Anda di halaman 1dari 32

Modul Orad

PAPAS
ARUNG JERAM SECARA GLOBAL

Istilah arung jeram berasal dari kata whitewater rafting atau rafting yang dalam terjemahan


bebas dalam bahasa Inggris berarti mengarungi sungai menggunakan perahu dengan
mengandalkan kemampuan mendayung. Sebagaimana Internasional Rafting Federation (IRF),
Pengertian rafting atau arung jeram sebagai “suatu aktivitas manusia dalam mengarungi sungai
dengan mengandalkan keterampilan dan kekuatan fisiknya untuk mendayung perahu yang
berbahan lunak yang secara umum diterima sebagai suatu kegiatan sosial, komersil dan olah
raga”. Walaupun pada awal perkembangannya di Indonesia istilah rafting memiliki beberapa
penyebutan, namun dalam standar kompetensi ini terminologi “arung jeram” dipakai sebagai
istilah untuk menyebutkan suatu “kegiatan mengarungi sungai dengan menggunakan perahu
karet maupun wahana sejenis lainnya dengan awak dua orang atau lebih yang mengandalkan
kekuatan mendayung”.

SEJARAH ARUNG JERAM di dunia

Olah Raga Arus Deras (ORAD) atau lebih dikenal dengan sebutan Arung Jeram dapat
dikategorikan sebagai olah raga petualangan, karena tidak saja mengandung unsur olahraga,
tetapi juga petualangan dengan berbagai resikonya.

ORAD termasuk salah satu kegiatan alam terbuka yang baru, dibandingkan dengan mendaki
gunung ataupun olahraga-olahraga alam terbuka lainnya. Tidak banyak catatan yang dapat
dibuka untuk mengetahui asal mula olah raga ini.
Yang pasti olah raga ini dimulai di Amerika Serikat, setelah perang dunia II. Ketika beberapa
orang enterpreneur menyusuri sungai Colorado dengan perahu jenis Pontoon sisa perang dunia.
Kemudian perkembangannya menjadi pesat di tahun 60-an ketika teknologi rancangan dan bahan
untuk membuat perahu seperti yang kita kenal sekarang ini mulai berkembang.

Pengarungan sungai telah sejak dulu dilakukan oleh manusia.

Pengarungan ini dilakukan dengan menggunakan batang-batang kayu yang dirangkai menjadi
rakit dan digunakan sebagai alat transportasi. Suku Indian di Canada telah memulai
perkembangannnya. Lalu orang-orang Carib Indian mengembangkannya dan menamakan
Progue. Sedangkan orang primitif menyebutnya dengan Out Canoe yang kemudian
dikembangkan menjadi Bark Out Canoe. Perahu ini dibuat dari tempelan papan kayu oleh orang
Indian Amerika Utara. Sedangkan orang Eskimo menciptakan Skin Corveal Craft, yaitu perahu
yang dilapisi kulit binatang yang tidak tembus air.

Pada abad 19 seorang boyscout bernama Mc Greegor membuat kendaraan air ini untuk rekreasi
dan olag raga air. Seiring dengan perkembangan zaman, maka meterial perahu pun berkembang
dan mulai beralih ke plastik, alumunium, fibberglass, dan karet.
Setelah Perang Dunia II selesai, perahu bekas Angkatan Laut Amerika mulai digunakan oleh
para petualang untuk mengarungi sungai. Arung jeram ini dilakukan dengan perahu bulat yang
disebut dengan Basket Boat, karena bentuknya mirip keranjang.
Di tahun 1950, kegiatan ini mulai banyak digemari. Maka mulailah diproduksi perahu khusus
untuk arung jeram dengan bentuk khusus yang naik dibagian depan dan belakangnya, dengan
material yang kuat dan dapat mengangkut orang dan perbekalan yang lebih banyak.

Pada tahun 1983 mulai muncul sebuah perhau yang dapat mengeluarkan air sendiri dari dalam
perahu dengan nama Self Bailer yang diproduksi oleh Jim Cassady. Selain jenis
ini ,dikembangkan pula perhu jenis Kataraf. Perahu ini dikembangkan oleh para Geologi Rusia.
Desain perahu ini diadopsi dari perahu Katamaran yang digunakan di Laut. Seiring dengan
perkembangan zaman dan kreatifitas manusia di alam ini, mulailah bermunculan sarana-srana
baru untuk kegiatan berarung jeram seperti, kayak,canoe, board, dan lain sebagainya.

Mayor John Wesley Powell seorang tentara Amerika disebut sebagai bapak Arung Jeram Dunia.
Ia memperkenalkan arung jeram pertama kali dengan menyusuri sungai Colorado sejauh 250 mil
yang melintasi gugusan tebing raksasa, yang kemudian diberi nama Grand Canyon. saat itu ia
menggunakan perahu kecil yang tesusun dari papan kayu. pada perkembangan selanjutnya di
benua Amerika dan Eropa, aktifitas menelusuri sungai tersebut ternyata berkembang menjadi
sebuah olah raga highrisk yang cukup populer, dan dikenal dengan sebutan white water rafting.
SEJARAH ARUNG JERAM DI INDONESIA

Sejarah petualangan sungai di Indonesia dimulai sekitar awal tahun 1970-an dengan istilah
olahraga arus deras (ORAD). Dipelopori oleh rekan-rekan pecinta alam dari Bandung dan
Jakarta, olah raga ini kemudian menjadi salah satu olah raga petualangan yang paling diminati
para pecinta alam.
Namun, seiring dengan perkembangannya beberapa kecelakaan yang merenggut nyawa juga
menjadi bagian dari sejarah perkembangan arung jeram Indonesia.
Pada tahun 1994 diadakan Kejuaraan Nasional Arung Jeram di Sungai Ayung, Ubud-Bali. Di
kejuaraan ini diterapkan standar penyelenggaran internasional, baik perlengkapan, materi lomba
maupun perlengkapan dan penjuriannya. Kegiatan inilah yang kemudian dianggap pemicu
kebangkitan Arung Jeram di Indonesia.

Secara komersial wisata Arung Jeram diperkenalkan oleh SOBEK EXPEDITION yang
kemudian membuka wisata Arung Jeram di Sungai Ayung Bali, sungai Alas di Aceh , sungai
Saadan - Toraja, Sulawesi Selatan dan Citarik Jawa Barat.
Saat ini sudah banyak operator wisata Arung Jeram, baik di Jawa, Bali, Sumatera Barat, Aceh
dan Sulawesi Utara. Dengan berkembangnya wisata Arung Jeram ini, maka saat ini Arung Jeram
telah menjadi olah raga petualangan sekaligus wisata dan rekreasi keluarga.
Namun pengarungan sungai haruslah disesuaikan dengan kemampuan, ketrampilan dan keadaan
alam. Dalam Arung Jeram, keselamatan haruslah tetap menjadi pertimbangan utama.

SEJARAH ARUNG JERAM DI PAPAS

olahraga arus deras merupakan kegiatan alam terbuka dengan media utama air. Di Organisasi
pencinta alam pasundan (PAPAS) sempat dibuka wadah untuk pengumpulan referensi dan
belajar ORAD tahun 2010 pada pengurusan ketua umum kang ustad dengan penggagas kang
beurit, kang keuyeup. namun tidak bertahan lama karena sumber daya manusia (SDM) dan
dukungan yang kurang, sehingga berakhir pada tahun 2011 akhir. ORAD di papas vacuum
kurang lebih 8 tahun dan kembali di jalankan lagi pada tahun 2019 oleh kepengurusan ketua
umum kang kumon dan ketua divisi Teh Hipo dengan 3 anggota yaitu Kang Koplak, Kang
Kancing, dan The Kadal. Divisi ORAD kembali dijalankan dengan alasan sumber daya manusia
(SDM) yang sudah memadai dan bertujuan untuk menambah wadah pengetahuan anggota
PAPAS dalam hal berkegiatan di alam terbuka.

Etika Berkegiatan Dalam Olahraga Arus Deras

Oleh karena itu, ada baiknya kita dapat mengetahui secara umum mengenai hal apa saja yang
akan dialami jika kita berkegiatan di sungai. Karena jalur jalur di sungai setiap saat berubah,
tidak pernah tetap dikarenakan debit air tidak pernah konstan, sehingga untuk melalui jeram yang
sama dalam waktu yang berbeda mungkin memerlukan manuver yang berbeda pula! Belum lagi
bentukan jeram dan jalurnya yang berubah karena diakibatkan oleh banjir sebelumnya. Tingkat
bahaya di ORAD tidak bisa dihilangkan, tetapi dapat kita minimalkan, dengan beberapa sikap
yang perlu dibiasakan, antara lain

 Memastikan kelayakan peralatan pengarungan yang digunakan

 Sadar dan peka akan hambatan-hambatan di sungai serta bahaya kegiatan ORAD

 Tetap tenang pada saat hanyut di arus, kedua kaki mutlak dilarang dalam posisi berdiri/tegak
lurus

 Jika hendak turun dari perahu wajib melalui bagian perahu yang berlabuh, tidak dengan
sengaja menceburkan diri ke permukaan air

 Pastikan tidak ada tali yang terikat pada bagian tubuh

 Saling mengingatkan satu sama lain akan keamanan, kelayakan, dan kesiapan. Baik terhadap
pelaku, lingkungan, maupun
Sungai Berarus Deras

Mempelajari bagaimana air mengalir dari hulu ke hilir sungai, merupakan hal yang perlu
diketahui sebelum berolahraga arus deras. Aliran sungai dengan berbagai macam bentuk dan
rintangannya akan terlihat mengerikan, terutama bagi pemula. Oleh sebab itu, mempelajari arus
sungai memerlukan latihan. Dan kadang kala, ketika mempraktekkannya, sering ditemukan
kesulitan. Fungsi utama dari sungai adalah menampung dan mengalirkan air dan sedimen lain
dari daerah hulu di pegunungan sampai ke laut. Sumber airnya berasal dari hujan atau lelehan
salju jika berada di daerah sub-tropis.

Karakteristik Sungai

Karakteristik sungai di daerah hulu sangat berbeda dengan daerah hilir. Hal ini disebabkan oleh
gradien (kecuraman), bentuk dasar sungai, dan volume air yang mengalir. Kecuraman sungai di
daerah hulu, ratarata lebih tinggi dari sungai di daerah hilir. Semakin ke hilir, sungai akan
semakin melandai, sebelum kemudian bermuara ke laut, sedangkan volume air yang mengalir
tergantung dari besarnya daerah aliran sungai dan daerah tangkapan hujan di daerah
tersebut.Yang perlu diperhatikan oleh seorang ORAD-er, adalah daya dukung DAS sungai yang
akan diarungi. Hal ini sangat tergantung pada kelestarian hutan sekitarnya. Semakin buruk daya
dukung suatu DAS, akan semakin tinggi fluktuasinya (tingkat perubah volume air sungai). Banjir
bandang dan kualitas air yang buruk/keruh adalah indikasi dari kerusakan pada daya dukung
DAS.

Pembagian Daerah Aliran Sungai (DAS )

Aliran sungai dari sumbernya sampai ke laut, dapat dibagi dalam tiga bagian, yaitu:
 Sungai di daerah hulu Dengan karakteristik dangkal dan sempit, sering kali mengalir di dasar
lembah yang curam dan dalam, tingkat kecuramannya tinggi sekali dan sering dijumpai di air
terjun. Kebanyakan sungai di daerah ini tidak dapat diarungi.

 Sungai di daerah peralihan Dengan karakteristik cukup dalam dan lebar, banyak dijumpai riam
dan diselingi lubuk sungai. Daerah ini ideal untuk ORAD.

 Sungai di daerah hilir Dengan karakteristik lebar dan dalam, aliran airnya tenang dan berkelok-
kelok menyerupai huruf U. Bukan daerah yang baik untuk ORAD.

Volume Air Sungai


Adalah jumlah air yang mengalir, biasanya dinyatakan dengan debit air sungai. Semakin besar
volume air sungai, maka semakin deras aliran airnya. Debit air sungai dinyatakan dalam satuan
meter kubik per detik (m3/det). Besar kecilnya sungai dan layak tidaknya sungai tersebut
diarungi, dapat dilihat dari debit airnya.

Debit yang baik untuk diarungi perahu karet adalah 25 – 300


m3/det.
Debit
Sungai:
 Kecil = < 25 m3/det.
 Besar = 25-300
m3/det
 Besar Sekali (Gigantic) = > 300
m3/detik

Tinggi Muka Air Sungai


Pada umumnya, setiap sungai memiliki pengukur Tinggi Muka Air (TMA) Sungai. Hal ini perlu
diperhatikan setiap ORAD-er, karena walaupun kondisi geomorfologi sungai relatif tetap, bentuk
riam di sungai berubah-ubah, bergantung TMA-nya. Batasan TMA biasanya sebagai berikut:

• TMA minus (di bawah nol) terjadi pada saat air surut.
• TMA nol terjadi saat muka air normal.
• TMA lebih dari nol terjadi saat muka air tinggi.
Yang perlu diwaspadai adalah pada saat TMA tinggi. Umumnya sungai akan menjadi ganas,
karena bentuk dan kedudukan riam kadang-kadang berubah. Tetapi ada juga sungai pada TMA
tinggi menjadi jinak, karena riam-riamnya menjadi hilang terendam air.

Pola Daerah Aliran Sungai (DAS)


Sungai di dalam semua DAS mengikuti suatu aturan yaitu bahwa aliran sungai dihubungkan oleh
suatu jaringan suatu arah dimana cabang dan anak sungai mengalir ke dalam sungai induk yang
lebih besar dan membentuk suatu pola tertentu.Pola itu tergantungan dari pada kondisi topografi,
geologi, iklim, vegetasi yang terdapat di dalam DAS bersangkutan, hal ini sangatlah perlu
diketahui untuk menganalisa sungai yang akan dilalui, adapun aliran yang membentuk pola
tersebut, antara lain :
 Trelis
Pola trellis dimana memperlihatkan letak anak-anak sungai yang paralel menurut strike atau
topografi yang paralel. Anak-anak sungai bermuara pada sungai induk secara tegak lurus. Pola
pengaliran trellis mencirikan daerah pegunungan lipatan ( folded mountains). Induk sungai
mengalir sejajar dengan strike, mengalir di atas struktur synclinal, sedangkan anak-anak
sungainya mengalir sesuai dip dari sayap-sayap synclinal dan anticlinal-nya. Jadi, anak anak
sungai juga bermuara tegak lurus terhadap induk sungainya.

 Rektangular
Pola Rektanguler, dicirikan oleh induk sungainya memiliki kelokan-kelokan ± 90°, arah anak-
anak sungai (tributary) terhadap sungai induknya berpotongan tegak lurus. Biasanya ditemukan
di daerah pegunungan patahan (block mountains). Pola seperti ini menunjukkan adanya
pengaruh joint atau bidang bidang dan/atau retakan patahan escarp-escarp atau graben-graben
yang saling berpotongan.

 Dendritik
Pola Denritik, yaitu pola sungai dimana anak-anak sungainya (tributaries) cenderung sejajar
dengan induk sungainya. Anak-anak sungainya bermuara pada induk sungai dengan sudut
lancip. Model pola denritis seperti pohon dengan tatanan dahan dan ranting sebagai
cabangcabang dan anak-anak sungainya. Pola ini biasanya terdapat pada daerah berstruktur
plain, atau pada daerah batuan yang sejenis (seragam, homogen) dengan penyebaran yang luas.

 Radial Sentifugal
Pola Radial Sentripugal, Pola pengaliran beberapa sungai di mana daerah hulu sungai-sungai itu
saling berdekatan seakan terpusat pada satu “titik” tetapi muaranya menyebar, masing-masing ke
segala arah. Pola pengaliran radial terdapat di daerah gunungapi atau topografi bentuk kubah
seperti pegunungan dome yang berstadia muda, hulu sungai-sungai berada di bagian puncak,
tetapi muaranya masing-masing menyebar ke arah yang lain, ke segala arah.

 Radial Sentripetal
Pola Radial Sentripetal, Kebalikan dari pola radial yang menyebar dari satu pusat, pola
sentripetal ini justru memusat dari banyak arah. Pola ini terdapat pada satu cekungan (basin), dan
biasanya bermuara pada satu danau. Di daerah beriklim kering dimana air danau tidak
mempunyai saluran pelepasan ke laut karena penguapan sangat tinggi, biasanya memiliki kadar
garam yang tinggi sehingga terasa asin.

 Paralel
Pola Paralel, Adalah pola pengaliran yang sejajar. Pola pengaliran semacam ini menunjukkan
lereng yang curam.Beberapa wilayah di pantai barat Sumatera memperlihatkan pola pengaliran
paralel.

 Pola Annular
Pola pengaliran cenderung melingkar seperti gelang; tetapi bukan meander. Terdapat
pada daerah berstruktur dome (kubah) yang topografinya telah berada pada stadium dewasa.
Daerah dome yang semula (pada stadium remaja) tertutup oleh lapisan-lapisan batuan endapan
yang berselang-seling antara lapisan batuan keras dengan lapisan batuan lembut.
Terjadinya Riam

Bentuk dari permukaan dasar sungai adalah faktor utama yang mempengaruhi bentuk-bentuk
riam dari sungai tersebut. Lebih lanjut tentang bentuk dasar sungai dipelajari pada geomorfologi
sungai.

Selain itu, beberapa hal yang mempengaruhi terjadinya riam serta tingkat kesulitan riam, adalah:

Gradien Sungai
Gradien/kecuraman sungai Adalah beda tinggi dari panjang elemen/bagian sungai
yang dimaksud (beda tinggi per satuan panjang, m/km). Ini dapat dihitung dengan bantuan
garis kontur yang memotong sungai pada peta Topografi.

Cara menghitung:

Misalkan untuk peta skala 1 : 50.000, jarak antara dua garis kontur yang memotong sungai
setelah dihitung adalah 6 cm (lihat gambar antara km 11 sampai dengan km 14). Maka jarak
sebenarnya adalah 3 km, sementara beda tinggi (interval kontur) 25 m. Jadi, kecuraman yang
didapat adalah 25 m/3 km = 8,3 m/km

Berdasarkan gradien, dapat juga ditentukan apakah sungai tersebut dapat diarungi:

Sungai dengan kecuraman 0-5 m/km umumnya berarus tenang, tidak memiliki daerah
berbahaya seperti riam.
• Sungai dengan kecuraman 5-10 m/km umumnya beriam dan cukup ideal sebagai medan
ORAD.
• Sungai dengan kecuraman 10-15 m/km berbahaya untuk diarungi dengan perahu karet,
akan tetapi masih memungkinkan.
• Sungai dengan kecuraman 15-20 m/km umumnya sudah tidak mungkin diarungi perahu
karet, tetapi masih memungkinkan oleh kayak yang lebih lincah.
• Sungai dengan kecuraman di atas 20 m/km umumnya tidak mungkin lagi diarungi,
karena mempunyai air terjun atau riam ganas yang panjang sambung menyambung.

Gradien yang baik untuk diarungi perahu karet: 5 - 15 m/km Gradien Sungai:

• Tenang = 0-5 m/km


• Beriam = 5-10 m/km
• Berbahaya = 10-15 m/km
• Sangat Berbahaya = 15-20 m/km
• Tidak Dapat Diarungi = > 20 m/km

Batuan dasar atau bongkah-bongkah di sungai


Bongkah-bongkah dapat berasal dari sisa endapan batuan dasar sungai, atau longsoran dari
dinding sungai akibat terkikis arus air pada kaki tebing. Bongkahan-bongkahan tersebut dapat
menimbulkan riam di sungai.

Penyempitan
Penyempitan aliran sungai sering kali memberikan petunjuk tentang adanya daerah berbahaya,
karena semakin sempit daerah tersebut, maka semakin cepat aliran airnya. Apalagi bila terdapat
bongkahbongkah, daerah itu mungkin menjadi daerah yang berbahaya.

Bentuk- Bentuk Arus Sungai (Riam)


Sungai berarus deras, dengan berbagai macam bentuk dan kecepatan aliran sungai baik dari
permukaan hingga dasar sungai, arus tercepat adalah ketika mendekati permukaan.

Berbagai macam jenis bahaya di sungai:


• Hole
disebabkan oleh batu didasar sungai yang hampir menyembul ke permukaan air.
• Pillow
• Strainer
• Eddies
• Standing Waves
• Undercut 329
Aliran Utama (Main Flow)
Arus sungai yang paling cepat seperti tersebut di atas, disebut aliran utama. Aliran utama
merupakan bagian dari lintasan sungai yang paling baik untuk diarungi, karena merupakan
daerah paling dalam dan paling cepat arusnya, selain itu juga paling aman dan paling
menyenangkan.

Riam (Rapid)
Merupakan bagian sungai yang mengalami percepatan arus dan turbulensi. Barisan riam pada
umumnya diselingi dengan lubuk sungai, yaitu bagian dari sungai yang dalam dan mengalir
tenang. Riam terdiri dari beberapa jenis arus dalam satu lintasan sungai, yaitu:

Gelombang Tegak (Standing Wave)


Karena penurunan dasar sungai, kemudian relatif mendatar kembali dan tanpa tonjolan batuan
yang menyembul ke permukaan. Gelombang pertama merupakan gelombang terbesar,
selanjutnya lebih kecil, dan akhirnya menjadi datar kembali. Barisan gelombang ini berbentuk
setengah lidah air.

Lidah Air (Tongue)


Terbentuk di antara dua buah rintangan berupa batu atau hole dikarenakan percepatan.
Bentuknya menyerupai huruf ‘V’. Umumnya merupakan lintasan yang terbaik untuk diarungi.

Gelombang Balik (Reversal)


Merupakan arus yang berputar dari bawah ke atas dan membalik ke arah hulu, disebabkan
penurunan dasar sungai secara ekstrem. Ada tiga jenis gelombang balilk, yaitu:
• Hole, disebabkan oleh batu didasar sungai yang hampir menyembul ke permukaan air.
• Hidrolik, disebabkan oleh penurunan tiba-tiba didasar sungai yang membentuk diding yang
hampir vertikal
• gelombang pecah, Disebabkan oleh kemiringan di dasar sungai dan tiba-tiba mendatar
kembali
Arus Balik (Eddies)
Arus balik adalah tempat di mana arus sungai seakan-akan berhenti, atau mengalir balik ke arah
hulu dan seperti pusaran.

Strainner
Rintangan disungai umumya berupa pohon yang melintang diatas permukaan sungai atau bisa
juga titian penyebrangan yang rendah dan dekat ke air. Strainer yang berupa pohon dan sebagian
dahan serta rantingnya masuk ke dalam akan sangat berbahaya sekali, karena bisa

menahan orang yang mengakibatkan orang tersebut tenggelam

Pillow
Rintangan yang berupa batu dimana batu tersebut agak memanjang serta tertutup air, tapi dasar
batu tersebut dekat dengan permukaan air, sehingga arus air akan naik atau melewati batu
tersebut.

Tingkat Kesulitan Sungai (Riam)


Ada 4 faktor yang menentukan dalam menaksir tingkat kesulitan riam, yaitu:

1. gradien / kecuraman sungai


2. volume air
3. bentuk dasar
4. rintangan-rintangan (hazard)

Menilai tingkat kesulitan sungai relatif sifatnya. Bagi sebagian orang yang berpengalaman, akan
mempunyai penaksiran tingkat kesulitan yang berbeda, dibandingkan dengan yang belum
banyak jam pengalamannya di sungai. Dalam pengklasifikasiannya biasanya sebagai berikut :
Klasifikasi Tingkat Kesulitan

• Easy/Mudah Sungai tanpa ada Jeram, kalaupun ada berupa ombak kecil, pada dasarnya
airnya relatif tenang
• Novice/Pemula Mulai berjeram dan relatif mudah dilalui, memiliki Jalur yang lebar dan
jelas serta bebas dari rintangan
• Intermediate/Menengah Sesekali terdapat jeram dan ombak yang agak tinggi serta tidak
beraturan, Jalurnya sempit sehingga membutuhkan manuver.
• Advanced/Lanjut Jeram yang panjang, jeramnya bisa besar atau agak kecil tetapi
sambung menyambung, Jalur relatif sulit karena banyak rintangan rintangan, disertai
dengan penyempitan dimana rintangan tersebut harus dilalui karena tidak ada Jalur lain.
• Manuver perahu terbatas sehingga diperlukan manuver yang tepat dan akurat, semua
rintangan di jalur ini dapat diprediksi dan sangat diperlukan scouting dari darat untuk
memilih jalur yang akan dilalui.
• 5 Expert/Ahli Tidak dapat dilalui dikarenakan tingkat kesulitan dan kerumitan yang
sangat tinggi pada sungai tersebut, akan tetapi biasanya masih dapat dilalui jika
menggunakan kayak

Secara personal seorang pengarung sungai berarus perlu memiliki kesadaran akan kemampuan
diri serta mampu menempatkan diri sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan teknis dalam
mengarungi sungai berarus. Klasifikasi personal seorang pengarung dapat dibagi dalam 5
tingkatan, diantaranya:

 Pemula (BEGINNER)
Belum pernah, serta baru pertama kali mengarungi sungai berarus.
 Pemain/Pendatang Baru (NOVICE)
Mampu dan sudah terbiasa dalam mengarungi sungai kelas/grade 2 dan mulai mencoba sungai
ber-grade/kelas tiga.

 Menengah (INTERMEDIATE)
Mampu dan mahir serta terbiasa mengarungi sungai berkelas/grade 3. Mampu self- rescue,
mampu menolong, mampu membaca arus/riam di sungai, serta mulai mencoba sungai
berkelas/grade empat

 Mahir (ADVANCE)
Terbiasa mengarungi sungai berkelas/grade 4 dan mampu mengarungi sungai berkelas/grade
Mahir dan dapat dipercaya dalam self rescue dan terampil dalam penyelamatan di sungai,
menguasi navigasi di sungai dan mahir membaca arus/riam di sungai.

 Ahli (EXPERT)
Tingkatan pengetahuan serta keterampilan yang paling tinggi sebagai pengarung sungai berarus.
Jarang melakukan kesalahan dalam mengarungi sungai berkelas 5. S udah terbiasa bermaian di
sungai berkelas/grade 5.

Peralatan Yang Digunakan Dalam Orad

Perahu
Pada umumnya, perahu sungai arus dibagi dalam 3 kategori, yaitu: Perahu Karet (Raft) Perahu
terbentuk dari tabung udara yang terbuat dari bahan karet berserat. Di dalam tabung tersebut, ada
sekatsekat yang membentuk sel atau ruangan terpisah, sehingga jika salah satu sel bocor, yang
lain tidak akan terpengaruh. Ada tiga jenis perahu karet yang biasa digunakan dalam ORAD,
yaitu:

• River Boat
Bagian dasar river boat ada yang berupa kain karet berserat saja, ada pula yang berupa
tabung udara dengan beberapa lubang air di pinggirnya. Jenis yang kedua disebut self
bailing (menimba sendiri), di mana jika ada air yang masuk ke dalam perahu, para
penumpangnya tidak perlu bersusah-payah mengeluarkan air dari dalam perahu, seperti
pada jenis pertama.

Bagian-bagian yang terdapat pada perahu:


1. Bow and Stern
2. Chamber atau biasa disebut tube
3. Floor
4. Thwart
5. Boat line (tali kapal)
6. D-Ring
7. Handling Grip
8. Bilge Hole/self bailing
9. Valve

• Cataraft
Cataraft adalah perahu karet yang biasa digunakan untuk mengangkut barang-barang
saat ekspedisi ORAD. Ukuran cataraft termasuk besar, dan kurang lincah untuk
bermanuver di air. Cataraft cukup diawaki oleh satu orang, dengan dua buah dayung
bergagang panjang (oar).

335

• Landing Craft Rubber (LCR)


Berbentuk tapal kuda, di bagian belakang ada papan kayu untuk dudukanmesin. Perahu
ini dibuat untuk pendaratan di laut atau sungai yang lebar dan tenang. Walaupun LCR
tidak dirancang untuk sungai berarus deras, tetapi dapat digunakan (meskipun tidak
direkomendasikan).

• Canoe Terbuka (Open Canoe)


Canoe adalah perahu berbentuk lancip, dengan badan yang lebih lebar dan terbuka dari
kayak. Canoe dikendalikan oleh satu atau dua orang yang duduk dengan posisi kaki
melipat ke bawah tempat duduk, seperti setengah berlutut. Canoe dikendalikan dengan
dayung berbilah satu.

• Kayak (Decked Boat)


Kayak adalah perahu berbentuk lancip di bagian depan dan belakangnya. Perahu ini
tertutup, dengan satu atau dua pendayung yang duduk dengan posisi kaki berselonjor.
Kayak dikendalikan dengan dayung berbilah dua. Kayak ada yang didesain untuk arus
deras dan arus tenang (kayak laut). Kayak arus deras memiliki bentuknya yang lebih
‘tajam’ dan sempit dibandingkan dengan kayak laut, untuk menembus riam-riam.

Dayung
 Paddle
Ada dua jenis paddle, yaitu yang memiliki satu bilah dan dua bilah. Paddle satu bilah
umumnya digunakan di river boat dan canoe, sedangkan paddle dua bilah digunakan di
kayak

 Oar
Oar adalah dayung yang digunakan secara berpasangan. Bagian tengah tangkainya
terikat pada sisi kiri kanan perahu, dan menjadi sumbu putar. Digunakan oleh satu orang
dalam perahu, yang bertugas sekaligus sebagai pendayung dan pengemudi perahu.

Pelampung
Ada dua jenis pelampung yang biasa digunakan, yaitu pelampung padat dan pelampung tiup.
Pelampung yang baik untuk ORAD adalah pelampung padat yang melindungi bagian belakang
kepala dan tidak mungkin kempis.
Helmet
Helmet digunakan untuk melindungi bagian kepala dari benturan apabila terlempar keluar dari
perahu. Helmet untuk ORAD memiliki lubang-lubang di beberapa sisi, dan terbuat dari bahan
yang ringan dan kuat.

Tali

Tali lempar (Throw Rope)


Panjangnya kurang lebih 30 meter, dengan jenis tali kernmantle dinamis. Tali ini digunakan
untuk keadaan darurat (Rescue). Dalam tiap perahu harus ada satu gulung, yang dimasukkan ke
dalam kantung throw bag dengan rapi,sehingga tidak kusut sewaktu dilemparkan.

Tali untuk membalikkan perahu (Flip Line)


Biasanya sepasang flip line dikaitkan sejajar di satu sisi yang sama dari perahu. Gunanyauntuk
membolak balikkan perahu.
Pompa
Pompa perahu biasanya ada jenis Pompa Injak, pompa Tangan dan Kompresor tangan, yang
mempunyai fungsi untuk mengisi udara kedalam perahu dan mengeluarkan udara dari perahu.

First Aid
Pompa perahu biasanya ada jenis Pompa Injak, pompa Tangan dan Kompresor tangan, yang
mempunyai fungsi untuk mengisi udara kedalam perahu dan mengeluarkan udara dari perahu.

Peralatan Tambahan

 Peluit (Whistle)

 Pisau

 Repair kit (Alat Perbaikan)

338
Teknik Orad

Posisi duduk Cowboy/Rodeo Style


Banyak dipakai pada jaman Rafter masih memakai perahu LCR Landing Craft Rubber
Posisinya dimana kita duduk diatas Tube seperti gaya menunggang Kuda dengan kaki sebelah
didalam perahu diinjakan ke lantai perahu dan kaki yang satunya lagi diluar perahu – menjuntai
– / atau ada juga yang ditumpukan pada tali seperti tali pelana - Paha dijepitkan ke Tabung untuk
mendapatkan pondasi yang lebih kuat lagi, supaya kita tidak gampang terlempar.

Nantahalan Style
Posisi duduk menyamping diatas Tabung, satu kaki bagian telapak dimasukan dibawah Thwart
depan dan satunya lagi ditempelkan ke Thwart yang belakang, gaya ini paling banyak dipakai.

Teknik Mendayung
1. Dayung Maju
Dayung digerakan dari Arah Depan ke Belakang, Gunanya Supaya perahu maju ke
depan.
2. Dayung Mundur
Dayung digerakan dari Arah Belakang ke Depan, Gunanya untuk menahan laju perahu
atau memperlambat dan untuk menggerakan perahu ke belakang
3. Belok kiri
Instruksi untuk membelokkan perahu ke arah kiri. Gerakan ini dilakukan dengan
dayungan maju oleh peserta yang duduk pada perahu bagian kanan, sementara peserta
pada kiri perahu stop mendayung. Jika skipper merasa perlu untuk membelokkan perahu
ke kiri dengan cepat, maka posisi peserta yang duduk pada bagian kiri melakukan
dayungan mundur.
Untuk memperjelas instruksi, biasanya skipper akan mengatakan “kanan-maju” dan “kiri-
mundur”! Artinya, peserta yang duduk pada bagian kanan melakukan dayungan maju,
sementara peserta pada bagian kiri melakukan dayungan mundur.
4. Belok Kanan
Instruksi yang diberikan untuk membelokkan perahu ke arah kanan; kebalikan dari
instruksi turn left (belok kiri). Gerakan ini dilakukan dengan dayungan maju oleh peserta
yang duduk pada perahu bagian kiri, sementara peserta pada bagian kanan stop
mendayung.
Jika skipper merasa perlu membelokkan perahu ke kanan dengan cepat, posisi peserta
yang duduk pada bagian kanan melakukan dayungan mundur. Untuk memperjelas
instruksi, biasanya skipper akan mengatakan “kiri-maju” dan “kanan-mundur”! Artinya,
peserta yang duduk pada bagian kiri melakukan dayungan maju, sementara peserta yang
duduk pada bagian kanan melakukan dayungan mundur.
5. Stop
Posisi dayung diangkat dari air dan bagian tangkai dayung diletakan diatas paha, dengan
kondisi siap mendayung lagi.
6. Draw
Yaitu menarik dayung ke Arah perahu dari arah luar secara tegak lurus. Gunanya untuk
mengeser perahu kearah Kiri atau Kanan untuk menghindari tabrakan dengan rintangan.
Dayung didorong dari arah dalam ke luar, tangan kiri menarik, tangan kanan mendorong.
7. Back Draw
Instruksi untuk menggeser perahu ke arah kanan atau kiri . Sama halnya seperti
melakukan dayung draw namun sebaliknya, Gerakan ini dilakukan dengan mendayung
dari sisi dalam perahu kearah arah luar perahu, oleh peserta yang duduk pada perahu
bagian kanan maupun kiri ,Jika skipper merasa perlu untuk menggeser perahu ke kiri
dengan cepat, maka posisi peserta yang duduk pada bagian kanan melakukan dayungan
back drow dan peserta yang duduk di sebelah kiri melakukan dayung drow.
8. C Struck
Instruksi untuk membelokan perahu ke arah kanan atau kiri . Gerakan ini biasanya
dilakukan oleh awak perahu yang duduk paling depan atau digunakan oleh skipper
dilakukan dengan mendayung dari dalam perahu kearah dalam perahu menyerupai
dayungan berbentuk setengah lingkaran, oleh peserta yang duduk pada perahu bagian
kanan maupun kiri ,Jika skipper merasa perlu untuk menggeser perahu ke kiri dengan
cepat, maka posisi peserta yang duduk di paling depan sebelah kanan melakukan
dayungan C struk dan peserta yang duduk di sebelah kiri tidak mendayung ( stop )
9. J Struck
Gerakan ini biasanya dilakukan oleh skipper unuk meluruskan perahu dilakukan dengan
cara mendayung dari depan kearah belakang dan membuangnya kearah samping
menyerupai huruf J

Kapten dan Bentuk Aba-Aba


Peranan seorang kapten penting dalam menyatukan pikiran dan gerak dari grup pendayung
dalam satu perahu. Seorang kapten harus yang menguasai teknik dan berpengalaman dalam
ORAD.

Tugas penting dari seorang kapten:

1. Mencari dan menentukan arah lintasan pada sungai, yang akan dilalui olehperahu.
2. Memberikan aba-aba yang singkat dan jelas.
3. Bertanggung jawab atas keselamatan seluruh awak perahu dan peralatan dalam
perjalanan.
4. Mengambil keputusan, apakah perjalanan perlu diteruskan atau tidak.

Bentuk Aba-Aba Yang Singkat


1. Maju : Semuanya mendayung ke depan.
2. Mundur : Semuanya mendayung ke belakang (dayung balik).
3. Kanan balik: Yang berada disebelah kanan mendayung balik, yang ada di sebelah kiri
mendayung ke depan.
4. Kiri balik: Yang berada di sebelah kanan mendayung ke depan, dan yang ada di sebelah
kiri mendayung ke belakang.
5. Stop : Seluruh awak berhenti mendayung.
6. Pindah kanan: Awak yang berada di kiri pindah ke kanan
7. Pindah kiri: Awak yang berada di kanan pindah ke kiri
Penyelamatan Di Sungai (River Rescue)

Ketika terjadi kecelakaan atau masalah di sungai, akan ada dua tipe orang. Tipe pertama adalah
orang yang melihat saja dan membayangkan kejadian tersebut. Tipe kedua adalah orang yang
segera bertindak dan melakukan tindakan-tindakan yang tepat dan memang diperlukan. Orang
ini adalah orang yang memiliki naluri kesungaian (river sense). Manusia tidak dilahirkan dengan
river sense, tetapi naluri tersebut berkembang dengan sendirinya, sejalan dengan seringnya ia
berlatih. River sense juga berarti pencegahan kecelakaan. Oleh sebab itu, pertolongan di sungai
mutlak dipelajari, agar setiap kondisi sulit yang terjadi di sungai dapat diantisipasi. Berikut ini
adalah beberapa teknik penyelamatan di sungai, yaitu:

Penyelamatan diri sendiri (Self Rescue)

Renang Agresive
• Berenang dengan gaya bebas, tarik nafas apabila kita berada dipermukaan air dan tahan
nafas apabila kita masuk kedalam air.
• Apabila kita tidak bisa berenang, kita pasti tetap terapung karena memakai pelampung,
terus usahakan menggerakan tangan, seperti mengayuh.
• Untuk menepi kepinggir sungai pastikan sudut badan disungai adalah 45° (ferrying)

Renang Deffensive

• Tetap Tenang.
• Posisi dengan punggung di dalam air atau terlentang dengan posisi Arching seperti busur
panah. Dengan posisi tidur otomatis kaki akan terangkat ke permukaan air. Jangan mengambil
posisi duduk di dalam air.
• Kepala angkat supaya bisa melihat kedepan Kaki kearah Hilir atau posisi kaki di depan
Perahu terbalik

Usahakan menjangkau perahu dan naik ke atasnya. Setelah berhasil naik perahu dalam posisi
terbalik, sebisa mungkin kendalikan perahu dalam posisi terbalik. Apabila mungkin, segera
balikkan perahu ke posisi semula. Apabila tidak mungkin, balikkan perahu setelah mencapai
arus yang tenang. Jika terlepas dari perahu yang terbalik dan masih bisa menjangkau perahu,
maka usahakan berenang dan berpegangan dengan posisi badan ke hulu/membelakangi arus.

Ingat !

“Untuk jenis river boat, akan lebih mudah menaiki perahu yang terbalik dari bagian samping
perahu.”

Perahu Tersangkut di Batu


(Wrapped)

Segera pindah ke bagian perahu yang tersangkut (high


side), agar perahu tidak terlipat dalam air. Apabila perahu
terbalik dan terjepit di batu, naik ke atas batu tersebut dan
usahakan berenang ke arah pinggiran sungai yang terdekat,
kemudian usahakan melepas perahu.

Menaikkan Orang ke Atas Perahu


Saat menaikkan orang ke atas perahu, tariklah “pelampungnya”, jangan bagian
tubuhnya.Cara ini akan lebih mudah dan aman,baik bagi orang yang menaikkan maupun yang
dinaikkan.

Penyelamatan dengan tali (Rescue by Rope).

Teknik Melempar Tali


• Melempar tali dari atas lengan

• Melempar tali dari bawah


lengan
• Melempar tali dari bawah
lengan

Cara Menangkap Tali


Cara yang tepat untuk memegang tali di arus deras. Tali melewati atas pundak dan dipegang
dekat ke dada dan perenang tertelentang dengan posisi kepala sejajar
dengan kaki
River Running System
River running system adalah sebuah sistem pengarungan sungai yang digunakan dalam
melakukan pengarungan di sungai, untuk komposisi yang ideal dalam sebuah pengarungan
adalah : – Kayak, sebagai pembuka jalur dan rescue
Perahu karet, sebagai pengarung

– Perahu Oar, sebagai pembawa logistic

Gambar 1,2,3 : skema pergerakan River Running System

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan River Running System, yaitu;

Scouting
Scouting adalah pengamatan awal sebelum mengarungi riam. Pengamatan ini dapat dilakukan
dari atas perahu, atau paling baik dari tepian sungai di pinggir riam yang akan dilalui. Ingat!
Banyak sekali riam yang tidak dapat terlihat jelas dari arah hulu sungai, karena pandangan kita
terhalang oleh batu besar, belokan sungai, ataupun penurunan. Dua hal yang paling mudah untuk
menjadi petunjuk perlunya scouting adalah:

1. Adanya penurunan muka sungai, sehingga riam yang akan terlalui tidak terlihat.
2. Suara gemuruh air. Gemuruh yang besar tanda adanya riam.
Langkah-langkah untuk melakukan scouting:
1. Jika diputuskan untuk melakukan scouting, maka menepilah pada sisi di mana medannya
memungkinkan untuk berjalan ke hilir. Tambatkanlah perahu dengan baik agar tidak
terbawa arus.
2. Jalanlah ke arah hilir sampai ujung riam di sebelah hilir. Dasardasar Olah Raga Arus
Deras Setelah sampai ke hilir riam, amati bentuk riam, terutama pada aliran utamanya.
Cari dan rencanakanlah jalur terbaik yang akan diarungi. Pikirkan juga faktor keamanan
jika ada awak yang terjatuh.
3. Bisa atau tidak? Putuskan!! Saat ini keputusan anda sangat menentukan sekali.
4. Jika keputusannya akan diarungi, maka sambil kembali ke arah hulu, ingat ingat kembali
letak batuan, ombak sebagai patokan pada saat mengarungi.
5. Jika keputusannya tidak dapat diarungi, maka tuntunlah perahu lewat sungai (lining), atau
diangkat lewat pinggir sungai (portaging).

Teknik Lining/Mengulur Perahu


Pada daerah yang berbahaya dan tidak bisa dilalui karena riamnya terlalu besar dan sulit,
maka dilakukan teknik lining, seperti pada gambar berikut:

Gambar 1:

Teknik lining berkelompok, dimana


seluruh personil tim saling bekerja sama
untuk melakukan lining satu per satu
perahu, teknik lining seperti ini
digunakan apabila menemukan segmen
sungai yang tidak dapat dilalui dan
berarus deras serta rintangan yang
panjang.
Caranya adalah dengan menempatkan
tiaptiap personil di posisi-posisi tertentu
yang bertugas untuk menarik tali yang
sudah terikat pada perahu yang
kemudian pada bagian akhir perahu harus ditambatkan ditempat yang aman dan wilayahnya
mewakili standarisasi parkir perahu (tergantung jumlah banyaknya perahu), untuk operasi
lining seperti ini seorang komandan operasi mempunyai kewenangan penuh untuk
mengendalikan operasi dan komunikasi.

Gambar 2:

Teknik per-regu atau dua tali satu sisi,


dimana masingmasing dari perahu
bekerja sama antar personil perahu saja
dan bertanggung jawab untuk
melakukan lining masing-masing
perahu, teknik lining seperti ini
digunakan jika menemukan
segmen sungai yang tidak dapat dilalui
akan tetapi jarak riam atau jeramnya
tidak terlalu panjang.
Caranya adalah dengan menugaskan
beberapa awak perahu yang menunggu di
hilir dan sebagian lagi di hulu serta kapten bertugas menjadi pengendali operasi dan komunikasi,
kemudian awak perahu yang berada di hulu melepaskan tali secara perlahan sesuai dengan
intruksi sang kapten yang kemudian akan disambut oleh awak perahu yang berada di hilir.

Gambar 3 :

Teknik per-regu atau dua tali dua sisi,


dimana sebagian awak perahu sudah
berada di seberang sungai yang kemudian
nantinya akan bertugas menjadi awak
perahu yang berada di hilir, secara
mekanismenya operasi ini hampir mirip
dengan teknik lining dua tali satu sisi,
hanya saja teknik lining seperti ini
digunakan jika menemukan segmen sungai yang tidak dapat dilalui dan segmen tersebut
berada di percabangan atau pertigaan sungai.

TEKNIK PORTAGING

Portaging adalah alternatif terakhir yang digunakan


dalam pengarungan apabila jalur yang dilalui tidak
bisa dilewati dengan cara didayung maupun dengan
cara dilining ataupun dari hasil keputusan tim. Bahwa
jalur yang dilewati sudah tidak bisa dilewati baik
dengan cara didayung maupun lining. Cara teknik ini
adalah dengan mengangkat perahu dari darat atau
pinggiran sungai untuk melalui segmen sungai yang
tidak dapat dilalui.

Perencanaan Perjalanan Di Sungai Berarus Deras


Pada saat akan mengarungi sebuah sungai pastikan bahwa ada perencanaan perjalanan mulai
dari persiapan pengarungan, saat pengarungan dan setelah pengarungan. Perencanaan: Untuk
mempersiapkan sebuah kegiatan Olah Raga Arus Deras membutuhkan orang-orang yang cukup
ahli mengingat tingkat ketidakpastian berarus deras sangat tinggi, oleh karena itu pada tahapan
perencanaan sangat berkaitan erat dengan kebutuhan operasi atau menyesuaikan dengan tingkat
kesulitan dan kerumitan suatu operasional yang akan dilakukan yang nantinya akan disusun
menjadi program latihan. Adapun hal lain yang perlu diperhatikan dalam perencanaan adalah :

1. Pencarian data dan informasi suatu wilayah yang akan dijadikan medan operasional
2. Menganalisa wilayah operasional di peta, dimulai dari perhitungan jarak dan gradient,
menganalisa dengan bentang alam topografi pada sekitar sungai yang akan dilalui,
menganalisa vegetasi dan keadaan geologi wilayah operasi, dll
3. Melakukan survey tinjau medan jika dirasa data dan informasi kurang mewakili dalam
penyusunan rencana operasi.
4. Menyusun semua data dan informasi menjadi sebuah manajemen operasi yang terhitung
dan terukur secara keseluruhan seperti perijinan, pergeseran tempat, penyebaran personil,
bahkan sampai pada emergency rescue procedure.
Persiapan: Seorang pengarung sungai berarus pada akhirnya perlu mengetahui karakter sungai,
tingkat kesulitan, titik atau bagian

1. sungai yang berbahaya yang akan dilalui, mengetahui kemampuan diri, mengetahui
kemampuan tim (teman) dalam satu perahu. Mempersiapkan, memakai atau memiliki
peralatan pengarungan sesuai standar yang baik dan benar.
2. Saat pengarungan: Ciptakan atau buat perjalanan tersebut aman
(safety),nyaman, dan menyenangkan. Pelihara keutuhan (kekompakan) teman
seperjalanan. Selalu waspada sepanjang pengarungan (jangan menganggap tidak ada
yang berbahaya dari setiap bagian sungai), selalu melakukan scouting pada setiap bagian
sungai (riam-riam) yang akan dilewati.

3. Setelah pengarungan: Jadikan pengalaman pengarungan sebelumnya sebagai


referensi dalam pengarungan berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai