Anda di halaman 1dari 12

Oseoanografi Worksheet Pertemuan 1

Dosen Pengampu : Rayuna Handawati, S.Si., M.Pd.


Mata Kuliah : Oceanografi

Disusun Oleh :
Chika Seila Patihah - 1402622064
Faatihah Salsabila - 1402622074
Febry Yantika - 1402622031
Julia Kartika Putri - 1402622065
Satria Avianto Saputra - 1402622081

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2024

Kelompok : 5
1. Chika Seila Patihah - 1402622064
Nama Anggota : 2. Faatihah Salsabila - 1402622074
3. Febry Yantika - 1402622031
4. Julia Kartika Putri - 1402622065
5. Satria Avianto Saputra - 1402622081
Tema : GEOLOGI LAUT DAN MORFOLOGI LAUT
INDONESIA

Diskusikan dan jawab:

A. Berikan gambaran morfologi laut Indonesia sertai peta, mengapa morfologi laut
Indonesia seperti itu.

Jawab:

Berikut merupakan gambaran morfologi laut Indonesia:

a. Dangkalan/ Paparan Benua/ Landas Kontinen (Continental Shelf)

Bagian dasar laut yang dangkal yang terletak di sepanjang pesisir laut. Kedalamannya
biasanya kurang dari 200 meter di atas permukaan laut, dengan kemiringan lereng yang
cenderung tidak lebih dari 10 derajat. Bagian ini merupakan kelanjutan dari daratan
kontinental. Paparan daratan ini sangat penting untuk perikanan karena menyediakan
kondisi hidup yang baik bagi ikan, seperti cahaya matahari yang bisa menembus hingga
kedalaman tersebut.
b. Lereng Benua (Continental Slope)

Bagian dasar laut yang merupakan kelanjutan dari paparan benua dan berbatasan dengan
paparan benua. Lereng benua memiliki kemiringan sekitar 50 derajat dengan kedalaman
antara 200 hingga 1.800 meter di bawah permukaan laut. Lereng benua cenderung
memiliki kontur yang lebih tajam dibandingkan dengan paparan benua.

c. Pulau Gunung Api Laut (Volcanic Island)

Merupakan pulau vulkanik yang memiliki bagian dasar di bawah laut dan puncaknya
menonjol di atas permukaan laut. Contohnya adalah Pulau Gunung Api di Laut Banda.

d. Punggung Laut (Ridge)

Rangkaian pegunungan bawah laut yang terletak di dasar laut dan merupakan hasil dari
proses peninggian yang merata di dasar laut, serupa dengan gunung-gaun di daratan.
Contoh: Punggung Tengah Laut Atlantik (Mid Ocean Ridge), yang membentang sekitar
23.000 kilometer dari utara ke selatan di Laut Atlantik.

e. Lubuk Laut/ Abisal Plain (Basin)

Daerah cekungan yang terletak di dasar laut dengan kedalaman mencapai 2.000 meter di
bawah permukaan laut. Contoh: Cekungan Indo-Australia di Samudra Hindia dan
cekungan laut Sulawesi.

f. Guyot

Gunung bawah laut yang memiliki puncak datar dan tidak mencapai permukaan laut.
Bentuknya menyerupai meja.

g. Palung Laut (Trench)

Daerah ngarai sangat dalam dan sempit di dasar laut, dengan kedalaman ribuan meter.
Contoh: Palung Laut Mindanao dengan kedalaman 10.500 meter, Palung Laut Jawa
dengan kedalaman 8.000 meter, Palung Laut Jepang dengan kedalaman 9.435 meter, dan
Palung Mariana dengan kedalaman mencapai 11.000 meter.
h. Ambang Laut (Drempel)

Pegunungan di dasar laut yang terletak di antara dua cekungan laut dalam. Contoh:
Ambang Laut Sulu, yang terletak di barat Filipina dan memisahkan Laut Tiongkok
Selatan dan Laut Sulawesi.

i. Gunung Api Laut (Seamount)

Gunung api yang naik dari dasar laut tetapi tidak mencapai permukaan laut, dengan
puncaknya yang runcing. Seamount memiliki lereng yang curam dan puncak yang tajam,
dengan ketinggian mencapai lebih dari 1 kilometer.

Alasan terbentuknya morfologi laut Indonesia seperti gambaran diatas:

Indonesia terletak di Cincin Api Pasifik, sebuah zona aktif gempa bumi dan
aktivitas vulkanik. Aktivitas subduksi, di mana lempeng tektonik bertemu dan satu
lempeng mendorong di bawah yang lain, menyebabkan terbentuknya palung laut dalam di
sepanjang tepi lempeng, seperti Palung Laut Jawa dan Palung Laut Jepang. Kehadiran
gunung berapi yang aktif di wilayah Indonesia menyebabkan terbentuknya pulau-pulau
vulkanik, seperti Gunung Api di Laut Banda selanjutnya ialah Perubahan Nivea Laut
dimana selama periode glasial, penurunan tingkat laut telah mengungkapkan lebih banyak
daratan dan membentuk paparan benua dan dangkalan di sepanjang pantai Indonesia.
Sebaliknya, saat periode pasca-glacial, air laut naik kembali, mengubah pesisir dan bentuk
dasar laut. Proses ini dapat menciptakan pulau-pulau gunung api laut dan seamounts di
sepanjang dasar laut. Selama periode glasial, penurunan tingkat laut telah mengungkapkan
lebih banyak daratan dan membentuk paparan benua dan dangkalan di sepanjang pantai
Indonesia. Sebaliknya, saat periode pasca-glacial, air laut naik kembali, mengubah pesisir
dan bentuk dasar laut.

Tekanan dan peningkatan lempeng tektonik bumi, seperti yang terlihat di


Punggung Tengah Laut Atlantik, merupakan contoh proses geologis yang mempengaruhi
bentuk dasar laut. Meskipun tidak secara langsung berada di wilayah Indonesia, prinsip
yang sama berlaku di sekitar kepulauan tersebut. Proses ini menghasilkan punggung laut
yang mempengaruhi topografi bawah laut di berbagai wilayah. Selain itu, pola arus laut
dan sedimentasi juga menjadi faktor penting dalam membentuk morfologi laut. Mereka
memiliki peran yang signifikan dalam mengubah struktur bawah laut, termasuk
membentuk cekungan, lereng, dan punggung laut di sekitar Indonesia. Dengan demikian,
proses geologis dan dinamika laut yang terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk
Punggung Tengah Laut Atlantik dan arus laut di Indonesia, secara bersama-sama
menciptakan morfologi laut yang kompleks.

B. Sebagai calon guru, setelah mempelajari geologi laut dan morfologi laut Indonesia,
bagaimana anda memberikan rangsangan yang membuat siswa paham materi tersebut
melalui penyelidikan.

Jawab :

Memberikan pembelajaran tentang geologi laut dan morfologi laut Indonesia dapat
menjadi pengalaman yang tidak hanya menarik dan berkesan, tetapi juga membawa
dampak positif yang mendalam bagi siswa. Ketika mencurahkan waktu untuk mendalami
materi ini, terbuka lebarlah peluang untuk menciptakan suatu pengalaman belajar yang
penuh kegembiraan dan kekaguman terhadap keanekaragaman geologi serta morfologi
laut yang dimiliki oleh Indonesia. Dengan demikian, dapat terbentuk rasa ingin tahu yang
mendalam dan apresiasi yang tinggi terhadap keindahan dan kompleksitas alam laut yang
menjadi ciri khas wilayah ini.

Berikut merupakan cara untuk memberikan rangsangan yang membuat siswa paham akan
materi tersebut :

1. Eksplorasi Lapangan

Merancang dan melaksanakan sebuah kegiatan lapangan yang mengundang minat,


terutama di daerah pantai atau wilayah pesisir terdekat untuk memberikan
kesempatan siswa secara eksklusif untuk mengamati secara langsung fenomena
menarik dari geologi laut dan morfologi laut. Sebagai guru, harus melibatkan
partisipasi aktif siswa dengan mengajak mereka terlibat dalam pengamatan yang
mendetail, pengukuran yang teliti, dan proses pengumpulan sampel yang relevan.
Dengan keterlibatan ini, diharapkan siswa akan mampu mencatat dengan seksama
setiap perbedaan yang tampak dalam struktur geologis dan morfologi laut yang
mereka temukan selama kunjungan lapangan tersebut.

2. Penelitian Mandiri yang Komprehensif

Berikan siswa kesempatan untuk menjelajahi area pengetahuan yang luas melalui
proyek penelitian mandiri yang menyeluruh. Misalnya, siswa diajak untuk
mengeksplorasi secara mendalam jenis batuan atau formasi geologis tertentu di
wilayah perairan sekitar Indonesia. Pastikan untuk menyediakan sumber daya yang
lengkap dan panduan penelitian yang mendukung mereka dalam merancang
metode penelitian, mengelola data dengan efisiensi, dan menyajikan temuan hasil
penelitian mereka dengan penjelasan yang jelas dan ilmiah. Melalui pendekatan
ini, harapannya adalah siswa dapat memperoleh pemahaman yang mendalam dan
meningkatkan keterampilan penelitian mereka dengan cara yang berkelanjutan.

3. Pemanfaatan Kemajuan Teknologi

Memanfaatkan perkembangan teknologi dengan menggunakan perangkat lunak


atau aplikasi simulasi virtual. Inovasi ini memberikan siswa peluang unik untuk
mencari informasi terkait lokasi-lokasi geologi laut secara virtual, membuka ruang
bagi mereka untuk mengamati dan mengeksplorasi morfologi laut tanpa harus
meninggalkan kelas. Setelah menjalani pengalaman virtual ini, guru diharap bisa
mendorong siswa untuk menyusun laporan rinci berdasarkan pengamatan dan
temuan yang mereka dapat selama eksplorasi tersebut. Dengan pendekatan ini,
diharapkan siswa tidak hanya dapat merasakan daya tarik dari penggunaan
teknologi dalam pembelajaran, tetapi juga meningkatkan keterampilan
dokumentasi dan analisis mereka.

4. Peningkatan Pemahaman melalui Kolaborasi dan Diskusi

Mendorong kolaborasi dalam kelompok kecil dengan memberikan siswa


kesempatan untuk berbagi temuan mereka. Selain itu, fasilitasi diskusi kelas atau
platform daring untuk pertukaran ide dan informasi. Hal ini tidak hanya
merangsang pemahaman yang lebih dalam melalui perbandingan pendapat, tetapi
juga mengembangkan keterampilan sosial siswa.

Mendorong kolaborasi siswa melalui diskusi kelompok serta memberikan


kesempatan bagi mereka untuk berkolaborasi dan berbagi temuan. Selain itu,
fasilitasi diskusi kelas atau melalui platform daring untuk merangsang pertukaran
ide dan informasi. Pendekatan ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan
pemahaman melalui perbandingan pendapat, tetapi juga untuk memperkaya
keterampilan sosial siswa. Dengan mengaktifkan partisipasi siswa dalam dialog
yang aktif, diharapkan mereka dapat membentuk pemahaman bersama dan terus
mengembangkan kemampuan berkomunikasi secara efektif dalam konteks
kolaboratif.

5. Pemecahan Masalah

Guru membimbing siswa untuk mengenali dan menganalisis permasalahan yang


berkaitan dengan geologi laut dan morfologi laut di Indonesia. Selanjutnya, guru
mengajak mereka untuk aktif mencari solusi atau merumuskan rekomendasi
dengan memanfaatkan pemahaman mereka dalam bidang geologi laut. Manfaatkan
studi kasus untuk memberikan ilustrasi yang jelas tentang bagaimana pemahaman
ini dapat diaplikasikan secara efektif dalam menghadapi tantangan nyata yang
dihadapi oleh Indonesia.
Dengan memberikan bimbingan dalam mengidentifikasi masalah secara
kontekstual dan mendorong siswa untuk berkontribusi dalam mencari solusi,
diharapkan murid dapat mengembangkan keterampilan pemecahan masalah yang
lebih matang dan terapan, serta memiliki pemahaman yang lebih mendalam
tentang konsep geologi laut dan morfologi laut dalam konteks kehidupan nyata.

6. Proyek Presentasi

Siswa merancang proyek presentasi pada aspek yang terkait dengan geologi laut
dan morfologi laut. Dalam proyek ini, siswa dapat terlibat dalam kegiatan seperti
pembuatan peta geologis yang rinci, konstruksi model fisik yang menggambarkan
konsep-konsep esensial, atau perancangan rencana mitigasi bencana yang
berkaitan dengan geologi laut. Setelah presentasi, alokasikan waktu untuk sesi
tanya jawab dan diskusi agar dapat memastikan bahwa pemahaman siswa
mencapai tingkat yang komprehensif dan mendalam terhadap topik yang telah
dipresentasikan. Pendekatan ini diharapkan dapat memberikan pengalaman
pembelajaran yang kaya dan memperdalam wawasan siswa terhadap kerumitan
geologi laut dan morfologi laut.

C. Sebutkan masalah-masalah nyata yang berkaitan dengan materi geologi laut dan
morfologi laut Indonesia yang dapat diangkat sebagai pembelajaran berbasis masalah.

Jawab :

Beberapa masalah yang berkaitan dengan materi geologi laut ataupun morfologi laut
antara lain :

1. Abrasi Pantai : Proses alami di mana garis pantai secara perlahan tererosi atau
terkikis oleh aksi gelombang laut, arus laut, angin, dan faktor-faktor lainnya.
Proses ini dapat menyebabkan perubahan bentuk dan dimensi garis pantai serta
mengakibatkan hilangnya lahan pantai. memerlukan solusi untuk melindungi garis
pantai.
2. Tsunami : Tsunami adalah gelombang laut yang dihasilkan oleh peristiwa geologis
seperti gempa bumi, letusan gunung berapi, atau longsor laut. Pemicu utama
adalah pergerakan mendalam di dasar laut yang menggeser air secara vertikal.
Tsunami dapat mencapai ketinggian yang signifikan dan menyebabkan kerusakan
parah di pesisir.
3. Seisme : Gempa bumi di dasar laut dapat disebabkan oleh pergeseran lempeng
tektonik di dasar laut atau aktivitas vulkanik di dasar laut. Proses-proses ini dapat
menyebabkan pelepasan energi yang kuat dan menciptakan gelombang seismik
yang merambat melalui air yang menyebabkan tsunami, terutama jika terjadi di
lempeng tektonik benua dan menyebabkan pergeseran besar pada dasar laut.
D. Berikan desain materinya dari bagian C

Abrasi Pantai adalah proses pengikisan pantai yang disebabkan oleh aksi gelombang dan
arus yang dapat merusak garis pantai. Untuk mencegah terjadinya abrasi, dapat dilakukan
beberapa cara seperti membangun hutan mangrove, pemecah gelombang, revetment, dan
groin. Kajian mengenai desain material abrasi pantai yang melibatkan pemodelan efek
pemecah gelombang, groin, dan revetment terhadap kecepatan arus paralel di sepanjang
pantai. Penelitian ini menggunakan software hidrodinamika 2D untuk memodelkan
kondisi daerah penelitian dan memasukkan data hasil analisis pendahuluan. Hasil kajian
dapat digunakan sebagai masukan perencanaan dan pengambilan keputusan oleh
konsultan dan pemerintah daerah untuk mengurangi risiko abrasi pantai.

Tujuan:

● Memahami konsep abrasi dan dampaknya terhadap lingkungan.


● Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat abrasi.
● Mengetahui cara-cara mitigasi untuk mengurangi abrasi.
● Pengantar:

Definisi abrasi: Proses pengikisan permukaan bumi oleh air, angin, atau aktivitas
manusia.

Signifikansi: Abrasi dapat merusak lingkungan, seperti erosi tanah dan penurunan
kualitas habitat.

Faktor-faktor Abrasi:

● Iklim : Curah hujan dan kecepatan angin mempengaruhi tingkat abrasi.


● Topografi : Kemiringan lereng dan jenis tanah mempengaruhi seberapa cepat
abrasi terjadi.
● Vegetasi : Tanaman dapat menahan tanah dan mengurangi laju abrasi.
● Aktivitas Manusia : Pertanian, pembangunan, dan penggunaan lahan dapat
meningkatkan abrasi.

Dampak Abrasi:

● Erosi Tanah : Hilangnya lapisan tanah subur.


● Pencemaran Air : Lumpur dan sedimen dari abrasi dapat mencemari sungai dan
laut.
● Kehilangan Habitat : Abrasi dapat merusak habitat alami hewan dan tumbuhan.
Mitigasi Abrasi :

Penghijauan : Penanaman vegetasi untuk menahan tanah.

Konservasi Tanah : Praktik pertanian yang mengurangi erosi.

Penataan Lahan : Membuat dinding penahan tanah atau terasering untuk mengurangi
kemiringan lereng.

TSUNAMI

Tsunami merupakan bencana alam berupa rangkaian gelombang ombak yang timbul
karena adanya pergeseran di dasar laut atau gempa bumi tektonik yaitu gempa bumi
tektonik sesar naik dan gempa bumi tektonik sesar turun. Tsunami dapat terjadi apabila
pusat gempa bumi di dasar laut berkekuatan gempa > 6 skala richter. Selain karena gempa
bumi, tsunami juga dapat terjadi akibat letusan gunung api di laut atau terjadi longsoran di
laut. Secara etimologi, kata tsunami berasal dari bahasa Jepang, tsu berarti pelabuhan,
nami berarti gelombang. Menurut arti katanya, tsunami berarti gelombang pasang yang
memasuki pelabuhan. Contohnya, pada laut lepas terjadi gelombang pasang sebesar 8 m
tetapi begitu memasuki daerah pelabuhan yang menyempit tinggi gelombang pasang
menjadi 30 m.

● Penyebab terjadinya tsunami :


Penyebab terjadinya tsunami diantaranya yaitu sebagai berikut :
1. Gempa Bumi, gempa bumi dapat diikuti oleh gelombang tsunami jika pusat
gempa berada di dasar laut dan kedalaman pusat gempa kurang dari 60 km.
2. Letusan gunung berapi, letusan dari gunung berapi menyebabkan terjadinya
gempa vulkanik. Penyebab letusan gunung berapi di dasar laut menyebabkan
tsunami dahsyat.Gunung Krakatau merupakan contoh letusan dahsyat dan
menimbulkan tsunami pada 27 Agustus 1883.
3. Longsor bawah tanah, longsor bawah laut berpengaruh pada pergerakan volume
air yang mendadak dan pada skala tertentu menyebabkan tsunami.
4. Hantaman meteor, hantaman meteor yang jatuh ke permukaan laut dapat
menyebabkan ketakseimbangan lempeng laut yang mengakibatkan gempa dan
tsunami yang sangat besar.

● Karakteristik tsunami :
1. Tinggi gelombang tsunami di tengah lautan mencapai kurang lebih 5 meter.
2. Secara bersamaan gelombang tsunami akan mencapai pantai dengan tinggi
hingga 30 meter.
3. Panjang gelombang tsunami (50-200 km) lebih besar dari gelombang pasang laut
(50-150 m).
4. Gelombang tsunami berlangsung sekitar 10-60 menit.

● Tanda-tanda terjadinya tsunami :


1. Terdengarnya suara gemuruh yang disebabkan oleh adanya pergeseran lempeng
bumi di bawah laut.
2. Surutnya air laut secara tiba-tiba.
3. Perubahan perilaku hewan laut seperti burung laut yang terbang menjauh dari
pantai atau ikan yang berusaha melarikan diri ke perairan lebih dalam.
4. Beberapa menit sebelum adanya gelombang besar, akan ada
gelombang-gelombang kecil yang menandai kembalinya air laut.

● Proses terjadinya tsunami :


1. Saat terjadi peristiwa penyebab tsunami, energi yang besar dilepaskan ke dalam
air, menciptakan gelombang di dasar laut.
2. Gelombang tsunami merambat dengan kecepatan yang sangat tinggi di lautan
dalam, mencapai kecepatan hingga ratusan kilometer per jam.
3. Saat gelombang mendekati pantai dan perairan dangkal, kecepatannya berkurang
dan amplitudo (ketinggiannya) meningkat secara signifikan.
4. Saat mencapai perairan dangkal, gelombang dapat meningkat secara dramatis
dalam ketinggian, menciptakan arus laut yang kuat dan merusak saat menyapu ke
daratan.

● Dampak yang timbul akibat tsunami :


1. Korban jiwa
2. Kerusakan lahan dan sarana serta prasarana
3. Mengganggu stabilitas perekonomian.

● Mitigasi bencana tsunami :


Sebelum :
1. Memantau informasi dari Badan Meteorologi, Kegunungapian, dan Geofisika
(BMKG).
2. Jika sudah melihat tanda-tanda tsunami, maka segera menjauhi pantai dan
bergegas ke arah daratan yang lebih tinggi dan tinggal di sana sementara waktu.
Sesudah
1. Tsunami bisa terjadi tidak hanya sekali sehingga penduduk setempat tak boleh
meninggalkan tempat evakuasi sebelum adanya arahan dari pihak berwenang.
2. Hindari menyelamatkan diri dengan melewati jembatan.
3. Bagi yang melakukan evakuasi menggunakan kendaraan dan terjadi kemacetan,
segera tinggalkan kendaraan dan evakuasi diri dengan jalan kaki.
4. Jika berada di kapal atau perahu yang tengah berlayar, segera tutup layar dan
hindari wilayah pelabuhan.
SEISME
Seisme merupakan getaran yang terjadi di permukaan bumi. Penyebab seisme terjadi
biasanya disebabkan oleh pergerakan lempeng bumi (kerak bumi) seperti proses patahan
atau lipatan.. Getaran tersebut terjadi adalah akibat dari pelepasan energi secara tiba-tiba
sehingga menyebabkan gelombang seismik.

● Penyebab terjadinya seisme :


1. Terjadi pelepasan energi dari lempeng bumi secara tiba-tiba, menyebabkan retakan
atau pergeseran batuan di sepanjang patahan.
2. Gempa runtuhan, seisme dapat terjadi akibat kemiringan lereng yang curam.
Sehingga bisa menyebabkan batu-batu raksasa di sisi gunung atau gua-gua besar
runtuh. Runtuhnya bebatuan tersebut akan menimbulkan getaran di permukaan
bumi.

● Dampak terjadinya seisme :


Dampak positif
Dengan adanya seisme dapat digunakan untuk mengetahui jenis mineral yang ada di
dalam bumi. Ketika aktivitas tenaga endogen menggeser batuan yang mengandung
mineral untuk bahan tambang ke lapisan bumi, maka penambang akan mendapatkan
batuan mineral tersebut. Selain itu, seisme juga bisa digunakan untuk mengetahui
struktur lapisan bumi dan menentukan konstruksi bangunan.
Dampak negatif
1. Adanya kerusakan infrastruktur, hilangnya harta benda
2. Menimbulkan korban jiwa
3. Tanah menjadi rusak akibat goncangan gempa
4. Dapat menimbulkan tsunami, Gempa bumi bawah laut dapat memicu tsunami
yang dapat menyebabkan kerusakan tambahan di pantai.
5. Pergerakan tanah atau longsor dapat terjadi sebagai akibat dari gempa bumi,
menyebabkan kerusakan tambahan.

● Mitigasi seisme :
Sebelum
1. Mengevaluasi dan merenovasi ulang struktur bangunan agar terhindar dari
bahaya gempa bumi.
2. Perhatikan letak pintu, lift, tangga darurat, dan tempat paling aman untuk
berlindung
3. Perabotan diatur menempel pada dinding untuk menghindari jatuh, roboh,
bergeser ketika terjadi gempa bumi.
Saat
1. Apabila sedang berada di dalam ruangan maka lindungi diri dengan bersembunyi
di kolong meja untuk menghindari reruntuhan
2. Cari tempat yang paling aman dari reruntuhan dan goncangan
3. Lari ke luar bangunan apabila masih dapat dilakukan.
4. Jika berada di perjalanan maka, turun dan menjauh dari mobil hindari jika terjadi
pergeseran atau kebakaran
5. Jika berada di ruangan terbuka, Menghindari bangunan yang ada di sekitar
seperti gedung, tiang listrik, pohon, dll.
6. Perhatikan tempat berpijak, hindari apabila terjadi rekahan tanah.
Sesudah
1. Apabila masih berada di dalam ruangan maka segeralah keluar menuju ruangan
terbuka. Hindari menggunakan lift ataupun eskalator.
2. Jangan memasuki bangunan yang sudah terkena gempa karena kemungkinan
masih terdapat reruntuhan.
3. Mengikuti informasi mengenai gempa bumi dan jangan mudah terpancing oleh isu
atau berita yang tidak jelas sumbernya.
4. Jangan memasuki ruangan/rumah terlebih dahulu sebelum ada informasi aman dari
pihak berwenang (BMKG) karena gempa susulan bisa saja terjadi

Anda mungkin juga menyukai