Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KEGIATAN PENGENALAN MEDAN CAVING

PENDIDIKAN DAN LATIHAN DASAR


KMPA ARGAWAJRA NAWASENA

KELUARGA MAHASISWA PENCINTA ALAM


INSTITUT TEKNOLOGI GARUT
Jl. Mayor Syamsu No. 2 C Jayaraga, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten
Garut. Kode Pos: 44151 Telp. 0878-94294808
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan
karunianya sehingga kami dapat Menyusun Manajemen Perjalanan pada kegiatan “Pengenalan
Medan Caving Siswa Pendidikan Dan Latihan Dasar KMPA ARGAWAJRA
NAWASENA”.
Tujuan yang ingin kami capai dari kegiatan ini adalah untuk memahami Teknik
Penelusuran gua vertical dengan Melatih kemampuan dan kesiapan Siswa Pendidkan dan
Latihan Dasar KMPA Argawajra Nawasena.
Semoga laporan ini dapat memberikan gambaran bagi semua pihak demi terwujudnya
rencana tersebut dan suksesnya acara sesuai dengan kegiatan yang akan direncanakan

Garut, 23 November 2022


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Kegiatan di alam bebas tidak terlepas dari resiko tinggi yang sangat berbahaya.
Oleh karena itu, seorang penggiat alam harus dibekali dengan pengetahuan –
pengetahuan dasar serta peralatan yang mendukung dan cukup untuk meminimalisir
resiko dan bahaya tersebut. Penelurusan gua merupakan kegiatan untuk menelusuri
ruang bawah tanah yang bisa dimasuki oleh manusia. Seorang penelusur Gua harus
mengetahui resiko dan bahaya apa saja yang dihadapi. Oleh karena itu Kegiatan
Pengenalan Medan Caving ini sangat diperlukan oleh seluruh Siswa Pendidikan Dan
Latihan Dasar KMPA ARGAWAJRA NAWASENA.
Bagi seorang penggiat alam khususnya dibidang penelusuran gua harus
memahami dasar-dasar mengenai penelusuran gua, maka pemahaman dengan berlatih
terjun langsung ke lapangan akan mempermudah proses pemahaman secara teknis.

1.2. NAMA, WAKTU, DAN TEMPAT


Kegiatan ini Bernama “Pengenalan Medan Caving Siswa Pendidikan Dan Latihan
Dasar KMPA ARGAWAJRA NAWASENA”.

Hari, Tanggal : Sabtu, 19 November 2022


Waktu : 8.00 – 18.00
Tempat : Lapang Jayaraga, Jl. Cimanuk No.117, Jayaraga, Kec. Tarogong
Kidul, Kabupaten Garut

Hari, Tanggal : Minggu, 20 November 2022


Waktu : 7.00 – 17.00
Tempat : Jembatan Talangseng Cimaragas, Margawati, Kec. Garut Kota,
Kabupaten Garut
1.3. TUJUAN
a. Salah satu syarat menjadi anggota KMPA ARGAWAJRA NAWASENA
b. Melatih Sikap penuh perhitungan dan tanggung jawab
c. Mempelajari Teknik Penelusuran Gua Vertical (Single Rope Teknik)

1.4. RUMUSAN MASALAH


a. Apa itu Penelusuran Gua ?
b. Bagaimana teknis yang benar dalam penelusuran Gua ?
c. Apa itu Single Rope Teknik ?
d. Peralatan apa saja yang dibutuhkan dalam penelusuran Gua ?
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Definisi Speleologi


a. Speleologi diambil dari Bahasa Yunani, Spealion yang berarti Gua dan Logos yang
berarti Ilmu.
b. Gua merupakan ruang bawah tanah yang dapat dimasuki manusia.
c. Gua adalah sebuah lubang alami di tinah yang cukup besar dan dalam (menurut
Wikipedia)

2.2. Kondisi Didalam Gua


a. Gua memiliki sifat yang khas dalam mengatur suhu di dalamnya. Jika udara diluar
panas maka didalam gua sejuk. Jika udara diluar dingin maka didalam gua hangat.
b. Gua merupakan lintasan air dimasa lampau dan kini kering dikategorikan ke dalam
gua fosil. Dan gua yang dialiri air dikategorika gua aktif.

2.3. Sejarah Penelusuran Gua


Kalau kita mempelajari sejarah Islam, maka Nabi Muhammad SAW merupakan
manusia pertama yang memanfaatkan gua sebagai tempat persembunyian dan gua
tersebut Bernama Gua Hira. Namun terlepas dari itu, untuk penelusuran gua secara
khusus tidak ada catatan resmi kapan orang melakukan penelusuran gua dalam arti
mempelajari tentang gua dan lingkungannya.
Menurut catatan yang ada, penelusuran gua dimulai oleh John Beaumont (1674)
seorang ahli bedah dari Somerset, Inggris yang dikenal sebagai ahli pertambangan dan
geologi amatir.
Baron Johan Vasavor dari Slovenia merupakan orang paling berjasa dalam
mendeskripsikan gua-gua antara tahun 1670 – 1680. Dia mengunjungi 70 gua dan
membuat peta sketsa yang melahirkan tulisan pada empat buah buku setebal 2800
halaman.
Di Indonesia Speleologi relative tergolong suatu ilmu yang baru dan masih
sedikit ahli-ahli Speleologi maupun Pendidikan formal tentang Speleologi. Speleologi
baru berkembang di Indonesia berkisar pada tahun 1980, dengan berdirinya sebuah club
Bernama SPECAVINA yang didirikan oleh Norman Edwin dan RKT. Ko. Namun
karena adanya perbedaan prinsip, yang akhirnya membuat mereka terpecah dan
mendirikan perkumpulannya masing-masing, yaitu :
Norman Edwin mendirikan club Bernama GARBA BUMI, sedangkat RKT.Ko
mendirikan Himpunan Kegiatan Speleologi Indonesia (HIKESPI) pada tahun 1984.
Beberapa tahun terakhir perkembangan speleology di Indonesia sudah
menampakan hasil yang menggembirakan. Hal ini terbukti sudah mendapat pengakuan
dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bahwa speleology merupakan suatu
ilmu pengetahuan yang turut berperan dalam lingkungan hidup maupun konservasi, dan
mulai muncul banyak ilmuwan maupun pemerhati serta Lembaga/perhimpunan penggiat
alam bebas yang menjadikan gua beserta lingkungannya sebagai objek kegiatan dan
penelitian mereka.

2.4. Ilmu Terkait Dalam Speleologi


- Speleogenesis : Cara Bagaimana Gua terbentuk
- Geologi : Struktur Gua
- Geografi : Morfologi Gua
- Arkeologi : Penelitian Gua
- Teknik Sipil : Pemetaan Gua
- Biospeleologi : Kehidupan binatang dalam Gua
- Hidrologi : Mengidentifikasi air dalam gua
- Pertanian
- Dan lain-lain
2.5. Ornamen Gua
a. Stalalkit
Membentuk Ujung Tombak dan mengerucut ke bawah

b. Stalagmit
Membentuk Ujung Tombak dan mengerucut ke atas

c. Kolom
Sambungan antara Stalalkit dan Stalagmit
2.6. Etika dan Moral Penelusuran Gua
a. Setiap penelusur gua menyadari bahwa gua merupakan lingkungan yang sangat
sensitive dan mudah tercemar. Karenanya penelusur gua harus mematuhi :
- Jangan ambil apapun selain gambar
- Jangan meninggalkan apapun selain jejak
- Jangan bunuh apapun selain waktu

b. Setiap penelusur gua sadar bahwa setiap bentukan alam di dalam gua dibentuk
dalam kurun waktu ribuan tahun. Setiap usaha merusak gua, mengambil /
memindahkan sesuatu di dalam gua itu tanpa tujuan jelas dan ilmiah selektif, akan
mendatangkan kerugian yang tidak dapat ditebus.

c. Setiap menelusuri gua, dilakukan oleh penelusur gua dengan penuh respect, tanpa
mengganggu dan mengusir kehidupan biota dalam gua.

d. Respect terhadap sesama penelusur gua, ditunjukkan dengan cara :


- Tidak menggunakan peralatan yang ditinggalkan rombongan lain tanpa seizinin
mereka
- Tidak membahayakan penelusur lainnya seperti melempar ke dalam gua, bila
ada orang di dalam gua, memutuskan tali yang sedang digunakan rombongan
lain
- Tidak menghasut penduduk sekitar gua untuk melarang rombongan lain untuk
memasuki gua, karena tidak satupun gua di Indonesia milik perorangan, kecuali
bila gua itu dibeli yang bersangkutan
- Jangan melakukan penelitian yang sama, apabila ada rombongan lain yang
diketahui sedang melakukan pekerjaan yang sama dan belum
MEMPUBLIKASIKANNYA DALAM MEDIA MASSA
- Jangan gegabah dan menganggap anda penemu sesuatu kalua anda belum yakin
betul bahwa tidak ada orang lain yang juga telah menemukan sebelumnya, dan
jangan melaporkan hal – hal yang tidak benar demi SENSASI dan AMBISI
PRIBADI, karena hal ini berarti membohongi DIRI SENDIRI dan DUNIA
SPELEOLOGI
- Setiap usaha penelusuran gua merupakan usaha Bersama, bukan usaha yang
dicapai sendiri. Karenanya, setiap usaha mempublikasikan suatu hasil
penelusuran gua tidak boleh dengan cara MENONJOLKAN PRESTASI
PRIBADI tanpa mengingat bahwa setiap penelusuran gua merupakan kegiatan
team
- Dalam suatu publikasi jangan menjelek – jelekan nama sesame penelusur
walaupun si penelusur berbuat hal – hal negative, kritik terhadap sesame
penelusur akan memberi gambaran negative terhadap semua penelusur

2.7. Bahaya Penelusuran Gua


A. Anthroposentrisme
Adalah bahaya yang dapat menimpa manusia sebagai pelaku kegiatan
penelusuran gua, terbagi menjadi bahaya yang disebabkan oleh manusia itu sendiri
dan bahaya yang disebabkan oleh gua sebagai media kegiatan penelusuran.
Beberapa bahaya dari sisi Anthroposentrisme adalah :
1. Faktor Manusia
a. Ceroboh, Sembrono, Nekad
- Kurang persiapan
- Tidak menguasai Teknik
- Terpeleset
- Memilih pijakan labil
- Memaksakan diri mengejar target kegiatan

b. Tersesat
- Kurang pengamatan pada waktu masuk
- Sumber cahaya habis
c. Tenggelam
- Tidak bisa berenang
- Bisa berenang tapi sembrono

2. Faktor Peralatan
a. Kualitas peralatan
- Aus (pemakaian berlebihan, tidak dirawat, salah pakai, dll)
- Rusak (jatuh, dll)
- Friksi pada saat penggunaan
b. Pengunaan tidak semestinya
- Terkena beban ungkit, beban bukan pada arah yang direkomendasikan
- Descending terlalu dalam/terlalu cepat

c. Beban berlebihan
- Salah Pemasangan Lintasan

d. Penyusutan tidak terkontrol


- Penyimpanan
- Penggunaan
- Pencucian

3. Faktor Gua dan Alam


a. Banjir, tenggelam, arus deras, lumpur dalam, dll
b. Runtuh
c. Gas berbahaya
d. Binatang berbahaya
e. Hipotermia
f. Dehidrasi

B. Speleosentrisme
1. Speleosentrisme Adalah bahaya yang dapat menimpa gua akibat dipergunakan
sebagai media penelusuran Gua.
- Pengaruh terhadap bentukan didalam gua
- Pengotoran lingkungan gua
- Perusakan ornament gua
- Perusakan oleh penambangan di dalam gua
- Perusakan system hidrologi dan kualitas airnya
2. Pengaruh Terhadap ekosistem gua
- Kunjungan berlebihan
- Suara berlebihan
- Cahaya berlebihan
- Kotoran dari luar masuk ke dalam gua

2.8. Peralatan Penelusuran Gua


a. Peralatan Gua Horizontal
1. Helm digunakan untuk melindungi kepala dari benturan dan runtuhan batu

2. Alat Penerangan Untuk sumber cahaya didalam gua

3. Sepatu Boots agar tidak licin dan untuk melindungi kaki agar tidak basah dan
terhindar dari gesekan bebatuan
4. Cover all merupakan pakaian khusus caving yang berguna untuk menghindari
tubuh dari gesekan dan mempertahankan suhu tubuh Ketika berada di dalam
gua ber air

5. Sarung tangan untuk melindungi tangan dari gesekan permukaan batu yang
tajam

6. Dry bag untuk membawa logistic atau alat dokumentasi

b. Peralatan Gua Vertikal


1. Tali Karmantel tali yang digunakan dalam penelusuran Gua Vertikal adalah
tali karmantel statis yang dirancang khusus dengan tekstur tali yang lentur
2. Webing bisa digunakan untuk membuat chest harness

3. Karabiner digunakan untuk mencantolkan peralatan maupun tubuh kita dengan


peralatan yang digunakan dalam SRT

(Karabiner Screw Lock)

(Karabiner Snap)
4. Ascender Untuk memanjat (menaiki) lintasan tali dengan tangan

5. Descender Untuk menuruni tali

6. Sit Harness Untuk mengikat tubuh dengan alat alat lain. Terpasang pada
pinggang dan pangkal paha

7. FootLoop Dicantolkan ke karabiner yang terhubung ke hand ascender.


Berfungsi sebagai pijakan kaki untuk menaiki tali. Footloop bisa juga terbuat
dari bahan Webbing
8. Chest Harness Untuk menempelkan Croll agar lebih dekat dengan dada.
Sehingga meminimalisir terjadinya tubuh terjungkir. Dan sebagai penyangga
beban untuk posisi naik

9. MR Delta Untuk mengunci Sit Harness Petzl dan menyantolkan peralatan lain
seperti Cowstail, MR oval dan Croll, dan Karabiner Friksi

10. MR Oval Untuk menghubungkan Sit Harness dengan Croll

11. Cowstail Memiliki dua ekor. Satu terhubung ke Ascender, dan satu lagi
digunakan untuk Backup Ketika melewati lintasan tali.
12. Croll Untuk memanjat (menaiki) tali yang terpasang di dada. Terhubung ke
MR Oval yang terpasang di MR Delta

13. Sarung tangan Untuk meminimalisir gesekan langsung antara tali dengan
tangan agar tidak panas

14. Dry bag untuk membawa logistic atau alat dokumentasi

2.9. Simpul Tali


1. Jangkar
2. Pangkal

3. Delapan

4. Playboy

5. Bowline
6. Butterfly

7. Italian Hitch
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Deskripsi Kegiatan


Sebelum kegiatan Pengenalan Medan Caving ini dilaksanakan, terlebih dahulu
dilaksanakan materi kelas sebagai bekal dasar pengetahuan penelusuran gua, kemudian
di bentuk kepanitiaan dan manajemen perjalanan oleh Siswa. Kemudian pelaksanaan
dilakukan pada hari sabtu, 19 november 2022 di lapang jayaraga, dan minggu, 20
november 2022 di Jembatan Talangseng Cimaragas.

3.2. Manajemen Perjalanan


3.2.1. Pra Pelaksanaan
a. Susunan Kepanitiaan
(Terlampir)

b. Rencana Operasional Kegiatan (ROP)


(Terlampir)

c. Daftar Alat Yang di Butuhkan


(Terlampir)

3.2.2. Pelaksanaan
a. Operasional Kegiatan Terlaksana
(Terlampir)

3.3. Laporan Divisi


3.3.1. Ketua Pelaksana
3.3.2. Sekretaris
3.3.3. Bendahara
3.3.4. Humas
3.3.5. Konsumsi
3.3.6. Peralatan
3.3.7. Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai