

Cara mengatasinya adalah, penumpang harus segera pindah kesisi bagian hilir, mencegah
bagian ini terangkat. Perahu akan terisi penuh oleh air dan sulit untuk terbalik. Tancapkan
dayung dalam-dalam untuk mendapatkan arus bawah, dengan harapan arus bawah
tersebut akan membantu perahu utntuk keluar dari Hole. Jika tidak bisa keluar juga, salah
satu dari penumpang jika memungkinkan harus lompat berenang kepinggir dan menarik
dengan tali lempar. Atau menunggu pertolongan dari perahu lain.

Gambar 6.5 Perahu terbalik karena menabrak hole

TEAM RESCUE

Rescue dengan Tali

Perlengkapan yang paling utama dalam rescue, baik dengan cara yang sederhana ataupun
rumit, adalah tali. Pada bab sebelumnya kita telah bahas mengenai tali lempar. Tali yang
digunakan adalah sesuai dengan kebutuhan pemakai, akan tetapi setiap pengarung jeram
wajib mengetahui bagaimana cara menggunakan tali tersebut.

Tali lempar

Ada tiga cara untuk melempar tali: dari bawah, dari samping, dari atas. Semua manfaatnya
sama saja, tergantung cara mana yang paling kita kuasai. Cara melemparnya tidak hanya
dengan pergerakan tangan, melainkan kita harus memanfaatkan pergerakan tubuh. Mulai
dari kaki, pinggang, pundak sampai tangan.

Sebelum melempar, perhatikan dimana ada rintangan, jangan sampai kita menarik
perenang justru ketempat yang lebih berbahaya.

Melempar dari bawah.

Cara ini paling sering digunakan. Pelempar melakukan ayunan


beberapakali untuk menciptakan momentum, setelah itu
dilepaskan. Pada waktu melepaskan arah tali harus 45 derajatdari
permukaan air: Terlalu cepat melepaskan kantong tali akan

150122147/PU
menghujam terlalu dekat; sedang kan melepas terlalu lambat kantong tali akan melambung
keatas dan jatuh kembali tidak terlalu jauh. Melempar cara ini sebaiknya untuk lemparan
jarak dekat. Agak sulit dilakukan dari perahu.

Melempar dari samping.

Melempar cara ini biasanya lebih menguntungkan


untuk orang yang bertubuh kecil. Melakukannya
dengan gerakan pinggang. Cara ini sulit dilakukan bila
disekitar kita banyak pohon atau dicelah tebing.

Melempar dari atas.

Cara ini menghasilkan


jangkauan lebih
jauh dari yang lain. Pelempar
dapat melakukan
lemparan dibantu dengan
berlari seperti pemain
basket. Mudah dilakukan
dari perahu. Tehnik ini
agak sulit jika menggunakan
tali lempar yang agak
besar.

Menolong perenang lebih dari satu.

Sering kita menemui kasus perahu terbalik, perenangnya lebih dari satu dan berdekatan.
Lempar tali tersebut ketengah-tengah para perenang. Jika perenang terpisah agak jauh,

150122147/PU
lempar tali tersebut keperenang yang paling jauh, jika beruntung beberapa orang berhasil
meraih tali tersebut.

Jika ada kemungkinan perahu terbalik


berarti perenang lebih dari satu. Ada
baiknya tali tersebut dikeluarkan dari
kantong dan dibuat dua gulungan,
dipegang tangan kiri dan kanan.
Lemparkan gulungan pertama
keperenang terdekat, tahan dengan
satu tangan, perhatikan perenang lain,
setelah dekat lemparkan gulungan
berikut.

Pastikan kita memegang pada bagian


tengah tali. Untuk melakukan ini kita
harus sedekat mungkin dengan lintasan
yang diperkirakan perenang akan lewat,
karena jangkauan tali ini relatif pendek.

Jika kita berhasil mendapatkan dua


orang atau lebih beban yang kita terima
cukup berat, jangan langsung ditarik,
lebih baik diikuti dulu kearah hilir, setelah agak ringan baru ditahan, diarahkan kearus
lemah.

INGAT !!!!! SAFETY FIRST

Arung jeram adalah kegiatan yang aman, pengarung jeram yang bijak berpendapat
bahwa bagian yang paling berbahaya pada kegiatan ini adalah naik mobil dijalanan menuju
ketempat start dan dari tempat finish pulang ke rumah, atau berkendaraan dalam keadaan
sangat lelah.

150122147/PU

Anda mungkin juga menyukai