Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN KEGIATAN

DIVISI CAVING

Disusun Oleh:

1. Alfi Rihadatul Aisy 30202200036


2. Angga Sofyan Sugiarto 30202200046
3. Annas Alfi Nur Maulana 30202200049
4. Ivan Abdullah 30202200132
5. Dewi Ilma M 31202200001

MAHASISWA PENCINTA ALAM FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Salam Lestari,
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan
karunia dan rahmatnya, sehingga kita dapat menyusun Pembukuan Divisi Caving
yang diperuntukkan untuk Anggota Muda MAPATEK UNISSULA sebagai salah
satu pemenuhan syarat dan bukti bagi Divisi Caving MAPATEK UNISSULA
selama periode 2022/2023. Pembukuan ini disusun untuk mengetahui lebih detail
mengenai kegiatan dan pengetahuan tentang Caving. Sehingga pembukuan ini
diharapkan dapat memberikan informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
Teknis kegiatan di dalam Divisi Caving MAPATEK UNISSULA selama periode
2022/2023.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada Allah SWT,
Orangtua, Semua Pengurus MAPATEK UNISSULA khususnya untuk Pengurus
Divisi Caving, dan Senior MAPATEK yang telah memberikan masukan-masukan
kepada kami sehingga di dalam Divisi Caving MAPATEK UNISSULA selama
periode 2022/2023 berjalan dengan sebagaimana mestinya. Semoga Pembukuan
ini dapat memberi manfaat bagi kita semua yang membaca. Jika terdapat
kesalahan dalam pembuatan Pembukuan ini maka kami ucapkan mohon maaf.
Oleh karena itu, kami mengharap kritik dan saran dari pembaca sebagai
pengembangan untuk meningkatkan kualitas diri agar lebih baik lagi.
Salam Lestari,
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Semarang, 10 Agustus 2023

Divisi Caving
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gua menurut pengertian IUS (international union of speleology) yaitu "semua


ruang di bawah tanah yang dapat dimasuki manusia". Usaha manusia untuk
merekam lingkungannya dengan menggunakan media dinding gua setidaknya
telah di mulai sejak 35 ribu tahun silam oleh para seniman purba di Gua Chauvet,
Prancis. Namun sebaliknya usaha dokumentasi lingkungan bawah tanah berupa
gambar baru dilakukan pada tahun 1320 Sebelum Masehi.

Caving, atau yang dikenal juga sebagai speleologi, adalah kegiatan eksplorasi
dan penelitian di dalam gua dan rongga bawah tanah. Aktivitas ini telah ada sejak
zaman dahulu, di mana manusia memasuki gua-gua untuk berlindung, mencari
sumber air, dan mungkin juga upaya spiritual. Namun, seiring perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, caving telah menjadi lebih terstruktur dan mendalam.
Para peneliti dan pecinta alam kini menggunakan peralatan khusus untuk
menjelajahi dan memahami ekosistem unik yang ada di dalam gua, serta
mengungkap potensi penemuan ilmiah dan arkeologis. Caving juga menjadi daya
tarik rekreasi bagi banyak orang yang ingin merasakan petualangan di bawah
permukaan bumi, sambil menghargai keindahan alam yang jarang terlihat.

Pembukuan Divisi Caving dengan tema “Petualangan Dalam Kegelapan


Sebagai Wadah Pengembangan” perlu diadakan sebagai wadah dan sarana
Mahasiswa Pencinta Alam, terutama MAPATEK UNISSULA untuk menambah
kecintaan terhadap alam dan tentunya melakukan kegiatan Caving/Susur Gua,
sehingga mampu untuk mempelajari dan memahami berbagai hal tentang gua
seperti Jenis Gua, Bentuk Elemen Gua, Lorong Gua, Habitat Gua, Manfaat Gua,
Risiko Penelusuran Gua, Management Penelusuran Gua, Cave Mapping, dan
dapat mengembangkan ilmunya untuk mengaplikasikannya dalam lingkungan
alam yang sesungguhnya.
1.2 Tujuan
1. Sebagai syarat dan bukti Anggota Muda MAPATEK UNISSULA dalam
berkegiatan di Divisi Caving selama periode 2022/2023.
2. Untuk mengetahui teknik pengetahuan tentang Susur Gua di Divisi Caving.

1.3 Manfaat

Melalui pembukuan ini yang dibuat oleh Divisi Caving diharapkan menjadi
wadah dan sarana bagi Mahasiswa Pecinta Alam Fakultas Teknik yang
berkedudukan sebagai Badan Semi Otonom (BSO) yang bertempat di Fakultas
Teknik UNISSULA agar dapat belajar dan memahami serta
mengimplementasikan tentang ilmu kecintaan alam terutama pengembangan
terhadap pemahaman pada Divisi Caving.
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

Program kerja mapatek memiliki beberapa rangkaian yang wajib


dilaksanakan bagi anggota maupun pengurus selama periode tahun 2022/2023.
Adapun beberapa rangkaian yang wajib dilaksanakan berupa: Open Recruitmen,
Fun Camp, Milad MAPATEK, Pendidikan Divisi Dasar, Pelestarian Lingkungan,
Pengembangan Divisi Lanjut, Fun Climbing, dan Pengembaraan.

Sebelum dilaksanakan kegiatan Pengembangan Divisi Lanjut, Anggota


Muda khususnya Divisi Caving wajib mengikuti beberapa rangkaian program
kerja MAPATEK periode 2022/2023. Pada Pendidikan Divisi Dasar, semua
anggota diperkenankan untuk mengetahui tiga divisi yang ada di MAPATEK
yang berupa Divisi Gunung dan Hutan, Divisi Rock Climbing, dan Divisi Caving
sendiri yang nantinya akan dibahas lebih lanjut. Divisi Caving adalah divisi yang
merujuk pada ilmu tentang gua seperti Jenis Gua, Bentuk Elemen Gua, Lorong
Gua, Habitat Gua, Manfaat Gua, Risiko Penelusuran Gua, Management
Penelusuran Gua, Cave Mapping.

Dalam pelaksanaan kegiatan Pengembangan Divisi Lanjut Divisi Caving,


ada beberapa hal yang harus dipersiapkan baik secara fisik maupun mental. Ada
beberapa tahapan secara fisik yang perlu dipersiapkan untuk pelaksanaan kegiatan
Pengembangan Divisi Lanjut Divisi Caving, yakni dengan adanya Latihan Rutin
setiap minggu yang bertempat di Pohon Suci belakang FT yang diantaranya
mempelajari mengenai:

1. Pengenalan alat caving dan praktek simpul yang digunakan untuk kegiatan
caving.
2. Pembuatan Anchor menggunakan webbing.
3. Pengenalan dan Pengaplikasian Teknik Rappeling.
4. Pengenalan dan Pengaplikasian Metode SRT (Single Rope Technique).
5. Pengenalan Deviasi, Intermediate, dan sambung tali.
6. Pengenalan macam-macam ornament Gua.
7. Pengambilan Data (Mapping).
Adapun hal yang harus dipersiapkan secara mental bisa dilakukan dengan
browsing di internet terkait dengan medan dan ornament sebagai gambaran dasar
untuk berkegiatan di Gua. Selain itu bisa dilakukan sharing-sharing dengan Senior
MAPATEK dan MAPALA lain yang sudah berpengalaman dalam kegiatan yang
berkaitan dengan Gua.

Selain secara fisik dan mental, tentunya kami juga perlu mempersiapkan
hal yang penting dalam kegiatan Pengembangan Divisi Caving, yaitu dengan
mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan untuk kegiatan Caving/Susur Gua.
Tetapi karena alat yang kurang mencukupi untuk kegiatan Caving, maka Anggota
Muda MAPATEK UNISSULA melakukan safari MAPALA yang bermaksud
untuk meminjam alat dengan mengirimkan surat peminjaman alat yang tercantum
alat yang kurang dan juga sekaligus mempererat silahturahmi antar MAPALA.

Sebelum melakukan kegiatan, tentunya harus ada pemahaman materi


mengenai Caving sebagai dasar dalam pelaksanaan kegiatan Pengembangan
Divisi Lanjut “Divisi Caving”.

2.1 Pengertian Gua

Gua adalah istilah yang mengacu pada suatu formasi geologi alamiah yang
terbentuk di dalam batuan atau tanah, yang umumnya memiliki keunikan dan daya
tarik bagi mereka yang tertarik pada eksplorasi alam liar. Gua sering dianggap
sebagai tempat petualangan dan penjelajahan yang menawarkan pengalaman
mendalam dengan lingkungan bawah tanah. Gua-gua sering dianggap sebagai
bagian dari keindahan alam yang belum terjamah dan menawarkan pengalaman
mendebarkan bagi mereka yang mencari tantangan dan pengetahuan tentang
geologi dan ekosistem bawah tanah.

2.1.1 Jenis Gua

Berdasarkan materi pembentuknya, jenis – jenis gua yaitu gua lava, gua es, gua
kapur, gua fosil, dan gua abrasi. Sedangkan berdasarkan posisinya menurut
Suhardjono (2012:22) gua dibedakan atas gua horizontal dan gua vertikal.
a. Gua Horizontal

Gua dengan jenis ini memiliki mulut gua yang mendatar seperti pintu masuk pada
umumnya, sehingga untuk mencapai ke dalam gua jauh lebih mudah, namun
tingkat kesulitan tergantung medan gua karena ada gua yang sempit atau perlu
menunduk atau merangkak.

Pengembangan Divisi Lanjut Divisi Caving dilakukan di Gua Cekelan. Gua


Cekelan terletak di area Siung, Gunung Kidul. Gua ini merupakan gua horizontal
dengan panjang kurang lebih 500 meter dengan durasi kurang lebih 1 jam
penelusuran. Di dalam Gua Cekelan terdapat ornament yang beraneka ragam.

Gambar 2.1 Penelusuran Gua Cekelan


(Sumber: Dokumentasi Pengembangan Divisi Lanjut 2023)

b. Gua Vertikal

Gua vertikal adalah jenis gua yang berisi satu atau lebih liang vertikal yang
signifikan, alih-alih lorong horizontal seperti gua pada umumnya. Gua vertikal
biasanya terbentuk dari batu kapur akibat dari erosi jangka panjang oleh air. Gua
ini tidak dapat dijelajahi dengan aman tanpa menggunakan tali atau tangga. Salah
satu contoh gua vertikal yaitu Gua Senen.

Gua Senen terletak di Dukuh Duwet, Desa Purwosari, Kecamatan Tepus,


Kabupaten Gunungkidul yang memiliki panjang vertikal sekitar 9 meter dengan
panjang horizontal kira-kira 300 meter. Di dalamnya terdapat ornamen yang
sangat beragam.
Gambar 2.2 Penelusuran Gua Senen
(Sumber: Dokumentasi Pengembangan Divisi Lanjut 2023)

2.1.2 Manfaat Gua


Adapun gua memiliki beragam manfaat, baik secara alami maupun melalui
penggunaan manusia. Beberapa manfaat gua antara lain:
1. Keanekaragaman Hayati
Beberapa gua menjadi habitat bagi berbagai jenis organisme unik yang tidak
ditemukan di tempat lain, terutama gua-gua yang terisolasi dari cahaya
matahari.
2. Sumber Air
Gua bisa menjadi sumber air bagi masyarakat di sekitarnya, terutama di
daerah yang memiliki sistem gua air.
3. Penting bagi Penelitian Geologi
Gua menyediakan akses ke lapisan bumi yang sulit dijangkau, membantu
dalam pemahaman proses geologi.
4. Arsip Arkeologi
Gua sering kali berisi artefak dan catatan penting tentang sejarah manusia,
memberikan informasi berharga bagi ilmu arkeologi.
5. Penelitian Ilmiah
Gua dapat digunakan untuk penelitian ilmiah dalam berbagai bidang, termasuk
biologi, geologi, ekologi, dan astronomi.
6. Penelitian Astrobiologi
Gua-gua di bawah permukaan planet atau bulan tertentu dapat menjadi
kandidat potensial untuk penelitian kehidupan mikroba ekstraterestrial.
2.1.3 Caving atau Susur Gua

Caving atau susur gua adalah salah satu kegiatan alam bebas yang aktivitasnya
menelusuri alam di bawah tanah dalam keadaan gelap dan hanya menggunakan
penerangan kecil. Setiap aktivitas penelusuran gua, tidak lepas dari keadaan gelap
total. Petualangan di lorong gelap bawah tanah menghasilkan pengalaman
tersendiri yang mebimbulkan perasaan ingin tahu yang besar bercampur dengan
perasaan cemas karena gelap total. Susur gua tidak bisa dilakukan tanpa alat.
Sebelum melakukan susur gua, harus dipastikan sudah mengetahui alat-alat yang
digunakan agar aman dan menghindari terjadinya kecelakaan saat di lokasi. Alat-
alat yang dibutuhkan saat susur gua diantaranya yaitu:

a. Helm, digunakan sebagai pelindung kepala untuk mengantisipasi apabila ada


ornament atau bebatuan gua yang terjatuh.

Gambar 2.3 Helm


(Sumber: riskresponse.edu.au)

b. Cover all (wear pack), digunakan sebagai pelindung tubuh secara keseluruhan.

Gambar 2.4 Cover all


(Sumber: riskresponse.edu.au)
c. Sepatu boots, digunakan sebagai pelindung kaki dari binatang, ornament
mati/bebatuan, lumpur, dan lain-lain yang dapat membuat kaki terluka.

Gambar 2.5 Sepatu boots


(Sumber: riskresponse.edu.au)

d. Senter/Headlamp, digunakan sebagai alat penerangan.

Gambar 2.6 Headlamp


(Sumber: pngkey.com)

e. Carmantel Statis, digunakan sebagai lintasan untuk turun dan naik pada gua
vertikal.

Gambar 2.7 Carmentel Statis


(Sumber: riskresponse.edu.au)
f. Webing, digunakan untuk membuat anchor, back up, dan simpul rantai.

Gambar 2.8 Webing


(Sumber: riskresponse.edu.au)

g. Carabiner, digunaan untuk mengaitkan karmantel pada anchor.

Gambar 2.9 Carabiner Autolock, Carabiner Screw, dan Carabiner Snap


(Sumber: riskresponse.edu.au)

h. Seat Harness, digunakan untuk mengikat tubuh yang dipasang pada pinggang
dan paha.

Gambar 2.10 Seat Harness


(Sumber: riskresponse.edu.au)
i. Ascender, peralatan ini digunakan untuk naik atau memanjat lintasan.
- Hand Ascender: digunakan dengan dipegang tangan.

Gambar 2.11 Hand Ascender


(Sumber: climbingtechnology.com)

- Chest Ascender: digunakan dengan ditempelkan di dada.

Gambar 2.12 Chest Ascender


(Sumber: climbingtechnology.com)

j. Descender (auto stop), yaitu digunakan untuk menuruni lintasan (tali).

Gambar 2.13 Auto Stop


(Sumber: riskresponse.edu.au)
k. Maillon Rapide, digunakan untuk menyambungkan (dua loop) seat harnest.
Maillon Rapide (MR) ada tiga bentuk yaitu MR oval, MR delta, dan MR semi
sekuler.

Gambar 2.14 MR Oval dan MR Delta


(Sumber: levagemanutention.com)

l. Chest Harnest, digunakan untuk mengikatkan chest ascender dengan dada.


m. Cowstail, dibuat dari tali dynamic static yang bercabang dengan salah satu
cabangnya lebih pendek dari cabang yang satu.
- Cabang Pendek: sebagai pengaman saat akan mulai atau selesai melintasi
tali atau berpindah lintasan.
- Cabang Panjang: untuk menghubungkan hand ascender dengan tubuh.

Gambar 2.15 Cowstail


(Sumber: inglesport.com)

n. Foot loop, digunakan sebagai pijakan kaki dan dihubungkan dengan ascender.
o. Dry Bag, digunakan untuk tempat P3K dan barang penting lainnya.

Gambar 2.16 Dry Bag


(Sumber: inglesport.com)

2.1.4 Ornament dan Habitat Gua


Kata ornamen berasal dari bahasa Latin ornare, yang berarti katatersebut
berartimenghiasi.Menurut Gustami (1980)ornamen adalahkomponen produk seni
yang ditambahkan atau sengaja dibuat untuk tujuansebagai hiasan. Jadi,
berdasarkan pengertian itu, ornamen merupakanpenerapan hiasan pada suatu
produk.
a. Gordyn: ornamen yang menempel pada dinding gua, memanjang dari atas ke
bawah dan berbentuk korden jendela.

Gambar 2.17 Gordyn


(Sumber: Dokumentasi Pengembangan Divisi Lanjut 2023)

b. Gourdam: ornamen ini berbentuk mirip petak-petak sawah. Ada dua jenis
mikro (berukuran kecil) dan makro gourdam (berukuran besar). Terbentuk
akibat pengendapan kalsit pada saat aliran air terhambat atau diperlambat pada
bibir gourdam tersebut.
Gambar 2.18 Gourdam
(Sumber: flickr.com)

c. Stalaktit: formasi batuan yang menggantung (tumbuh ke bawah) karena


pengaruh gravitasi.

Gambar 2.19 Stalaktit


(Sumber: Dokumentasi Pengembangan Divisi Lanjut 2023)

d. Stalagmit: ornamen yang tumbuh dari lantai gua yang dikarenakan tetesan dari
stalaktit yang terus menunpuk pada satu titik.

Gambar 2.20 Stalagmit


(Sumber: Dokumentasi Pengembangan Divisi Lanjut 2023)
e. Soda Straw: merupakan jenis stalaktit dengan diameter sesuai dengan tetesan
air dan dibagian tengah berlubang (seperti sedotan minuman).

Gambar 2.21 Soda Straw


(Sumber: wikimedia.org)

f. Flowstone: merupakan kalsit yang terdeposisi (diendapkan) pada lorong gua.

Gambar 2.22 Flowstone


(Sumber: goodearthgraphics.com)

g. Pilar: stalaktit yang menyambung dengan stalagmit.

Gambar 2.23 Pilar


(Sumber: Dokumentasi Pengembangan Divisi Lanjut 2023)
Habitat Gua adalah semua makhluk hidup yang hidup dan berkembang di
dalam gua. Di dalam gua memiliki beberapa kondisi lingkungan yang
dibedakan menjadi beberapa zona, yaitu diantaranya:
a. Zona peralihan atau zona remang-remang yang dicirikan dengan kondisi
yang sudah gelap namun masih dapat terlihat berkas cahaya yang memantul
di dinding gua. Di zona peralihan kondisi lingkungan masih dipengaruhi
oleh luar gua yaitu masih ditemukan aliran udara. Temperatur dan
kelembaban masih dipengaruhi lingkungan luar gua. Komposisi fauna
mulai berbeda baik jumlah jenis maupun individu. Keberlimpahan jenis dan
individu lebih sedikit dibandingkan di daerah mulut gua.
b. Zona gelap adalah daerah gelap total sepanjang masa, kondisi temperature
dan kelembaban mempunyai fluktuasi yang sangat kecil sekali. Jenis fauna
yang ditemukan sudah sangat khas dan telah teradaptasi pada kondisi gelap
total. Fauna yang ditemukan biasanya mempunyai jumlah individu yang
kecil namun mempunyai jumlah jenis yang besar (Deharveng and Bedos
2000).
c. Zona yang terakhir adalah zona stagnant dimana sama sekali tidak terdapat
aliran udara. Kondisi temperatur dan kelembaban mempunyai fluktuasi
yang sangat kecil. Biasanya mempunyai kandungan karbon dioksida yang
sangat tinggi. Zona ini biasanya terdapat pada sebuah ruangan yang
lorongnya sempit dan berkelok-kelok.

2.2 Teknik Penelusuran Gua


2.2.1 Teknik Penelusuran Gua Vertikal
Untuk menelusuri gua vertikal dibutuhkan teknik SRT (Single Rope Technique),
yaitu teknik untuk melintasi lintasan vertikal yang berupa satu lintasan tali.
Teknik ini dalam kegiatan caving biasa digunakan untuk penelusuran gua-gua
vertikal dengan variasi lintasan yang disesuaikan dengan kondisi medan. Ada
empat variasi lintasan yang bisa digunakan:
a. Lintasan lurus/polos adalah lintasan yang mulus ke bawah tanpa ada gesekan
lintasan dengan dinding gua.
b. Lintasan intermediate adalah lintasan yang bertujuan untuk menghilangkan
gesekan tali dengan dinding gua, dengan membuat anchor pada titik gesekan.
c. Lintasan deviasi adalah lintasan yang berguna untuk menghilangkan friksi tali
dengan dinding gua, dibuat dengan cara menarik tali kearah luar gesekan.
d. Lintasan sambungan adalah lintasan yang dipakai pada lintasan dimana satu
buah tali terpaksa disambung untuk mencapai dasar picth.

Simpul-simpul yang digunakan untuk Single Rope Technique yaitu:


a. Simpul Delapan
Berfungsi sebagai pengaman utama yang dihubungkan dengan tali harness.

Gambar 2.24 Simpul Delapan


(Sumber: endrosambodo1984.wordpress.com)

b. Simpul Playboy (Delapan Ganda)


Simpul ini hampir sama dengan simpul delapan, bedanya adalah mempunyai
dua buah loop. Simpul ini biasa digunakan untuk membentuk Y anchor.

Gambar 2.25 Simpul Playboy


(Sumber: endrosambodo1984.wordpress.com)
c. Simpul Pita
Untuk menyambung pita webing (sebagai sling webbing) meskipun dalam
keadaan basah.

Gambar 2.26 Simpul Pita


(Sumber: himalaunma.blogspot.com)

d. Simpul Kambing (Bowline)


Untuk anchor (titik tambat), karena sifatnya yang apabila mendapat beban
akan semakin mengikat. Akan tetapi perlu digaris bawahi untuk pemula tidak
dianjurkan untuk memakai simpul ini karena simpul ini harus benar–benar
teliti dalam penyimpulannya apabila kurang teliti maka simpul ini akan mudah
terlepas sehingga akan terjadi hal yang sangat fatal nantinya.

Gambar 2.27 Simpul Kambing


(Sumber: himalaunma.blogspot.com)
e. Simpul Kupu-Kupu
Simpul ini biasa digunakan untuk Simpul Rigging, simpul di pengaman tengah
tali (traverse), yang bisa dibebani baik pada loopnya maupun pada bagian
yang berdiri (standing part) mudah diatur dan mudah diurai setelah dibebani.
Maupun bisa untuk mengamankan bagian yang friksi (cacat) ditengah tali.

Gambar 2.28 Simpul Kupu-Kupu


(Sumber: himalaunma.blogspot.com)

2.2.2 Teknik Penelusuran Gua Horizontal


Penelusuran dapat dengan mudah dilakukan dan ada teknik-teknik khusus untuk
dapat melewatinya tergantung dengan tingkatan medan yang ada pada Gua
Horizontal. Medan pada gua horizontal sangat bervariasi, mulai lorong-lorong
yang dapat dengan mudah ditelusuri, sampai lorong yang membutuhkan teknik-
teknik khusus untuk dapat melewatinya.

Gambar 2.29 Teknik Merangkak


(Sumber: gubukinspirasi.com)
2.3 Cave Mapping
Pemetaan Gua adalah gambaran perspektif gua yang di proyeksikan keatas bidang
datar yang bersifat selektif dan dapat dipertanggungjawabkan secara visual dan
matematis dengan menggunakan skala tertentu. Hal ini diperlukan sebagai bukti
otentik bagi penelusur gua, untuk membantu para ahli dalam mempelajari
Biospeologi, Hidrologi, Arkeologi ataupun ilmu-ilmu lainnya yang berkaitan
dengan Speleologi, sebagai pembanding dengan gua yang lain, memudahkan
dalam usaha pertolongan apabila terjadi kecelakaan di dalam gua, untuk
kepentingan Pertahanan dan Keamanan Nasional, memudahkan dalam
pengembangan sebagai obyek wisata gua dalam bidang pariwisata.
2.3.1 Peralatan yang digunakan saat mapping
a. Roll Meter
Digunakan untuk mengukur panjang lorong gua, biasanya terbuat dari plat
baja tipis atau terbuat dari fiberglass.

Gambar 2.30 Roll Meter


(Sumber: blibli.com)

b. Alat Tulis
Alat tulis adalah peralatan yang dipergunakan untuk menuliskan atau
menorehkan tanda atau bentuk di atas suatu permukaan. Alat tulis yang biasa
digunakan dala mapping berupa kertas anti air atau kertas kalkir, pensil,
pulpen, penghapus.
Gambar 2.31 Alat Tulis
(Sumber: blibli.com)

Gambar 2.32 Kertas Kalkir


(Sumber: blibli.com)

c. Kompas
Digunakan untuk membidik azimuth. Kompas ada dua jenis yaitu Kompas
Bidik dan Kompas Orientasi.

Gambar 2.33 Kompas


(Sumber: blibli.com)
d. Klinometer
Klinometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur kemiringan
lorong gua, biasanya kita menggunakan busur untuk mengukur kemiringan
lorong gua.

Gambar 2.34 Klinometer dari busur


(Sumber: blibli.com)

2.3.2 Tim Survey


Dalam melakukan pemetaan gua diperlukan Tim Survey yang mempunyai
tugas/peran masing-masing sebagai berikut:
1. Leader, orang yang menentukan titik stasiun dan untuk mengecek medan yang
ada di gua terkait dengan keamanan medan.
2. Pointer, sebagai target bidik dengan membawa ujung roll meter dan
memegang titik/point yang nantinya menjadi sasaran bidik kompas ataupun
clino yang dipegang oleh shooter.
3. Shooter, sebagai pembaca alat ukur seperti kompas, clino, dan roll meter.
4. Notulen, sebagai pencatat data pengukuran yang dilakukan oleh shooter.
5. P3K, orang yang memberikan pertolongan pertama pada korban apabila
terjadi kecelakaan di gua.
6. Dokumentasi, orang yang mengabadikan hal-hal seperti ornament, habitat, dan
sebagainya yang ada di dalam gua menggunakan HP atau kamera.
2.3.3 Metode Survey
a. Leap Frog Methode
Pada metode katak meloncat ini, shooter berada pada stasiun 1 sedangkan
pointer di stasiun 0. Setelah shooter selesai menghitung, pointer maju menuju
stasiun 2, sedangkan shooter tetap pada stasiun 1 tetapi berbalik arah
menghadap pointer dan mulai menghitung lagi. Setelah selesai shooter
menuju stasiun 3, dan mulai menghitung dengan arah sasaran stasiun 2, begitu
seterusnya.
b. Forward Methode
Dimana shooter berada di stasiun 0 dan pointer berada di stasiun 1, setelah
selesai menghitung, pointer maju ke stasiun 2 (titik yang sudah ditentukan
oleh leader) dan shooter maju ke stasiun 1, begitu seterusnya.

2.3.4 Faktor yang harus diperhatikan


- Perubahan lorong Gua
- Perubahan ekstrim bentuk lorong
- Batas pengukuran <30 M
- Perubahan sudut elevasi lorong
- Temuan-temuan khusus seperti macam-macam ornamen, habitat, dsb.

2.4 Management Penelusuran Gua


Penelusuran gua memiliki manfaat dan pengalaman yang menarik, tetapi juga
melibatkan risiko tertentu. Beberapa resiko yang terkait dengan penelusuran gua:
a. Kehilangan dan Kecelakaan: Terdapat risiko tersesat atau kecelakaan di dalam
gua akibat medan yang tidak teratur, bebatuan licin, dan rintangan lainnya.
b. Kekurangan Pengetahuan: Jika penelusuran gua dilakukan tanpa pengetahuan
yang memadai, bisa menyebabkan situasi berbahaya atau merusak lingkungan.
c. Cuaca Buruk: Perubahan cuaca tiba-tiba dapat mempengaruhi kondisi di
dalam gua, termasuk meningkatnya risiko banjir atau curah hujan yang tinggi.
d. Kondisi Medis: Beberapa gua memiliki lingkungan yang lembab dan berdebu,
yang bisa memperburuk kondisi pernapasan atau alergi.
e. Kerusakan Lingkungan: Penelusuran gua yang tidak bertanggung jawab dapat
merusak lingkungan gua dan mengganggu ekosistem bawah tanah.
Para pecinta alam yang tertarik untuk mengeksplorasi gua sebaiknya memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam berbagai teknik penelusuran
gua guna menghindari resiko yang terjadi. Beberapa teknik yang diperlukan
meliputi:
a. Peralatan Keselamatan
Menggunakan peralatan keselamatan seperti helm, lampu kepala, tali, dan
peralatan pelindung pribadi lainnya untuk melindungi diri dari bahaya fisik di
dalam gua.
b. Navigasi
Memahami bagaimana membaca peta gua dan memiliki kemampuan navigasi
yang baik untuk menghindari tersesat.
c. Pendakian dan Penurunan
Menggunakan teknik pendakian dan penurunan yang aman untuk bergerak di
dalam gua, termasuk teknik rappelling dan menggunakan alat bantu
cengkeraman.
d. Traversing
Mengatasi rintangan di dalam gua dengan berjalan, merayap, atau merayap
dengan tali di sepanjang permukaan dinding.
e. Manuver pada Ruang Sempit
Memiliki keterampilan untuk bergerak di ruang sempit dengan hati-hati dan
cermat.
f. Mengatasi Air dan Lumpur
Menavigasi air atau lumpur di dalam gua dengan memahami teknik berenang,
melewati sungai bawah tanah, dan memahami risiko aliran air.
g. Pemeriksaan Keamanan
Mengevaluasi lingkungan sekitar, mencari bahaya seperti batu longsor, air
naik, atau potensi bahaya lainnya.
h. Penyelamatan Darurat
Memiliki pengetahuan dasar mengenai teknik penyelamatan darurat, termasuk
pertolongan pertama dan penggunaan peralatan darurat.
i. Kemampuan Fisik
Memiliki tingkat kebugaran fisik yang memadai untuk mengatasi medan yang
tidak rata dan berat dalam gua.
j. Kesadaran Lingkungan
Memahami etika penelusuran gua, termasuk tidak merusak formasi alami,
tidak meninggalkan sampah, dan menjaga kelestarian gua.
k. Pengetahuan Geologi
Memahami dasar-dasar geologi yang membantu dalam membaca formasi batu
dan kondisi gua.
l. Pertolongan Pertama
Memiliki pengetahuan dasar tentang pertolongan pertama dan penanganan
cedera yang mungkin terjadi.
Sebelum memulai penelusuran gua, sangat penting bagi para pecinta alam
untuk mendapatkan pelatihan yang memadai dan berpengalaman dengan
bimbingan dari ahli gua yang terlatih. Keselamatan dan perlindungan lingkungan
harus selalu menjadi prioritas utama.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Caving merupakan eksplorasi dan penelitian di dalam gua dan rongga bawah
tanah yang telah dilakukan sejak zaman dahulu. Dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, caving menjadi lebih terstruktur dan mendalam,
melibatkan peneliti dan pecinta alam dalam menjelajahi ekosistem gua serta
mengungkap potensi ilmiah dan arkeologis. Selain menjadi daya tarik rekreasi,
kegiatan ini juga dijadikan wadah bagi Mahasiswa Pecinta Alam untuk menambah
pengetahuan tentang gua dan lingkungan bawah tanah, serta untuk memperluas
pemahaman tentang ilmu kecintaan alam. Tentu dengan adanya pembukuan
khususnya pada Divisi Caving bertujuan untuk mendokumentasikan dan
memperkaya pengetahuan anggota MAPATEK UNISSULA, sambil memenuhi
persyaratan keanggotaan dan meningkatkan pemahaman tentang teknik susur gua.

Program kerja MAPATEK UNISSULA memiliki serangkaian kegiatan


yang harus dijalani oleh anggota dan pengurus selama periode tertentu. Kegiatan
tersebut berupa Open Rekrutmen, Fun Camp, Milad MAPATEK, Pendidikan
Divisi Dasar, Pelestarian Lingkungan, Pengembangan Divisi Lanjut, Fun
Climbing, dan Pengembaraan. Divisi Caving adalah divisi yang merujuk pada
ilmu tentang gua seperti Jenis Gua, Bentuk Elemen Gua, Lorong Gua, Habitat
Gua, Manfaat Gua, Risiko Penelusuran Gua, Management Penelusuran Gua, Cave
Mapping. Dalam melakukan kegiatan khususnya di Divisi Caving, ada beberapa
hal yang harus dipersiapkan baik secara fisik maupun mental. Ada beberapa
tahapan secara fisik yang perlu dipersiapkan dalam melaksanakan kegiatan yakni
dengan adanya Latihan Rutin setiap minggu. Adapun hal yang harus dipersiapkan
secara mental bisa dilakukan dengan browsing di internet terkait dengan medan
dan ornament sebagai gambaran dasar untuk berkegiatan di Gua, serta persiapan
fisik dan mental. Dalam Penelusuran gua perlu memerlukan teknik dan peralatan
khusus, serta kesadaran akan faktor-faktor keamanan dan lingkungan. Dalam
melakukannya, pengetahuan, pelatihan, dan pengalaman yang memadai sangatlah
penting.
3.2 Saran

Pada pelaksanaan kegiatan di Divisi Caving perlu menjelaskan dengan lebih rinci
mengenai manfaat dan tujuan dari kegiatan Divisi Caving dalam Program Kerja
MAPATEK UNISSULA. Sebaiknya juga dapat menguraikan bagaimana Divisi
Caving akan menjadi sebuah wadah yang efektif bagi anggota Mahasiswa Pecinta
Alam untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang ilmu kecintaan alam dan
lingkungan bawah tanah. Sertakan juga penjelasan tentang bagaimana pembukuan
dan dokumentasi yang dilakukan oleh Divisi Caving dapat membantu dalam
memperkaya pengetahuan anggota dan memenuhi persyaratan keanggotaan.

Selain itu, pada Divisi Caving juga dapat menguraikan lebih lanjut tentang
tahapan-tahapan persiapan fisik dan mental yang harus dijalani oleh anggota
Divisi Caving sebelum melaksanakan kegiatan serta mampu memberikan contoh
yang lebih spesifik mengenai jenis latihan rutin yang dilakukan setiap minggu dan
bagaimana hal tersebut dapat membantu meningkatkan kesiapan fisik anggota.
Penjelasan metode juga perlu di jabarkan untuk meningkatkan persiapan mental,
seperti diskusi dengan senior atau pencarian informasi online tentang Gua. Serta
kesadaran akan faktor-faktor keamanan dan lingkungan menjadi prioritas utama.
Hal ini menjelaskan tentang pentingnya pengetahuan, pelatihan, dan pengalaman
yang memadai perlu ditekankan sebagai bagian integral dari kegiatan ini.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai